Anda di halaman 1dari 2

Kelainan sistem saraf pusat (SSP) terkait HIV menjadi masalah klinis yang signifikan dalam

bidang infeksi dan terapi HIV. Sebagian besar pasien dengan infeksi HIV yang diterapi dengan
obat antiretroviral (ARV) memiliki gangguan pada tes neuropsikologi. Artikel ini akan
membahas mengenai neuropatogenesis HIV dengan pembahasan utama mengungkap virus dan
host yang terkait dengan invasi virus pada neuron, imunopatogenesis dalam SSP, dan isu-isu
terkait pemantauan dan pengobatan kelainan SSP terkait HIV.

HIV-1 menginfeksi sistem saraf di hampir semua pasien dengan infeksi sistemik dan sering
menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). Sampai
dengan pengenalan terapi kombinasi antiretroviral (cART) pada pertengahan 1990-an, demensia
dan gangguan kognitif dan motorik terkait dengan HIV-1 (HAD) mempengaruhi 20%-30%
pasien dengan penekanan sistem kekebalan atau AIDS . Insiden HAD di negara-negara di mana
cART tersedia secara luas telah berkurang. Namun, dalam jangka panjang terdapat prevalensi
penurunan proporsi neurokognitif ringan-sedang yang signifikan atau bahkan secara mayoritas.
Temuan ini mengkhawatirkan mengingat banyaknya jumlah penderita HIV baru di seluruh dunia
dan keterbatasan tersedianya obat antiretroviral yang optimal sehingga membutuhkan adanya
pemahaman dan penyelidikan mengenai HIV-1 terkait gangguan neurologis, tidak hanya HIV
terkait demensia (HAD) saja tetapi lebih kompleks yaitu HIV terkait gangguan neurokognitif
(HAND) sebagai komplikasi utama infeksi HIV pada SSP.

SEJARAH
Sebuah penyakit dementia ditandai dengan defisit memori dan perhatian, gangguan motorik, dan
perubahan kepribadian terlihat secara signifikan pada proporsi pasien AIDS dalam tahun pertama
epidemi HIV (Navia dkk, 1986b). Penyelidikan lebih lanjut gangguan ini mengungkapkan bahwa
komplikasi ini adalah akibat langsung dari infeksi HIV1 dan inflamasi pada SSP. Neuropatologi
ini ditandai dengan atrofi otak dengan ventrikel besar, peradangan luas tingkat rendah dengan
nodul mikroglial, mempengaruhi limfosit perivaskular, sel PMN mengekspresikan HIV p24 dan
antigen lainnya, dan demielinasi (Gabuzda et al. 1986; Navia et al. 1986a). Meskipun
kemungkinan terdapat cacat parah atau kematian, gejala klinis dapat dipengaruhi oleh
pengobatan dengan terapi antiretroviral terutama cART. Awalnya gejala ini didefinisikan sebagai
kompleks demensia AIDS (ADC) berdasarkan motorik, kognitif, dan gejala perilaku dan tanda-
tanda, tetapi penelitian saat ini mendefinisikan dalam spectrum yang lebih luas sebagai gangguan
neurokognitif terkait HIV berdasarkan kinerja abnormal pada tes neuropsikologis, dan ada
tidaknya gangguan persepsi fungsional terkait gangguan kognitif (Antinori et al. 2007).
Perubahan keparahan penyakit saraf tersebut dapat dipengaruhi oleh perubahan dari etiologi
yang mendasari kecacatan neurologis dalam pengaturan kelangsungan hidup jangka panjang
dengan HIV, termasuk konsekuensi yang mungkin berkelanjutan yaitu replikasi virus dan
peradangan dalam SSP, paparan obat ARV dan obat lain secara kumulatif, inflamasi sistemik
kronis yang mengarah percepatan penyakit pembuluh darah, dan efek komorbiditas dan
neurodegenerasi yang dipengaruhi dengan penuaan. Selain itu, karena cART tampaknya
bermanfaat dalam memperbaiki dan mencegah bentuk yang paling parah dari HAND, diperlukan
perhatian lebih tentang kemungkinan manfaat kognitif jangka panjang inisiasi cART dalam tahap
awal infeksi HIV.

Anda mungkin juga menyukai