Anda di halaman 1dari 8

Desain Penelitian Naratif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Pengalaman dalam kehidupan individu diceritakan kepada orang lain. Mereka memberikan
pandangan mereka tentang kelas, sekolah, masalah pendidikan dan latar dimana mereka bekerja.
Ketika individu menceritakan kehidupannya kepada peneliti, mereka merasa didengarkan.
Informasi yang mereka berikan kepada peneliti berupa cerita pengalaman-pengalaman pribadi.
Data yang berupa cerita dilaporkan menggunakan desain penelitian naratif. Tujuan makalah ini
mendefinisikan desain penelitian naratif, mengidentifikasi kapan penelitian naratif digunakan,
menentukan karakteristik kunci, menentukan langkah-langkah dalam melakukan penelitian, dan
menentukan daftar kriteria untuk mengevaluasi desain penelitian naratif.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam makalah ini mengenai:
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian naratif ?
2. Kapan penelitian naratif digunakan?
3. Apa saja jenis-jenis penelitian naratif ?
4. Apa karakteristik kunci penelitian naratif ?
5. Apa potensi masalah dalam mengumpulkan cerita naratif?
6. Apa langkah-langkah dalam melakukan penelitian naratif ?
7. Apa kriteria untuk mengevaluasi penelitian naratif ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi penelitian naratif


Penelitian naratif adalah laporan bersifat narasi yang menceritakan urutan peristiwa secara
terperinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti menggambarkan kehidupan individu,
mengumpulkan cerita tentang kehidupan orang-orang, dan menulis narasi pengalaman individu
(Connelly & Clandinin, 1990). Penelitian naratif biasanya berfokus pada studi satu orang atau
individu tunggal dan bagaimana individu itu memberikan makna terhadap pengalamannya
melalui cerita-cerita yang disampaikan, pengumpulan data dengan cara mengumpulkan cerita,
pelaporan pengalaman individu, dan membahas arti pengalaman itu bagi individu.
Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat laporan naratif dari
cerita individu. Peneliti membuat ikatan dengan partisipan dengan tujuan supaya peneliti maupun
partisipan merasa nyaman. Bagi partisipan berbagi cerita akan membuatnya merasa ceritanya itu
penting dan merasa didengarkan.
Penelitian naratif juga digunakan ketika cerita memiliki kronologi peristiwa. Penelitian ini
berfokus pada gambar mikroanalitik (cerita individu) daripada gambar yang lebih luas tentang
norma kebudayaan, seperti dalam etnografi, atau teori-teori umum dan abstrak, seperti
dalam grounded theory.
Desain penelitian naratif ditinjau secara luas dalam bidang pendidikan baru pada tahun
1990. Tokoh pendidikan D. Jean Clandinin dan Michael Connelly untuk pertama kalinya yang
memberikan tinjauan penelitian naratif dalam bidang pendidikan. Mereka menyebutkan dalam
tulisannya beberapa aplikasi penelitian naratif dalam ilmu sosial, menguraikan proses
pengumpulan catatan-catatan naratif dan mendiskusikan struktur atau kerangka penelitian dan
penulisan laporan penelitian naratif.
Tren atau kecenderungan mempengaruhi perkembangan penelitian naratif dalam bidang
pendidikan. Cortazzi (1993) mengemukakan tiga faktor. Pertama, sekarang ini ada peningkatan
