Anda di halaman 1dari 32

PENINGKATAN KUALITAS BELAJAR SISWA MELALUI

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI


GAYA KOGNITIF DAN BERWAWASAN KONSTRUKTIVIS

Abstrak

Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan suatu pembelajaran matematika


yang berorientasi gaya kognitif dan berwawasan konstruktivis yang mampu meningkatkan
kualitas belajar siswa. Data penelitian terdiri dari data tentang gaya kognitif yang dimiliki siswa,
data tentang validitas, kepraktisan, dan keefektifan pembelajaran dan perangkatnya, data
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, prestasi belajar siswa, dan data tentang tanggapan
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
lembar validasi, tes, observasi, wawancara, kuesioner, dan catatan harian yang kemudian
dianalisis secara deskriftif. Hasil analisis ini selanjutnya dibandingkan dengan kriteria yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperolehnya pembelajaran matematika yang berorientasi
gaya kognitif dan berwawasan konstruktivis yang valid, praktis, dan efektif. Dengan kata lain
pembelajaran matematika yang dihasilkan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.

Kata-kata kunci: kualitas belajar siswa, gaya kognitif, dan konstruktivis


PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan
Matraman, Jakarta Timur

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran dan konsep diri
terhadap hasil belajar IPA. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain
faktorial 2x2 dan dilakukan pada dua Sekolah Dasar di Kecamatan Matraman Jakarta Timur
dengan sampel sebanyak 48 siswa. Hasil penelitian ini adalah; (1) Hasil belajar IPA siswa yang
belajar dengan strategi pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada yang belajar dengan
strategi pembelajaran ekspositori; (2) Untuk siswa yang memiliki konsep diri tinggi, hasil belajar
IPA siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada yang
belajar dengan strategi pembelajaran ekspositori; (3) Untuk siswa yang memiliki konsep diri
rendah, hasil belajar IPA siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran kooperatif lebih
rendah daripada yang belajar dengan strategi pembelajaran ekspositori; (4) Terdapat interaJurnal
PSikologi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri
pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi
pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia
pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses
belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan
utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan
pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat guna. Pendidikan
memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat
tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut
seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan
perilakunya secara efektif. Dunia pendidikan khususnya di sekolah, memegang peranan
penting dalam proses belajar selain instasi sekolah adalah adanya kerjasama antara guru dan
siswa. Seorang guru memegang peranan penting dalam membentuk siswanya. Tidak hanya
membentuk dalam bentuk pola pikir atau pengetahuan, seorang guru juga dituntut untuk dapat
membentuk siswanya dari segi tingkah laku dan emosional siswa.Seorang guru juga berperan
sebagai pengganti orang tua atau orang tua kedua bagi siswa disekolah. Sehingga seorang
guru harus dapat dan mampu memberikan contoh yang posistif atau memberikan motivasi
yang baik bagi siswa. Di sekolah sering sekali terdapat anak yang malas, tidak
menyenangkan, suka membolos, dan lain sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru
tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong dan memberi semangat bagi
anak didiknya agar dapat belajar dengan sungguh-sungguh .
B. Rumusan Masalah
1. Apakah motif itu?
2. Apa yang dimaksud dengan motivasi ?
3. Apa itu konflik individu?

C. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui arti motif.
2. Untuk mengetahui arti dari motivasi.
3. Untuk mengetahui arti dari konflik individu.

1. 3. BAB II PEMBAHASAN 3 A. Motif 1. Pengertian Motif adalah keadaan dalam pribadi


orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna
mencapai sesuatu tujuan (Sumadi Suryabrata, 2004:70) Jadi, motif bukanlah hal yang
dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang
dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh
sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekeuatan pendorong inilah yang kita sebut
motif. 2. Macam-macam Motif Pendapat mengenai klasifikasi motif itu ada bermacam-
macam. Beberapa yang terkenal adalah seperti yang dikemukakan di bawah ini. a.
Menurut Woodworth dan Marquis (1995: 301-333) dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 71)
motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) Kebutuhan-kebutuhan organik,
yang meliputi ; Kebutuhan untuk minum, Kebutuhan untuk makan, Kebutuhan untuk
bernafas, Kebutuhan seksual, Kebutuhan untuk berbuat, dan Kebutuhan untuk
beristirahat. 2) Motif-motif darurat, yang mencakup: Dorongan untuk menyelamatkan
diri, Dorongan untuk membalas, Dorongan untuk berusaha, Dorongan untuk memburu.
2. 4. Dorongan ini timbul karena perangsang dari luar. Pada dasarnya dorongan-dorongan
ini telah ada sejak lahir, tetapi bentuk-bentuknya tertentu yang sesuai dengan perangsang
tertentu berkembang karena dipelajari. 3) Motif-motif objektif, yang mencakup:
Kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, Kebutuhan untuk melakukan
manipulasi, Kebutuhan untuk menaruh minat. Motif-motif ini timbul karena dorongan
untuk dapat menghadapi dunia luar (sosial dan non sosial) secara efektif. b.
Penggolongan lain dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 71-72) didasarkan atas terbentuknya
motif-motif itu. Berdasarkan atas hal ini dapat dibedakan adanya dua macam motif, yaitu:
1) Motif-motif bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa
dipelajari, seperti: Dorongan untuk makan, Dorongan untuk minum, Dorongan untuk
bergerak dan beristirahat, Dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut juga
motif-motif yang disyaratkan secara biologis, artinya ada dalam warisan biologis
manusia. 2) Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbulnya karena
dipelajari, seperti: Dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, Dorongan
untuk mengejar sesuatu kedudukan dalam masyarakat, dan sebagainya. Motif-motif ini
seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara sosial, karena manusia hidup
dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia maka motif-motif 4 golongan ini
terbentuk. c. Berdasarkan atas jalarannya (Sumadi Suryabrata, 2004: 72-72), maka orang
membedakan adanya dua macam motif, yaitu: 1) Motif-motif ekstrinsik, yaitu motif-
motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya orang belajar giat
karena diberi tahu bahwa sebentar
3. 5. lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus
dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaan, dan sebagainya. 2) Motif-motif
intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar. Memang
dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang yang gemar membaca
tidak usah ada yang mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya,
orang yang rajin dan bertanggung jawab tidak usah menanti komando sudah belajar
secara sebaik-baiknya. d. Ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua
macam atas dasar isi atau persangkutpautannya dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 73-74),
yaitu: 1) Motif jasmaniah, seperti: refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat dan
sebagainya. 2) Motif rohaniah, yaitu kemauan. Kemauan itu terbentuk melalui empat
momen, seperti disajikan berikut ini. a) Momen timbulnya alasan-alasan: Misalnya
seseorang sedang giat belajar dikamar karena (alasannya) sebentar lagi akan menempuh
ujian. Sekonyong-konyong dipanggil ibunya dan disuruh mengantar/menemui tamu
melihat pertunjukan wayang orang. Disini timbul alasan baru: mungkin keinginan
menghormati tamu, untuk tidak mengecewakan ibunya, untuk menyaksikan pertunjukan
wayang oran tersebut. 5 b) Momen pilih; Momen pilih, yaitu keadaan dimana ada
alternatif-alternatif, yang mengakibatkan persaingan antara alasan-alasan itu. Di sini
orang menimbang-nimbang dari berbagai segi untuk menentukan pilihan, alternatif mana
yang dipilih. c) Momen putusan: Momen perjuangan alasan-alasanberakhir dengan
dipilihnya salah satu alternatif, dan ini menjadi putusan, ketetapan yang menentukan
aktivitas yang akan dilakukan. d) Momen terbentuknya kemauan: Dengan diambilnya
sesuatu keputusan, maka timbullah di dalam batin manusia dorongan untuk bertindak,
melakukan putusan tersebut.
4. 6. 6 B. Motivasi 1. Pengertian Dalam (Ratna Yudhawati dan Dani Haryanto, 2011: 79)
motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan
tingkat presentasi dan antusiasismenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar
individu (motivasi ekstrinsik) Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas prilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar
bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama
memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama
dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang (Ratna
Yudhawati dan Dani Haryanto, 2011: 79). 2. Macam-macam Motivasi Dalam
membicarakan soal macam-macam motivasi, menurut (Syaiful Bahri Djamarah, 2000:
115-117) hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari
dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal
dari luar diri seseorang disebut motivasi ekstrinsik a. Motivasi Intrinsik Yang dimaksud
dengan motivasi intrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari
motivasi intrinsic. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar.
5. 7. 7 C. Konflik Individu Menurut KBBI dalam (Primadi Avianto, 2011), konflik adalah
percekcokan; perselisihan; pertentangan. Dari asal kata configere yang berarti saling
berbenturan. Yakni semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, pertentangan,
perkelahian, dan interaksi- interaksi yang saling bertentangan. Dalam diri individu akan
didapati sekian banyak motif yang mengarah kepada tujuan tertentu. Dengan beragam
motif yang terdapat dalam diri individu, adakalanya individu harus berhadapan dengan
motif yang saling bertentangan atau biasa disebut konflik. Konflik (conflict), terjadi
ketika ada dua atau lebih motif yang saling bertentangan sehingga individu berada dalam
situasi petentangan batin, kebingungan, dan keragu-raguan. Bentuk-bentuk konflik
tersebut menurut (Jufry Malyno, 2012), antara lain: 1. Approach-approach Conflict
Approach-approach Conflict, dimana seseorang mengalami konflik karena diperhadapkan
pada dua tujuan yang sama-sama menguntungkan atau sama-sama disukai, karena
memiliki daya tarik yang sama juga. Sebagai contoh, di waktu yang sama, seseorang
harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau
pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming- iming gaji yang besar. 2. Avoidance-
avoidanceConflict Di sini, seseorang menghadapi situasi yang mengharuskan ia terpaksa
memilih di antara dua alternatif yang sama-sama tidak disukai atau sama-sama dianggap
buruk. Contoh kongkrit, seumpama seseorang disuruh memilih untuk dipindahkan kerja
ke daerah lain pada lokasi yang tidak menyenangkan, atau tidak pindah ke tempat baru
yang disuruh tapi gajinya diturunkan. 3. Approach-avoidanceconflict Pada kasus ini,
seseorang harus menghadapi situasi dimana waktu ia memilih, ia harus menghadapi
konsekwensi yang saling bertolak belakang. Misalnya, orang itu akan
6. 8. memperoleh gaji yang sangat besar, tapi harus pindah ke tempat terpencil yang sangat
tidak disukai. Jika peserta didik menghadapi konflik-konflik seperti tersebut diatas, maka
tentunya akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan dan sangat mungkin
mengakibatkan terjadinya pergolakan jiwa atau perang batin yang berkepanjangan.
Disinilah peran guru sangat dibutuhkan untuk sedapat mungkin membantu para peserta
didik agar terhindar dari konflik yang berkepanjangan dan rasa frustasi yang mendalam
sekaligus memberikan bimbingan yang bermanfaat bagi peserta didik untuk mengatasi
setiap permasalahan atau konflik yang mereka alami. 8
7. 9. BAB III PENUTUP 9 A. Kesimpulan 1. Motivasi merupakan bagian yang tidak boleh
dilupakan dalam proses pendidikan. Karena motivasi akan dapat memberi semangat atau
dorongan terhadap siswa agar dapat dengan giat mengikuti proses pendidikan khususnya
proses pendidikan di sekolah. Guru berperan sebagai sumber motivasi yang dibutuhkan
oleh siswanya. Dengan terpenuhinya kebutuhan siswa yang berpedoman terhadap
karakteristik seorang guru yang menjadi sosok pengganti orang tua di sekolah, siswa pun
akan dapat memiliki motivasi dalam belajar. Maka sebagai dampak positif dari itu semua
proses pendidikan akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pendidikan pun akan
dapat tercapai. 2. Konflik hanya dapat dicapai dan diselesaikan di lokasi emosional
mereka dengan orang yang telah memperoleh keterampilan memproses emosional. B.
Saran Demikian yang dapat kami sajikan dalam makalah ini. Mungkin masih banyak
kekurangan yang perlu dibenahi. Kami membuka lebar pintu kritik dan saran bagi yang
berkenan, untuk pembenahan makalah ini. Sehingga kesalahan yang ada dapat dibenahi,
serta menjadi pelajaran untuk pembuatan makalah yang lebih sempurna lagi. Kesalahan
dalam belajar adalah sesuatu yang wajar dan maklum. Tetapi perlu adanya perbaikan
sehingga kesalahan yang sama tidak terulang lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis, umumnya bagi semua yang berkenan menelaah tulisan kami ini.
Sekian, terima kasih

ksi antara strategi pembelajaran dan konsep diri terhadap hasil belajar IPA siswa.
Kata-kata Kunci: Strategi Pembelajaran, Konsep Diri, Hasil Belajar IPA.
Mengapa Hukuman Perlu di Berikan pada
Anak?
Setiap orang tua bisa dikata tidak pernah ada yang tidak menghukum anaknya. Dalam
batas-batas tertentu, hukuman kepada anak bisa menjadi wajib, dan dalam batas-batas tertentu
hukuman tidak diperbolehkan. Tujuan memberikan hukuman agar anak bisa menjadi lebih baik,
lebih maju, lebih santun dan lebih berguna bagi teman dan lingkungan di mana anak berada.
Bukan hukuman yang akan menjadikan anak semakin terpuruk, sedih, atau malah depresi.

Mengapa Hukuman perlu diberikan pada anak? Ada beberapa alasan mengapa hukuman itu
harus diberikan pada anak yang bersalah, diantaranya yaitu:

1. Agar anak tidak mengulangi kejadian yang sama

Ketika sekali waktu anak melakukan kesalahan, mungkin kita bisa memakluminya dan
memberikan pengertian, akan tetapi jika berulang kali melakukan kesalahan yang sama maka
sebagai orang tua kita bisa marah melihat perilaku demikian. Dalam hal ini hukuman memang
dimaksudkan agar anak jera (kapok) untuk melakukan kesalahan yang sifatnya sama.

2. Dapat mengambil pelajaran dan hikmah

Kesalahan bagaimanapun juga akan menjadikan anak untuk bisa mengambil pelajaran tentang
peristiwa yang dihadapinya. Dengan pemberian hukuman kepada anak, diharapkan ia akan
bersikap hati-hati diwaktu yang sama sekaligus jika ia bisa mensosialisasikan perbuatan yang
kurang baik itu hendaknya jangan dilakukan kepada teman, saudara, atau orang lain, itu berarti
menandakan bahwa anak sudah bisa mengambil pelajaran atas kesalahannya itu.

3. Konsistensi Sebuah Perjanjian

Hukuman yang baik pada dasarnya adalah sebuah konsekuensi dari perjanjian yang kita buat
bersama dengan anak. Makna hukuman yang kita berikan kepada anak harus kita pahami bahwa
hukuman bukanlah untuk memuaskan nafsu dan emosi kita ketika anak berbuat kesalahan, dan
setelah emosi kita luntur maka berakhirlah hukuman yang kita berikan kepada anak.

Jadi, Hukuman perlu diberikan pada anak karena pada dasarnya pemberian hukuman pada anak
diharapakan akan berpengaruh pada jiwanya, setiap anak akan sadar bahwa apapun perbuatan
yang ia lakukan akan dimintai pertanggungjawaban.
Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak. Setelah membahas mengenai Motivasi Belajar Anak
Remaja dan kaitannya dengan Prestasi Belajar Anak, maka pada kesempatan ini saya juga akan
menyampaikan beberapa tips atau cara untuk meningkatkan motivasi belajar anak. Karena begitu
pentingnya motivasi belajar dalam proses perbaikan prestasi belajar, saya kira maka tips ini
mungkin akan sangat bermanfaat.

