id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tahu dan Manfaatnya
Tahu merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai yang sudah banyak
dikenal di masyarakat dan banyak diminati, karena harganya murah, mudah didapat, dan
mengandung nilai gizi yang banyak. Tahu berasal dari negeri Cina dan merupakan
koagulasi dari protein kedelai. Koagulasi protein dilakukan dengan bahan-bahan yang
bersifat asam, selanjutnya koagulan dari protein kedelai tersebut disaring dan
dipadatkan menjadi tahu (Pusat Studi Lingkungan Universitas Janabadra Yogyakarta,
2006). Di Indonesia, industri tahu berkembang sangat pesat. Di samping pasarannya
cukup luas, industri tahu juga dapat dikerjakan dalam skala rumah tangga sehingga
tidak membutuhkan investasi tinggi.
Dipasaran terdapat beberapa jenis tahu antara lain tahu putih (mentah), tahu
kuning, tahu goring, tahu sumedang, tahu bulat, dan lain-lain. Masing-masing jenis tahu
tersebut memiliki cita rasa yang berbeda dan memiliki pangsa pasar sendiri-sendiri.
Proses pembuatan untuk masing-masing jenis tahu tersebut sedikit berbeda. Di
Indonesia, tahu sudah menjadi menu masakan favorit yang banyak kita jumpai dari
warung kelas warteg hingga restoran papan atas. Selain sebagai menu masakan lauk
pauk, tahu telah diolah menjadi berbagai aneka produk makanan khas seperti tahu
bakso, siomay, tahu goring, tahu genjrot, gado-gado, dan aneka camilan seperti keripik
tahu dan lain-lain (Salim, 2012).
Dilihat dari segi kesehatan, tahu merupakan makanan yang sangat menyehatkan
dan murah harganya serta mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh untuk
pertumbuhan dan perbaikan gizi masyarakat. Komposisi (zat gizi) tahu dalam 100 gram
mengandung 18 komposisi asam amino tahu yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Secara umum proses produksi tahu hampir sama, yaitu sortasi / pemilihan,
perendaman, pencucian, penggilingan dan pengenceran, perebusan, penyaringan,
penggumpalan, pencetakan, pengirisan, pengemasan. Pada tahapan proses
penggumpalan, para pengrajin tahu dapat berbeda-beda, hal ini dapat mempengaruhi
cita rasa maupun tekstur tahu yang dihasilkan. Proses Pembuatan tahu diperoleh dari
hasil ektraksi kedelai dan penggumpalan protein dengan menggunakan asam atau
penggumpalan protein dengan menggunakan asam atau penggumpalan lainnya
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2006). Berikut ini merupakan alur proses pembuatan
tahu sebagai berikut:
a. Pemilihan Kedelai
Agar tahu yang dibuat benar-benar baik maka kedelai yang di gunakan harus yang
berkualitas baik, kedelai dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti kerikil kecil,
daun-daunan, atau batang tanaman yang terbawa pada kedelai. Biji kedelai yang
jelek dipisahkan. Penyortiran atau pemisahan dilakukan secara manual.
b. Perendaman Kedelai Tahap I
Kedelai yang telah dipilih kemudian direndam dalam air selama 3 4 jam agar
cukup empuk untuk digiling. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung dari jumlah
kedelai, intinya kedelai harus terendam semua. Selain itu, dengan direndam kedelai
akan mekar dan kulitnya akan lebih mudah dilepas / dibersihkan. Dari proses ini
dihasilkan limbah cair dan kulit kedelai yang tidak dipakai.
c. Perendaman Tahap II
Perendaman ini dimaksudkan supaya kedelai tersebut lunak sehingga memudahkan
pada saat penggilingan, lama perendaman adalah selama 30-40 menit dan dari hasil
perendaman ini juga menghasilkan limbah cair.
