Anda di halaman 1dari 7

BORANG PORTOFOLIO KEGAWATDARURATAN

Topik : Intoksikasi Organofosfat


Tanggal (kasus) : 16 April 2017 Peserta : dr. Fiqha Rosa Triani
Tangal presentasi : Pendamping : dr. Nanneng Rahmatia
Tempat presentasi :RSUD Morowali
Obyektif presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Seorang laki-laki, 28 tahun, dibawa oleh keluarganya dalam keadaan lemah, muntah
dengan frekuensi >5 kali isi cairan warna hijau kekuningan. Menurut keluarganya,
kurang lebih 1 jam sebelum dibawa ke RS, penderita dengan sengaja menelan cairan
pestisida kurang lebih botol. Pasien mengeluh sakit perut 30 menit setelahnya. Serta
sakit kepala dan pusing, sesak nafas, berkeringat banyak.
Tujuan: Mampu melakukan penanganan dengan cepat dan tepat pada kasus
kegawatdaruratan
Bahan bahasan: Tinjauan Riset Kasus Audit
pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
membahas:
Data pasien : Nama: Tn. A No registrasi: 044356
Nama klinik : RSUD Morowali Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Intoksikasi insektisida ditunjukkan dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh muntah
dengan frekuensi >5 kali isi cairan warna hijau kekuningan. Menurut keluarganya,
kurang lebih 1 jam sebelum dibawa ke RS, penderita dengan sengaja menelan cairan
pestisida kurang lebih botol. Pasien mengeluh sakit perut 30 menit setelahnya. Serta
sakit kepala dan pusing. . Kemudian pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 100/60,
dengan denyut jantung 56 x/menit, frekuensi nafas 32 x/menit.

2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat kesehatan/Penyakit : -
4. Riwayat keluarga:

Borang Portofolio Intoksikasi Organofosfat Page 1


dr. Fiqha Rosa Triani
Riwayat penyakit lain-lain dalam keluarga disangkal.
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien bekerja sebagai petani
6. Kondisi Lingkungan Sosial dam fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN)
Kondisi rumah dan lingkungan sosial sekitar tidak diketahui, menurut temannya, pasien
mempunyai masalah dengan isterinya.
Daftar Pustaka:
1. Sudoyo, AW, Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I edisi IV.
2006. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Page 214-16
2. Organophosphate toxity. Available at http://emedicine.medscape.com/article/167726
3. Organophosphate poisoning. Available at
http:intensivecare.hsnet.nsw.gov.au/organophosphate-poisoning
4. Intervention for organophosphate poisoning. 2012. South Aisian Cochrane Networkin

Hasil Pembelajaran :
1. Penegakan diagnosis intoksikasi insektisida
2. Penanganan awal intoksikasi insektisida

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif:
muntah muntah sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit
muntah frekuensi > 5 kali, berisi cairan warna hijau kekuningan
sengaja menelan cairan pestisida kurang lebih botol
sakit perut 30 menit sebelum masuk rumah sakit
sakit kepala dan pusing (+)
nafas sesak (+)
berkeringat banyak (+)
mempunyai masalah dengan isterinya

2. Objektif:
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 56 x/menit, lemah
Nafas : 32 x/menit, reguler
Suhu : 36,5 C

Borang Portofolio Intoksikasi Organofosfat Page 2


dr. Fiqha Rosa Triani
Kulit : teraba dingin, berkeringat, ikterik (-/-) sianosis (-/-)
Kepala : bentuk bulat simetris, rambut lebat warna hitam, tidak mudah
dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor diameter
2 mm, reflex cahaya (+/+), mata cekung (+)
THT : tidak ada kelainan
Toraks : Paru : Simetris kiri=kanan, retraksi dinding dada (-), stem fremitus
kiri=kanan, sonor, rhonki (-/-) wheezing (-/-)
Jantung: IC tidak terlihat, BJ I-II murni, irama reguler, bising tidak
ada
Abdomen : datar, supel, nyeri tekan (+) epigstrium, bunyi timpani, bising usus
(+) normal, turgor baik, hepar/lien tidak teraba
Ektremitas : Edema -/-, akral agak dingin, CRT 2 detik

3. Assessment(penalaran klinis):
A. Definisi
Intoksikasi adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Pestisida adalah zat untuk
membunuh atau mengendalikan hama.
Toksin masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara yaitu :
Penyerapan melalui kulit yang sehat atau kulit yang sakit
Terhisap bersama udara pernapasan (inhalasi)
Ditelan (per oral atau digesti)

Racun pestisida dapat digolongkan sebagai berikut :


a. Insektisida
Organoklorin yang relative stabil dan kurang reaktif. Racun terhadap susunan
saraf baik pada serangga maupun mamalia.
- Derivate chlorethane : DPT
- Derivate cyclodiene : thiodane, endrim, dieldrine, chlordane, aldrin,
heptachlor, toxapene
- Derivate hexachlorcylohexan : linden, myrex
Organofosfat : pestisida yang merupakan racun pembasmi serangga yang paling
toksik. Pestisida golongan organofosfat makin banyak digunakan karena sifat-
sifatnya yang menguntungkan bagi para ptani. Cara kerja golongan ini selektif,
tidak persisten dalam tanah dan tidak menyebabkan resisten pada serangga.
Bekerja sebagai eacun komtak, racun perut dan juga racun pernapasan. Golongan
organofosfat bekerja dengan cara menghambat aktifitas enzim kolinesterase
sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa. Oleh karena itu, keracunan pestisida
golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang berlebihan,
mengakibatkan perasngsangan secara terus menerus pada saraf. Keracunan ini

