Ia
berasal dari Indonesia, khususnya PulauJawa, kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan
wilayah biogeografiMalesia. Saat ini, sebagian besar budidaya temu lawak berada di Indonesia,Malaysia, Thailand,
dan Filipina[2] tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula
di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika Serikatdan beberapa negara Eropa.
Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede, sedangkan di Madura disebut temu labak[1].
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan
berhabitat di hutan tropis[2]. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur[3].
Daftar isi
[sembunyikan]
1Ciri Morfologi
2Pemanfaatan
3Sentra penanaman
4Aspek Budidaya
o 4.1Pertumbuhan
4.1.1Iklim
4.1.2Media tanam
4.1.3Ketinggian
5Hama dan penyakit
o 5.1Hama
o 5.2Penyakit
5.2.1Gulma
5.2.2Pengendalian hama/penyakit secara organik
6Kandungan dan Manfaat
7Referensi
8Pustaka
Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temu lawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini
mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan
kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu
makan, anti kolesterol, antiinflamasi, anemia, antioksidan, pencegah kanker, dan antimikroba.
Lahan penanaman diolah dengan cangkul sedalam 25-30 sentimeter, kemudian dibuat bedengan berukuran 3-4 meterdengan
panjang sesuai dengan ukuran lahan, untuk mempermudah drainase agar rimpang tidak tergenang dan membusuk [5]. Lubang
tanam dibuat dengan ukuran 20 sentimeter x 20 sentimeter x 20 sentimeter dengan jarak tanam 100sentimeter x
75 sentimeter, pada setiap lubang tanam dimasukkan 2-3 kilogram pupuk kandang[1]. Penanaman bibit dapat pula dilakukan
pada alur tanam/ rorak sepanjang bedengan, kemudian pupuk kandang ditaburkan di sepanjang alur tanam, kemudian
masukkan rimpang bibit sedalam 7.5-10 sentimeter dengan mata tunas menghadap ke atas[5].
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma sebanyak 2-5 kali, tergantung dari pertumbuhan gulma,
sedangkan pembumbunan tanah dilakukan bila terdapat banyak rimpang yang tumbuh menyembul dari tanah [1]. Waktu panen
yang paling baik untuk temu lawak yaitu pada umur 11-12 bulan karena hasilnya lebih banyak dan kualitas lebih baik daripada
temu lawak yang dipanen pada umur 7-8 bulan[5]. Pemanenan dilakukan dengan cara menggali atau membongkar tanah
disekitar rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul[1].
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di
habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun temulawak juga dapat
dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi
yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC
Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
Penyakit layu disebabkan oleh Pseudomonas sp, gejala berupa kelayuan daun bagian bawah yang diawali
menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. Cara
pengendaliannya dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan
konsentrasi 0.1 -0.2%.
Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti
inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi[1]. Manfaat lainnya yaitu,
meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah[2].
Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil
patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan[6]. Di sisi
lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut
menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan
nyamuk Aedes aegypti[7].