c. Pencucian
Proses pencucian merupakan proses lanjutan setelah perendaman. Sebelum
dilakukan proses pencucian, kedelai yang di dalam timba dikeluarkan dari timba
pencucian dan dimasukan ke dalam ember-ember plastik untuk kemudian dicuci
dengan air mengalir. Tujuan dari tahapan pencucian ini utamanya adalah untuk
menghilangkan lender dan sifat asam, disamping untuk membersihkan biji-biji
commit
kedelai dari kotoran-kotoran supaya tidaktomengganggu
user proses penggilingan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
agar kotoran-kotoran tidak tercampur ke dalam adonan tahu. Pencucian yang kurang
bersih menyebabkan tahu yang dihasilkan memiliki cita rasa yang kurang enak,
terasa asam, dan mudah basi.
d. Penggilingan Kedelai
Penggilingan adalah proses penghancuran kedelai menjadi bubur kedelai dengan
menggunakan mesin. Kedelai yang telah direndam dan dicuci kemudian digiling
dengan menggunakan mesin, bersamaan dengan itu sambil ditambahkan air sedikit
demi sedikit melalui kran hingga dihasilkan bubur kedelai yang berwarna kuning.
Bubur kedelai tersebut ditampung dengan menggunakan ember dan siap untuk
direbus.
e. Perebusan / Penggodogan Bubur Kedelai
Bubur kedelai hasil penggilingan selanjutnya direbus dengan menggunakan tungku
berbahan bakar kayu, sekam atau sisa-sisa gergajian. Perebusan dilakukan hingga
mendidih selama 30 menit, sehingga kedelai tersebut menggumpal/mengalami
penggumpalan. Selama proses perebusan, lakukan pengadukan terus menerus dan
dibuang buihnya, dari proses ini akan menghasilkan limbah cair.
f. Penyaringan
Setelah bubur kedelai direbus dan mengental, dilakukan proses penyaringan dengan
menggunakan kain saring. Tujuan dari proses penyaringan ini adalah memisahkan
antara sari kedelai dengan ampas kedelai yang tidak diinginkan. Pada proses
penyaringan ini bubur kedelai yang telah mendidih dan sedikit mengental,
selanjutnya di pindahkan ke dalam bak pemanas dengan menggunakan timba kecil.
Setelah seluruh bubur yang ada di bak pemanas habis lalu dimulai proses
penyaringan. Saat penyaringan secara terus-menerus dilakukan penambahan air
dengan cara menuangkan pada bagian tepi saringan agar tidak ada padatan yang
tersisa di saringan. Penuangan air diakhiri ketika sari yang dihasilkan sudah
mencukupi. Kemudian saringan yang berisi ampas diperas sampai benar-benar
kering. Ampas hasil penyaringan disebut ampas yang kering, ampas tersebut
dipindahkan ke dalam karung.
g. Penggumpalan
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian diproses
commit toditambahkan
lebih lanjut. Filtrat yang didapat kemudian user asam cuka dalam jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pemotongan dilakukan di dalam air dan dilakukan secara cepat agar tahu tidak
hancur.
Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
KEDELAI
MAKANAN
BUBUR KEDELAI LIMBAH PADAT
TERNAK
PENDIDIHAN/
PEMASAKAN/
PEREBUSAN
SARI KEDELAI
PENGGUMPALAN /
KOAGULASI
TERBUANG KE LINGKUNGAN
SAKITAR / BADAN AIR
TAHU
sumber daya air yang ada akan semakin menurun kualitas maupun kuantitasnya.
Pengelolaan suatu industri dan pembuangan limbah yang tidak di lakukan dengan benar
akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya air yang ada di sekitarnya.
Tahu merupakan makanan yang digemari masyarakat, baik masyarakat kalangan
bawah hingga atas. Keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang sehat,
bergizi dan harganya murah. Hampir ditiap kota di Indonesia dijumpai industri tahu.
umumnya industri tahu termasuk ke dalam industri kecil yang dikelola oleh rakyat Pada
saat ini sebagian besar industri tahu masih merupakan industri kecil skala rumah tangga
yang tidak dilengkapi dengan unit pengolah air limbah, sedangkan industri tahu yang
dikelola koperasi beberapa diantaranya telah memiliki unit pengolah limbah. Unit
pengolah limbah yang ada umumnya menggunakan sistem anaerobik dengan efisiensi
pengolahan 60-90%. Dengan sistem pengolah limbah yang ada, maka limbah yang
dibuang ke peraian kadar zat organiknya (BOD) masih terlampau tinggi yakni sekitar
400 1 400 mg/l. Untuk itu perlu dilakukan proses pengolahan lanjut agar kandungan
zat organik di dalan air limbah memenuhi standar air buangan yang boleh dibuang ke
saluran umum. Industri tahu dan tempe mengandung banyak bahan organik dan padatan
terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu atau tempe dihasilkan limbah sebanyak 3.000
5.000 Liter. Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari proses merendam kedelai serta
proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu (Potter, 1994).