Ada beberapa Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak dalam kegiatan belajar di sekolah,
misalnya saja seperti yang diungkapkan A.M. Sardiman (2005:92-94), yaitu :

Cara Meningkatkan Motivasi Belajar

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru
untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai
raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang
sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum
merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan
dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.

2. Hadiah

Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu
yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang
tidak menarik menurut siswa.

3. Kompetisi

Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan
motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat
dalam mencapai hasil yang terbaik.

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya
sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup
penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk
dapat meningkatkan motivasi.

5. Memberi Ulangan

Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan
terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.
6. Mengetahui Hasil

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan mengetahui
hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu
mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi
untuk dapat meningkatkannya.

7. Pujian

Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan
pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik
bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana
yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan
harga diri.

8. Hukuman

Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan
bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. Oleh karena itu, guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.

Hal senada juga diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007: 20) motivasi siswa dapat
ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu:

a) Menjelaskan tujuan kepada peserta didik.

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan
maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

b) Hadiah.

Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk
siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa
mengejar siswa yang berprestasi.

c) Saingan/kompetisi.

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi


belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

d) Pujian.

Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang
diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan
prestasi yang lebih baik lagi.
e) Hukuman.

Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman. Hukuman akan diberikan kepada siswa yang
berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah
hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.

f) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar.

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain itu, guru
juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan dengan cara menggunakan
metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa.

g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal belajar.

h) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.

Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil
belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode
untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar
dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah
disampaikan..

i) Menggunakan metode yang bervariasi.

Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode
yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya
metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.

j) Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Bonus kata motivasi :

Adalah baik untuk merayakan kesuksesan, tp adalah penting untuk mengambil pelajaran dr
kegagalan.*Bill Gates

Keberhasilan sebenarnya adalah apabila Anda dihantam hinga bertekuk lutut,tetapi mampu
bangkit kembali.(Anonim)

Kunci SUKSES sebenarnya ada didalam DIRI dan PIKIRAN anda, Jika anda berpikir
SUKSES, maka kesuksesan akan menghampiri anda .

Nggak ada yang salah buat belajar, itu untuk menambah pengalaman kok.

Hilangkan semua pikiran NEGATIF dalam diri anda, Kejarlah IMPIAN dan RAIH kesuksesan
anda

Berikut merupakan beberapa tips yang bisa anda gunakan untuk meningkatkan motivasi belajar
anda, semoga berhasil!!Meningkatkan Motivasi Belajar

Read more: MOTIVASI BELAJAR >> Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak

Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi


Pendidikan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui
tindakan-tindakan belajar[1]. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara
psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli
psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal
belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang
berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.

Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada
subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik.
Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya,
dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya
tindakan-tindakan belajar secara efektif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian psikologi dan pendidikan?

2. Apa objek kajian psikologi dan psikologi pendidikan?

3. Apa ruang lingkup psikologi pendidikan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi dan Psikologi Pendidikan

Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris psycology. kata
psycology merupakan dua akar kata yang bersumber dari kata greek (yunani), yaitu satu) psyche yang
berarti jiwa; dua) logos yang berarti ilmu. jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.

Psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. alam hubungan ini, psikologi
didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara
mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berfikir dan
berperasaan[2]

Bruno (1987) membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling
berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (pendidikan) mengenai ruh. Kedua, psikologi adalah
ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental. ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai
tingkah laku organisme.

Chaplin (1972) dalam dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan
mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan
kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan dalam sekitar dan peristiwa-peristiwa
kemasyarakatan yang mengubah lingkungan.[3]

Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang
jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya, atau disebut
dengan ilmu jiwa.

Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dengan jiwa.
Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan
badaniah, yaitu perbuatan yang di timbulkan oleh proses belajar. Misalnya : insting, refleks, nafsu dan
sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya.

Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur
bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia.
Perbutan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang di mungkinkan oleh keadaan jasmani,
rohaniah, sosial dan lingkungan. Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian
(personality ) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan
baru, sehingga ia dapat berbuat yang lebih sukses, dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam
hidup. Jadi jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan dan kecakapan-
kecakapan.[4]

Pengertian psikologi diatas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut
bermuasal pada adanya perbedaan titik berangkat para ahli dalam mempelajari dan membahas
kehidupan jiwa yang kompleks ini. Dan dari pengertian tersebut paling tidak dapat disimpulkan bahwa
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu,
dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.[5]

Pendidikan dari kata didik, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi mendidik, artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi akhlak dan kecerdasan pikiran[6].
Selanjutnya, pendidikan menurut KBBI adalah peroses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau
kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[7]

Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi
dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan
adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan penemuan
dan menerapkan prinsip prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.[8]

Dari uarian di atas, kita dapat mengetahu pengertian dari psikologi dan pengertian pendidikan itu
sendiri.Sepanjang atau selagi kita masih berpendapat bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang berusaha
menyelidiki semua aspek keperibadian dasar tingkah laku manusia, baik yang bersifat jasmaniah
maupun rohaniah, baik secara teoritis maupun dengan melihat kegunaannya di dalam praktek, baik
secara individual maupun dalam hubungannya dengan manusia lain atau lingkungannya, mungkin kita
akan mengatakan bahwa psikologi pendidikan itu sebenarnya sudah termasuk di dalam psikologi, dan
tidak perlu dipersoalkan atau dipisahkan menjadi sesuatu disiplin ilmu tersendiri.[9] Psikologi pendidikan
dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan
penelitiannya lebih menekankan pada maslah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun
mental, yang sangat erat hubungannya dalam masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses
dan keberhasilan belajar.[10]

B. Objek Kajian Psikologi dan Psikologi Pendidikan

1. Objek Kajian Psikologi

Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure yang
ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja,
baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia.[11]

2. Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti
terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan
sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain).
Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat
diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik
seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari matanya.

Dalam makalah ini tidak akan dibicarakan psikologi yang membicarakan hewan atau psikologi hewan,
melainkan membicarakan tentang psikologi yang berobyekkan manusia. Yang sampai saat ini dibedakan
menjadi dua, yaitu :

1) Psikologi Umum

Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktifitas-
aktifitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang beradab (berkultur)[12]

Macam-macam psikologi umum :

a. Psikologi perkembangan

Psikolgi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakuo
psikologi anak, psikologi puber atau adolesensi ( psikologi pemuda ), psikologi orang dewasa, psikologi
orang tua.

b. Psikologi sosial
Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan situasi sosial.

c. Psikologi pendidikan

Psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam


hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran
dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.

d. Psikologi kepribadian dan tipologi

Psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian
manusia.

e. Psikopatologi

Psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak norman atau abnormal

f. Psikologi Kriminil

Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal kejahatan atau kriminalitas.

g. Psikologi perusahaan

Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal perusahaan

2) Psikologi Khusus

Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia.
Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologi khusus.

2. Objek Kajian Psikologi Pendidikan

Objek kajian psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak pada peserta
didik. Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh
karena itu objek kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi
lebih condong pada aspek psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses
pembelajaran.

Menurut Glover dan Ronning bahwa objek kajian psikologi pendidikan mencakup topik-topik tentang
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, hereditas dan lingkungan, perbedaan individual peserta
didik, potensi dan karakteristik tingkah laku peserta didik, pengukuran proses dan hasil pendidikan dan
pembelajaran, kesehatan mental, motivasi dan minat, serta disiplin lain yang relean.[13]

Sedangkan menurut Syaodih Sukmadinata dalam Syaiful Sagala mengatakan bahwa objek kajian
psikologi pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik, dengan dukungan sarana dan fasilitas tertentu yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu.[14]

Psikologi pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antar
setiap faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting
dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya menjadi
kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang yang menyadari dirinya sebagai pendidik.

Secara garis besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi tiga macam:

1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar
peserta didik, dan sebagainya;
2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan
belajar peserta didik;
3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun
nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.

C. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan

Jika kita bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan, maksudnya bertanya tentang apa saja
yang dibicarakn oleh psikologi pendidikan, maka berdasarkan berbagai buku psikologi pendidikan akan
diperoleh jawaban yang berbeda-beda. Sebagian buku menunjukan lingkup yang luas, sedangkan buku-
buku yang lain menunjukkan ingkup yang lebih sempit atau terbatas.

Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain proses belajar juga membahas tentang
perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya.
Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar mengajar saja.
Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud
hanya memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan
tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada
proses beljar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada dua
buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar. Walaupun
demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut

a) Hereditas dan Lingkungan


b) Pertumbuhan dan Perkembangan

c) Potensial dan Karakteristik Tingkah laku

d) Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial

e) Higiene Mental dan Pendidikan dan

f) Evaluasi Hasil Pendidikan

Disamping itu perlu diketahui bahwa banyak buku psikologi pendidikan yang tidak member judul buku
dengan kata-kata psikologi pendidikan, padahal buku itu benar-benar buku psikologi pendidikan, dalam
arti buku itu membahas serta mendalami pokok-pokok bahasan tertentu dari psikologi pendidikan.
Maka untuk mendalami psikologi pendidikan tidak senantisa harus mempelajari buku yang berjudul
psikologi pendidikan.

Namun menurut Sumadi Suryobroto ( 1987 ) Ruang Lingkup psikologi pendidikan meliputi :
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan : pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan sejarah
munculnya psikologi pendidikan

Pembawaaan

Lingkungan fisik dan psikologis

Perkembangan siswa

Proses proses tingkah laku

Hakekat dan ruang lingkup belajar

Faktor yang mempengaruhi belajar

Hukum dan teori belajar

Pengukuran pendidikan

Aspek praktis pengukuran pendidikan

Transfer belajar

Ilmu statistik dasar


Kesehatan mental

Pendidikan membentuk watak / kepribadian

Kurikulum pendidikan sekolah dasar

Kurikulum pendidikan sekolah menengah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Objek kajian psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak pada peserta
didik. Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh
karena itu objek kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi
lebih condong pada aspek psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses
pembelajaran

Psikologi merupakan sebuah disiplin ilmu dan terapan yang mempelajari mental dan perilaku
secara ilmiah. Psikologi memiliki tujuan langsung untuk memahami individu dan kelompok
dengan memperhatikan prinsip pribadi dan meneliti kasus spesifik. Seseorang yang ahli di
bidang psikologi atau menjadi peneliti psikologi disebut psikolog dan dapat diklasifikasikan
menjadi ilmuwan sosial, perilaku, atau kognitif. Psikolog berusaha untuk memahami perubahan
fungsi mental dalam individu dan perilaku sosial.

1. Asal Mula Kata Psikologi

Menurut etimologi, psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche (psukh) yang maknanya
berdarah panas yang berarti: Hidup, jiwa, hantu. Dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara
harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Kata 'psikologi (bahasa Latin: Psychologia) pertama kali
digunakan oleh ahli humaniora dari Kroasia dan literatur Kroasia berbahasa Latin dalam
bukunya. Psichiologia de ratione animae humane muncul sekitar abad ke-15 sampai ke-16
masehi. Referensi yang pertama kali menggunakan kata psychology dalam bahasa Inggris adalah
terdapat dalam buku The Physical Dictionary yang ditulis oleh Steven Blankaart yang merujuk
kepada Anatomi, yang membentuk Tubuh, dan Psikologi, yang membentuk Jiwa.

2. Pengertian Psikologi

Pengertian psikologi masih berkembang hingga sekarang. Berikut adalah beberapa pengertian
psikologi menurut para ahli:

1. Gardner Murphy. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh
makhluk hidup terhadap lingkungannya.
2. Clifford T. Morgan. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
3. Dakir (1993). Psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan
lingkungannya.
4. Muhibbin Syah (2001). Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya
dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang
meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku
tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam
hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak
maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.

Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi
psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa
tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Perdebatan tentang pengertian dan definisi psikologi ini berlanjut terus sampai sekarang. Saat ini
sudah demikian banyak definisi psikologi sehingga sulit dikatakan bahwa ada satu definisi yang
berlaku umum. Sebagian pakar ingin definisi yang lebih konkret daripada jiwa, atau mental,
sehingga mereka mendefinisikan psikologi sebagai aktivitas mental (John Dewey, Carr).
Namun ada yang beranggapan bahwa aktivitas mental pun masih terlalu luas. Maka muncullah
definisi psikologi sebagai elemen introspeksi/mawas diri (Titchener, Daellenbach), waktu
reaksi (Scripture), refleksi (Pavlov), atau perilaku (Watson). Definisi-definisi psikologi
berkembang untuk menuju psikologi yang objektif dan terukur, sebagai suatu persyaratan yang
penting untuk sebuah ilmu pengetahuan (pasca renaisans).

Pada umumnya, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam
hubungan dengan lingkungannya.
3. Sejarah Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an). Sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri
jauh ke masa Yunani kuno, sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya di tahun 1879,
yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu. Psikologi sendiri telah dikenal sejak
jaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens beginsel).
Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa
adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap - tiap makhluk hidup mempunyai jiwa. Dapat
dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan
mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada
intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descartes (1596-1650)
mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya.
Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh
belas dan delapan belasLeibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Humememberikan sumbangan
dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu
pengetahuan.

3.1. Psikologi Sebagai Bagian dari Filsafat dan Ilmu Faal

Sebelum 1879, psikologi dianggap sebagai bagian dari filsafat atau ilmu faal. Pada mulanya ahli-
ahli filsafat dari zaman Yunani Kuno-lah yang mulai memikirkan gejala-gejala kejiwaan. Saat itu
belum ada pembuktian-pembuktian secara empiris atau ilmiah. Mereka mencoba menerangkan
gejala-gejala kejiwaan melalui mitologi. Cara pendekatan seperti itu disebut sebagai cara
pendekatan yang naturalistik.

Di antara sarjana Yunani yang menggunakan pendekatan naturalistik adalah Thales (624-548
SM) yang sering disebut sebagai Bapak Filsafat. Ia meyakini bahwa jiwa dan hal-hal
supernatural lainnya tidak ada karena sesuatu yang ada harus dapat diterangkan dengan gejala
alam (natural phenomenon). Ia pun percaya bahwa segala sesuatu berasal dari air dan karena
jiwa tidak mungkin dari air maka jiwa dianggapnya tidak ada. Tokoh lainnya adalah
Anaximander (611-546 SM) yang mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari sesuatu yang
tidak tentu, sementara Anaximenes (abad 6 SM) mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari
udara. Tokoh yang tak kalah pentingnya adalah Empedocles, Hippocrates, dan Democritos.

Empedocles (490-430 SM) mengatakan bahwa ada empat elemen besar dalam alam semesta,
yaitu bumi/tanah, udara, api, dan air. Manusia terdiri dari tulang, otot, dan usus yang merupakan
unsur dari tanah; cairan tubuh merupakan unsur dari air; fungsi rasio dan mental merupakan
unsur dari api; sedangkan pendukung dari elemen-elemen atau fungsi hidup adalah udara.
Berdasarkan pada pandangan Empedochles, Hipocrates (460-375 SM) yang dikenal sebagai
Bapak Ilmu Kedokteran, menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat empat cairan tubuh
yang memiliki kesesuaian sifat dengan keempat elemen dasar tersebut.
Berdasarkan komposisi cairan yang ada dalam tubuh manusia tersebut maka Hipocrates
membagi manusia dalam empat golongan, yaitu:

1. Sanguine, orang yang mempunyai kelebihan (terlalu banyak ekses) darah dalam tubuhnya
mempunyai temperamen penggembira.
2. Melancholic, terlalu banyak sumsum hitam, bertemperamen pemurung.
3. Choleric, terlalu banyak sumsum kuning, bertemperamen semangat dan gesit.
4. Plegmatic, terlalu banyak lendir dan bertemperamen lamban.

Democritus (460-370 SM) berpendapat bahwa seluruh realitas yang ada di dunia ini terdiri dari
partikel-partikel yang tidak dapat dibagi lagi yang oleh Einstein kemudian diberi nama atom.
Beratus-ratus tahun sesudah Democritus prinsip tersebut masih diikuti oleh beberapa sarjana,
antara lain I.P. Pavlov dan J.B. Watson yang sama-sama berpendapat bahwa atom dari jiwa
adalah refleks-refleks.

Tokoh-tokoh Yunani kuno tersebut di atas pada dasarnya menganggap bahwa jiwa adalah satu
dengan badan. Jiwa dan badan berasal dari unsur-unsur yang sama dan tunduk pada hukum-
hukum yang sama (pandangan monoisme). Selain pandangan monoisme, tumbuh pula
pandangan dualisme, yaitu pandangan yang memisahkan jiwa dari badan, jiwa tidak sama
dengan badan, dan masing-masing tunduk pada peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang
terpisah. Tokoh-tokoh terkenal yang menganut pandangan dualisme antara lain: Socrates (469-
399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM).

Socrates berpandangan bahwa pada setiap manusia terpendam jawaban mengenai berbagai
persoalan dalam dunia nyata. Masalahnya adalah kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Oleh
karena itu, perlu ada orang lainsemacam bidanyang membantu melahirkan sang Ide dari
dalam kalbu manusia. Socrates mengembangkan metode tanya jawab untuk menggali jawaban-
jawaban terpendam mengenai berbagai persoalan. Dengan metode tanya jawab yang disebut
Socratic Method itu akan timbul pengertian yang disebut Maieutics (menarik keluar seperti
yang dilakukan oleh bidan). Maieutics ini kemudian ditumbangkan oleh R. Rogers tahun 1943
menjadi teknik dalam psikoterapi yang disebut Non Directive Techniques, suatu teknik yang
digunakan oleh psikolog atau psikoterapis untuk menggali persoalan-persoalan dalam diri pasien
sehingga ia menyadari sendiri persoalan-persoalannya tanpa terlalu diarahkan oleh psikolog atau
psikoterapisnya. Socrates menekankan pentingnya pengertian tentang diri sendiri bagi setiap
manusia sehingga menurutnya adalah kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri
terlebih dahulu kalau ia ingin mengerti tentang hal-hal di luar dirinya. Semboyannya yang
terkenal adalah belajar yang sesungguhnya pada manusia adalah belajar tentang manusia.

Sementara Plato, murid dan pengikut setia Socrates dan dianggap sebagai penganut dualisme
yang sebenar-benarnya, mengatakan bahwa dunia kejiwaan berisi ide-ide yang berdiri sendiri
terlepas dari pengalaman hidup sehari-hari. Pada orang dewasa dan intelektual, mereka dapat
membedakan mana jiwa dan mana badan. Akan tetapi, pada anak-anak jiwa masih bercampur
dengan badan, belum bisa memisahkan Ide dari benda-benda kongkrit. Jiwa yang berisi Ide-Ide
ini diberi nama Psyche. Selain itu, Plato juga meyakini bahwa tiap-tiap orang telah ditetapkan
status dan kedudukannya di masyarakat sejak lahir apakah ia seorang filsuf, prajurit, atau
pekerja.[2] Ia percaya bahwa tiap orang dilahirkan dengan kekhususan tersendiri, tidak sama
antara satu sama lainnya. Dengan demikian, selain dianggap sebagai penganut paham
Determinisme atau Nativisme, ia pun dianggap sebagai tokoh pemula dari paham individual
differences. Dalam perkembangan psikologi selanjutnya, paham individual differences ini
membawa para sarjana ke arah penemuan alat-alat pemeriksaan psikologi (psikotes).

Kalau Plato dianggap sebagai seorang rasionalis yang percaya bahwa segala sesuatu berasal dari
ide-ide yang dihasilkan rasio maka Aristoteles (385-322 SM), murid Plato, berkeyakinan bahwa
segala sesuatu yang berbentuk kejiwaan (form) harus menempati sesuatu wujud tertentu (matter).
Wujud ini pada hakikatnya merupakan pernyataan atau ekspresi dari jiwa. Tuhanlah satu-satunya
yang tanpa wujud, hanya form saja. Aristoteles sering disebut sebagai Bapak Psikologi Empiris
karena menurutnya segala sesuatu harus bertitik tolak dari realita, yaitu matter. Matter-lah
sumber utama pengatahuan. Pandangan dan teori-teori Aristoteles tentang Psikologi dapat dilihat
dalam bukunya yang terkenal De Anima, yang sesungguhnya merupakan buku tentang ilmu
hewan komparatif dan biologi.

Dalam buku itu ia mengatakan bahwa setiap benda di dunia ini mempunyai dorongan untuk
tumbuh dan menjadi sesuatu sesuai dengan tujuan yang sudah terkandung dalam benda itu
sendiri. Aristoteles selanjutnya membedakan antara hule dan morphe. Hule (Noes Photeticos)
adalah yang terbentuk. sedangkan Morphe (Noes Poeticos) adalah yang membentuk. Benda
dalam alam tidak tumbuh dan berkembang begitu saja, tetapi menjadi atau diperkembangkan
menjadi sesuatu. Sebelum benda itu terwujud benda itu berupa kemungkinan. Selanjutnya
Aristoteles membedakan tiga macam form, yaitu: Plant, yang mengontrol fungsi-fungsi vegetatif;
Animal, dapat dilihat dalam fungsi-fungsi seperti: mengingat, mengharap, dan persepsi;
Rasional, yang memungkinkan manusia malakukan penalaran (reasoning) dan membentuk
konsp-konsep. Khusus pada manusia, dorongan untuk tumbuh ini berbentuk dorongan untuk
merealisasikan diri (self realization) yang disebut entelechi. Menurut Aristoteles fungsi jiwa
dibagi dua, yaitu kemampuan untuk mengenal dan kemampuan berkehendak. Pandangan ini
dikenal sebagai dichotomi.

Berabad-abad setelah zaman Yunani Kuno, Psikologi masih merupakan bagian dari Filsafat.
Pada masa Renaissance, di Francis muncul Rene Decartes (1596-1650) yang terkenal dengan
teori tentang kesadaran, sementara di Inggris muncul tokoh-tokoh seperti John Locke (1623-
1704), George Berkeley (1685-1753), James Mill (1773-1836), dan anaknya John Stuart Mill
(1806-1873), yang semuanya itu dikenal sebagai tokoh-tokoh aliran Asosianisme.

Dalam perkembangan Psikologi selanjutnya, peran sejumlah sarjana ilmu Faal yang juga
menaruh minat terhadap gejala-gejala kejiwaan tidak dapat diabaikan. Tokohnya antara lain: C.
Bell (1774-1842), F. Magendie (1785-1855), J.P. Muller (1801-1858), P. Broca (1824-1880),
dan sebagainya. Nama seorang sarjana Rusia, I.P. Pavlov (1849-1936), tampaknya perlu dicatat
secara khusus karena dari teori-teorinya tentang refleks kemudian berkembang aliran
Behaviorisme, yaitu aliran dalam psikologi yang hanya mau mengakui tingkah laku yang nyata
sebagai objek studinya dan menolak anggapan sarjana lain yang mempelajari juga tingkah laku
yang tidak tampak dari luar. Selain itu, peranan seorang dokter berdarah campuran Inggris-
Skotlandia bernama William McDaugall (1871-1938) perlu pula dikemukakan. Ia juga telah
memberi inspirasi kepada aliran Behaviorisme di Amerika dengan teori-teorinya yang dikenal
dengan nama Purposive Psychology.
Sementara para sarjana Filasafat maupun ilmu Faal berusaha untuk menerangkan gejala-gejala
kejiwaan secara ilmiah murni, muncul pula orang-orang yang secara spekulatif mencoba untuk
menerangkan gejala-gejala kejiwaan dari segi lain. Diantara mereka adalah F.J. Gall (1785-1828)
yang mengemukakan bahwa jiwa manusia dapat diketahui dengan cara meraba tengkorak kepala
orang tersebut. Teori Gall dikembangkan dari pandangan Psikologi Fakultas (Faculty
Psychology) yang dikemukakan seorang tokoh gereja bernama St. Agustine (354-430). Menurut
Agustine, dengan mengeksplorasi kesadaran melalui metode introspeksi diri, dalam jiwa
terdapat bagian-bagian atau fakultas (faculties). Fakultas tersebut antara lain: ingatan, imajinasi,
indera, kemauan, dan sebagainya. Menurut Gall, karena setiap fakultas kejiwaan dicerminkan
pada salah satu bagian tertentu di tengkorak kepala maka dengan mengetahui bagian-bagian
tengkorak mana yang menonjol kita akan mengetahui fakultas-fakultas kejiwaan mana yang
menonjol pada orang tertentu sehingga kita dapat mengetahui pula keadaan jiwanya. Teori dari
Gall tersebut dikenal dengan Phrenologi. Teori yang seolah-olah ilmiah ini pada dasarnya hanya
bersifat ilmiah semu (pseudo science). Metote lainnya yang juga bersifat ilmiah semu antara lain:
Phiognomi (Ilmu Wajah/Raut Muka), Palmistri (Ilmu Rajah Tangan), Astrologi (Ilmu
Perbintangan), Numerologi (Ilmu Angka-angka), dan sebagainya.

3.2. Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri

Pada akhir abad ke-19 terjadilah babak baru dalam sejarah Psikologi. Pada tahun 1879, Wilhem
Wundt (Jerman, 1832-1920) mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang
menandai titik awal Psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sebagai tokoh Psikologi
Eksperimental, Wundt memperkenalkan metode Introspeksi yang digunakan dalam eksperimen-
eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut Strukturalisme karena ia mengemukakan
suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-
elemen (Elementisme) dan ada mekanisme terpenting dalam jiwa yang menghubungkan elemen-
elemen kejiwaan satu sama lainnya sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh yang
disebut asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dianggap sebagai tokoh Asosianisme.

Edward Bradford Titchener (1867-1927) mencoba menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt ke


Amerika. Akan tetapi, orang Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis kurang suka pada
teori Wundt yang dianggap terlalu abstrak dan kurang dapat diterapkan secara langsung dalam
kenyataan. Mereka kemudian membentuk aliran sendiri yang disebut Fungsionalisme dengan
tokoh-tokohnya antara lain: William James (1842-1910) dan James Mc Keen Cattel (1866-1944).
Aliran ini lebih mengutamakan fungsi-fungsi jiwa dari pada mempelajari strukturnya.
Ditemukannya teknik evaluasi psikologi (sekarang psikotest) oleh Cattel merupakan bukti betapa
pragmatisnya orang-orang Amerika.

Meskipun sudah menekankan pragmatisme, namun aliran Fungsionalisme masih dianggap terlalu
abstrak bagi segolongan sarjana Amerika. Mereka menghendaki agar Psikologi hanya
mempelajari hal-hal yang benar-benar objektif saja. Mereka hanya mau mengakui tingkah laku
yang nyata (dapat dilihat dan diukur) sebagai objek Psikologi (Behaviorisme). Pelopornya adalah
John Broades Watson (1878-1958) yang kemudian dikembangkan oleh Edward Chase Tolman
(1886-1959) dan B.F. Skinner (1904).
Selain di Amerika, di Jerman sendiri ajaran Wundt mulai mendapat kritik dan koreksi-koreksi.
Salah satunya dari Oswald Kulpe (1862-1915), salah seorang muridnya yang kurang puas
dengan ajaran Wundt dan kemudian mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg. Aliran Wurzburg
menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa image (bayangan dalam alam
pikiran). Kulpe berpendapat, pada tingkat berpikir yang lebih tinggi apa yang dipikirkan itu tidak
lagi berupa image, tapi ada pikiran yang tak terbayangkan (imageless thought).

Di Eropa muncul juga reaksi terhadap Wundt dari aliran Gestalt. Aliran Gestalt menolak ajaran
elementisme Wundt dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya persepsi, yang banyak
diteliti aliran ini) haruslah dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh (suatu gestalt) yang tidak
terpecah dalam bagian-bagian. Diantara tokohnya adalah Max Wertheimer (1880-1943), Kurt
Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1887-1967) .Di Leipzig, pada tahun 1924 Krueger
memperkenalkan istilah Ganzheit (berasal dari kata da Ganze yang berarti keseluruhan).
Meskipun istilah Ganzheit masih dianggap sama dengan istilah Gestalt dan aliran ini sering tidak
dianggap sebagai aliran tersendiri, namun menurut tokohnya, Krueger, Ganzheit tidak sama
dengan Gestalt dan merupakan perkembangan dari psikologi Gestalt. Ia berpendapat bahwa
psikologi Gestalt terlalu menitikberatkan kepada masalah persepsi objek, padahal yang
terpenting adalah penghayatan secara menyeluruh terhadap ruang dan waktu, bukan persepsi saja
atau totalitas objek-objek saja.

Perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gestalt adalah munculnya Teori Medan (Field
Theory) dari Kurt Lewin (1890-1947). Mulanya Lewin tertarik pada faham Gestalt, tetapi
kemudian ia mengeritiknya karena dianggap tidak adekuat. Namun demikian, berkat Lerwin,
sebagai perkembangan lebih lanjut di Amerika Serikat lahir aliran Psikologi Kognitif yang
merupakan perpaduan antara aliran Behaviorisme yang tahun 1940-an sudah ada di Amerika
dengan aliran Gestalt yang dibawa oleh Lewin. Aliran psikologi Kognitif sangat menitikberatkan
proses-proses sentral (seperti sikap, ide, dan harapan) dalam mewujudkan tingkah laku. Secara
khusus, hal-hal yang terjadi dalam alam kesadaran (kognisi) dipelajari oleh aliran ini sehingga
besar pengaruhnya terutama dalam mempelajari hubungan antar manusia (Psikologi Sosial).
Diantara tokohnya adalah F. Heider dan L. Fertinger.

Akhirnya, lahirnya aliran Psikoanalisa yang besar pengaruhnya dalam perkembangan psikologi
hingga sekarang, perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun peranan beberapa dokter ahli jiwa
(psikiater), seperti Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Pierre Janet 1859-1947) tidak kurang
pentingnya dalam menumbuhkan aliran ini, namun Sigmund Freud-lah (1856-1939) yang
dianggap sebagai tokoh utama yang melahirkan Psikoanalisa. Karena Psikoanalisa tidak hanya
berusaha menjelaskan segala sesuatu yang tampak dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha
menerangkan apa yang terjadi di dalam atau di bawah kesadaran manusia, maka Psikoanalisa
dikenal juga sebagai Psikologi Dalam (Depth Pshology).

4. Sejarah Perkembangan Psikologi di Indonesia

Di Indonesia perkembangan psikologi dimulai pada tahun 1953 yang dipelopori oleh Slamet
Iman Santoso dengan mendirikan lembaga pendidikan psikologi pertama yang mandiri dan pada
tahun 1960 lembaga tersebut sejajar dengan fakultas-fakultas lain di Universitas Indonesia dan
kemudian dikembangkan di UNPAD dan UGM. Hingga sekarang, di seluruh Indonesia sudah
berdiri puluhan Fakultas psikologi diberbagai universitas yang tersebar baik negeri maupun
swasta. Satu keunikan dari Fakultas psikologi yang berkembang di Indoensia adalah tidak
adanya jurusan seperti Fakultas-fakultas lain (jika psikologi berdiri sendiri sebagai Fakultas).

Walaupun memiliki sejarah yang jauh lebih pendek daripada keberadaan psikologi di negara-
negara barat, namun kebutuhan akan adanya psikologi di indonesia sama besar dengan negara-
negara barat lainnya. Sebagai negara berkembang, psikologi di indonesia di butuhkan dalam
bidang kesehatan, bisnis, pendidikan, politik, permasalahan sosial dan lain-lain.

Seperti psikologi di barat yang memiliki sejarah yang rumit, begitu pula psikologi di indonesia.
Tetapi psikologi di barat tidak selalu dapat di terapkan di indonesia, bahkan psikologi yang ada
di indonesia belum tentu dapat berlaku pada etnik lainnya, misalnya standar IQ dari Wescsler-
Bellevue yang berlaku di negara-nagara barat tidak berlaku umum di indonesia. Lebih lanjut lagi,
standar yang berlaku bagi golongan etnik atau kelas sosial tertentu di indonesia belum tentu
berlaku bagi golongan atau etnik lainnya.

Selain berbagai masalah di atas, indonesia juga menghadapi yang di hadapi oleh psikologi di
barat. Asal-usul yang sangat luas, definisi yang bervariasi, teori dan metodologi yang saling
bertentangan dan aplikasi yang sangat luas dan beragam adalah masalah-masalah yang juga di
hadapi oleh para psikologi di indonesia, guru besar, staf pengajar, dan praktisi yang berbeda
menggunakan pendekan, teori, dan metodologi yang berbeda pula dalam melihat dalam suatu
masalah yang sama. Hal ini menimbulkan kebingungan pada masyarakat awam di mana
masyarakat di indonesia belum dapat menerima psikologi sebagai suatu yang umum, yang
dapat melihat suatu dari barbagai sudut pandang seperti halnya di negara-nagara barat,
masyarakat di nindonesia masih cenderung mengharapkan psikologi sebagai suatu ilmu yang
pasti yang dapat memberikan jawaban dan penyeleseian yang pasti bagi penyeleseian masalah
seperti misalnya, ilmu kedokteran.

Belakangan ini kemajuan psikologi semakin pesat, ini terbukti dengan bermunculannya tokoh-
tokoh baru, misalnya BF Skinner (pendekatan behavioristik), Maslow (teori aktualisasi diri)
Roger Wolcott (teori belahan otak), Albert Bandura (social learning teory), Daniel Goleman
(kecerdasan emosi), Howard Gadner (multiple intelligences) dan sebagainya. Dan perkembangan
psikologi sekarang menuju psikologi yang kontemporer sesuai dengan perkembangan zaman,
muncul teori-teori baru dan aliran-aliran baru seperti Psikologi Lintas Budaya (cross cultur
psychology), Indegeneous Psychology (Psikologi Indgeneus), dan Psikologi Positif (Positive
Psychology).

5. Ruang Lingkup Psikologi

1. Psikologi Umum (psikologi yang memepelajari kegiatan atau aktivitas psikis manusia pada
umumnya yang normal dan beradab).
2. Psikologi khusus (psikologi yang mempelajari segi-segi kekhususan aktivatas psikis manusia)
macam-macamnya:
1. Psikologi Perkembangan Yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis
manusia dari masa bayi sampai tua, yang mencakup:
1. Psikologi anak (mencakup masa bayi)
2. Psikologi puber dan adolesensi (psikologi pemuda)
3. Psikologi orang dewasa
4. Psikologi orang tua
2. Psikologi sosial. Yaitu psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau
aktifitas-aktifitas manusia hubungannya dengan situasi sosial.
3. Psikologi pendidikan. Yaitu psikologi yang menguraikan kegiatan-kegiatan manusia
dalam hubungannya dengan situasi pendidikan . Misalnya, bagaimana dalam menarik
perhatian agar dapat dengan mudah diterima.
4. Psikologi kepribadian dan tifologi. Yaitu psikologi yang khusus menguraikan tentang
struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.
5. Psikopatologi. Yaitu psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang
tidak normal (abnormal).
6. Psikologi kriminal. Yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau
kriminalitas.
7. Psikologi perusahaan. Yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal
perusahaan.

6. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan

Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun
waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi
karena kekompleksan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta
sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium
psikologi pertama didunia.

6.1. Syarat Psikologi Sebagai Ilmu Pengetahuan

Hampir semua ilmu pengetahuan memiliki fokus utama dalam pengembangan penelitian, baik itu
sebagai penelitian dasar maupun sebagai suatu penelitian terapan. Suatu penelitian dianggap
sebagai suatu penelitian dasar berarti penelitian itu yang berkaitan dengan usaha-usaha dalam
mencari ilmu pengetahuan baru semata, tanpa memerhatikan apakah hasil penelitian itu
mempunyai kegunaan secara langsung atau praktis.

Agar psikologi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, maka psikologi harus mengikuti
tahap-tahap persyaratan sebagai ilmu pengetahuan. Berikut adalah pemenuhan syarat-syarat
psikologi sebagai ilmu pengetahuan:

1. Psikologi bersifat empiris, artinya timbul dan berkembangnya ilmu psikologi tidak boleh
berdasarkan intuisi, pendapat, atau keyakinan-keyakinan semata. Data empiris, artinya ilmu
psikologi itu timbul dan berkembang berdasarkan data pengalaman atau pengamatan yang
dilakukan melalui kegiatan eksperimen ataupun observasi yang berulang-ulang. Tanpa adanya
pengembangan penelitian, ilmu psikologi akan menjadi statis dan tidak berkembang. Oleh sebab
itu, dengan penelitian, maka ilmu psikologi memperoleh fakta-fakta yang berharga dan
berkesinambungan guna menambah fakta-fakta yang baru.
2. Psikologi harus sistematis, artinya, observasi dan eksperimen dalam penelitian merupakan alat
untuk memperoleh data-data valid. Yang terpenting dalam kegiatan observasi/penelitian bisa
dimengerti dan bisa dikonstruksikan menjadi sekumpulan prinsip. Kemudian prinsip
diklasifikasikan menjadi dalil-dalil yang jelas, tepat, menyatakan susunan dan hubungan antara
satu gejala dengan gejala lainnya. Sistematis, artinya ilmu psikologi tersusun menurut standar-
standar penelitian mulai dari tahap observasi, eksperimen, analisis, pengukuran, pengujian, dan
kesimpulan.
3. Psikologi harus mampu melakukan pengukuran. Suatu penelitian akan berharga tinggi apabila
memiliki alat pengukuran dan mengembangkan alat-alat pengukuran berikutnya terhadap
pengungkapan suatu penelitian. Psikologi juga harus memiliki alat pengukuran yang valid,
realibel, dan signifikan sehingga data-datanya dapat dikontrol dan dibuktikan secara objektif.
Seperti tes NSQ atau MMPI sebagai alat ukur kecemasan.
4. Psikologi harus memiliki fakta ilmiah. Artinya, ilmu psikologi bisa tumbuh dan berkembang
berdasarkan fakta aktual dan dapat dibuktikan. Fakta-fakta yang terkumpulkan harus mendukung
dalam semua aspek penelitian, terukur mampu menguji hipotesis, dan akhirnya memberikan
dukungan suatu teori atau membuat teori baru.
5. Psikologi harus memiliki definisi umum. Artinya, ilmu psikologi harus memiliki definisi yang
jelas, luas, singkat, dan sesuai menurut istilah-istilah yang digunakan, seperti definisi kecerdasan,
bakat, persepsi, perhatian, belajar, ingatan, motivasi, emosi, sikap, dan kepribadian. Definisinya
harus disesuaikan berdasarkan hasil penelitian dari istilah tersebut.

6.2. Fungsi psikologi sebagai ilmu

Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:

1. Menjelaskan. Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi.
Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
2. Memprediksikan. Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan
mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
3. Pengendalian. Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan.
Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervesi atau treatment
serta rehabilitasi atau perawatan.

