Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian
terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya
penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan
kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai 500.000 penderita
baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang (Aziz et
al., 2006).
Insidensia dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan
kedua setelah kanker payudara. Sementara di negara berkembang masih
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada
wanita usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang
(RIKESDAS, 2016).
Di Indonesia, penyakit kanker menduduki peringkat ketiga sebagai
penyebab kematian, 64% penderitanya adalah perempuan yaitu menderita
kanker leher rahim dan kanker payudara. Riset kesehatan dasar tahun 2007
menunjukan prevalensi kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk.
Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks dan
tiga perempatnya terjadi di negara berkembang. Data yang berhasil dihimpun
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukan bahwa angka
kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini diperkirakan setiap tahun
muncul sekitar 200.000 kasus baru dimana jenis terbesar kanker tersebut
adalah kanker serviks (Ginting, 2012).
Kemenkes (2014) menyebutkan terdapat 70% penderita dalam kondisi
stadium lanjut akibat berbagai masalah kesehatan dalam penanganannya.
Kanker pada stadium lanjut dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang
mengakibatkan diperlukannya perawatan intensif pada penderita tersebut.
Jenis-jenis terapi yang dapat digunakan dalam penanganan kanker
diantaranya adalah operasi, radiasi, dan kemoterapi. Kondisi kanker yang
sudah terjadi metastase atau berada pada stadium lanjut, terapi yang tepat
yang dapat diberikan adalah kemoterapi. Kemoterapi yang dimaksudkan
adalah kemoterapi yang bersifat paliatif, dimana kesembuhan bukanlah tujuan
utama pengobatan melainkan peningkatan kualitas hidup pasien dan
meringankan gejala yang dialami pasien akibat progresif penyakitnya
(Rasjidi, 2010).
Berdasarkan data dari RSMH Palembang menunjukkan bahwa kasus
kanker serviks juga terjadi peningkatan yang mana pada tahun 2011
penderita kanker serviks sebanyak 60 orang termasuk 18 orang yang
menjalani kemoterapi, dan pada tahun 2012 sebanyak 91 orang termasuk 25
orang yang menjalani kemoterapi. Sedangkan pada tahun 2013 periode
Januari-Juni sebanyak 110 orang termasuk 46 orang diantaranya yang
menjalani kemoterapi. Dari hasil pengkajian selama dinas di ruang rawat inap
Ginekologi Onkologi RSMH Palembang didapatkan 32 orang pasien yang
sedang menjalani kemoterapi, 17 orang diantaranya terdiagnosa kanker
serviks, dan 15 lainnya adalah pasien dengan kanker endometrium, kanker
Rahim, dan giant candiloma.
Kemoterapi merupakan terapi yang diberikan dengan menggunakan
obat-obatan sitostatik yang dimasukkan kedalam tubuh melalui intra vena
atau oral. Pengunaan obatobatan kemoterapi dapat memberikan efek toksik
dan disfungsi sistemik hebat meskipun bervariasi dalam keparahannya. Efek
samping dapat timbul karena obat-obatan tidak hanya menghancurkan sel-sel
kanker tetapi juga menyerang sel sehat, terutama sel-sel yang membelah
dengan cepat seperti membrane mukosa, sel rambut, sum-sum tulang dan
organ reproduksi (ACS, 2014). Penelitian Faisel (2012) didapatkan tiga efek
samping yang paling sering dialami oleh pasien yang menjalani kemoterapi
yaitu alopesia, mual dan muntah. Efek samping selanjutnya adalah myalgia,
neuropati, rentan infeksi, stomatitis, diare, dan efek samping yang paling
jarang ialah trombositopenia.
Mual dan muntah adalah efek samping yang paling umum dan tidak
menyenangkan pada pasien setelah menjalani pengobatan kemoterapi. Insiden
mual dan muntah karena efek samping kemoterapi adalah 70-80 %, beberapa
kondisi gejala-gejala yang berhubungan dengan pemberian kemoterapi dapat
menurunkan aktivitas sehari-hari pasien kanker dan menyebabkan mereka
hanya dapat terbaring ditempat tidur dan tidak bisa memenuhi kebutuhan
mereka dalam beraktivitas (Lee, 2008).
Salah satu tindakan intervensi nonfarmakologi untuk mengatasi mual
muntah adalah dengan menggunakan aromaterapi jahe, yang merupakan
bagian dari intervensi comfort yang tujuan memberikan kenyamanan secara
fisik pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi dengan mengurangi atau
menghilangkan mual muntah akibat kemoterapi. Teknis tindakan ini didesain
untuk membantu mempertahankan atau mengembalikan fungsi fisik dan
kenyamanan, serta mencegah komplikasi (Kolcaba dan DiMarco, 2010).
Berdasarkan fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa pasien yang
menderita kanker dan mendapatkan kemoterapi dapat menimbulkan berbagai
macam efek samping yang tidak menyenangkan bagi pasien. Salah satu efek
samping akibat pemberian kemoterapi adalah mual muntah. Peran perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan secara mandiri salah satunya dengan
memberikan terapi komplementer untuk menghilangkan ketidaknyamanan
akibat efek samping kemoterapi, terapi komplemeter yang direkomendasikan
berdasarkan telaah jurnal yang telah dilakukan adalah dengan pemberian
ekstrak jahe.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengambarkan pelaksanaan praktik ners yang difokuskan pada
pelaksanaan asuhan keperawatan dan telaah evidence base.

2. Tujuan khusus
a. Memberikan gambaran aplikasi pada asuhan keperawatan klien kanker
serviks
b. Memberikan gambaran implementasi asuhan keperawatan klien
kanker serviks
c. Melakukan telaah evidence base terkait dengan kanker serviks
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil penulisan ini dapat menjadikan dasar pemikiran dalam memberikan
asuhan keperawatan secara mandiri dengan terapi komplementer. Juga
dapat sebagai evident base practice dalam memberikan pelayanan kepada
pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberikan gambaran yang berguna untuk pengembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan maternitas dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks yang sedang menjalani
kemoterapi.
3. Bagi Penulisan Selanjutnya
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai gambaran dan dasar bagi
penulisan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai