Mayoclinic
Migraine attacks can cause significant pain for hours to days and be
so severe that all you can think about is finding a dark, quiet place to
lie down.
Referat
Migren adalah serangan nyeri kepala berulang, dengan karakteristik lokasi unilateral, berdenyut dan
frekuensi, lama serta hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam.2,3,5Blau mengusulkan definisi migren
sebagai berikut nyeri kepala yang berulang-ulang dan berlangsung 2-72 jam dan bebas nyeri antara
serangan nyeri kepalanya harus berhubungan dengan gangguan visual atau gastrointestinal atau
keduanya.
Dokmuds blog
Migraine headache adalah suatu istilah yang digunakan untuk sakit kepala dengan kualitas
vaskular, seringkali unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia, sakit kepala yang berdenyut-
denyut, fonofobia, gangguan tidur dan depresi. Serangan seringkali berulang dan cenderung
tidak akan bertambah parah setelah bertahun-tahun.
Medline Plus
If you suffer from migraine headaches, you're not alone. About 12 percent of the U.S. population
gets them. Migraines are recurring attacks of moderate to severe pain. The pain is throbbing or
pulsing, and is often on one side of the head. During migraines, people are very sensitive to light and
sound. They may also become nauseated and vomit
ANGKA KEJADIAN
Migren dapat terjadi pada anak-anak sampai orang dewasa, biasanya jarang terjadi setelah berumur
lebih dari 50 tahun. Angka kejadian migren dalam kepustakaan berbeda-beda pada setiap negara,
umumnya berkisar antara 5 6 % dari populasi. Di Indonesia belum ada data secara kongkret. Pada
wanita migren lebih banyak ditemukan dibanding pria dengan skala 2:1. Wanita hamil tidak luput dari
serangan migren, pada umumnya serangan muncul pada kehamilan trimester I.
Serotonin levels drop during migraine attacks. This may cause your
trigeminal system to release substances called neuropeptides, which
travel to your brain's outer covering (meninges). The result is headache
pain.
Sensory stimuli. Bright lights and sun glare can induce migraines,
as can loud sounds. Unusual smells including perfume, paint
thinner, secondhand smoke and others can trigger migraines in
some people.
KLASIFIKASI
II. 2 KLASIFIKASI
Klasifikasi migren menurut International Headache Society (IHS):
1. Migrain tanpa aura (common migraine)- Nyeri kepala selama 4-72 jam tanpa terapi. Sekurang-
kurangnya 10 kali serangan. Pada anak-anak kurang dari 15 tahun, nyeri kepala dapat berlangsung 2-48
jam.
- Nyeri kepala minimal mempunyai dua karakteristik berikut ini:
Lokasi unilateralKuafitas berdenyut
Intensitas sedang sampai berat yang menghambat aktivitas sehari-hari.
Diperberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.
- Selama nyeri kepala, minimal satu dari gejala berikut muncul:
Mual dan atau muntah
Fotofobia dan fonofobia- Minimal terdapat satu dari berikut:
Riwayat dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada kelainan lain.
Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan dengan
pemeriksaan penunjang yang memadai (mis: MRI atau CT Scan kepala)
2. Migrain dengan aura (classic migraine)
- Terdiri dari empat fase yaitu: fase prodromal, fase aura, fase nyeri kepala dan fase postdromal.
- Aura dengan minimal 2 serangan
- Terdapat minimal 3 dari 4 karakteristik sebagai berikut :
Satu gejala aura atau lebih mengindikasikan disfungsi CNS fokal (mis: vertigo, tinitus, penurunan
pendengaran, ataksia, gejala visual pada hemifield kedua mata, disartria, diplopia, parestesia, paresis,
penurunan kesadaran) Gejala aura timbul bertahap selama lebih dari 4 menit atau dua atau lebih gejala
aura terjadi bersama-sama Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebih dari
satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama
Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang dari 60 menit, tetapi kadang-
kadang dapat terjadi sebelum aura.
- Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini :
Riwayat dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada kelainan lain.
Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan dengan
pemeriksaan penunjang yang memadai (mis: MRI atau CT Scan kepala)
3. Migraine with prolonged aura
- Memenuhi kriteria migren dengan aura tetapi aura terjadi selama lebih dari 60 menit dan kurang dari 7
hari.