Pada umumnya penanganan limbah cair dari industri ini cukup ditangani dengan
system bilogis, hal ini karena polutannya merupakan bahan organic seperti karbohidrat,
vitamin, protein sehingga akan dapat didegradasi oleh pengolahan secara biologis.
Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan sebagian besar
padatan tersuspensi dan bahan terlarut, kadang-kadang juga untuk penyisihan unsur hara
(nutrien) berupa nitrogen dan fosfor
Pabrik Tahu seringkali belum ditangani secara baik sehingga menimbulkan
dampak terhadap lingkungan.Salah satunya dampak limbah-bau limbah cair dan padat.
Limbah tahu mengandung protein tinggi sehingga konsekuensinya menimbulkan gas
buang berupa Amoniak/ Nitrogen dan Sulfur yang tidak sedap dan mengganggu
kesehatan. Sampai saat ini resiko bau ini masih belum ada jalan keluarnya sedangkan di
sisi lainnya produk tahu sudah merupakan makanan Favorit yang hampir harus selalu
commit
ada dalam konsumsi masyarakat kecil to user
sampai dengan masyarakat golongan atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dampak negatif yang ditimbulkan pabrik tahu ini mengancam keberlangsungan usaha
dan lebih lanjut terhadap ketersediaan tahu bagi masyarakat, karena terancam tutup /
dilarang operasi. Jalan lain yang dapat dilakukan biasanya dengan menalakukan relokasi
pabrik yang bertakibat pada meningkatnya biaya produksi dan harga tahu.
Limbah industri tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan
tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat
dan cair. Limbah padat belum dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat
dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk
dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah
cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami
perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau
menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman
penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh
manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat
kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini dapat mengakibatkan gangguan pernapasan.
Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih
digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.
Dalam proses pembuatan tahu menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah
padat dan limbah cair. Limbah padat atau yang sering kita sebut ampas tahu dapat
diolah kembali menjadi oncom atau dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak,
seperti ayam, bebek, sapi, kambing dan sebagainya.
Definisi pencemaran air adalah pencemaran yang disebabkan oleh masuknya
partikel-partikel ke dalam air sehingga mempengaruhi pH normal pada air
(Pramudyanto & Nurhasan, 1991).
a. Penyebab-penyebab pencemaran air di sekitar pabrik tahu tersebut antara lain:
Penyebab Utama :
1) Limbah dari bekas air pencucian bahan baku pembuatan tahu
2) Limbah cair dari proses pengolahan bahan baku ( kedelai)
3) Limbah padat berupa ampas dari pengolahn tahu.
Penyebab lain :
1) Limbah dari rumah tangga (bekas cucian piring, cucian baju) di sekitar pabrik
commit
2) Air bekas untuk memandikan ternak to user
yang berada di sekitar lokasi observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Apabila limbah cair ini dibiarkan begitu saja maka dapat mengakibatkan bau yang
dapat mengganggu aktifitas dari penduduk sekitar, selain itu apabila limbah cair ini
dibuang begitu saja ke badan air akan mengakibatkan penurunan kualitas air. pH badan
air menjadi rendah, gangguan estetika berupa bau yang tidak sedap dan warna keruh
karena adanya pembusukan oleh bakteri dan oksigen terlarut dalam badan air makin
rendah karena banyak yang digunakan organisme untuk merombak protein sehingga
penurunan oksigen terlarut ikan mengganggu kehidupan biola dalam badan air tersebut.
