Anda di halaman 1dari 12

POST PARTUM BLUES

Dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan, tetapi bila tidak
ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang
lebih berat yaitu depresi dan psikosis salin yang mempunyai dampak lebih buruk
terutama dalam hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anknya.

2.1.3 GEJALA POST PARTUM BLUES


Gejala-gejala yang terjadi:
a. Reaksi depresi/sedih/disforia
b. Menangis
c. Mudah tersinggun atau iritabilitas
d. Cemas
e. Labil perasaan
f. Cendrung menyalahkan diri sendiri
g. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
2.1.4 GAMBARAN KLINIK, PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN
Banyak factor yang dianggap mendukung pada sindroma ini:
1. Faktor hormonal yang terlalu rendah
2. Faktor demografik yaitu umur dan parietas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakan psikososial yang bersangkutan
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan persalinan dengan lebih baik,
maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi yang lebih penting dari segi
psikologi dan mental ibu.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1. Beristirahat ketika bayi tidur
2. Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5. Bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
6. Kempatan merawat bayi hanya datang satu kali

2.2 DEPRESI POST PARTUM


2.2.1 PENGERTIAN DEPRESI POST PARTUM
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Pitt tahun 1988 dalam Pitt(regina dkk,2001) depresi post parum adalah depresi yang
bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan
nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan
suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan
pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional meras
terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah
gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama
masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan
sampai satu tahun.

2.2.2 PENYEBAB DEPRESI POST PARTUM


Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi
post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
Pitt(regina dkk,2001) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1. Faktor konstitusional
2. Faktor fisik yang etrjadi karena ketidakseimbangan hormonal
3. Faktor psikologi
4. Faktor sosial dan karateristik ibu

2.2.3 GEJALA DEPRESI POST PARTUM


Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1. Berkurangnya energi
2. Penurunan efek
3. Hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60%
wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. Kelelahan dan perubahan mood
3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.

2.2.4 GAMBARAN KLINIK, PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN


Monks dkk (1988) mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis sesudah
melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat
berlangsung berbulan-bulan.
Faktor resiko:
1. Keadaan hormonal
2. Dukungan sosial
3. Emotional relationship
4. Komunikasi dan kedekatan
5. Struktur keluarga
6. Antropologi
7. Perkawinan
8. Demografi
9. Stressor psikososial dan lingkungan
Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid,
progesteron dan estrogen.
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat
sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. Beristirahat dengan baik
2. Berolahraga yang ringan
3. Berbagi cerita dengan orang lain
4. Bersikap fleksible
5. Bergabung dengan orang-oarang baru
6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
2.3 POST PARTUM PSIKOSA
2.3.1 PENGERTIAN POST PARTUM PSIKOSA
Post partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu
setelah melahirkan.

2.3.2 PENYEBAB POST PARTUM PSIKOSA


Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya
yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk
terkena post partum psikosa.

2.3.3 GEJALA POST PARTUM PSIKOSA


Gejala yang sering terjadi adalah:
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Gangguan saat tidur
4. Obsesi mengenai bayi

2.3.4 GAMBARAN KLINIK, PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN


Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis,
dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita
kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari
teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-
berdebar serta nafas terasa cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih
memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak
merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. Beristirahat cukup
2. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. Bergabung dengan orang-orang yang baru
4. Bersikap fleksible
5. Berbagi cerita dengan orang terdekat
6.Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan
post partum psikosa.
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam
minggu pertama setelahh persalinan.
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Post partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu
setelah melahirkan.
3.2 SARAN
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health
education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://bukankuyg biasa.blogspot.com/2007/02/depresi-post-partum.htm/
2. http://fadlans world-sheikh famili-depresi pasca melahirkan
3. http://klinis.wordpress.com/2007/12/29/depresi-post partum/
4. http://rinie.info/2008/05/05/post-psrtum-blues-aka-baby-blues/
5. http://www.indocina.net/viewtopic.php

