2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat kesehatan/Penyakit : -
4. Riwayat keluarga:
Hasil Pembelajaran :
1. Penegakan diagnosis intoksikasi insektisida
2. Penanganan awal intoksikasi insektisida
2. Objektif:
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 56 x/menit, lemah
Nafas : 32 x/menit, reguler
Suhu : 36,5 C
3. Assessment(penalaran klinis):
A. Definisi
Intoksikasi adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Pestisida adalah zat untuk
membunuh atau mengendalikan hama.
Toksin masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara yaitu :
Penyerapan melalui kulit yang sehat atau kulit yang sakit
Terhisap bersama udara pernapasan (inhalasi)
Ditelan (per oral atau digesti)
b. Herbisida
c. Fungisida
d. Rodentisida
Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit
tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan untuk memberantas nyamuk,
kepinding, kecoa, dan berbagai serangga pengganggu lainnya. Di lain pihak, pestisida
secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang baik disengaja maupun tidak.
Kematian yang disebabkan olehkeracunan pestisida banyak dilaporkan baik karena
kecelakaan waktu menggunakannya, maupun karena disalahgunakan.
Diantara jenis atau pengelompokkan pestisida di atas, jenis insektisida banyak
digunakan di Negara berkembang, sedangkan herbisida digunakan di Negara yang sudah
maju.
B. Patofisiologi
Organofosfat menimbulkan efek pada serangga, mamalia dan manusia melalui
inhibisi asetilkolinesterase pada saraf. Fungsi normal asetilkolin esterase adalah hidrolisa
dan dengan cara demikian tidak mengaktifkan asetilkolin. Pengetahuan mekanisme
toksisitas memerlukan pengetahuan lebih dulu aksi kolinergik neurotransmitter yaitu
asetilkolin (Ach), reseptor muskarinik dan nikotinik-asetilkolin dijumpain pada system
saraf pusat dan perifer.
Asetilkolinesterase adalah enzim yang berfungsi agar terhidrolisis menjadi asetat
dan kholin. Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja
enzim ini terhambat. Akibatnya jumlah asetilkholin dalam sinapsis meningkat sehingga
menimbulkan simulasi reseptor possinap yang persisten. Asetilkolin terdapat di seluruh
system saraf, terutama sekali asetilkholin berperan penting pada system saraf autonom.
Senyawa ini berperan sebagai neurotransmitter pada ganglia system saraf simpatik dan
parasimpatik, yang mana senyawa ini berikatan dengan reseptor nikotinik. Inhibisi
kholinesterase pada ganglia system saraf simpatik dapat menimbulkan midriasis, takikardi
dan hipertensi, sedangkan penghambatan kholinesterase pada ganglia system saraf
parasimpatik menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.
Pada system saraf pusat, reseptor asetilkolin umumnya lebih penting toksisitas
insektisida organofosfat pada medulla system pernapasan dan pusat vasomotor. Ketika
asetilkolin dilepaskan, peranannya melepaskan neurotransmitter untuk memperbanyak
konduksi saraf perifer dan saraf pusat atau memulai kontraksi otot. Efek asetilkolin diakhiri
melalui hidrolisis dengan munculnya enzim asetilkolinesterase (AChE). Ada dua bentuk
AChE yaitu cholinesterase atau asetilkholinesterase yang berada pada eritrosit, saraf dan
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat dampak keracunan dan dapat dijadikan
sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan obat atau makanan. EKG perlu dilakukan pada
kaus keracunan karena sering diikuti dengan ganggguan irama jantung dapat berupa sinus
takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler, ventrikel kakikardi, torsade de
pointes , fibrilasi ventrikel dan lainnya.
2. Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan terutama bila dicurigai adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi atau
dengan adanya perforasi lambung.
E. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan pada kasus keracunan atau intoksikasi adalah sebagai
berikut :
1. Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi
kardiopulmoner yang dapat dilakukan secara cepat dan tepat berupa :
Pembebasan jalan napas
Perbaikan fungsi pernapasan (ventilasi dan oksigenasi)
Perbaikan system sirkulasi darah
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk
menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorbsi dan mencegah
kerusakan.
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari
pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas, berikan
oksigen lembab 100% dan jika perlu ventilator
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun
dengan cara posisi kepala ditengadahkan dan miring ke sisi mata yang
terkena atau terburuk kondisinya. Buka kelopak mata secara perlahan dan
irigasi larutan akuades atau NaCl 0,9% perlahan sampai zat racunnya
diperkirakan hilang, selanjutnya tutup mata dengan kasa steril dan konsul
dokter spesialis mata.
Dekontaminasi kulit dengan melepaskan semua pakaian dan aksesoris,
kemudian cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun
Mengetahui
Dokter Internship Dokter Pendamping