4. Basilar migraine (menggantikan basilar artery migraine)
- Memenuhi kriteria migren dengan aura dengan dua atau lebih gejala aura sebagai berikut: vertigo,
tinnitus, penurunan pendengaran, ataksia, gejala visual pada hemifield kedua mata, disartria, diplopia,
parestesia bilateral, paresis bilateralda penurunan derajat kesadaran.
5. Migraine aura without headache (menggantikan migraine equivalent atau achepalic migraine)
- Memenuhi kriteria migren dengan aura tetepi tanpa disertai nyeri kepala
6. Benign paroxysmal vertigo of childhood- Episode disekuilibrium, cemas, seringkali nystagmus atau
muntah yang timbul secara sporadis dalam waktu singkat.
- Pemeriksaan neurologis normal.
- Pemeriksaan EEG normal
7. Migrainous infraction (menggantikan complicated migraine)
- Telah memenuhi kriteria migren dengan aura.
- Serangan yang terjadi sama persis dengan serangan yang sebelumnya, akan tetapi defisit neurologis
tidak sembuh sempurna dalam 7 hari dan atau pada pemeriksaan neuroimaging didapatkan infark
iskemik di daerah yang sesuai- Penyebab infark yang lain disingkirkan dengan pemeriksaan yang
memadai.
8. Migren oftalmoplegik dengan ciri-ciri:
Migren yang dicirikan oleh serangan berulang-ulang yang berhubungan dengan paresis
Tidak ada kelainan organik.
Paresis pada saraf otak ke III, IV, VI
A. Fase Prodromal
Fase ini terdiri dari kumpulan gejala samar / tidak jelas, yang dapat mendahului serangan migren. Fase
ini dapat berlangsung selama beberapa jam, bahkan dapat 1-2 hari sebelum serangan. Gejalanya antara
lain:
o Psikologis : depresi, hiperaktivitas, euforia (rasa gembira yang berlebihan), banyak bicara
(talkativeness), sensitif / iritabel, gelisah, rasa mengantuk atau malas.
o Neurologis : sensitif terhadap cahaya dan/atau bunyi (fotofobia & fonofobia), sulit berkonsentrasi,
menguap berlebihan, sensitif terhadap bau (hiperosmia)
o Umum : kaku leher, mual, diare atau konstipasi, mengidam atau nafsu makan meningkat, merasa
dingin, haus, merasa lamban, sering buang air kecil.
B. Aura
Umumnya gejala aura dirasakan mendahului serangan migren. Secara visual, aura dinyatakan dalam
bentuk positif atau negatif. Penderita migren dapat mengalami kedua jenis aura secara bersamaan.Aura
positif tampak seperti cahaya berkilauan, seperti suatu bentuk berpendar yang menutupi tepi lapangan
pengelihatan. Fenomena ini disebut juga sebagai scintillating scotoma (scotoma = defek lapang
pandang). Skotoma ini dapat membesar dan akhirnya menutupi seluruh lapang pandang. Aura positif
dapat pula berbentuk seperti garis-garis zig-zag, atau bintang-bintang.
Aura negatif tampak seperti lubang gelap/hitam atau bintik-bintik hitam yang menutupi lapangan
pengelihatannya. Dapat pula berbentuk seperti tunnel vision; dimana lapang pandang daerah kedua sisi
menjadi gelap atau tertutup, sehingga lapang pandang terfokus hanya pada bagian tengah (seolah-
seolah melihat melalui lorong).
Beberapa gejala neurologis dapat muncul bersamaan dengan timbulnya aura. Gejala-gejala ini
umumnya: gangguan bicara; kesemutan; rasa baal; rasa lemah pada lengan dan tungkai bawah;
gangguan persepsi penglihatan seperti distorsi terhadap ruang; dan kebingungan (confusion).