7. Kajian Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada
perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada
perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:

7.1. Psikologi perkembangan

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang
membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan
erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya
interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan
individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.
7.2. Psikologi sosial

bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu:

1. studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi
proses belajar, atribusi (sifat)
2. studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan
lain-lain
3. studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan,
kerjasama dalam kelompok, persaingan, konflik

7.3. Psikologi kepribadian

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan
psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil
dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.

7.4. Psikologi kognitif

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses
belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.

8. Pendekatan Psikologi

Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5
cara pendekatan, yaitu:

8.1. Pendekatan neurobiologis

Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf.
Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan
kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku
dan proses mental.

8.2. Pendekatan perilaku

Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang
datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus -
Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini
dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan
melahirkan banyak sub-aliran.
8.3. Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu
(organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus
sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum
memberikan reaksi atas stimulus yang datang.

8.4. Pendekatan psikoanalisa

Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan


individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari
oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau
dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan
menuntut untuk dipuaskan.

8.5. Pendekatan fenomenologi

Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena
itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep
tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi
dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang
dirinya.

9. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Lain

Dari sejarahnya yang berawal dari filsafat dan ilmu faal, jelaslah bahwa psikologi berhubungan
dengan ilmu-ilmu lainnya. Dari definisi psikologi seperti yang telah disebutkan di atas pun,
dapatlah kita pahami bahwa psikologi sangat berguna dan dapat banyak membantu ilmu-ilmu
lainnya, terutama yang secara tidak langsung menyangkut kehidupan manusia. Berikut adalah
ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan psikologi:

9.1. Hubungan psikologi dengan sosiologi

Psikologi dengan sosiologi memiliki hubungan satu sama lain yaitu sama-sama mempelajari
manusia beserta tingkah lakunya. Gejala seperti urbanisasi atau konflik antarkelompok
memerlukan penjelasan psikologi, sehingga timbul cabang psikologi yang khusus mempelajari
masalah-masalah sosial yang disebut psikologi sosial.

9.2. Hubungan psikologi dengan ekonomi

Naik turunnya harga atau kurs valuta asing atau berhasil/tidaknya suatu upaya marketing tidak
hanya tergantung pada hukum supply and demand dalam ilmu ekonomi, tetapi juga dalam proses
pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang terlibat dalam proses ekonomi
(baik penjual, pembeli, produsen, distributor, bank, pasar modal, pemerintah, dan lain-lain).
9.3. Hubungan psikologi dengan biologi

Baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia, pada segi-segi tertentu kedua
ilmu ini ada titik pertemuan . misalnya soal keturunan, sifat,intelegensi, bakat, dll.

9.4. Hubungan psikologi dengan ilmu hukum

Ilmu yang mempelajari bagaimana mancapai kebenaran dan keadilan ini jelas terkait erat dengan
psikologi, karena kebenaran dan keadilan itu sendiri sangat subjektif dan karenanya bersifat
psikologis.

9.5. Hubungan psikologi dengan Ilmu Pengetahuan Alam

Metode ilmu pengetahuan alam mempengaruhi perkembangan meted dalam psikologi, karenanya
para ahli beranggapan kalau psikologi ingin mendapatkan kemajuan haruslah mengikuti cara
kerja yang di tempuh oleh ilmu pengetahuan alam.

9.6. Hubungan psikologi dengan ilmu politik

Gus Dur dan Megawati pernah dianggap kurang memenuhi syarat untuk menjadi presiden, justru
bisa menduduki jabatan itu, hanya karena secara psikologis mereka punya kharisma terhadap
massa mereka masing-masing. Timbulnya cabang psikologi politik adalah untuk menjawab
masalah-masalah seperti ini.

9.7. Hubungan psikologi dengan ilmu filsafat

Manusia merupakan obyek dari filsafat yang antara lain membicarakan soal hakikat kodrat
manusia, tujuan hidup dll. Psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat terutama
menenai hal-hal yang menyangkut sifat hakikat serta tujuan dari ilmu pengetahuan itu.

9.8. Hubungan psikologi dengan ilmu kedokteran

Psikologi membantu para dokter untuk mengadakan pendekatan yang sebaik-baiknya terhadap
para pasien, menemukan penyebab-penyebab non-medis dari gejala penyakit yang tidak
ditemukan faktor penyebab medisnya, membantu pasien dalam mengatasi penyakit, dll. Namun,
psikolog juga perlu bantuan dokter untuk gejala-gejala tertentu seperti autisma, ADHD, atau
skizofrenia.

9.9. Hubungan psikologi dengan Paedagogiek

Kedua ilmu ini hampir tidak dapat di pisahkan satu sama lain karena memiliki hubungan timbal
balik, paedagogiek memberikan bimbingan hidup sedang psikologi menunjukkan perkembangan
hidup manusia. Paedagogiek baru akan tepat sasaran, apabila dapat memahami langkah-langkah/
petunjuk psikologi.
9.10. Hubungan psikologi dengan Agama

Psikologi dan agama sangat erat hubungannya, mengingat agama diajarkan kepada manusia
dengan dasar-dasar yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi psikologis juga. Tanpa dasar
tersebut agama sulit mendapat tempat di dalam jiwa manusia.

Selain itu, psikologi pun banyak sekali membantu berbagai profesi seperti:

1. Guru dalam mendidik murid-muridnya


2. Manajer perusahaan dalam mengatur pegawai-pegawainya
3. Tentara dalam menyusun perang urat saraf (Psywar)
4. Polisi dalam menginterogasi tahanan atau mengatasi huru-hara dan sebagainya.

10. Wilayah Terapan Psikologi

Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan.
walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi membuat
wilayah terapan ini rancu, misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja
pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.

10.1. Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial,
sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial
digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia
belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan
organisasi sekolah.

10.2. Psikologi sekolah

Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam
mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.

10.3. Psikologi industri dan organisasi

Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja


suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi mempelajari
bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya.

10.4. Psikologi kerekayasaan

Penerapan psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk
meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error).
10.5. Psikologi klinis

Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan
memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.

10.6. Parapsikologi

Parapsikologi adalah cabang psikologi yang mencakup studi tentang extra sensory perception,
psikokinesis, dan sebagainya. Bagi para pendukungnya, parapsikologi dilihat sebagai bagian dari
psikologi positif dan psikologi transpersonal. Penelitian parapsikologi pada umumnya dilakukan
di laboratorium sehingga parapsikolog menganggap penelitian tersebut ilmiah. Kritisisme
terhadap parapsikologi dan dukungan terhadap parapsikologi dari American Association for the
Advancement of Science terhadap affiliasinya yaitu Parapsychological Association.

11. Metode Psikologi

Tujuan ilmu pengetahuan adalah memberikan informasi yang dapat diperiksa kebenarannya.
Data-data penelitian ini dapat diukur kembali dalam kondisi yang sama dapat memberikan hasil
relatif sama. Sebagai ilmu pengetahuan, maka ilmu psikologi harus memiliki beberapa metode
penelitian guna mencari dan membuktikan data. Berikut adalah beberapa metode psikologi:

1. Metode eksperimen laboratoris. Merupakan metode psikologi yang menggunakan eksperimen


(percobaan).
2. Metode observasi. Metode observasi (percobaan) sering digunakan untuk penelitian alamiah.
Metode observasi dapat dilakukan dalam laboratorium tetapi tetap menjaga supaya subjek merasa
senang di ruang laboratorium.
3. Metode survei. Metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan beberapa variabel
sebagai alat kajiannya. Variabelnya hampir sama dengan variabel eksperimen laboratoris.
4. Metode tes. Metode tes merupakan instrumen penelitian yang penting dalam psikologi
kontemporer. Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang atau sekelompok
orang.
5. Metode riwayat kasus. Kajian riwayat kasus (riwayat hidup) merupakan sumber data penting
untuk memahami seseorang atau masyarakat. Riwayat kasus dipersiapkan melalui reka ulang
kasus menurut kronologis peristiwa, catatan-catatan, atau rekaman-rekaman yang diingat.

Anda mungkin juga menyukai