Bila limbah cair tersebut dibuang ke permukaan tanah dapat menimbulkan bau
tak sedap dan penurunan pH tanah sekitarnya. Selain itu, limbah cair ini dapat meresap
sampai kelapisan air tanah dan mempengaruhi kualitas airsumur sekitarnya. (Setyohadi
dkk, 1989)
Whey atau yang lebih dikenal dengan limbah cair tahu di peroleh dari hasil sisa air
tahu yang tidak menggumpal. Whey masih mempunyai kandungan total N yang cukup
tinggi (Tabel 3), sehingga whey dapat dimanfaatkan untuk membuat nata de soya.
Berikut ini merupakan baku mutu limbah cair bagi kawasan industri khususnya
industri tahu (Tabel 4) sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : KEP-03/MENLH/1/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan
Industri adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai
(batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada kedelai) dan sisa
saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa
kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah
padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan
limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai.
Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang
dihasilkan.
6. Produksi Bersih
a. Pengertian Produksi Bersih
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah
pada pencegahan dan terpadu untuk diterapkan pada seluruh siklus produksi (UNEP,
1989). Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif atau pencegahan dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko terhadap
manusia dan lingkungan. Hal tersebut, memiliki tujuan untuk meningkatkan
produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan
bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik,
melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi
dampak produk terhadap lingkungan.
Produksi bersih berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah, yang
merupakan salah satu indikator inefisiensi. Dengan demikian, usaha pencegahan
tersebut harus dilakukan sejak awal proses produksi dengan mengurangi terbentuknya
limbah serta pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang. Keberhasilan
upaya ini akan menghasilkan penghematan yang besar karena penurunan biaya produksi
yang signifikan sehingga pendekatan ini dapat menjadi sumber pendapatan. Istilah
produksi bersih mulai diperkenalkan oleh UNEP (United Nations Environment
Program) pada bulan Mei 1989 dan diajukan secara resmi pada bulan September 1989
pada seminar The Promotion of Cleaner Production di Canterbury, Inggris. Indonesia
sepakat untuk mengadopsi definisi yang disampaikan oleh UNEP tersebut
Beberapa kata kunci yang perlu dicermati dalam produksi bersih adalah
pencegahan, terpadu, terus-menerus dan mengurangi risiko. Dalam strategi pengelolaan
lingkungan melalui pendekatan produksi bersih, segala upaya dilakukan untuk
mencegah atau menghindari terbentuknya limbah. Keterpaduan dalam konsep produksi
bersih dicerminkan dari banyaknya aspek yang terlibat seperti sumber daya manusia,
teknologi, finansial, manajerial dan lingkungan. Strategi produksi bersih menekankan
adanya upaya pengelolaan lingkungan secara terus-menerus. Suatu keberhasilan atau
pencapaian target pengelolaan lingkungan bukan merupakan akhir suatu upaya
melainkan menjadi input bagi siklus upaya pengelolaan lingkungan berikutnya.
Mengurangi resiko dalam produksi bersih dimaksudkan dalam arti resiko keamanan,
kesehatan, manusia dan lingkungan serta hilanganya sumber daya alam dan biaya
perbaikan atau pemulihan. Produksi bersih diperlukan sebagai suatu strategi untuk
mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan
atau pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, memelihara
dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, mencegah atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle,
dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah. Tingkatan terakhir
dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila
upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan.
Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah
dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan pengolahan
agar buangan memenuhi baku mutu lingkungan. Beberapa limbah yang termasuk dalam
ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus. Tingkatan
pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih dan
pengolahan limbah sampai dengan pembuangan (Weston dan Stuckey, 1994).
Penekanan dilakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan
pengolahan maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya
dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan.
c. Teknik Produksi Bersih
1) Polution Prevention
Pencegahan munculnya polusi sama halnya dengan minimasi limbah.
