Anda di halaman 1dari 11

34

BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil pengambilan data pada siswi di RT 5/RW 21 Surau Gadang Padang

selama bulan Agustus dengan jumlah responden 32 orang didapat data sebagai

berikut :

A. Analisa Univariat
1. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan siswi sebelum penyuluhan
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Siswi Sebelum Penyuluhan
Kesehatan Tentang Menstruasi Pada Remaja Putri
RT 05/RW 21 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo
Tahun 2012

Tingkat pengetahuan remaja f %


putrid sebelum penyuluhan
Tinggi 6 18,8
Sedang 5 15,6
Rendah 21 65,6
Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat dari 32 orang responden

didapatkan sebagian besar responden (65,6%) responden berpengetahuan

rendah sebelum dilakukan penyuluhan.

2. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan siswi sesudah penyuluhan


Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Siswi Sesudah Penyuluhan
Kesehatan Tentang Menstruasi Pada Remaja Putri
RT 05/RW 21 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo
Tahun 2012

Tingkat pengetahuan remaja putri f %


sesudah penyuluhan
Tinggi 23 71,9
Sedang 6 18,8
Rendah 3 9,4
35

Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat dari 32 orang responden

didapatkan lebih dari separuh responden (71,9%) responden

berpengetahuan tinggi setelah dilakukan penyuluhan.

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan Tingkat
Pengetahuan Siswi RT 05/RW 21 Surau Gadang
Kecamatan Nanggalo Tahun 2012

No Sebelum Sesudah Kategori


1 14 15 1
2 9 13 4
3 14 15 1
4 9 14 5
5 7 14 7
6 8 14 6
7 13 14 1
8 9 11 2
9 12 14 2
10 9 13 4
11 9 14 5
12 9 11 2
13 9 13 4
14 7 9 2
15 11 13 2
16 8 14 6
17 9 14 5
18 12 15 3
19 9 13 4
20 9 11 2
21 12 13 1
22 9 14 5
23 7 14 7
24 11 13 2
25 8 9 1
26 9 14 5
27 12 14 2
28 7 14 7
29 8 9 1
30 13 14 1
36

31 13 14 1
32 9 11 2
X 9.8125 13.03125

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa semua responden (100%) mengalami

perubahan tingkat pengetahuan, yang berarti bahwa terjadi peningkatan

pengetahuan dari sebelum dan setelah penyuluhan dalam rentang 1 sampai 7

dengan nilai rata-rata pre test 9,81 dan nilai rata-rata posttest 13,03

B. Analisa Bivariat

Tabel 5.4
Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswi
RT 05/RW 21 Surau Gadang Kecamatan Nanggalo
Tahun 2012
CI 95 %
Variable Mean SD t p
Lower Upper
Pretest 9,81 2,13
Penyuluhan
0,7718 1,4157 6,929 0,000
Posttest 13,03 1,71
Penyuluhan

Dari tabel diatas diketahui bahwa rata-rata tingkat pengetahuan siswi di RT5/

RW 21 Surau Gadang Padang sebelum pemberian penyuluhan adalah 9,81,

dengan standar deviasi 2,13. Sedangkan rata-rata tingkat pengetahuan siswi

setelah pemberian penyuluhan adalah 13,03 dengan standar deviasi 1,71. Hasil uji

statistik menggunakan uji beda mean dependen (paired sample T test) didapatkan

nilai p = 0,00 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang

bermakna pada pemberian penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan siswi RT

5/RW 21 Surau Gadang Padang.


37

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat dari 32 orang responden

didapatkan sebagian besar responden (65,6%) responden memiliki

pengetahuan rendah sebelum dilakukan penyuluhan

Pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa hal

diantaranya latar belakang pendidikan, informasi yang diterima baik dari

media cetak, TV maupun penyuluhan-penyuluhan.

