Oleh
Kelompok III
Pembimbing
2004
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL.... i
DAFTAR ISI.... ii
PENDAHULUAN... 1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS 3
II. ANAMNESIS.. 3
V. RESUME. 13
VI. DIAGNOSA..... 14
VII. PENATALAKSANAAN. 15
IX. PROGNOSIS... 19
X. PENCEGAHAN... 19
PEMBAHASAN.. 20
PENUTUP 27
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
ii
Penyakit gastroenteritis (diare) hingga kini merupakan salah satu penyebab
episode diare terjadi setiap tahun pada anak di bawah umur 5 tahun dan 80%
per 1000 penduduk per tahun. Pada bayi kasus diare menduduki tempat kedua setelah
infeksi saluran pernafasan sebagai penyebab kematian. Dengan upaya yang sekarang
dilakukan pemerintah, angka kematian di rumah sakit dapat ditekan menjadi kurang
dari 3%.2,3
dan cair. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI/RSCM, diare diartikan sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare apabila frekuensi buang air
besar lebih dari 4 kali, sedangkan bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak apabila
Batasan dari diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi lebih encer atau cair dari biasanya, dapat atau tidak disertai dengan lendir
atau darah yang timbul mendadak dan berlangsung tidak lebih dari 2 minggu.
Sedangkan diare persisten adalah diare yang berlanjut sampai dengan 14 hari atau
lebih. Adapun etiologi dari diare persisten sama dengan diare akut.4,5
Diare akut biasanya disebabkan oleh agen-agen infeksi (jasad renik). Agen-
agen tersebut berinvasi pada mukosa usus halus, hidup dan berkembang biak di sana,
1
2
atau persisten lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi
pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
sedang pada seorang anak laki-laki berumur 22 bulan yang dirawat di bagian Ilmu
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Identitas Penderita
Pendidikan : S1
Pendidikan : S1
II. ANAMNESIS
Kiriman dari : -
Dengan diagnosa : -
cair sebanyak lebih dari 5 kali dalam sehari. Berak berampas, berlendir
tetapi tidak berdarah dan tidak berbau, berak berwarna kuning. Malam
sebelum masuk Rumah Sakit anak muntah 2 kali sehabis minum susu,
dengan volume kurang lebih gelas aqua. Muntah tidak menyemprot, isi
muntahan berupa air susu yang diminum. Badan anak panas selama anak
mengalami berak cair tetapi tidak sampai kejang. Tidak ada riwayat batuk
pilek. Selama mengalami berak cair anak selalu merasa haus dan banyak
minum, tetapi selera makan anak berkurang. Anak terlihat gelisah dan
rewel.
Riwayat Antenatal :
Selama hamil ibu pasien mengaku rajin memeriksakan kehamilan ke dokter
bulan ketujuh ibu disuruh banyak istirahat oleh dokter karena terdapat
gangguan pada plasenta. Saat hamil ibu suka dan sering makan mie instan.
Riwayat Natal :
Lingkar Kepala : -
Penolong : Bidan
badan kebiruan
4. Riwayat Perkembangan :
Tiarap : 8 bulan/tahun
Merangkak : 10 bulan/tahun
5. Riwayat Imunisasi :
6. Makanan
cc)
Anak minum susu selalu habis, tetapi makan bubur saring tidak
selalu habis.
7. Riwayat Keluarga :
Ikhtisar keturunan :
Rama/22 bln
Anak tinggal bersama kedua orang tuanya dalam sebuah rumah permanen,
dengan 3 kamar tidur. Penerangan dan ventilasi rumah baik. Untuk air
minum, mandi dan cuci menggunakan air PDAM. Ibu mengaku rajin
Kesadaran : komposmentis/apatis/somnolen,stupor/koma
GCS : 4-5-6
2. Pengukuran :
Suhu : 37,7 oC
Respirasi : 24 X/menit
Lingkar Kepala : - cm
8
Kelembaban : Cukup
Lain-lain : -
Tebal/tipis : Tipis
Lain-lain : -
Simetris : Isokor
9
Kornea : Jernih
Serumen : Minimal
Lain-lain : -
Pucat/tidak
Tremor/tidak
Kotor/tidak
Abses/tidak : Tidak
Leher :
5. Toraks
- Dinding dada/paru :
Perkusi : Sonor
- Jantung :
Lokasi : -
Punctum max : -
Penyebaran : -
6. Abdomen :
Lain-lain : -
Ukuran : -
Lokasi : -
12
Permukaan : -
Konsistensi : -
Nyeri :-
7. Ekstremitas :
- Neurologis
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Normal Normal Normal Normal
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Refleks BPR (+) BPR (+) APR (+) APR (+)
fisiologis TPR (+) TPR (+) KPR (+) KPR (+)
Refleks patologis Hofman Hofman Babinski (-) Babinski (-)
tromner (-) Tromner (-) Chadock (-) Chadock (-)
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Tanda meningeal Negatif Negatif Laseque (-) Laseque (-)
Kernig (-) Kernig (-)
Darah : -
Urine : -
Feses : -
V. RESUME
Umur : 22 bulan
Berat Badan : 7 Kg
berkurang.
