Anda di halaman 1dari 4

Amir Sjarifoeddin : Tokoh Kristen dan Perjuangan Indonesia

Begitu banyak pahlawan perjuangan bangsa kita. Mereka berjuang demi kemerdekaan
bangsa serta memberikan masa depan bagi kita semua. Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa
kita memproklamirkan dirinya menjadi negara yang merdeka. Bebas dari belenggu penjajahan para
kapitalis Eropa maupun Jepang. Dimulai pada abad ke-17 awal mula Belanda datang ke Indonesia
bertujuan untuk berdagang dan akhirnya mereka berhasil mengusir penjajahan Portugis di Indonesia
yang datang pada permulaan abad ke-16. Pada saat itu Belanda melakukan penjajahan terhadap
Indonesia melalui sistem monopoli perdagangannya. Orang orang pribumi menjadi rakyat jelata
yang di eksploitasi habis habisan mulai dari tenaga, harta, keluarga, bahkan mereka mengorbankan
nyawanya. Selain bertujuan untuk menjalankan sistem perdagangannya, Belanda juga ingin
memperluas wilayahnya di Indonesia. Merujuk penjajahan Belanda di Indonesia, dimana orang
orang Belanda adalah umat Kristen Protestan maka Gereja Protestan mulai dibangun di Indonesia.
Hal inilah yang menjadi salah satu titik awal agama Kristen Protestan mulai menyebar di Indonesia.
Orang orang pribumi bahkan mulai banyak yang menganut agama Kristen Protestan. Pada abad ke-
19 merupakan iklim perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam iklim perjuangan itu kebanyakan
orang orang Kristen Indonesia bersikap loyal kepada Pemerintahan Kolonialis Belanda. Kalaupun
ada orang orang Kristen yang ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan itu maka mereka bersikap
acuh tak acuh atau menjauhkan diri dari lingkungan gereja. Mereka tidak aktif sama sekali dalam
kegiatan kegerejaan. Saat suasana seperti inilah seorang tokoh pahlawan bangsa yang berbeda dari
kebanyakan orang Kristen waktu itu lahir. Beliau lahir dari rahim seorang Basonoe boru Siregar
(1890-1931) dan beliau anak sulung dari Baginda Soripada Harahap (1885 - 1949), seorang Jaksa di
Medan. Saat dewasa beliau selain aktif dalam kegiatan gereja juga aktif melibatkan dirinya dalam
usaha perjuangan kemerdekaan. Beliau adalah Amir Sjarifoeddin (1907 - 1927) Perdana Menteri RI
yang kedua yang masa jabatannya hanya 3 Juli 1947 29 Januari 1948 menggantikan Sutan Syahrir
saat pemerintahan Soekarno. Selain sebagai Perdana Menteri kedua beliau juga menjadi Menteri
Pertahanan RI yang ketiga menggantikan Imam Muhammad Soeliyoadikusumo dengan masa jabatan
14 November 1945 29 Januari 1948. Menteri Komunikasi dan Informatika juga pernah beliau
duduki dengan masa jabatan 2 September 1945 12 Maret 1946.
Meskipun beliau putra seorang pejabat pemerintahan kolonial Belanda, namun sejak kecil
dan remaja Amir hidup berkecukupan. Ia mengenyam pendidikan yang baik. Perhatiannya sangat
besar terhadap rakyat Indonesia yang melarat dan miskin saat itu akibat penjajahan pemerintahan
kolonial Belanda. Bahkan beliau pun mau hidup menderita seperti mereka agar rasa penderitaan itu
menjadi api semangatnya untuk terjun dalam dunia pergerakan.
Dalam dunia pergerakan kemerdekaan Indonesia, karir pergerakan kemerdekaan Amir Sjarifoeddin
berawal saat beliau menjadi mahasiswa di Rechtsshogeschool yaitu tergabung dalam organisasi
kedaerahan Jong Sumatranen Bond pada tanggal 2 Desember 1917. Gedung Keramat Raya 106
merupakan lokasi bersejarah bagi awal mula pergerakan beliau dalam pergerakan kemerdekaan
Indonesia saat itu. Selain sebagai tokoh yang berperan besar dalam Jong Sumatranen Bond, beliau