Pencegahan kemunculan polusi tidak dapat dilakukan dengan serta merta
namun dengan pengurangan yang bertahap. Proses pencegahan dilakukan
terhadap proses produksi berupa efisiensi proses bukan pada penggunaan
bahan baku seperti pada minimasi limbah. Penanganan limbah diharapkan
tidak menyebabkan polusi, yaitu dengan prinsip ekologi yang dikenal istilah
4R :
a) Recycle (Pendaur-ulangan)
b) Reuse (Penggunaan Ulang)
c) Reduce
d) Recovery
3) Eco-efficiency
Eco-efficiency merupakan suatu proses produksi yang meminimumkan
penggunaan bahan baku, air dan energi serta dampak lingkungan per unit
produk. Pengertian eco-efficiency merupakan konsep produksi bersih yang
mengikutkan aspek ekonomi dalam proses penerapannya bersamaan dengan
konsep ekologi dalam produksi bersih. Eco-efficiency merupakan strategi
untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan nilai produksi.
Eco-efficiency akan memberikan motivasi bagaimana cara mengurangi
dampak lingkungan namun dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Reuse
Upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali tanpa mengalami proses
pengolahan atau perubahan bentuk. Reuse dapat dilakukan di dalam atau di luar
daerah proses produksi yang bersangkutan.
Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dapat digunakan sebagai
alternatif pakan ternak. Hal tersebut dilakukan karena dalam ampas tahu terdapat
kandungan gizi.
c. Recycle
Upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui pengolahan fisik
atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun produk yang
berlainan. Daur ulang dapat dilakukan di dalam atau di luar daerah proses produksi
yang bersangkutan.
Upaya- upaya yang dapat dilakukan adalah mendaur ulang ampas tahu ini menjadi
kecap ampas tahu, oncom, pupuk cair, dan bahan bakar biogas. Limbah cair
pembuatan tahu bisa disulap menjadi pupuk organik cair yang kaya manfaat.
d. Recovery
Upaya pemanfaatan limbah dengan jalan memproses untuk memperoleh kembali
materi / energi yang terkandung di dalamnya.
Sistem Life Cycle Anaysis atau LCA merupakan evaluasi dari dampak teknoogi,
ekonomi dan lingkungan yang relevan dari proses, produk atau sektor perekonomian
sepanjang siklus hidup (Schempf, 1999 dan Curran, 1996).
sehingga terkadang asas ini menjadi bahan pertentangan. Namun demikian sebaliknya
apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan hasilnya terus dapat dipertahankan, maka
asas ini dapat berubah statusnya menjadi hukum. Begitu pula apabila asas yang mentah
dan masih berupa dugaan ilmiah seorang peneliti, biasa disebut hipotesis. Hipotesis ini
dapat menjadi asas apabila diuji secara terus menerus sehingga memperoleh kesimpulan
adanya kebenaran yang dapat diterapkan secara umum. Untuk mendapatkan asas baru
dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan kebanyakan dipergunakan
dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika. Disini metode pengumpulan data
melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas untuk membuat kesimpulan yang
menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan cara deduksi dengan menggunakan
kesimpulan umum untuk menerangkan kejadian yang spesifik. Asas baru juga dapat
diperoleh dengan cara simulasi komputer dan penggunaan model matematika untuk
mendapatkan semacam tiruan keadaan di alam (mimik). Cara lain juga dapat diperoleh
dengan metode perbandingan misalnya dengan membandingkan antara daerah yang
satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk mendapatkan asas tersebut dapat
dikombinasikan satu dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan
yang kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu
lingkungan. Untuk menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan
kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi
pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga
asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya). Asas-asas di dalam Ilmu
Lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut:
ASAS 1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau
ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan.
Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak
dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
Penjelasan :
Asas 1 ini disebut juga dengan hukum konservasi energi, dalam ilmu fisika
sering disebut sebagai hukum termodinamika pertama. Asas ini menerangkan bahwa
commit
energi dapat diubah, dan energi yang to user jasad hidup, populasi ataupun
memasuki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ekosistem dianggap sebagai energi yang tersimpan ataupun yang terlepaskan, sehingga
dapat dikatakan bahwa sistem kehidupan sebagai pengubah energi. Dengan demikian
dalam sistem kehidupan dapat ditemukan berbagai strategi untuk mentransformasi
energi, maka dibutuhkan pembukuan masukan dan keluaran kalori dalam sistem
kehidupan. Keberhasilan dalam melawan lingkungan dapat diukur dengan peningkatan
jumlah populasinya.