Pengetahuan adalah merapakan hasil dari tahu dan terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian temyata

prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo, 2003 pengetahuan

adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau

pengenalan informasi yang sudah diperoleh sebelumnya. Menurut

Skinner bila seseorang dapat menjawab pertanyaan mengenai suatu

bidang tertentu dengan lancar, baik secara lisan maupun secara tulisan,

maka dapat dikatakan orang tersebut mengetahui bidang itu.


38

Menurut peneliti, banyaknya responden berpengetahuan rendah

disebabkan kurangnya pengetahuan responden tentang menstruasi dan

perawatannya. Hal ini bisa disebabkan responden kurang mendapat

informasi yang benar tentang perawatan menstruasi.

Informasi yang didapatkan siswi bisa dari penyuluhan, leaflet dan

brosur tentang perawatan reproduksi remaja. Pengetahuan tentang

perawatan sistim reproduksi remaja sangat penting untuk remaja karena

kesalahan perawatan sistim reproduksi dapat menyebabkan berbagai

penyakit.

2. Tingkat pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat dari 32 orang responden

didapatkan lebih dari separuh responden (71,9%) responden memiliki

pengetahuan tinggi setelah dilakukan penyuluhan.

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Karlina (2002) di SMPN 25 Jakarta yang menunjukkan bahwa dari 50

responden, lebih dari separuhnya (65%) memiliki pengetahuan tinggi

setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang menstruasi dan

perawatannya.

Tujuan dari pembentukan pengetahuan untuk mengelompokan

tingkah laku suatu individu atau masyarakat yang diinginkan bagaimana

individu berfikir, berbuat sehingga suatu unit pengetahuan.

Pengetahuan dan kesadaran seseorang juga akan mempengaruhi

tindakannya dalam menerima pelayanan kesehatan. Pengetahuan


39

merupakan pengenalan suatu yang baru dimana seseorang akan

mempelajari kegunaan dari hal yang baru tersebut. Pengetahuan atau

kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang.

Menurut analisa penulis, tingkat pengetahuan seseorang dapat

dibentuk dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan. Sebab

penyuluhan dan pelatihan merupakan salah satu sumber pengetahuan.

Rendahnya tingkat pengetahuan siswi sebelum diberikan penyuluhan bisa

karena kurangnya sumber informasi yang didapatkan siswi. Kurangnya

informasi bisa dipengaruhi karena siswi menganggap perawatan sistim

reproduksi tidak begitu penting dilakukan. Selain itu faktor pendidikan

juga sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

3. Perubahan Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan

Penelitian dilakukan terhadap siswi RT 5/RW 21 Surau Gadang

Padang dengan jumlah responden 32 orang. Tabel 5.3 memperlihatkan

bahwa semua responden (100%) mengalami perubahan tingkat

pengetahuan, yang berarti bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dari

sebelum dan sesudah penyuluhan dalam rentang 1 sampai 7 dengan rata-

rata pre test 9,81 dan nilai rata-rata posttest 13,03. Rata-rata tingkat

pengetahuan responden pada saat pre test dan posttest didapatkan

perbedaan nilai 3,21, artinya kemampuan komunikasi siswi meningkat

sebesar 40,5% setelah diberikan penyuluhan. Adapun siswi yang

mengalami perubahan dengan nilai 1 berjumlah 8 orang (25%), dengan

nilai 2 berjumlah 9 orang (28,12%), dengan nilai 3 berjumlah 1 orang


40

(3,12%), dengan nilai 4 berjumlah 4 orang (12,5%), dengan nilai 5

berjumlah 5 (15,62%), dengan nilai 6 berjumlah 2 orang (6,25%),

dengan nilai 7 berjumlah 3 orang (9,37%).

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suci

Ramadhani (2008) di SMP N 1 Medan yang menyatakan bahwa ada

pengaruh signifikan penyuluhan kesehatan tentang menstruasi dan

perawatan sistem reproduksi terhadap tingkat pengetahuan siswi dengan

perbedaan nilai antara pre test dan posttest yaitu sebesar 3,2.