C. Fase Serangan
Tanpa pengobatan, serangan migren umumnya berlangsung antara 4-72 jam. Migren yang disertai aura
disebut sebagai migren klasik. Sedangkan migren tanpa disertai aura merupakan migren umum (common
migraine). Gejala-gejala yang umum adalah:
1. Nyeri kepala satu sisi yang terasa seperti berdenyut-denyut atau ditusuk-tusuk. Nyeri kadang-kadang
dapat menyebar sampai terasa di seluruh bagian kepala
2. Nyeri kepala bertambah berat bila melakukan aktivitas
3. Mual, kadang disertai muntah
4. Gejala gangguan pengelihatan dapat terjadi
5. Wajah dapat terasa seperti baal / kebal, atau semutan
6. Sangat sensitif terhadap cahaya dan bunyi (fotofobia dan fonofobia)
7. Wajah umumnya terlihat pucat, dan badan terasa dingin
8. Terdapat paling tidak 1 gejala aura (pada migren klasik), yang berkembang secara bertahap selama
lebih dari 4 menit. Nyeri kepala dapat terjadi sebelum gejala aura atau pada saat yang bersamaan.
D. Fase Postdromal
Setelah serangan migren, umumnya terjadi masa prodromal, dimana pasien dapat merasa kelelahan
(exhausted) dan perasaan seperti berkabut.
Prodrome
One or two days before a migraine, you may notice subtle changes that
signify an oncoming migraine, including:
Constipation
Depression
Food cravings
Hyperactivity
Irritability
Neck stiffness
Uncontrollable yawning
Aura
Aura may occur before or during migraine headaches. Auras are
nervous system symptoms that are usually visual disturbances, such
as flashes of light. Sometimes auras can also be touching sensations
(sensory), movement (motor) or speech (verbal) disturbances. Most
people experience migraine headaches without aura. Each of these
symptoms usually begins gradually, builds up over several minutes,
and then commonly lasts for 20 to 60 minutes. Examples of aura
include:
Attack
When untreated, a migraine usually lasts from four to 72 hours, but the
frequency with which headaches occur varies from person to person.
You may have migraines several times a month or much less often.
During a migraine, you may experience the following symptoms:
Blurred vision
Postdrome
The final phase, known as postdrome, occurs after a migraine attack.
During this time you may feel drained and washed out, though some
people report feeling mildly euphoric.
II. 5 PATOFISIOLOGI
Dulu migren oleh Wolff disangka sebagai kelainan pembuluh darah (teori vaskular). Sekarang
diperkirakan kelainan primer di otak. Sedangkan kelainan di pembuluh darah sekunder. Ini didasarkan
atas tiga percobaan binatang2:1. Penekanan aktivitas sel neuron otak yang menjalar dan meluas
(spreading depression dari Leao)
Teori depresi yang meluas Leao (1944), dapat menerangkan tumbuhnya aura pada migren klasik. Leao
pertama melakukan percobaan pada kelinci. Ia menemukan bahwa depresi yang meluas timbul akibat
reaksi terhadap macam rangsangan lokal pada jaringan korteks otak. Depresi yang meluas ini adalah
gelombang yang menjalar akibat penekanan aktivitas sel neuron otak spontan. Perjalanan dan
meluasnya gelombang sama dengan yang terjadi waktu kita melempar batu ke dalam air. Kecepatan
perjalanannya diperkirakan 2-5 mm per menit dan didahului oleh fase rangsangan sel neuron otak yang
berlangsung cepat. Jadi sama dengan perjalanan aura pada migren klasik.
Percobaan ini ditunjang oleh penemuan Oleson, Larsen dan Lauritzen (1981). dengan pengukuran aliran
darah otak regional pada penderita-penderita migren klasik. Pada waktu serangan migren klasik, mereka
menemukan penurunan aliran darah pada bagian belakang otak yang meluas ke depan dengan
kecepatan yang sama seperti pada depresi yang meluas. Mereka mengambil kesimpulan bahwa
penurunan aliran darah otak regional yang meluas ke depan adalah akibat dari depresi yang meluas.
Terdapat persamaan antara percobaan binatang oleh Leao dan migren klinikal, akan tetapi terdapat juga
perbedaan yang penting, misalnya tak ada fase vasodilatasi pada pengamatan pada manusia, dan aliran
darah yang berkurang berlangsung terus setelah gejala aura. Meskipun demikian, eksperimen perubahan
aliran darah memberi kesan bahwa manifestasi migren terletak primer di otak dan kelainan vaskular
adalah sekunder.