perhatian pada refleksi guru. Kedua, perhatian lebih ditekankan pada pengetahuan guru (apa
yang mereka tahu, bagaimana mereka berpikir, bagaimana mereka menjadi profesional, dan
bagaimana mereka membuat tindakan dalam kelas). Ketiga, pendidik mencoba membawa suara
guru ke permukaan dengan memberdayakan guru untuk melaporkan tentang pengalaman
mereka.
B. Jenis-jenis penelitian naratif
Beberapa jenis bentuk penelitian naratif antara lain adalah otobiografi, biografi, dokumen
pribadi, riwayat hidup, personal accounts, etnobiografi, otoetnografi. Jika peneliti merencanakan
melakukan studi naratif, maka perlu mempertimbangkan jenis studi naratif apa yang akan
dilakukan. Dalam studi naratif, untuk mengetahui jenis naratif apa yang akan digunakan memang
penting, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui karakteristik esensial dari tiap-tiap jenis.
Lima pertanyaan berikut ini yang akan membantu dalam menentukan jenis studi naratif.
1. Siapa yang menulis atau mencatat cerita?
Menentukan siapa yang menulis dan mencatat cerita individu adalah perbedaan mendasar dalam
penelitian naratif. Biografi adalah bentuk studi naratif dimana peneliti menulis dan mencatat
pengalaman orang lain. Naratif otobiografi individu yang menjadi subjek studi yang menulis
laporannya.
2. Berapa banyak dari suatu kehidupan yang dicatat dan disajikan?
Riwayat hidup adalah suatu naratif dari keseluruhan pengalaman hidup seseorang. Fokusnya
sering meliputi titik balik atau peristiwa penting dalam kehidupan individu. Dalam pendidikan,
studi naratif secara khusus tidak meliputi laporan dari suatu keseluruhan kehidupan tetapi malah
berfokus pada suatu bagian atau peristiwa tunggal dalam kehidupan individu.
3. Siapa yang memberikan cerita?
Faktor ini secara khusus relevan dalam pendidikan, dimana tipe pendidik atau tenaga pendidik
menjadi fokus dalam beberapa studi naratif. Sebagai contoh, naratif guru merupakan personal
account guru tentang pengalamannya di dalam kelas. Studi naratif yang lain berfokus pada siswa
di dalam kelas. Beberapa individu yang lain dalam latar pendidikan dapat memberikan cerita,
misalnya tenaga administrasi, pramusaji, tukang kebun dan tenaga kependidikan yang lain.
4. Apakah suatu pandangan teoretis digunakan?
Suatu pandangan teoretis dalam penelitian naratif adalah pedoman perspektif atau ideologi yang
memberikan kerangka untuk menyokong dan menulis laporan. Pandangan teoretis untuk
Amerika latin menggunakan pandangan testimonios, untuk cerita tentang wanita menggunakan
perspektif feminist.
5. Dapatkah bentuk naratif dikombinasikan?
Suatu studi naratif mungkin berupa biografi karena peneliti menulis dan melaporkan tentang
partisipan dalam penelitiannya. Penelitian juga dapat berfokus pada suatu studi pribadi dari
seorang guru. Hal ini dapat menunjukkan suatu peristiwa dalam kehidupan seorang guru,
misalnya pemecatan guru dari sekolah, menghasilkan suatu naratif pribadi. Jika individunya
seorang wanita, peneliti akan menggunakan perspektif teoretis feminist untuk menguji
kekuatan dan mengontrol masalahnya. Pada akhirnya menghasilkan suatu naratif dari kombinasi
beberapa unsur yang berbeda yaitu gabungan dari biografi,personal account, cerita guru, dan
perspektif feminist.

