Anda di halaman 1dari 2

1.

Sektor perbankan dalam perekonomian suatu negara memiliki peran penting dan sangat mempengaruhi
perekonomian nasional baik secara mikro maupun makro. Perekonomian Indonesia adalah bank-based
economy, yaitu sebuah perekonomian yang sangat tergantung pada keberadaan perbankan sebagai sumber
pembiayaan, sehingga kinerja perbankan harus terus terjaga dengan baik dan sehat sebagai upaya untuk
menjaga keberlangsungan pembangunan ekonomi nasional.
2. Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 dan kondisi keuangan global yang belum membaik seiring
krisis utang di Amerika pada tahun 2008 memberikan dampak yang cukup besar pada perekonomian
Indonesia, salah satunya sektor perbankan yang mengakibatkan krisis perbankan terparah dalam sejarah
perbankan nasional yang menyebabkan penurunan kinerja perbankan nasional.
Selain itu, dampak dari adanya krisis ekonomi menyebabkan banyaknya bank yang mengalami
kebangkrutan hingga akhirnya harus dilikuidasi oleh Bank Indonesia banyaknya bank yang dilikuidasi
diperkirakan sebagai pemicu terjadinya krisis kepercayaan masyarakat pada perbankan di Indonesia. Krisis
kepercayaan menyebabkan terjadinya penarikan dana secara besar-besaran oleh masyarakat. Hal tersebut
diyakini karena penerapan corporate governance yang lemah pada perusahaan di Indonesia.
3. Corporate governance pada industri perbankan di negara berkembang seperti halnya Indonesia pada pasca
krisis keuangan menjadi semakin penting dikarenakan:Pertama, bank menduduki posisi dominan dalam
sistem ekonomi, khususnya sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Kedua, di negara yang ditandai oleh
pasar modal yang belum berkembang, bank berperan utama bagi sumber pembiayaan perusahaan. Ketiga,
bank merupakan lembaga pokok dalam mobilisasi simpanan nasional. Keempat, liberalisasi sistem
perbankan baik melalui privatisasi maupun deregulasi ekonomi menyebabkan manajer bank memiliki
keleluasaan yang lebih besar dalam menjalankan operasi bank (Arun dan Turner, 2004).
4. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asian Corporate Governance Association (ACGA) pada 11
negara yang berada di kawasan Asia yaitu, Singapura, Hong Kong, Jepang, Taiwan, Thailand, Malaysia,
India, Korea, Cina, Filipina, dan Indonesia. Hasilnya menempatkan Indonesia sebagai negara dengan
peringkat paling rendah dalam market ranking and scores. Indonesia secara berturut-turut mendudukuki
peringkat terendah, dengan skor pada tahun 2010 sebesar 40, yang terus menurun hingga tahun 2016
dengan skor 36. Hasil ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara paling lemah dibandingkan 10
negara lainnya dalam bidang corporate governance, sehingga masih diperlukan banyak perbaikan dalam
pelaksanaannya.
5. Kebijakan yang diimplementasikan oleh Pemerintah bersama Bank Indonesia setelah terjadinya krisis
1997-1998 dalam upaya untuk membentuk dan memperkuat sektor perbankan di Indonesia yang pada
akhirnya mempengaruhi komposisi kepemilikan di sektor perbankan. Salah satu kebijakan tersebut adalah
program privatisasi yang dilakukan pemerintah terhadap bank-bank swasta sehingga kepemilikan bank
tersebut akhirnya dikuasai oleh pemerintah dan beberapa bank pemerintah juga menjual sebagian
sahamnya memalui proses IPO, meskipun saham mayoritas tetap dikuasai pemerintah. Selain itu, kebijakan
mengenai investor asing yang bisa menguasai sampai dengan 99% saham bank di Indonesia.
6. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arouri et al., (2014) menemukan bahwa bahwa jumlah
kepemilikan keluarga, kepemilikan asing dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap kinerja bank. Namun, kepemilikan pemerintah tidak memiliki pengaruh yang signifikan
pada kinerja. Variabel tatakelola perusahaan lainnya seperti dualitas CEO dan ukuran dewan direksi
berpengarun tidak signifikan terhadap kinerja.

1. Dewan Komisaris Semakin besar ukuran dewan komisaris maka semakin banyak pula gagasan-gagasan
kreatif serta bauran kompetensi yang digunakan dalam proses pengawasan yang dilakukan oleh dewan
komisaris. Dewan komisaris yang semakin banyak akan menyebabkan lebih banyak orang untuk
mengawasi dan memberikan masukan pada keputusan manajer. Memiliki lebih banyak pengawas dan
penasihat dapat mengurangi kekuatan diskresi manajer atau setidaknya membuat lebih mudah untuk
mendeteksi perilaku oportunistik manajer. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Kepemilikan Asing Kepemilikan asing memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Kepemilikan asing memiliki kemampuan untuk memonitor manajer lebih efektif dan memberikan insentif
kepada manajer sehingga memacu manajer untuk bekerja dengan lebih serius, menyediakan informasi yang
benar kepada investor, dan menghindari perilaku pasif yang tidak menstabilkan nilai perusahaan sehingga
kinerja perusahaan akan meningkat. Selainitu, teknologi yang disediakan oleh investor asing membantu
manajer dalam meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya operasional dan menghasilkan
penghematan pada perusahaan.
1
2

3. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan


melalui tindakan pengawasan yang dilakukannya terhadap perusahaan. Pengawasan yang dilakukan oleh
investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja
perusahaan, sehingga perilaku opportinistic yang mementingkan diri sendiri akan berkurang. Selain itu,
adanya harapan bahwa kepemilikan institusional akan mengurangi masalah principal dan agent antara
manajer dan pemegang saham, yang pada akhirnya menurunkan kesempatan manajer dalam mengontrol
pendapatan sekaligus meningkatkan efektivitas kinerja.
4. Kepemilikan Pemerintah Kepemilikan pemerintah mengurangi nilai perusahaan karena adanya campur
tangan politik. Keberadaan kepemilikan pemerintah dalam suatu perusahaan cenderung membuat mereka
menggunakan kekayaan perusahaan untuk tujuan pemerintahan atau politik, sehingga fokus mereka dalam
menciptakan nilai bagi perusahaan dikesampingkan yang pada akhirnya dapat menurunkan kinerja
perusahaan. Pemerintah sebagai pemegang saham lebih tertarik pada kesejahteraan ekonomi seperti harga
output yang rendah, kapasitas tenaga kerja yang tinggi, dan tujuan lainnya yang dapat menghambat
profitabilitas perusahaan. selain itu, pemerintah dikendalikan oleh kepentingan sosial yang tidak sesuai
dengan motif mencari keuntungan.
5. Ukuran bank Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka perusahaan akan semakin mudah dalam
mencapai skala ekonomis yang membuat biaya produksi semakin rendah, sehingga akan meningkatkan
kinerja perusahaan. ukuran perusahaan yang besar menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu
mengelola asetnya dengan baik sehingga dapat menarik minat investor yang akan berdampak pada naiknya
nilai pasar perusahaan.
6. Leverage Penggunaan hutang yang besar yang tidak disertai dengan pengelolaan aset dengan baik dapat
berdampak negatif pada kinerja. Semakin besar hutang perusahaan akan dapat meningkatkan biaya hutang
yang besar pula sehingga berpotensi menurunkan kinerja. Selain itu, semakin besar leverage perusahaan
berarti semkin besar aktiva atau pendanaan perusahaan yang diperoleh dari hutang yang mencerminkan
perusahaan tidak mampu membiayai operasionalnya sendiri sehingga membutuhkan dana dari pihak
eksternal. Semakin besar hutang maka semakin besar kemungkinan kegagalan perusahaan untuk tidak
mampu membayar hutangnya sehingga berisiko mengalami kebangkrutan dan dapat menurunkan nilai
perusahaan.
Variabel kinerja keuangan (ROA) memiliki nilai minimum sebesar -1,30% dan nilai maksimum 3,41%. Nilai
rata-rata sebesar 1,36%. Rendahnya ROA perusahaan perbankan dikarenakan porsi hutang perusahaan
perbankan yang rata-rata tinggi sehingga beban bunga juga semakin tinggi yang pada akhirnya dapat
memperkecil laba perusahaan.
Tobins Q (Q) sebagai pengukuran kinerja pasar memiliki nilai minimum sebesar 0,88 dan nilai maksimum
1,46. Nilai rata-rata sebesar 1,06.
Rata-rata ukuran dewan komisaris (BSIZE) perusahaan perbankan adalah 5 orang, jumlah minimum adalah 2
orang dan maksimum adalah 9 orang.
Variabel kepemilikan asing (FOROWN) memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar
97,29. Nilai rata-rata kepemilikan asing adalah berkisar antara 31,38 hingga 32,16.
Variabel kepemilikan institusional (INSTOWN) memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum
sebesar 96,33. Nilai rata-rata kepemilikan institusional adalah berkisar antara 27,18 hingga 27,31.
Variabel kepemilikan pemerintah (GOVTOWN) memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum
sebesar 75,00. Nilai rata-rata kepemilikan pemerintah adalah berkisar antara 11,67 hingga 11,93.
Rata-rata ukuran bank (BANKSIZE) yang diukur dengan menggunakan logaritma natural total aset adalah
berkisar antara 31,43 hingga 31,47 dengan nilai minimum sebesar 28,36 dan nilai maksimum sebesar 34,44.
Rata-rata leverage (LEV) perusahaan perbankan adalah 87%. Proporsi utang yang besar mengindikasikan
bahwa utang merupakan alternatif pendanaan utama bagi perusahaan perbankan.

Anda mungkin juga menyukai