BAB II
ISI

2.1 DEFINISI
Psikosa adalah gangguan kejiwaan yang meliputi keseluruhan pribadi seseorang,
sehingga orang yang mengalami tidak bisa lagi menyesuaikan diri dalam norma-norma
yang wajar dan berlaku umum.
Psikoneurossa adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian,
sehingga orang-orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan -pekerjaan
biasa atau masih dapat belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Psikopat merupakan hambatan kejiwaan yang menyebabkan kesulitan penyesuaian
diri atau timbul akibat ketidakmampuan untuk mengikuti norma norma yang ada
dilingkungan. Penderita memperlihatkan adanya sikap egosentris yang besar, seolah-
olah patokan untuk semua perbuatan adalah dirinya sendiri. Ciri lainnya adalah
keinginan un tuk menguntungkan diri sendiri tanpa memperdulikan pihak lain.
Dalam bentuk yang ringan, gannguan kejiwaan seperti diatas disebut dengan
character disorser yang dapat kita lihat, misalnya pada seseorang yang eksentrik yang
berdandan sesuai dengan seleranya sendiri tanpa memperdulikan apakah dandanannya
tersebut akan jadi bahan tertawaan atau tidak.
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan
waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-
kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul
akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan
kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi,
menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk
memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6
minggu setelah melahirkan.
Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu :
Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada aspek
kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa
juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam kehidupan
seseorang.
Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-
sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa
seseorang.

2.2 FAKTOR RESIKO

Riwayat psikosis, gangguan bipolar (GB) atau skizofrenia


Riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia
Berulang pada 20 50 % kasus.
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifatepisodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya
rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup
Skizofrenia : gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi
sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.
Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti
halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada
Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri,
apati, dan perawatan diri yang buruk.
Wanita dengan riwayat pribadi psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki
peningkatan risiko mengembangkan psikosis postpartum. Demikian juga, wanita yang
memiliki riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki
kesempatan lebih besar untuk mengembangkan gangguan tersebut. Additonally, wanita
yang telah memiliki insiden masa lalu postpartum psikosis adalah antara 20% dan 50%
lebih mungkin mengalami lagi dalam masa kehamilan.

2.3 ETIOLOGI

Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik )
Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )
Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat
mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional dll )
Faktor keturunan
Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
Perubahan hormonal yang cepat.
Masalah medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM ).
Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang
lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
Merasa terisolasi.
Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia ), ketakutan terhadap suatu masalah,
ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.

Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah
psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai
resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.

2.4 EPIDEMIOLOGI
1 di antara 1000 ibu baru

2.5 ANAMNESIS
Onsetnya mendadak, 2-4 minggu setelah pelahiran. Sebagian besar muncul dengan
depresi, tetapi 1/3 dapat muncul dengan mania (suasana hati yang elasi.iritabel,
disinhibisi.bertindak semaunya, perhatiannya mudah teralihkan, aktivitas berlebihan,
pemboros, suka menyerang, tidak banya bicara, loncat gagasan/flight of idea, kurang
tidur), halusinasi, waham, kebingungan, kurangnya tilikan.

2.6 PATOFISIOLOGI
Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita. Pada usia produktif
gangguan kesehatan wanita sering berhubungan dengan perannya sebagai istri, ibu dan
pekerja, kondisi kesehatan fisik terutama kondisi bagian tubuh yang menjadi simbol
kewanitaan, penganiayaan fisik dan mental. Proses berduka, kemurungan dan psikosa
pasca melahirkan, serta bunuh diri yang merupaka reaksi negatif dari ganggguan
terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan psikiatrik pasca persalinan
terdapat konflik antar ibu dengan perannya sebagai ibu yang harus mengasuh anaknya,
dengan kelahiran anaknya dan hubungan dengan suaminya. Konflik ini mempunyai
peranan dalam menentukan identitas dirinya sebagai ibu yang tidak dapat
berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu menemukan jati dirinya, dan
merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa pascapersalinan bukan suatu sindrom
psikiatrik yang baru, tapi merupakan gangguan yang biasa didapat, antara lain
postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis postpartum. Gangguan ini dapat
terjadi mulai sejak hari pertama sampai 4-6 minggu pasca melahirkan. Bahkan marce
sosiety mengemukakan psikosa ini dapat terjadi sampai 1 tahun setelah melahirkan.
Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat, berbahaya dan merupakan
kondisi darurat sebab penderita dapat membahayakan diri sendiri dan mengganggu
lingkungannya,seperti tindakan bunuh diri dan membunuh bayinya. Gangguan
nonpsikotik pada periode pascapersalinan cukup tinggi, penelitian menunjukkan 20-
40% wanita hamil mengalami gangguan emosional atau disfungsi kognitif, ataupun
keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan adalah 1-2 per 1000 kelahiran dari
seluruh wanita pascapersalinan.Umumnya gangguan psikiatrik pasca melahirkan timbul
setelah hari ke 3 pasca persalinan.