2. Sistem trigemino-vaskular
Pembuluh darah otak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang mengandung. substansi P (SP), neurokinin-
A (NKA) dan calcitonin-gene related peptid (CGRP).
Inti-inti saraf di batang otak misalnya di rafe dan lokus seruleus mempunyai hubungan dengan reseptor-
Faktor pencetus timbulnya migren dapat dibagi dalam faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor
ekstrinsik, misalnya ketegangan jiwa (stress), baik emosional maupun fisik atau setelah istirahat dari
ketegangan, makanan tertentu, misalnya buah jeruk, pisang, coklat, keju, minuman yang mengandung
alkohol, sosis yang ada bahan pengawetnya. Lain-lain faktor pencetus seperti hawa terlalu panas, terik
matahari, lingkungan kerja yang tak menyenangkan, bau atau suara yang tak menyenangkan. Faktor
intrinsik, misalnya perubahan hormonal pada wanita yang nyeri kepalanya berhubungan dengan hari
tertentu siklus haid. Dikatakan bahwa migren menstruasi ini jarang terdapat, hanya didapatkan pada 3
dari 600-700 penderita. Pemberian pil KB dan waktu menopause sering mempengaruhi serangan migren.
Mual dan muntah mungkin disebabkan oleh kerja dopamin atau serotonin pada pusat muntah di batang
otak (chemoreseptor trigger zone/ CTZ). Sedangkan pacuan pada hipotalamus akan menimbulkan
fotofobia. Proyeksi/pacuan dari LC ke korteks serebri dapat mengakibatkan oligemia kortikal dan mungkin
menyebabkan penekanan aliran darah, sehingga timbulah aura7.
Pencetus (trigger) migren berasal dari:
1. Korteks serebri: sebagai respon terhadap emosi atau stress,
2. Talamus: sebagai respon terhadap stimulasi afferen yang berlebihan: cahaya yang menyilaukan, suara
bising, makanan,
3. Bau-bau yang tajam,
4. Hipotalamus sebagai respon terhadap 'jam internal" atau perubahan "lingkungan" internal (perubahan
hormonal),
5. Sirkulasi karotis interna atau karotis eksterna: sebagai respon terhadap vasodilator, atau angiografi.
II. 7 DIAGNOSIS
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendiagnosis migren. Untuk menentukan sakit kepala yang
diklasifikasikan sebagai migren adalah setelah dilakukan pencatatan riwayat penyakit (anamnesis) dan
pemeriksaan fisik yang lengkap. Dokter akan menanyakan penderita mengenai gejala-gejala yang
dialaminya. Misalnya berapa sering sakit kepala terjadi, lokasi nyeri kepala, lamanya dan gejala lainnya
yang timbul sebelum, selama atau setelah sakit kepala tersebut.
Perlu suatu catatan harian yang mencatat karakteristik dari sakit kepala tersebut yang dihubungkan
dengan gaya hidup, diet, menstruasi dan penggunaan obat.
BAB III
III. 1 PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan migrain secara garis besar dibagi atas mengurangi faktor resiko, terapi farmaka dengan
memakai obat dan terapi nonfarmaka. Terapi farmaka dibagi atas dua kelompok yaitu terapi abortif (terapi
akut) dan terapi preventif (terapi pencegahan), walau pada terapi nonfarmaka juga dapat bertujuan untuk
abortif dan pencegahan. Terapi abortif merupakan pengobatan pada saat serangan akut yang bertujuan
untuk meredakan serangan nyeri dan disabilitas pada saat itu dan menghentikan progresivitas. Pada
terapi preventif atau profilaksis migrain terutama bertujuan untuk mengurangi frekwensi, durasi dan
beratnya nyeri kepala.1,4
1. Mengurangi faktor risiko/pencetus
- Stres dan kecemasan
- Kurang atau telalu banyak tidur, perubahan jadwal seperti jetlag.