Pemeriksaan Fisik :
Tensi : - mm/Hg
Suhu : 37,7 oC
oksipital
VI. DIAGNOSA
ringan-sedang
sedang
VII. PENATALAKSANAAN
- Mengatasi hipoglikemia
oral/pipa NGT
sebanyak 12,5 ml
- Mencegah hipotermia
- Mengatasi/mencegah dehidrasi
formula khusus
16
elektrolit
7,5 mg/kgbb/im/IV sekali sehari (selama 7 hari), bila dalam 48 jam tidak
setiap 6 jam
Melalui 3 periode :
1,5 gr/kg/hari, cairan 130 ml/kg/hari atau 100 ml/kg/hari bila ada oedema
rendah serat
g. ASI diteruskan
Sari buah
Buah
b. Penambahan berat badan > 50 gr/minggu, cek asupan makan atau adanya
infeksi
Suplementasi multivitamin 18
mg/kg/hari 18
c. Vitamin A oral
dukungan emosional
a. Kasih sayang
Nasehat :
b. Terapi bermain
IX. PROGNOSIS
X. PENCEGAHAN
2. Imunisasi
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosa gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang
didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesa didapatkan bahwa
anak mengalami berak cair kurang lebih 2 hari sebelum anak masuk Rumah Sakit,
hal ini menunjukkan adanya diare akut. Jika diare tersebut berlangsung lebih dari 14
hari, maka dapat dikategorikan sebagai diare kronis atau diare persisten. 1,7
1. Anamnesa :
2. Pemeriksaan Fisik :
asam basa
3. Laboratorium :
menderita diare apabila terjadi perubahan konsistensi pada berak dan frekuensi buang
20
21
air besar lebih dari 4 kali pada neonatus dan lebih dari 3 kali pada bayi lebih dari 1
jamur : kandida)
4. Imunodefisiensi
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
menimbulkan diare.
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja
menjadi asam.1
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah
banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun.
Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir
Dari anamnesa yang diperoleh dari ibu kandung penderita, anak mengalami
berak cair lebih dari 5 kali sehari, sejak 2 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit.
23
Setelah berak cair, badan anak panas. Pada feses anak didapatkan lendir dan ampas.
didapatkan turgor kulit yang lambat kembali, serta anak yang tampak kehausan dan
selalu ingin minum. Hal ini menunjukkan adanya dehidrasi ringan-sedang pada anak
tersebut.
Keadaan dehidrasi dapat dinilai dengan melihat berbagai keadaan pada anak,
yaitu :5,9
daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi (rencana pengobatan tipe A). Untuk
tipe B), dengan jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 ml/kgbb. Sedangkan
24
untuk dehidrasi berat mulai diberikan cairan IV segera (Ringer Laktat), kemudian
mengulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba, menilai kembali keadaan
penderita tiap 1-2 jam (bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan IV),
memberikan oralit (5 ml/kgbb/jam) bila penderita masih bisa minum, dan setelah 6
jam (bayi) atau 3 jam (anak) menilai kembali keadaan penderita dengan
menggunakan bagan penilaian serta melanjutkan rencana pengobatan tipe A atau B.5
mengetahui jenis penyebab terjadinya diare pada anak ini adalah dengan pemeriksaan
feses lengkap.
Untuk status gizi buruk pada anak ini ditetapkan dengan standar WHO-
BB : 7 kg
TB : 78 cm
BBI = 2 (1,833) + 8
= 11,66
%DEPKES = 7 x 100%
11,66
Dari hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan anak mengalami gizi buruk
atau KEP berat. Untuk tipe KEP berat, anak tersebut tidak termasuk dalam tipe
Kriteria dari KEP berat tipe marasmus adalah anak tampak sangat kurus
hingga tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng/rewel, baggy pants,
perut cekung, iga gambang, dan sering disertai penyakit infeksi dan diare. Untuk
kriteria dari tipe kwashiorkor adalah edema seluruh tubuh terutama punggung kaki,
26
wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan, warna
rambut jagung, apatis dan rewel, pembesaran hati, otot-otot mengecil, adanya crazy
pavement dermatosis dan sering disertai penyakit infeksi, anemia dan diare.
Pada kasus ini, gejala yang didapatkan hanya anak terlihat kurus,
cengeng/rewel dan sering disertai penyakit diare, sehingga belum dapat dimasukkan
ke dalam tipe marasmus karena hanya memenuhi 3 dari 7 gejala tipe marasmus, jadi
pada anak tersebut hanya dapat dikatakan termasuk jenis BGM (Bawah Garis
Merah).
PENUTUP
sedang pada seorang anak laki-laki berusia 22 bulan dengan berat badan 7 kg yang
dilakukan pada ibu kandung penderita dan dari hasil pemeriksaan fisik yang
didapatkan pada penderita, yaitu berak cair lebih dari 5 kali sehari, keadaan anak
yang rewel dan gelisah, keinginan minum yang kuat dan turgor kulit yang lambat
kembali. Pada perhitungan status gizi anak menurut WHO-NCHS dapat disimpulkan
bahwa anak mengalami gizi yang buruk atau KEP berat yang dimasukkan dalam
27
DAFTAR PUSTAKA
2. Margawani KR. Pengetahuan dan Perilaku Ibu Balita tentang Penggunaan ASI
dan Kejadian Diare di Kelurahan Kayu Manis Jakarta Timur. MKI vol. 7 no. 8
Agustus 1997 ; 37-38
7. Boyle JT. Diare Kronis. Dalam : Behrman, Kleigman, Arvin. Editor. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson vol.2. EGC, Jakarta 2000
9. Tim PMPT-IDAI. Penilaian dan Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan 5 Tahun.
Buku Pedoman Pendidikan Medik Pediatrik Terpadu, 1998