C. Karakteristik kunci penelitian naratif


Penelitian naratif memiliki beberapa karakteristik bersama. Peneliti naratif mengeksplorasi
suatu penelitian masalah pendidikan dengan memahami pengalaman individu. Tinjauan pustaka
memainkan sedikit peran, khususnya dalam mengarahkan pertanyaan penelitian dan peneliti
memberi tekanan pada pentingnya pengetahuan dari partisipan dalam suatu latar atau setting.
Pengetahuan ini diperoleh dari cerita. Cerita merupakan data dan peneliti secara khusus
mengumpulkannya melalui wawancara atau percakapan informal. Datanya disebut field text
atau teks lapangan (Clandinin & Connelly, 2000), yang memberikan data kasar/mentah bagi
peneliti untuk dianalisis seperti yang diceritakan berdasarkan unsur masalah, karakter, latar,
tindakan dan resolusi. Peneliti membuat cerita naratif dan seringkali mengidentifikasi tema-tema
atau kategori-kategori yang muncul. Peneliti menulis atau menyusun kembali cerita menurut
kronologi kejadian, mendeskripsikan penglaman masa lalu, sekarang dan masa depan dalam latar
atau konteks tertentu. Sepanjang proses mengumpulkan dan menganalisis data, peneliti
berkolaborasi dengan partisipan, kemudian peneliti dapat menjalin cerita menjadi laporan akhir.
Tujuh karakteristik utama penelitian naratif yaitu: pengalaman individu, kronologi
pengalaman, pengumpulan cerita, restorying, coding tema, konteks atau latar dan kolaborasi.
Tujuh karakteristik ini menjadi pusat penelitian.
Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti mengeksplorasi
pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang dimaksud pengalaman pribadi dan
pengalaman sosial. Penelitian naratif berfokus memahami pengalaman masa lalu individu dan
bagaimana pengalaman itu memberi kontribusi pada pengalaman masa sekarang dan masa
depan.
Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan adalah salah satu
unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif menganalisis suatu kronologi dan
melaporkan pengalaman individu. Ketika peneliti berfokus pada pemahaman pengalaman ini,
peneliti memperoleh informasi tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan partisipan.
Kronologi yang dimaksud dalam penelitian naratif adalah peneliti menganalisis dan menulis
tentang kehidupan individu menggunakan urutan waktu menurut kronologi kejadian
(Cortazzi, 1993).
Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh individu
kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita dalam penelitian naratif adalah
orang pertama langsung secara lisan yang mengatakan atau menceritakan. Cerita biasanya
memiliki awal, tengah dan akhir. Cerita secara umum harus terdiri dari unsur waktu, tempat, plot
dan adegan.
Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari beberapa sumber data. Field textsdapat diwakili
oleh informasi dari sumber lain yang dikumpulkan oleh peneliti dalam desain naratif. Cerita
dikumpulkan dengan cara diskusi, percakapan atau wawancara.
Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan kembali dengan
kata-kata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini untuk menghubungkan dan
mengurutkannya. Restorying adalah proses dimana peneliti mengumpulkan cerita,
menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat, plot dan adegan) dan kemudian
menulis kembali cerita itu untuk menempatkannya dalam urutan kronologis. Ada beberapa tahap
untuk melakukan restory :
1. Peneliti melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara.
2. Peneliti mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita.
3. Peneliti menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu rangkaian atau
urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh atau karakter, tindakan, masalah
dan resolusi.
Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-tema atau kategori-
kategori. Identifikasi tema-tema memberikan kompleksitas sebuah cerita dan menambah
kedalaman untuk menjelaskan tentang pemahaman pengalaman individu. Peneliti
menggabungkan tema-tema menjadi kalimat mengenai cerita individu atau memasukannya
sebagai bagian terpisah dalam suatu penelitian. Peneliti naratif secara khusus memberi tema
utama setelah proses restory.
Peneliti menggambarkan secara terperinci latar atau konteks dimana pengalaman individu
menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory cerita partisipan dan menentukan tema,
peneliti memasukkan rincian latar atau konteks pengalaman partisipan. Latar atau setting dalam
penelitian naratif boleh jadi teman-teman, keluarga, tempat kerja, rumah dan organisasi sosial
atau sekolah.
Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian. Kolaborasi dalam
penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput partisipannya dalam memeriksa cerita yang
dibukakan atau dikembangkan. Kolaborasi bisa meliputi beberapa tahap dalam proses penelitian
dari merumuskan pusat fenomena sampai menentukan jenis field texts yang akan menghasilkan
informasi yang berguna untuk menulis laporan cerita pengalaman individu. Kolaborasi meliputi
negoisasi hubungan antara peneliti dan partisipan untuk mengurangi potensi gap atau celah
antara penyampai naratif dan pelapor naratif. Kolaborasi juga termasuk menjelaskan tujuan dari
penelitian kepada partisipan, negoisasi transisi dari mengumpulkan data sampai menulis cerita
dan menyusun langkah-langkah untuk berbaur dengan partisipan dalam penelitian.

D. Potensi masalah yang muncul dalam mengumpulkan cerita


Apakah cerita itu autentik? Partisipan mungkin saja memberikan data atau cerita
palsu (Connelly & Clandinin, 1990). Data palsu menimbulkan masalah bagi peneliti karena
peneliti sangat bergantung pada informasi dari partisipan. Kumpulanfield texts, triangulasi
data, member checking dapat membantu memastikan bahwa data yang dikumpulkan baik.
Partisipan mungkin saja tidak dapat menceritakan cerita/kejadian yang sebenarnya.
Ketidakmampuan ini dapat muncul ketika pengalaman itu sungguh terlalu menakutkan untuk
dilaporkan atau terlalu buruk untuk diceritakan. Ketidakmampuan ini juga muncul ketika
individu takut menerima sanksinya jika mereka menceritakan pengalamannya.
Siapa yang memiliki cerita? Dalam melaporkan cerita, peneliti beresiko melaporkan cerita
yang belum mendapat ijin untuk diceritakan. Peneliti harus mendapat ijin untuk melaporkan
cerita dan menjelaskan kepada individu tujuan dan manfaat cerita pada awal memulai penelitian.
Apakah suara partisipan hilang pada akhir laporan naratif? Ketika
melakukanrestory, mungkin saja laporan merefleksikan cerita peneliti dan bukan cerita
partisipan. Penggunaan secara luas kutipan partisipan, bahasa yang tepat dari partisipan dan
dengan hati-hati menyusun waktu dan tempat cerita, dapat membantu mencegah terjadinya
masalah ini. Masalah yang berhubungan adalah apakah peneliti mengambil keuntungan dengan
mengorbankan atau merugikan partisipan. Memberikan timbal balik atau balasan kepada
partisipan misalnya memberikan penghargaan kepada partisipan dalam penelitian atau menjadi
sukarelawan bagi partisipan akan menguntungkan baik partisipan maupun peneliti.