Borang Portofolio Intoksikasi Organofosfat Page 3


dr. Fiqha Rosa Triani
dapat terjadi melalui mulut, inhalasi dan kulit. Efek memblokade penyaluran
impul saraf dengan cara mengikat enzim asetilkolin esterase.
- DFP, TEPP, parathion, diazinon, fenthoin, malathion
Carbamat : carbaryl, aldicarb, propaxur, mobam
Pyrethroid and pyrethrine : transflutrin

b. Herbisida
c. Fungisida
d. Rodentisida
Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit
tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan untuk memberantas nyamuk,
kepinding, kecoa, dan berbagai serangga pengganggu lainnya. Di lain pihak, pestisida
secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang baik disengaja maupun tidak.
Kematian yang disebabkan olehkeracunan pestisida banyak dilaporkan baik karena
kecelakaan waktu menggunakannya, maupun karena disalahgunakan.
Diantara jenis atau pengelompokkan pestisida di atas, jenis insektisida banyak
digunakan di Negara berkembang, sedangkan herbisida digunakan di Negara yang sudah
maju.
B. Patofisiologi
Organofosfat menimbulkan efek pada serangga, mamalia dan manusia melalui
inhibisi asetilkolinesterase pada saraf. Fungsi normal asetilkolin esterase adalah hidrolisa
dan dengan cara demikian tidak mengaktifkan asetilkolin. Pengetahuan mekanisme
toksisitas memerlukan pengetahuan lebih dulu aksi kolinergik neurotransmitter yaitu
asetilkolin (Ach), reseptor muskarinik dan nikotinik-asetilkolin dijumpain pada system
saraf pusat dan perifer.
Asetilkolinesterase adalah enzim yang berfungsi agar terhidrolisis menjadi asetat
dan kholin. Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja
enzim ini terhambat. Akibatnya jumlah asetilkholin dalam sinapsis meningkat sehingga
menimbulkan simulasi reseptor possinap yang persisten. Asetilkolin terdapat di seluruh
system saraf, terutama sekali asetilkholin berperan penting pada system saraf autonom.
Senyawa ini berperan sebagai neurotransmitter pada ganglia system saraf simpatik dan
parasimpatik, yang mana senyawa ini berikatan dengan reseptor nikotinik. Inhibisi
kholinesterase pada ganglia system saraf simpatik dapat menimbulkan midriasis, takikardi
dan hipertensi, sedangkan penghambatan kholinesterase pada ganglia system saraf
parasimpatik menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.
Pada system saraf pusat, reseptor asetilkolin umumnya lebih penting toksisitas
insektisida organofosfat pada medulla system pernapasan dan pusat vasomotor. Ketika
asetilkolin dilepaskan, peranannya melepaskan neurotransmitter untuk memperbanyak
konduksi saraf perifer dan saraf pusat atau memulai kontraksi otot. Efek asetilkolin diakhiri
melalui hidrolisis dengan munculnya enzim asetilkolinesterase (AChE). Ada dua bentuk
AChE yaitu cholinesterase atau asetilkholinesterase yang berada pada eritrosit, saraf dan

Borang Portofolio Intoksikasi Organofosfat Page 4


dr. Fiqha Rosa Triani
neuromuscular junction.pseudocholinesterase atau serum cholinesterase berada terutama
pada serum, plasma dan hati.
Insektisida organofosfat menghambat AChE mrlalui proses fosforilasi bagian ester
anion. Ikatan fosfor ini sangat kuat sekali yang irreversible. Aktivitas AChE tetap dihambat
sampai enzim baru terbentuk atau suatu reaktivator kolinesterase diberikan. Dengan
berfungsi sebagai antikolinesterase, kerjanya menginaktifkan enzim kolinesterase yang
berfungsi menghidrolisa neurotransmitter asetilkolin (Ach) menjadi kolin yang tidak aktif.
Akibatnya terjadi penumpukan Ach pada sinaps-sinaps kolinergik, dan inilah yang
menimbulkan gejala-gejala keracunan organofosfat.
C. Manifestasi Klinik Keracunan
Tanda dan Gejala
Keracunan organofosfat dapat menimbulkan variasi reksi keracunan. Tanda dan
gejala dihubungkan dengan hiperstimulasi yang persisten. Tanda dan gejala awal keracunan
adalah stimulasi berlebihan kolinergik pada otot polos dan reseptor eksokrin muskarinik.
Gambaran klinis :
1. Mata : penglihatan kabur, miosis
2. Sekresi : hyperhidrisis, hipersalivasi, hipersekresi bronkus
3. Pencernaan : mual, muntah, diare, sakit perut
4. Pernapasan : batuk, sesak nafas
5. Kardiovaskular: bradikardi dan hipotensi
6. SSP : sakit kepala, konvulsi, delirium
7. Otot : lemah, fasikulasi

Kematian keracunan akut organofosfat umumnya berupa kegagalan pernapasan.