termasuk katagori sumber alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak dapat
berdiri sendiri, namun termasuk kategori sumber alam, karena berapa waktu yang
dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga
termasuk ke dalam kategori sumber alam, karena apabila suatu spesies hanya memakan
satu spesies saja akan mudah terancam punah, namun apabila makanannya
beranekaragam dia akan mampu survive. Asas 3 ini mempunyai implikasi yang
penting bagi kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraannya
ASAS 4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah optimum,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber
alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini
tak ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Penjelasam :
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu)
kenaikan pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh
merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala
sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber
alam yang sudah mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas
optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan
mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting,
yaitu karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka
naik turunnya jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam
pada jumlah tertentu.
ASAS 5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya
dapat merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya
rangsang penggunaan lebih lanjut.
Penjelasan :
Pada asas ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat
menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam
commit
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk to digunakan
dapat user lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ASAS 6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada
saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
Penjelasan :
Pada asas ini berlaku seleksi alam, artinya bagi spesies-spesies yang mampu
beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang
tidak dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu
menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-
individu yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak
ASAS 8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson,
bergantung kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat
memisahkan takson tersebut.
Penjelasan :
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga
spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena
satu sama lain mempunyai kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi
apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan cara makan serupa,
dan toleran terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa
lingkungan tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
ASAS 10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan
produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah
asimptut.
Penjelasan :
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang
mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang
stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang
masuk kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat
meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem
biologi itu dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas
ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang
lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan komunitas yang commit to userPada kenyataan di alam memang
masih muda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga
diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan
jalan memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan
pertanian dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
ASAS 11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum
mantap (belum dewasa).
Penjelasan :
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan
energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa.
Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran
yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih
rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya.
ASAS 12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada
kepentingan relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan.
Penjelasan :
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi)
berlaku, tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka
dalam perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat
adaptasi terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat
(lingkungan ) yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak
terduga ternyata tidak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku
dan biokimia lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan
yang sukar ditebak perubahan faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis
anggota populasi. Sedangkan evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam
secara biologi cenderung menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap
kemungkinan beraneka-macam perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi
yang terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik.
Kesimpulannya bahwa populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi
terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada
commit to user
ekosistem yang sudah mantap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ASAS 14. Derajat pola keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah
keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan
mempengaruhi populasi itu.
Penjelasan :
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang
tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat
ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Dari ke-14 asas lingkungan tersebut di atas, Penerapan Produksi Bersih pada
Industri Tahu sesuai dengan Asas ke-10 yang mengarah kepada peningkatan efisiensi
penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan
berkembangnya keanekaragaman.
cara membandingkan antara pengrajin yang telah dan belum menerapkan PB dari
perhitungan neraca masa keduanya.
Dari hasil penelitian didapat jumlah produk yang dihasilkan untuk 5 kg kedelai yang
telah menerapkan PB sejumlah 273 pis tahu sedangkan yang belum menerapkan 200 pis
tahu. Kebutuhan air untuk pengrajin yang sudah menerapkan PB sebanyak 90,1 liter dengan
limbah yang dihasilkan sebanyak 71,1 liter sedangkan yang belum menggunakan PB
sebanyak 113,18 liter dengan menghasilkan limbah sebanyak 94,8 liter. Penggunaan listrik
selama proses pembuatan tahu dengan kapasitas 5 kg untuk yang telah menerapkan PB
sebanyak 0,46 kWh sedangkan untuk yang belum menerapkan sebanyak 0,89 kWh. Untuk
yang telah menerapkan PB dan yang belum menerapkan PB selisihnya sedikit yaitu 19,59
kg dan 20,95 kg untuk satu kali proses.
