Anda di halaman 1dari 6

Nama : Arida mustofa

Sejarah peringatan hari ibu nasional dan internasional

Di Indonesia, setiap tanggal 22 Desember dirayakan Hari Ibu dengan tema utama untuk
menghormati peran Ibu terhadap keluarga dan rumahtangganya, baik kepada suaminya, anak-
anaknya, maupun lingkungan sosialnya. Indonesia adalah salah satu dari 77 negara yang juga
turut merayakan hari Ibu atau Mothers Day. Masing-masing negara memiliki tema yang
berbeda-beda sesuai dengan latar belakang sejarah. Beberapa negara merayakannya pada hari
Minggu, yaitu minggu kedua di bulan Mei. Beberapa negara lainnya merayakan hari Ibu pada
setiap bulan Maret. Dari semua negara yang menjadikan hari Ibu sebagai salah satu dari hari
nasionalnya, keseluruhannya memiliki latar belakang yang sama, yaitu tidak terlepas dari sejarah
perjuangan kaum perempuan. Tulisan ini akan mengulas mengenai latar belakang terbentuknya
gagasan untuk memasukkan Hari ibu sebagai salah satu hari nasional.

Hari Ibu di Indonesia

Pada masa pergerakan nasional, kaum wanita di Indonesia sudah memberikan kontribusi di
bidang politik dengan munculnya organisasi-organisasi perempuan. Diawali dengan pertemuan
para pejuang wanita untuk mengadakan Kongres Perempuan Indoensia I pada tanggal 22-25
Desember 1928 di Yogyakarta. Gedung Mandalabhakti Wanitatama (di Jalan Solo) adalah saksi
bisu lahirnya ide Hari Ibu di Indonesia. Kongres tersebut dihadiri sekitar 30 organisasi
perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil kongres mendeklarasikan pembentukan
Kongres Perempuan yang sekarang ini dikenal Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Sekedar catatan, organisasi-organisasi perempuan yang mengikuti Kongres Perempuan I


sudah terbentuk sejak 1912. Diilhami oleh keikutsertaan perempuan dalam era perjuangan fisik,
organisasi-organisasi perempuan ini hendak mempertahankan semangat perlawanan untuk
mencapai kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Tidak seperti kebanyakan
organsiasi-organisasi perempuan dari Eropa yang membawa misi kesetaraan gender, mereka
lebih berorientasi untuk memikirkan sesuatu yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Pada Kongres Perempuan III tahun 1938 yang diselenggarakan di Bandung dikeluarkan
suatu deklarasi yang menetapkan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Penetapan hari Ibu ini
sesungguhnya adalah bagian dari upaya politik kaum perempuan pada waktu itu untuk
mempertahankan misi perbaikan nasib kaum perempuan sebagai bagian dari agenda pergerakan
nasional. Sebelumnya, setelah melakukan pembubaran Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia
(PPII) mulai dikeluarkan isu mengenai keterwakilan perempuan. Sayangnya, upaya untuk
memperjuangkan Maria Ulfa menjadi anggota Volksraad (semacam anggota legislatif) tidak
berhasil. Penetapan Hari Ibu tanggal 22 Desember melalui Kongres Perempuan III adalah bagian
dari upaya secara politik untuk mempertahankan eksistensi perjuangan kaum perempuan.
Setelah periode kemerdekaan, upaya kaum perempuan untuk menunjukkan eksistensinya
terus menguat. Peringatan Hari Ibu Ke-25 tahun 1953 dilaksanakan secara besar-besaran di
hampir semua kota dari Meulaboh hingga Ternate. Tentunya peringatan ini tidak terlepas dari
keberhasilan organisasi perempuan ketika itu memasukkan nama seperti Maria Ulfa Menteri
Sosial (Kabinet Syahrir II) dan S. K. Trimurti menjadi Menteri Perburuhan (Kabinet Amir
Sjarifuddin, 1947-1948). Akhirnya, Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No 316 Tahun
1959 menetapkan Hari Ibu tanggal 22 Desember sebagai Hari Nasional. Hari Ibu (Mothers Day)
di Indonesia adalah untuk mengenang perjuangan kaum perempuan yang turut serta dalam
memperbaiki nasib bangsa terutama nasib kaum perempuan. Sekalipun pengaruh pergerakan
kaum wanita di Eropa sudah masuk ketika itu, akan tetapi perjuangan kaum perempuan di
Indonesia tidak didasarkan pada pemikiran kesetaraan gender. Mereka hanya memperjuangkan
agar nasib kaum perempuan lebih diperhatikan.