Peningkatan tingkat pengetahuan ini sesuai dengan pernyataan Eko

Suryani (2005) bahwa penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan

kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan

keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi

juga bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Menurut Notoatmodjo, 2003 yang menyatakan bahwa pengetahuan

mempunyai dasar untuk seseorang melakukan tindakan (over behavior).

Penelitian Roger juga mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, terdapat peningkatan tingkat

pengetahuan siswi karena proses penyuluhan yang telah diberikan setelah

pelaksanaan pre test. Penyuluhan dilakukan dengan memberikan materi

tentang menstruasi dan perawatan sistem repoduksi. Terjadinya

peningkatan pengetahuan siswi memperhatikan dan serius dalam

mendengarkan penyuluhan yang dilakukan oleh penulis.


41

B. Analisa Bivariat

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji beda dua mean dependen

(Paired sampel) didapatkan rata-rata tingkat pengetahuan siswi sebelum

pemberian penyuluhan adalah 9,81, dengan standar deviasi 2,13. Sedangkan

rata-rata tingkat pengetahuan siswi setelah pemberian penyuluhan adalah

13,03 dengan standar deviasi 1,71. Hasil uji statistik menggunakan uji beda

mean dependen (paired sample T test) didapatkan nilai p = 0,00 (p < 0,05),

maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang bermakna pada pemberian

penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan siswi RT 5/RW 21 Surau Gadang

Padang. Dengan demikian Ho ditolak.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suci

Ramadhani (2008) di SMP N 1 Medan dengan nilai p = 0,00 (p<0,05). Dalam

penelitian ini Suci Ramadhani (2008) memberikan penyuluhan dengan media

leaflet dan brosur dengan waktu penyuluhan 90 menit di dalam ruangan kelas.
Penyuluhan kesehatan diperlukan dalam upaya meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran, oleh karena itu diperlukan upaya penyediaan dan

penyampaian informasi, yang merupakan bidang garapan penyuluhan

kesehatan. Makna asli penyuluhan adalah pemberian penerangan dan

informasi (Heri, 2009).


Berdasarkan hasil analisa peneliti, peningkatan tingkat pengetahuan

siswi melalui proses penyuluhan, sebelumnya siswi kurang mendapat

informasi tentang menstruasi dan perawatan sistem reproduksi dikarenakan

kurangnya media dan informasi yang didapat oleh siswi mengenai menstruasi

dan cara perawatan sistim reproduksi.


42

Sebelumnya siswi hanya mendapatkan pengetahuan menstruasi hanya

dari orang tua, tetapi sekarang dengan kemajuan teknologi siswi dapat

mengakses dari internet, membaca buku dan dan sumber informasi lainnya

untuk menambah pengetahuan siswi tentang menstruasi dan perawatan sistim

reproduksi remaja.
43

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan penyuluhan yang dilakukan pada

bulan Agustus terhadap siswi SMP RT 05/RW 21 Surau Gadang Kecamatan

Nanggalo Tahun 2012 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar responden responden memiliki pengetahuan rendah

sebelum dilakukan penyuluhan.


2. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan tinggi setelah

dilakukan penyuluhan
3. Seluruh responden mengalami peningkatan tingkat pengetahuan

mengenai menstruasi dan perawatan alat reproduksi setelah diberikan

penyuluhan.

B. Saran
1. Diharapkan kepada orang tua atau wali murid siswi untuk dapat turut

serta dalam memberikan informasi mengenai menstruasi dan menjaga

kebersihan alat reproduksi remaja siswi karena kurangnya pengetahuan

siswi mengenai perawatan alat reproduksi.


2. Diharapkan kepada siswi untuk lebih aktif dalam mencari informasi

tentang menstruasi dan perawatan sistim reproduksi yang baik.


3. Untuk instansi pendidikan seperti sekolah umum dan pesantren

memberikan pengetahuan khusus kepada siswi remaja tentang mentruasi

dan perawatan sistim reproduksi.


4. Untuk peneliti selanjutnya agar lebih meningkatkan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan siswi mengenai menstruasi dan

perawatan alat reproduksi.


44

Anda mungkin juga menyukai