E. Langkah-langkah dalam melakukan penelitian naratif


Pendidik/peneliti yang melakukan studi naratif melewati proses yang sama tanpa
memperhatikan jenis atau bentuk penelitian naratif. Prosesnya terdiri dari tujuh langkah utama,
khususnya selama peneliti melakukan studi naratif. Pada bagian berikut ini akan dibahas tujuh
langkah dalam melakukan penelitian naratif.

S
umber: Creswell, 2008

1. Mengidentifikasi satu pusat fenomena untuk dieksplorasi yang menunjukkan suatu masalah
pendidikan.
Proses penelitian dimulai dengan memfokuskan pada masalah penelitian untuk diteliti dan
diidentifikasi. Satu pusat fenomena untuk dieksplorasi. Walaupun fenomena yang ditarik dalam
penelitian adalah cerita (Connelly & Clandinin, 1990), tetapi peneliti perlu untuk
mengidentifikasi suatu masalah atau keprihatinan peneliti pada suatu kondisi/keadaan tertentu.
Peneliti berusaha untuk memahami pengalaman pribadi atau sosial dari seorang individu
atau lebihdalam lingkup pendidikan.
2. Secara sengaja (purposefully) memilih seorang individu untuk mempelajari tentang satu
fenomena tersebut.
Peneliti mencari seorang individu atau lebih yang dapat memberikan suatu pemahaman tentang
fenomena itu. Partisipan mungkin seseorang yang khas atau seseorang yang sangat penting
untuk penelitian karena ia telah mengalami masalah tertentu atau situasi tertentu. Walaupun
kebanyakan studi naratif meneliti hanya individu tunggal, peneliti dapat meneliti beberapa
individu dalam penelitian, masing-masing dengan cerita berbeda yang dapat menimbulkan
konflik atau malah saling mendukung satu sama lain.
3. Mengumpulkan cerita dari individu tersebut.
Peneliti mengumpulkan field texts (data) yang akan memberikan cerita dari pengalaman
partisipan. Boleh jadi langkah terbaik untuk mengumpulkan cerita adalah memiliki cerita
partisipan tentang pengalamannya melalui percakapan atau wawancara. Peneliti dapat
mengumpulkan field texts atau teks lapangan dari sumber yang lain juga, seperti jurnal atau
catatan harian, mengamati individu dan membuat fieldnote atau catatan lapangan,
mengumpulkan surat-surat yang dikirim oleh individu, mengumpulkan cerita individu dari
anggota keluarganya, mengumpulkan dokumen-dokumen resmi mengenai individu,
mengumpulkan foto-foto dan barang-barang pribadi yang lain dan mencatat pengalaman-
pengalaman hidup individu.
4. Restory atau menceritakan kembali cerita individu.
Proses ini meliputi pemeriksaan data kasar/mentah, mengidentifikasi unsur-unsur cerita di
dalamnya, mengurutkan atau mengorganisir unsur-unsur cerita dan menyajikan ulangan cerita
yang menggambarkan pengalaman partisipan. Peneliti melakukan restory karena pendengar dan
pembaca akan lebih memahami cerita yang diceritakan oleh partisipan jika peneliti mengurutkan
menjadi urutan yang logis. Apakah peneliti mengeidentifikasi unsur-unsur cerita?
Bagaimana peneliti mengurutkan dan mengorganisir unsur-unsur cerita? Peneliti naratif
membedakan unsur-unsur cerita menjadi pilihan, misalnya, waktu, tempat, plot, dan adegan
merupakan unsur utama terdapat dalam restory oleh peneliti (Connelly & Clandinin, 1990).
5. Berkolaborasi dengan partisipan yang memberi cerita.
Peneliti secara aktif berkolaborasi dengan partisipan sepanjang proses penelitian. Kolaborasi ini
dapat mengasumsikan beberapa bentuk, seperti negoisasi masuk ke tempat penelitian dan
negoisasi dengan partisipan, bekerja secara dekat dengan partisipan supaya mendapatkan field
texts untuk memahami pengalaman partisipan, menulis dan menceritakan cerita dalam kalimat
atau kata-kata peneliti sendiri.
6. Menulis laporan naratif tentang pengalaman partisipan.
Langkah utama dalam proses penelitian adalah supaya peneliti menulis dan menyajikan cerita
dari pengalaman partisipan. Restorying peneliti tentu saja merupakan pusat dalam laporan
naratif. Selanjutnya peneliti harus memasukkan suatu analisis untuk menyoroti tema khusus yang
muncul sepanjang cerita.
7. Validasi keakuratan laporan.
Peneliti juga perlu melakukan validasi keakuratan dari laporan naratifnya. Ketika berkolaborasi
dengan partisipan, validasi ini dapat terjadi melalui kegiatan penelitian. Beberapa validasi praktis
seperti member checking, triangulasi di antara sumber-sumber data dan mencari bukti-bukti
dapat membantu menentukan keakuratan dan kredibilitas laporan naratif.