juga menjadi tokoh besar dan pemimpintangguh dalam pergerakan organisasi daerah,Jong Bataks
Bond. Hal tersebut memperlihatkan bahwa beliau berbakat sebagai organisatoris yang ulung. Selain
sebagai organisatoris kultural dan sosialis beliau juga sebagai politikus yang berbakat.
Setelah tergabung dalam Jong Sumatranen Bond beliau juga turut serta dalam kepanitian
Kongres Sumpah Pemuda II pada tahun 1928 menduduki jabatan sebagai bendahara mewakili Jong
Bataks Bond. Keikutsertaannya dalam PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia) mendorong
niatnya untuk turut serta berjuang membentuk negara Indonesia Raya Merdeka. Bentuk loyalitasnya
diwujudkan dengan suksesnya Kongres Sumpah Pemuda II saat itu, 28 Oktober 1928.
Karir selanjutnya dalam dunia pergerakan kemerdekaan, beliau aktif dalam keanggotaan
Partai Indonesia (Partindo) yang berdiri pada tahun 30-an. Prinsip radikal dan nonkooperatif dari
Partindo merupakan faktor yang berpengaruh dalam keikutseraannya menjadi anggota Partindo
karena jika menilik dari pendiri pendiri Partindo adalah para mahasiswa mahasiswa yang belajar
di negeri Belanda dan sejatinya para mahasiswa itu anti-kolonialis. Posisi beliau sebagai arsitek dan
pemimpin dalam Partindo sangatlah berperan besar dibuktikan dalam Kongres II Partindo di
Surabaya tahun 1993 beliau terpilih menjadi Badan Pelaksana Harian Partindo bersama Mr.
Sartono, Soewirjo dan Njonoprawoto.
Beberapa tahun selanjutnya, pada 1937 berdirilah Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
sebagai induk pergerakan rakyat terhadap pemerintah penjajah dan beliaulah yang menjadi
pendirinya. Melalui Gerindo ini keberaniannya dalam menentang pemerintahan Belanda dibuktikan.
Pidatonya di Gedong Permoefakatan Indonesia, Gang Kenari, Jakarta saat Rapat Umum Gerindo
Cabang Jakarta bertema Fasisme Melawan Demokrasi telah mendorong dan membakar semangat
rakyat Indonesia melawan segala keburukan masyarakat di Indonesia saat itu agar fasisme tidak
tumbuh dan berkuasa di Indonesia.
Organisasi kemerdekaan Gapi (Gerakan Politik Indonesia) berdiri pada tahun 1939 sebagai
wadah konsentrasi nasional. Di dalam Gapi tergabunglah beberapa tokoh intelektual, antara lain
Abikusno Tjokrosujoso sebagai sekretarisnya dan Amir Sjarifoeddin lah sebagai wakilnya. Lagi lagi
pidatonya dalam Kongres Gapi pada Desember 1939 dengan gaya orator ulung mampu membakar
semangat patriotisme rakyat Indonesia untuk melawan penjajahan kolonialis Belanda. Dalam
kongres ini ditetapkan bahasa Indnesia sebagai bahasa persatuan, bendera persatuan adalah
bendera Merah Putih, dan lagu persatuan adalah Indonesia Raya.
Keaktifan beliau juga ditunjukkan saat penjajahan Jepang di Indonesia pada tanggal 9 Maret
1942 beliau menyusun suatu organisasi bawah tanah yang bernama Liga Anti Fasis. Dalam
kepemimpinannya di organisasi ini Amir Sjarifoeddin merupakan seorang yang menonjol sikap Anti
Fasisnya dan beliau mempunyai keahlian kecakapan yang luar biasa menurut Direktur Pendidikan di
Batavia, P.J.A Idenburg. Nampaknya keberadaan beliau dalam Liga Anti Fasis ini dicurigai dan dimata
- matai Kenpeitai,badan intelejen Jepang, karena pergerakannya dapat menjadi ancaman
keberadaan Jepang di Indonesia. Maka, pada bulan Februari 1943, beliau bersama 53 orang lainnya
ditangkap oleh Kenpeitai di Surabaya dan dijatuhi hukuman mati. Amir Sjarifoeddin dipenjarakan di
Kalisosok, Surabaya, Lalu, beliau dipindahkan ke rutan Salemba, Jakarta. Namun karena campur
tangan Soekarno dan Hatta hukumannya diubah menjadi hukuman seumur hidup.