2.7 TANDA DAN GEJALA


2.7.1 Gejala awal :
Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
Sulit tidur atau imsomnia
Sering menangis
Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan
Merasa Letih dan lelah
Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan
Mudah tersinggung / labil
Sakit kepala
Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba
Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya
Menolak makan dan minum
2.7.2 Gejala lanjutan :
Curiga berlebihan
Kebingungan
Sulit konsentrasi
Bicara meracau atau inkoheren
Irasional
Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
Agresif
Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan mengalami depresi postpartum tapi
tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa postpartum. Tapi setiap psikosa postpartum
pasti di awali oleh depresi pospartum dan bisa sampai melukai diri sendiri bahkan
membunuh anak-anaknya.
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. delusi
2. halusinasi
3. gangguan saat tidur
4. obsesi mengenai bayi

2.8 GEJALA KLINIK


Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara
drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat.
Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan
diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung
berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.

2.9 PEMERIKSAAN

a. Ibu : bertindak semaunya, berbusana tidak sesuai


b. Bayi : bukti adanya penelantaran

2.10 PATOLOGI
Tidak ada patologi yang dapat diidentifikasi

2.11 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang

2.12 PENANGANAN
Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini adalah
kombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi seperti antidepresan,
jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah
sakit. Libatkan anggota keluarga dalam penanganan terutama suami sehingga dapat
dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan
dibutuhkan ibu.

2.13 PENCEGAHAN
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari ancaman
depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum,
sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera
mendapatkan penanganan yang tepat.
Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan
dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum.
Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan peregangan
selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih
rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan.
Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera
beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum
sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada
kesulitan.
Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-
buku yang dibutuhkan.
Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan
perasaan yang terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa
ibu curahka dengan memasak atau membersihkan rumah.
Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat
mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan yang
ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari setelahnya.

2.14 PENATALAKSANAAN
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Oleh karena itu
memerlukan perhatian segera. Hal ini dikarenkan wanita yang menderita penyakit
kejiwaan tidak selalu mampu atau bersedia untuk berbicara dengan seseorang tentang
disorder-nya, mereka kadang-kadang membutuhkan pasangan atau anggota keluarga
yang lain untuk membantu mereka mendapatkan penanganan medis yang mereka
butuhkan. Kondisi ini biasanya diatasi dengan pemberian obat, biasanya obat
antipsikosis dan terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas.
Banyak wanita yang juga dapat merasakan manfaat dari konseling dan dukungan
psikologis kelompok. Dengan perawatan dengan baik, sebagian besar perempuan dapat
pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus
lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar
tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. beristirahat cukup
2. mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. bergabung dengan orang-orang yang baru
4. bersikap fleksible
5. berbagi cerita dengan orang terdekat
6. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Tatalaksana juga dapat berupa :
Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan risiko terhadap bayi). Perawatan di
unit psikiatri (jika mungkin ke unit spesialis ibu dan bayi). Obat antidepresan oral,
neuroleptika (gunakan secara hati hati jika menyusui).

2.10 PENGOBATAN

Idem dg depressi
Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang lain :
dirawat di rumah sakit.
Obat2 : anti psikotik, antidepressan dan anti ansietas.

2.11 KOMPLIKASI
Bunuh diri
Penelantaran anak
Pengasuhan yang tidak sesuai
Berpikir untuk menyakiti
Pembunuhan bayi

2.12 PROGNOSIS
Prognosis jangka pendek baik. 20% mengalami psikosis masa nifas yang berulang. 50
% mengalami episode psikosis berulang.

Anda mungkin juga menyukai