Jika dilihat dari effisiensi kinerja, maka waktu pengrajin untuk menyelesaikan satu
kali proses pembuatan tahu dibutuhkan waktu 45 menit untuk pengrajin yang telah
menerapka PB sedangkan yang belum menerapkan PB waktu yang dibutuhkan adalah 60
menit. Sedangkan diri sisi lingkungan limbah padat yang ternbentuk dijual untuk pakan
ternak sedangkan limbah cair di buang ke IPAL dan kemudian di olah menjadi gas. Polusi
karbon dioksida di udarapun dapat diminimalisir dengan menggunakan konsep PB yaitu
216 kg CO2 untuk pengrajin yang belum menerapkan PB sedangkan yang sudah
menerapkan PB sebanyak 144 kg CO2 untuk tiap harinya.
Evimeinar (2001) melakukan penelitian dengan judul Studi Penerapan Produksi
Bersih Pada Industri Tahu. Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan konsep
produksi bersih pada industri tahu, menganalisa kemungkinan-kemungkinan penerapan
produksi bersih pada industri tahu, dan melakukan analisa finansial terhadap
kemungkinan penerapan produksi bersih.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada beberapa hal yang dapat diefisienkan
pada industri tahu, yaitu penggunaan air dan penanganan limbah. Neraca bahan pada
pembuatan tahu menggunakan basis 100 kg kedelai per hari. Air digunakan pada tahap
pencucian kedelai, perendaman kedelai, penggilingan, pemasakan, serta sanitasi area
dan peralatan kerja. Penggunaan air yang terbesar pada tahap pemasakan. Pada tahap
penggilingan dan pemasakan, air yang digunakan adalah 1.600 liter per hari. Pada tahap
pencucian dan perendaman membutuhkan 634 liter per hari, sedangkan sanitasi area dan
peralatan kerja membutuhkan 2.000 liter per hari. Air yang dapat di daur ulang berasal
commityaitu
dari pencucian, sisa perendaman dan sanitasi, to user
sebesar 2505,02 liter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada saat penyaringan dihasilkan 114,28 kg ampas tahu. Ampas ini digunakan
sebagai bahan baku untuk oncom dan makanan ternak. Pada tahap penggumpalan
dihasilkan 1878,63 kg whey dan 128,57 kg curd. Curd kemudian dicetak menjadi tahu,
sedangkan whey disimpan untuk digunakan sebagai biang pada proses pembuatan tahu
hari berikutnya. Tidak semua whey digunakan sebagai biang, sebagian sisanya dibuang
ke sungai melalui saluran pembuangan. Whey yang dibuang ini seringkali membuat
masalah bagi lingkungan sekitar perusahaan tahu, karena whey menimbulkan bau yang
tidak sedap. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk mengatasi masalah tersebut,
diantaranya adalah dengan membuat nata de soya dari whey yang tidak dipakai. Whey
yang digunakan sebagai bahan baku nata de soya adalah 60 persen dari total whey yang
dihasilkan.
Air buangan yang dihasilkan dari tahap sanitasi dan pencucian, serta sisa
perendaman kedelai adalah 255,02 liter per hari. Air yang telah mengalami proses
filtrasi sebanyak 2500 liter. Penghematan biaya yang diperoleh sebesar Rp. 474.000,00
adalah penghematan pemakaian listrik oleh pompa dalam setahun. Penghematan biaya
setelah dikurangi dengan pengeluaran adalah Rp. 211.273,00 dan nilai penghematan
yang didapat setelah dikurangi pajak adalah Rp. 190.236,00. Nilai criteria NPV yang
dihasilkan adalah Rp. 371.711,00, IRR yang dihasilkan adalah 39,90 persen, Net B/C
yang dihasilkan adalah 4,06 dan PBP yang dihasilkan adalah 3,93 tahun. Dari
perhitungan secara financial ini, maka daur ulang air dapat diterapkan kepada industri
tahu, sehingga industry tahu ini dapat menghemat penggunaan air. Dengan melakukan
pendaurulangan terhadap air maka penggunaan air menjadi berkurang, artinya dapat
menghemat sumber daya air yang semakin langka. Hal ini merupakan dampak positif
bagi lingkungan karena dapat mengurangi beban bagi lingkungan.