Teringat saat masih dalam tahanan Jepang, Amir pernah berdialog mengenai keimanannya
dengan tentara Jepang. Berikut dialognya itu.

Tentara Jepang : "Kamu adalah orang Kristen. Tetapkah kamu pada kepercayaan kamu itu?"
Amir : "Tetap."

Tentara Jepang : "Pastikah ?"

Amir : "Pasti."

Tentara Jepang :"Kristus bersedia berkorban demi kepercayaannya dan bagi pengikutnya sampai
pula sedia berkorban pada kayu salib. Kalau kamu betul-betul seorang Kristen, mestinya kamu juga
bersedia berkorban dengan digantung pada salib. Kamu berjuang melawan Belanda dan sekarang
melawan Jepang demi kemerdekaan bangsamu. Bersediakah kamu digantung pula demi
kepercayaan dan bangsamu?"

Amir : (Tidak menjawab)

Lalu Jepang memutuskan sendiri, "Kristus digantung dengan kepalanya ke atas dan kamu
akan digantung dengan kepala ke bawah sebab murid harus bersedia berkorban lebih berat daripada
sang guru. Kemudian Amir digantung dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas tetapi Amir tidak
menyerah dan memungkiri Tuhan Allahnya. (him 109-110).

Selain sebagai tokoh pergerakan kemerdekaan beliau juga tokoh terpenting dalam kegiatan -
kegiatan gerejani. Hal tersebut dibuktikan dengan terpilihnya beliau sebagai penasihat Gerakan
Persatoean Kaoem Kristen (GPKK) pada 15 Juni 1942. GPKK ini dibentuk menjadi organisasi
sementara sebagai pemersatu umat Kristen Indonesia. Dalam rapatnya yang pertama, GPKK
bertujuan untuk mencapai persatuan kalangan kaum Kristen Indonesia dan mengatasi beberapa
masalah keagamaan saat itu.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu dan pada tanggal 17 Agustus
1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Selanjutnya, pada tanggal 29 Agustus 1945
Kabinet Republik Indonesia dibentuk dan beliau terpilih sebagai Menteri Penerangan dan selang dua
hari beliau dibebaskan dari penjara. Dua bulan berikutnya beliau dilantik menjadi Menteri
Penerangan sekaligus Menteri Keamanan Rakyat. Pada saat pemerintahan RI mengalami
kegoncangan akibat ancaman Agresi Militer Belanda I, 3 Juli 1947, Presiden Soekarno menunjuk
Amir Sjarifoeddin untuk dilantik menjadi Perdana Menteri dan sekaligus Menteri Pertahanan.
Beliau juga masih aktif dalam keorganisasian setelah kabinetnya dibubarkan pada tanggal 23
Januari 1948 dengan mmbentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR). FDR dibentuk atas dasar untuk
merumuskan kembali tingkatan perjuangan militer Indonesia dan secara diam - diam beliau juga
berperan dalam upaya komunisme Indonesia dengan tergabung dalam anggota Politbiro PKI
bersama Musso dan Suripno di Madiun pada 1 September 1948.
Dari semua jalan hidup beliau dan kooperatifnya bersama Musso saat Peristiwa Madiun
yang menjadi landasan awal bahwa beliau adalah seorang komunisme. Sejatinya Peristiwa Madiun
disini adalah sebuah kontroversial. Nama yang diberikan untuk kasus Madiun pun saling berbeda
antara yang satu dengan yang lain. Presiden Soekarno menyebutnya dengan Peristiwa Madiun,
sedangkan Pemerintah Orde Baru menyebutnya sebagai Pemberontakan PKI di Madiun.Hal yang
menarik juga seperti yang dikatakan oleh Asvi Warman Adam, beliau menyatakan bahwa peristiwa di
Madiun bukan kategori sebagai pemberontakan, apalagi dalam kategori sebuah kudeta bagi
kedaulatan Indonesia. Itu hanya pergolakkan pada tingkat daerah (coup de ville).
Karena adanya stigma komunisme dari sosok Amir Sjarifoeddin itu, banyak orang Kristen,
termasuk juga orang Batak, yang enggan mengingat sosoknya kembali. Perlu adanya paradigma baru
terhadap sosok Amir yang sangat berpengaruh terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia dan
kekristenan di Indonesia, meskipun beliau tergolong seorang komunis. Akhir cerita hidupnya, beliau
ditangkap bersama dengan 10 pimpinan FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang merupakan oposisi
sayap kiri atas pemerintahan Hatta, setelah dilakukan operasi besar-besaran. Beliau ditembak mati
tanpa dialog terlebih dulu di desa Ngalihan, Solo, Jawa Tengah, oleh anak buah Gatot Subroto. Beliau
memohon sebagai orang pertama yang akan ditembak mati. Saat hendak ditembak mati, dia
dikabarkan menggenggam sebuah Alkitab untuk menemani ajalnya.
Pada 15 November 1950, saat makamnya di pugar kembali, yang saat itu dijaga ketat oleh
polisi dan tentara, ditemukanlah sebuah buku agama Kristen, di sini tidak dijelaskan lagi apakah itu
Alkitab (him 200). Namun, masih di buku yang sama ini ada yang menyatakan bahwa sebuah
Alkitablah yang menemaninya di alam baka (him 242).
Sosok beliau, Amir Sjarifoeddin, merupakan sosok pahlawan bangsa yang semangatnya patut
dijadikan contoh bagi generasi muda penerus masa depan bangsa.
Sumber : www.suaranasraniindonesia.com,id.wikipedia.org, Amir Sjarifoeddin karya Frederiek
Djara
*Rengga Ahmad Prasetia Teknik Fisika ITS 2011

Anda mungkin juga menyukai