Oedema paru, bronkokonstriksi dan kelumpuhan otot-otot pernapasan yang kesemuanya
akan meningkatkan kegagalan pernapasan. Aritmia jantung seperti heart block dan henti
jantung lebih sedikit sebagai penyebab kematian.
Untuk penegakkan diagnosis, maka diperlukan autoanamnesis dan aloanamnesis
yang cermat. Selain itu, diperlukan pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan berat
ringannya gejala klinis terutama jika pasien dating dalam keadaan tidak sadar. Penilaian
klinis paling awal dan paling penting adalah status kesadaran. Alat ukur kesadaran yang
digunakan adalah menggunakan skor GCS. Apabila pasien tidak sadar dan tidak ada
keterangan apapun maka diagnosis keracunan dapat dilakukan pereksklusionam dari semua
penyebab penurunan kesadaran seperti meningoensefalitis, trauma, perdarahan
subarachnoid/intracranial, perdarahan subdural atau ekstradural hematom, hipoglikemia,
ketoasidosis diabetikum, uremia dan ensefalopati.
D. Pemeriksaan Penunjang
Analisis toksikologi dilakukan sedini mungkin, hal ini selain untuk membantu
penegakan diagnosis, juga berguna untuk kepentingan penyelidikan polisi pada kasus
kejahatan. Sampel yang dikirim adalah 50 ml urin serum dan feses.

Borang Portofolio Intoksikasi Organofosfat Page 5


dr. Fiqha Rosa Triani
Selain itu, pemeriksaan penunjang juga diperlukan pada pasien yang dicurigai
mengalami keracunan atau intoksikasi adalah :
1. Laboratorium Klinik:
- Analisis gas darah
- Darah lengkap
- Serum elektrolit
- Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal
- Sedimen urin

Pemeriksaan ini berguna untuk melihat dampak keracunan dan dapat dijadikan
sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan obat atau makanan. EKG perlu dilakukan pada
kaus keracunan karena sering diikuti dengan ganggguan irama jantung dapat berupa sinus
takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler, ventrikel kakikardi, torsade de
pointes , fibrilasi ventrikel dan lainnya.
2. Pemeriksaan Radiologi

Dilakukan terutama bila dicurigai adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi atau
dengan adanya perforasi lambung.
E. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan pada kasus keracunan atau intoksikasi adalah sebagai
berikut :
1. Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi
kardiopulmoner yang dapat dilakukan secara cepat dan tepat berupa :
Pembebasan jalan napas
Perbaikan fungsi pernapasan (ventilasi dan oksigenasi)
Perbaikan system sirkulasi darah
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk
menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorbsi dan mencegah
kerusakan.
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari
pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas, berikan
oksigen lembab 100% dan jika perlu ventilator
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun
dengan cara posisi kepala ditengadahkan dan miring ke sisi mata yang
terkena atau terburuk kondisinya. Buka kelopak mata secara perlahan dan
irigasi larutan akuades atau NaCl 0,9% perlahan sampai zat racunnya
diperkirakan hilang, selanjutnya tutup mata dengan kasa steril dan konsul
dokter spesialis mata.
Dekontaminasi kulit dengan melepaskan semua pakaian dan aksesoris,
kemudian cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun

Borang Portofolio Intoksikasi Organofosfat Page 6


dr. Fiqha Rosa Triani
minimal 10 menit.
Dekontaminasi gastrointestinal merupakan rute pemaparan paling sering.
Tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
pengeluaran isi lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan
kubah lambung diharapkan dapat mengurangi jumlah paparan zat toksik.
3. Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang
sedang beredar dalam darah atau dalam saluran GIT setelah lebih dari 4 jam.
Apabila masih dalam saluran cerna dapat digunakan pemberian arang aktif yang
diberikan 30-50 gram (0,5-1 gr/kgBB) setiap 4 jam peroral/parenteral.
4. Antidotum
Antimuskarinik
Oxime
Pada kasus keracunan, tujuan penanganan adalah segera membuang racun yang
belum terserap, mencegah penyerapan lebih lanjut, menetralisir racun yang sudah terlanjur
ada di dalam tubuh, membuang racun yang sudah terlanjur beredar di dalam tubuh.
4. Plan:
Diagnosis : Intoksikasi Organofosfat
Terapi
O2 2 liter/menit
IVFD RL loading 2 liter
Inj. Omeprazol 1 ampul/24 jam bolus iv
Pasang NGT gastric lavage (bilas lambung) dengan NaCl 1-2 liter

Mengetahui
Dokter Internship Dokter Pendamping

dr. Fiqha Rosa Triani dr. Nanneng Rahmatia

Borang Portofolio Intoksikasi Organofosfat Page 7


dr. Fiqha Rosa Triani

Anda mungkin juga menyukai