F. Mengevaluasi penelitian naratif


Sebagai salah satu bentuk penelitian kualitatif, penelitian naratif perlu konsisten dengan
kriteria penelitian kualitatif. Ada aspek-aspek spesifik naratif dalam membaca dan mengevaluasi
studi naratif yang harus dipertimbangkan. Daftar pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi laporan penelitian naratif.
- Apakah peneliti berfokus pada pengalaman individu?
- Apakah fokus pada seseorang atau beberapa orang individu?
- Apakah peneliti mengumpulkan cerita suatu pengalaman individu?
- Apakah peneliti malakukan restory cerita partisipan?
- Dalam restorying, apakah suara partisipan terdengar seperti suara peneliti?
- Apakah peneliti mengidentifikasi tema-tema yang muncul dari cerita?
- Apakah cerita ini termasuk informasi tentang tempat atau latar dari individu?
- Apakah cerita memiliki kronologis, urutan temporal termasuk masa lalu, sekarang, dan masa
depan?
- Apakah ada bukti peneliti berkolaborasi dengan partisipan?
- Apakah cerita itu cukup menjawab tujuan dan pertanyaan peneliti?

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penelitian naratif sebagai suatu bentuk populer dari penelitian kualitatif. Penelitian naratif
menjadi suatu cara untuk melakukan studi tentang guru, siswa dan tenaga kependidikan lainnya
dalam latar pendidikan. Penelitian naratif mendeskripsikan pengalaman hidup individu,
mengumpulkan cerita (data), menceritakan kembali dan menulis laporan naratif tentang
pengalaman-pengalaman individu. Studi kualitatif ini berfokus pada mengidentifikasi
pengalaman individu tunggal atau beberapa individu dan memahami pengalaman masa lalu,
sekarang dan masa depannya.
Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari individu dan menceritakan kembali cerita
partisipannya menjadi suatu kerangka kronologi karakter, latar, tindakan, masalah dan tindakan
resolusinya. Peneliti dapat mengumpulkan field texts atau teks lapangan dan membentuknya
menjadi tema-tema atau kategori-kategori dan mendeskripsikan secara terperinci latar atau
konteks cerita. Peneliti menekankan kolaborasi dengan partisipan sepanjang proses penelitian.
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian naratif adalah mengidentifikasi masalah
yang sesuai untuk penelitian naratif dan memilih satu partisipan atau lebih untuk melakukan
studi. Peneliti kemudian mengumpulkan cerita-cerita dari partisipan tentang pengalaman
hidupnya dan menceritakan kembali cerita untuk membentuk kronologi kejadian termasuk
karakter tokoh, latar, masalah, tindakan dan resolusi. Sepanjang proses ini peneliti berkolaborasi
dengan partisipan dan cerita yang disusun oleh peneliti menceritakan pengalaman hidup
partisipannya.

DAFTAR PUSTAKA

Clandinin, D. J., & Connelly, F. M. (1990). Stories of experience and narrative inquiry. Educational
Researcher, 1S(5), 214.
Clandinin, D. J., & Connelly, F. M. (2000). Narrative inquiry: experience and story in qualitative
research. San Francisco: Jossey-Bass.
Cortazzi, M. (1993). Narrative analysis. London: Falmer Press.
Creswell, J. W.(2008). Educational research, planning, conducting, and evaluating quantitative and
qualitative research. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Creswell, J. W.(2010). Research design, penedekatan kualitatif, kuantitaif, dan mixed
3rd ed. (Terjemahan Achmad Fawaid). Thousand Oaks, CA : Sage. (Buku asli diterbitkan tahun
2009).

Anda mungkin juga menyukai