Limbah cair (whey) yang dihasilkan setiap harinya adalah 1578,63 kg, dimana
yang digunakan untuk bahan baku nata de soya adalah sebesar 60% atau 947,18 kg,
sedangkan 40% atau 631,45 kg lagi digunakan sebagai biang untuk penggumpalan pada
tahu. Selain dapat mengurangi limbah yang terbentuk, nata de soya ini dapat
menambah penghasilan industri tahu. Berkurangnya limbah cair (whey) yang dihasilkan
ini merupakan salah satu dari teknik-teknik produksi bersih yang dapat diterapkan pada
industri tahu, sehingga dapat mengurangi beban pencemaran bagi lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
Industri tahu merupakan industri kecil atau perumahan yang banyak ditemukan
dan tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Selain bahan baku mudah didapat, cara
membuatnya sangat sederhana, tahu merupakan bahan makanan yang bergizi cukup
tinggi, terutama kandungan protein nabati. Perkembangan industri tahu yang cukup
pesat, antara lain karena dukungan dari pemerintah dengan didirikannya KOPTI di
berbagai daerah, serta pembinaan yang terus menerus oleh pemerintah, baik dari segi
permodalan maupun teknis pengembangan dan pembinaan yang sesuai dengan tujuan
Pembangunan Nasional yaitu membangun bangsa Indonesia seutuhnya baik dibidang
pangan sehingga akan meningkatkan perekonomian masyarakat ( Fitria, 2007).
Sekarang kerusakan lingkungan banyak terjadi dimana-mana, sehingga
perkembangan dunia industri harus dibarengi dengan perkembangan yang berbasis pada
lingkungan. Untuk itu pengelolaan lingkungan dan kelestarian lingkungan menjadi hal
penting didalam mendirikan suatu industri terutama tahu, yang dapat menimbulkan
dampak luas di masyarakat. Oleh karena fungsi lingkungan hidup perlu terlestarikan.
Menurut Sudarmadji, 2007, pengelolaan lingkungan hidup merupakan kegiatan
lintas sektor dan menuntut di kembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri
utamanya. Dengan demikian pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup memerlukan
keterlibatan pemangku kepentingan (stakeholders), baik instansi pemerintah, dunia
pendidikan, dunia usaha (swasta) maupun masyarakat. Hal ini seperti termuat dalam
Bab 1 pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di sebutkan bahwa Perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Potensi untuk menghasilkan limbah dapat diupayakan untuk dikurangi pada
setiap aspek operasi dalam pabrik. Produksi bersih sebagai suatu program pollution
prevention perlu adanya dukungan dan peran serta dari tenaga kerja di pabrik.
Pengetahuan operator dan bidang lain tentang proses dalam pabrik memungkinkan
mereka untuk mengembangkan strategi pollution prevention yang kreatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penerapan teknik proses produksi bersih dilakukan melalui good house keeping
yaitu tata kelola yang baik dengan memperhatikan enam hal, yaitu : pemilihan bahan;
meminimalkan air dan air buangan; penghematan energi; tanpa penggunaan bahan
berbahaya dan beracun, memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja, serta penataan
administrasi.
Penerapan teknologi produksi bersih pada industri tahu bertujuan meningkatkan
efisiensi produktifitas pembuataan tahu (waktu, tenaga, dan biaya), meningkatkan
kualitas tahu sebagai hasil produksi, serta mengurangi tingkat pencemaran lingkungan
akibat limbah yang dihasilkan dari industri tahu.
commit
Gambar 2. Skema to user
Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis
Berdasarkan teori yang dikemukakan, maka dapat diajukan beberapa hipotesis
sebagai berikut:
1. Penerapan produksi bersih (cleaner production) dengan analisis daur hidup pada
proses pembuatan tahu berpengaruh terhadap biaya produksi, kuantitas dan kualitas
tahu pada industri tahu milik Bapak Waras di Loa Janan Rt 005 Loa Janan Ulu
Kecamatan Loa Janan Kutai Kartanegara.
2. Penerapan konsep produksi bersih dengan analisis daur hidup pada proses
pembuatan tahu berpengaruh cukup signifikan terhadap biaya produksi, kuantitas
dan kualitas tahu pada industri tahu milik Bapak Waras di Loa Janan Rt 005 Loa
Janan Ulu Kecamatan Loa Janan Kutai Kartanegara secara kualitatif dan kuantitatif.
commit to user