Sejauh ini saya belum mendapatkan literatur yang menerangkan mengapa organisasi
perempuan pada Kongres Perempuan III di Bandung menyebutkannya Hari Ibu. Apakah karena
kaum perempuan yang terlibat dalam gerakan nasional 1912 hingga Kongres Perempuan III
(1938) adalah kaum ibu? Seperti kita ketahui, setelah Kongres Perempuan I di Yogyakarta telah
terbentuk organisasi perempuan yang disebut PPII (1930) menggantikan Perikatan Perkumpulan
Perempuan Indonesia atau PPPI (1929). Bisa jadi pula, ide untuk menyebutkan Hari Ibu
terinspirasi dari budaya Eropa yang dianut oleh gerakan perempuan di Eropa yang terlebih dulu
menyebutkan Hari Ibu (Mothers Day), sekalipun bukan dalam tema yang sama.

Sejarah Hari Ibu di Eropa

Mothers Day di Eropa sesungguhnya adalah kebiasaan masyarakat Yunani Kuno berupa
ritual sebagai persembahan untuk menghormati seorang ibu dalam legenda Yunani Kuno, yaitu
Dewi Rhea atau lebih dikenal Mother of Rhea. Nama Dewi Rhea sesungguhnya adalah
penyebutan yang berasal dari Pirigi (Phrigia), yaitu kerajaan yang terletak di bagian Turki.
Dalam mitologi Yunani Kuno, Dewi Rhea memiliki nama Cybele atau dikenal juga Magna Mater
Deorum Idaea yang berarti ibu para dewa (The Great Idaean Mother of Gods). Oleh karena itu,
masyarakat Yunani Kuno yang kebanyakan melakukan ritual pada tangga 15-18 maret adalah
kaum perempuan dari golongan ibu.
Jika Yunani memiliki Cybele sebagai ibu para dewa, maka Romawi Kuno memiliki ritual
yang tidak berbeda yang disebut Festival Matronalia untuk menghormati Dewi Juno, puteri dari
Dewa Saturnus, istri dari Dewa Yupiter, dan ibu dari Juventas, Mars, dan Vulcan. Dewi Juno
dikenal sebagai dewi yang melindungi keuangan di seluruh negeri yang kuilnya terletak di Arx.
Dewi Juno juga melindungi kota-kota di manapun yang terdapat kuil untuk menyembahnya. Di
setiap tahun di awal bulan Maret, para perempuan yang umumnya terdiri dari kaum ibu
melakukan ritual berupa Festival Matronalia. Beberapa di antaranya diselenggarakan pada
tanggal 7 Juli hingga September. Seperti halnya pada kepercayaan masyarakat Yunani
Kuno,Dewi Juno dianggap sebagai simbol penghormatan kepada kaum ibu.

Mothers Day di Amerika Serikat

Seperti kita ketahui jika budaya Eropa banyak dipengaruhi pula


oleh budaya Yunani Kuno. Tidak hanya ilmu pengetahuan ataupun filsafat, akan tetapi juga
kebiasaan dan simbol-simbol kehidupan. Budaya inilah yang selanjutnya me nginspirasikan
gerakan kaum perempuan Eropa untuk mencetuskan Mothers Day. Istilah Second Sunday in
May sebagai Mothers Day pertama kali diperkenalkan oleh Ann Maria Reeves Jarvis atau Anna
Jarvis, salah seorang seorang aktivis perempuan di Amerika Serikat. Bermula dari
kehidupanpribadi dengan merasakan betapa besarnya jasa dan pengorbanan seorang ibu yang
selama ini tidak pernah mendapatkan penghargaan. Ditambah lagi dengan diskriminasi gender di
negara itu yang sangat menyudutkan kaum perempuan. Setelah kematian ibundanya pada tahun
1905, Anna memulaikampanyenya menekan pemerintah untuk memberikan kesempatan
penghormatan bagi kaum ibu di negara itu. Pada tahun 1914, kongres Amerika akhinrya berhasil
mendesak Presiden Woodrow Wilson untuk mendeklarasikan secara resmi tanggal 12 Mei
sebagai Mothers Day atau yang dikenal dengan istilah Second Sunday in May.

Di negeri itu, Mothers Day diwarnai dengan pemberian bunga Carnation kepada para
ibu.Negara-Negara Yang Merayakan Second Sunday in May
Tradisi Second Sunday in May selanjutnya diikuti oleh pergerakan kaum perempuan di negara-
negara lain. Adapun negara-negara selain Amerika Serikat dan Kanada yang mengikuti tradisi
Second Sunday in May adalah:

Amerika Latin:
Anguila, Aruba, Bahamas, Barbados, Belize, Bermuda, Bonaire, Brazil, Chili, Kolumbia, Cuba,
Curacao, Ekuador, Honduras, Jamaika, Peru, Puerto Rico, Saint Lusia, Saint Vincent & Grenada,
Saint Martin, Suriname, Uruguay, dan Venezuela.