- Hipoglikemia (terlambat makan)
- Kelelahan
- Perubahan hormonal seperti haid, obat hormonal
Kadar estrogen yang berfluktuasi dapat dilakukan dengan menghentikan pil KB atau obat-obat
pengganti estrogen
- Diet
Menghindari makanan tertentu cukup membantu pada 25-30% penderita migrain. Secara umum,
makanan yang harus dihindari adalah: MSG, beberapa minuman beralkohol (anggur merah, prot, sherry,
scotch, bourbon), keju (Colby, Roquefort, Brie, Gruyere, cheddar, bleu, mozzarella, Parmesan, Boursault,
Romano), coklat, dan aspartame.
Diet dilakukan selama 1 bulan. Apabila setelah 1 bulan gejala tidak membaik, berarti modifikasi diet
tidak bermanfaat. Apabila makanan menjadi pencetus gejala, maka jenis makanan tersebut harus
diidentifikasi dengan cara menambahkan satu jenis makanan sampai gejala muncul. Sebaiknya dibuat
diari makanan selama mengidentifikasi makanan apa yang menjadi pencetus migrain, karena beberapa
jenis makanan dapat langsung menimbulkan gejala (anggur merah, MSG), sementara makanan lain baru
menimbulkan gejala setelah 1 hari (coklat, keju).2
2. Terapi farmaka migrain
Terapi Abortif
Pada terapi abortif dapat diberikan analgesia nonspesifik yaitu analgesia yang dapat diberikan pada
kasus nyeri lain selain nyeri kepala, dan atau analgesia spesifik yang hanya bekerja sebagai analgesia
nyeri kepala. Secara umum dapat dikatakan bahwa terapi memakai analgesia nonspesifik masih dapat
menolong pada migrain dengan intensitas nyeri ringan sampai sedang. Pada kasus sedang sampai berat
atau berespons buruk dengan OAINS pemberian analgesia spesifik lebih bermanfaat.
Domperidon atau metoklopramid sebagai antiemetik dapat diberikan saat serangan nyeri kepala atau
bahkan lebih awal yaitu pada saat fase prodromal. Fase prodromal migrain dihubungkan dengan
gangguan pada hipotalamus melalui neurotransmiter dopamin dan serotonin. Pemberian antiemetik akan
membantu penyerapan lambung di samping meredakan gejala penyerta seperti mual dan muntah.
Kemungkinan timbulnya efek samping antiemetik seperti sedasi dan parkinsonism pada orang tua patut
diperhatikan.
Analgesik nonspesifik
Yang termasuk analgesia nonspesifik adalah asetaminofen (parasetamol), aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS). Pada umumnya pemberian analgesia opioid dihindari. Beberapa obat OAINS yang
telah diteliti diberikan pada migrain antara lain adalah:
- Diklofenak.
- Ketorolak.
- Ketoprofen.
- Indometasin.
- Ibuprofen.
- Naproksen.
- Golongan fenamat.
Ketorolak IM membantu pasien dengan mual atau muntah yang berat. Kombinasi antara asetaminofen
dengan aspirin atau OAINS serta penambahan kafein dikatakan dapat menambah efek analgetik, dan
dengan dosis masing-masing obat yang lebih rendah diharapkan akan mengurangi efek samping obat.
Mekanisme kerja OAINS pada umumnya terutama menghambat enzim siklooksigenase sehingga sintesa
prostaglandin dihambat.1
Pasien diminta meminum obatnya begitu serangan migrain terasa. Dosis obat harus adekuat baik secara
obat tunggal atau kombinasi. Apabila satu OAINS tidak efektif dapat dicoba OAINS yang lain. Efek
samping pemberian OAINS perlu dipahami untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pada wanita
hamil hindari pemberian OAINS setelah minggu ke 32 kehamilan. Pada migrain anak dapat diberikan
asetaminofen atau ibuprofen.
Analgesik spesifik
Yang termasuk analgesik spesifik yang sering digunakan adalah ergotamin, dihidroergotamin (DHE) dan
golongan triptan yang merupakan agonis selektif reseptor serotonin pada 5-HT1, terutama mengaktivasi
reseptor 5HT I B / 1 D. Di samping itu ergotamin dan DHE juga berikatan dengan reseptor 5-HT2, 1dan
2- nonadrenergik dan dopamin.1
Analgesik spesifik dapat diberikan pada migrain dengan nyeri sedang sampai berat. Pertimbangan harga
kadang menjadi penghambat dipakainya analgesia spesifik ini, walaupun golongan ini merupakan pilihan
sebagai antimigren. Ergot lebih murah dibanding golongan triptan tetapi efek sampingnya lebih besar.
Penyebab lain yang menjadi penghambat adalah preparat ini di Indonesia hanya tersedia dalam bentuk
oral dan dari golongan triptan hanya ada sumatriptan. Ergotamin dan DHE diberikan pada migrain
sedang sampai berat apabila analgesia nonspesifik kurang terlihat hasilnya atau memberi efek samping.
Dosis dan cara pemberian ergotamin dan DHE harus diperhatikan. Kombinasi ergotamin dengan kafein
bertujuan untuk menambah absorpsi ergotamin selain sebagai analgesik pula. Hindari pada kehamilan,
hipertensi tidak terkendali, penyakit serebrovaskuler, kardiovaskuler dan penyakit pembuluh perifer (hati-
hati pada pasien > 40 tahun) serta gagal ginjal, gagal hati dan sepsis. Efek samping yang mungkin timbul
antara lain mual, dizziness, parestesia, kramp abdominal. Ergotamin biasanya diberikan pada episode
serangan tunggal. Dosis dibatasi tidak melebihi 10 mg/minggu.1
Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual, fotofobia dan fonofobia sehingga memperbaiki disabilitas
pasien. Diberikan pada migrain berat atau pasien yang tidak memberikan respon dengan analgesia
nonspesifik dengan atau tanpa kombinasi. Dosis awal sumatriptan adalah 50 mg dengan dosis maksimal
dalam 24 jam 200 mg. Kontra indikasi antara lain adalah pasien, yang berisiko penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler, hipertensi yang tidak terkontrol, migrain tipe basiler. Efek samping berupa
dizziness, heaviness, mengantuk, nyeri dada non kardial, disforia.
Golongan triptan generasi kedua (zolmitriptan, eletriptan, naratriptan, rizatriptan) yang tidak ada di
Indonesia sebenarnya mempunyai respons yang lebih baik, rekurensi nyeri kepala yang lebih rendah dan
lebih dapat ditoleransi.
Terapi nonfarmaka
Walaupun terapi farmaka merupakan terapi utama migren, terapi nonfarmaka tidak bisa dilupakan. Pada
kehamilan terapi nonfarmaka bahkan diutamakan. Terapi nonfarmaka dimulai dengan edukasi dan
menenangkan pasien (reassurance). Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi
sensoris berlebihan. Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan dikompres
dingin. Menghindari faktor pencetus mungkin merupakan terapi pencegahan yang murah.
Intervensi terapi perilaku (behaviour) sangat berperan dalam mengatasi nyeri kepala yang meliputi terapi
cognitive-behaviour, terapi relaksasi serta terapi biofeedback dengan memakai alat elektromiografi atau
memakai suhu kulit atau pulsasi arteri temporalis. Olahraga terarah yang teratur dan meningkat secara
bertahap umumnya sangat membantu. Beberapa penulis mengusulkan terapi alternatif lain seperti
meditasi, hipnosis, akupunktur dan fitofarmaka. Pada migrain menstrual dapat dianjurkan mengurangi
garam dan retensi cairan.
Migraines can't be cured, but doctors will work with you to help you
manage your condition.
Pain-relieving medications
For the most effective results, take pain-relieving drugs as soon as you
experience signs or symptoms of a migraine. It may help if you rest or
sleep in a dark room after taking them. Medications include:
If taken too often or for long periods of time, these medications can
lead to ulcers, gastrointestinal bleeding and medication-overuse
headaches.
Triptans effectively relieve the pain and other symptoms that are
associated with migraines.
Preventive medications
You may be a candidate for preventive therapy if you have four or more
debilitating attacks a month, if attacks last more than 12 hours, if pain-
relieving medications aren't helping, or if your migraine signs and
symptoms include a prolonged aura or numbness and weakness.
If you're older than age 60, use tobacco, or have certain heart or
blood vessel conditions, doctors may recommend you take alternate
medications instead of beta blockers.
Even if you have a history of headaches, see your doctor if the pattern
changes or your headaches suddenly feel different.