Asia dan Pasifik:

Australia, Bangladesh, Brunei Darussalam, RRC, Taiwan, Hongkong, India, Jepang, Malaysia,
Myanmar, Selandia Baru, Pakistan, Papua Nugini, Philipina, dan Singapura.

Eropa:

Belanda, Belgia, Kroasia, Cyprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Jerman, Yunani,
Islandia (Iceland), Italia, Latvia, Malta, Slovakia, Swis, Turki, dan Ukraina.

Afrika:

Afrika Selatan, Ghana, Trinidad & Tobago, dan Zimbabwe.


Mothers Day diselenggarakan antara tanggal 9, 10, dan 11 Mei setiap tahun. Paling banyak
dilaksanakan pada tanggal 9 Mei. Adapun secara lengkap negara-negara yang merayakan
Mothers Day dari Asia, Afrika, Amerika Latin, Amerika, dan Eropa dapat dilihat di Wikipedia
Kesamaan Nasib Secara Historis

Pada prinsipnya, Hari Ibu atau Mothers Day di setiap negara sekalipun memiliki latar
belakang yang berbeda, akan tetapi memiliki kesamaan visi. Istilah pandangan tentang mitologi
Yunani Kuno maupun Romawi Kuno hanyalah simbol dari suatu pergerakan kaum perempuan
setelah abad pertengahan. Mungkin ada beberapa pandangan yang menyebutkan jika pandangan
pergerakan perempuan ketika itu dilandasi oleh pemikiran-pemikiran kaum pagan.
Sesungguhnya tidak demikian pengertiannya. Setiap pergerakan, perjuangan, ataupun
perlawanan pasti membutuhkan simbol yang dapat menjadi penyemangat atau penanda (ciri
khas). Kebangkita Eropa pada abad pertengahan menjadi titik tolak dimulainya pemikiran untuk
memperjuangkan nasib kaum perempuan di Eropa yang ketika itu sedang mengalami penindasan
luar biasa. Ini pula yang terjadi di negara-negara lain seperti Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Di
Indonesia, perbedaannya justru terletak pada unsur kesetaraan gender yang sama sekali tidak
dimasukkan ke dalam agenda perjuangan kaum perempuan. Ini pula yang melandasi pemikiran
R.A Kartini dan tokoh-tokoh wanita nasional lainnya yang selanjutnya diwujudkan ke dalam
perjuangan kaum ibu.

Di Jepang misalnya, pergerakan kaum perempuan yang kemudian menjadi pencetus


Mothers Day dilatarbelakangi oleh penghormatan kepada Kaisar Wanita yang dikenal Kaisar
Kojun (Ibunda dari Kaisar Akihito). Penghormatan kepada Kaisar Kojun kemudian oleh Kaisar
Akihito dijadikan sebagai bagian dari upacara ritual nasional di negeri Jepang.
Di Cina daratan (RRC), Mothers Day dilatarbelakangi pemikiran filsuf Mencius yang hidup di
era 372-289 sebelum masehi. Cerita tentang seorang ibu diilhami oleh kisah ibunda Mencius
yang memindahkan rumah sebanyak 3 kali yang tujuannya untuk mendapatkan tempat yang
nyaman bagi anak-anak untuk tumbuh.

Iran merayakan Mothers Day untuk menghormati jasa mendiang Hazrat Fatemah Zahra
yang dipercaya sebagai keturunan putri Nabi Muhammad. Perayaan yang semula hanya tradisi
kemudian mulai dijadikan sebagai bagian dari hari besar nasional di Iran dan sekaligus sebagai
tradisi nasional.

Inggris dan Irlandia memiliki kesamaan latar belakang historis tentang Mothers Day.
Sebelumnya, tradisi rakyat Inggris dan Irlandia ini dikenal dengan nama Mothering Sunday yang
dilakukan oleh kelompok umat kristiani. Pada setiap meinggu ketiga sebelum hari Paskah, para
wanita berkumpul di Mother Church sambil membawa anak-anaknya untuk mengenak keibuan
dari Bunda Maria bersama puteranya Yesus Kristus. Kebiasaan inilah yang selanjutnya menjadi
latar belakang dijadikannya tanggal 1 Maret sebagai Mothers Day di Inggris dan Irlandia.

Anda mungkin juga menyukai