Anda di halaman 1dari 12

CSR, Kepedulian yang Salah Peduli

3. CORPORATE Social Responsibility (CSR) sejak tahun 2007 sampai hari ini

terus menjadi pembicaraan. Banyak yang pro, banyak kontra dan banyak juga

yang netral atau tidak mau tahu. Bagi yang kontra melihat pasal dalam UU

Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pada pasal 74 berisi

tentang pewajiban tanggungjawab sosial dan lingkungan.

Kata pewajiban itu memunculkan tanggapan negatif dari para pengusaha

Indonesia seperti Kamar Dagang Indonesia (Kadin), IWAPI dan HIMPI yang

mengadukan UU itu ke Mahkamah Konstitusi (MK) dengan argumentasi

program CSR harus bersifat sukarela, tergantung kepada ukuran perusahaan

dan sektor-sektor dimana perusahaan itu beroperasi.

Para pengusaha yang tergabung dalam Kadin, IWAPI dan HIMPI meminta

judicial review terhadap pasal dalam UU No 40 tahun 2007 itu kepada MK.

Namun, akhirnya pada 15 April 2009, MK memutuskan CSR tetap bersifat

wajib dilaksanakan bagi para perusahaan di Indonesia.

Para perusahaan Indonesia yang kontra untuk melaksanakan CSR karena pada

pasal 74 yakni pertama UU No 40 tahun 2007 itu harus jelas dengan Peraturan

Pemerintah (PP) untuk mengaturnya. Kedua, pewajiban CSR bagi perusahaan

di Indonesia belum jelas tentang penentuannya kepada siapa dan kepada

kelompok mana sasaran CSR itu.

Hal itu karena pada pasal 74 itu disebutkan untuk masyarakat setempat yang
memunculkan pertanyaan, masyarakat setempat yang mana. Ketiga kontra

dengan pasal 74 UU Nomor 40 tahun 2007 tentang PT itu karena perusahaan

sudah diwajibkan sejumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

Tidak Jelas Sasaran

Tiga alasan kontra dengan pasal 74 itu bisa dipahami. Sebab perusahaan di

Indonesia diwajibkan membayar sejumlah pajak. Beda dengan di Amerika

Serikat, perusahaan yang melakukan program CSR diatur dalam peraturan

pemerintah yang mengatur pemotongan pajak (tax deduction). Pengaturan

seperti itu belum ada di Indonesia sehingga eksistensi CSR kurang jelas dan

cenderung tumpang tindih dengan kewajiban lain seperti kewajiban membayar

sejumlah pajak, restribusi dan yang lainnya.

Dasar hukum keberadaan CSR karena adanya pasal 74 UU No 40/2007

tentang PT yang memunculkan kontra, pro dan netral (tidak mau tahu) dengan

munculnya CSR di perusahaan. Namun, kini CSR telah bergaung, menjadi

pembicaraan serius pada perusahan di Indonesia.

Sementara CSR bukan barang baru bagi perusahaan di berbagai belahan dunia

seperti Eropa, Inggeris, Prancis dan lainnya. Namun, konsep CSR dan bentuk

CSR itu tidak sama dengan yang ada di Indonesia. Cara pendekatan dan

menerapan CSR perusahaan di Indonesia masih menyimpan banyak masalah.

Karena sesungguhnya CSR Indonesia bukan fokus kepada kepedulian

terhadap lingkungan hidup yang ada di sekitar perusahaan.


Konsep masyarakat setempat belum jelas dan tegas. Beda dengan

perusahaan di luar Indonesia melaksanakan CSR. Perusahaan mampu

meningkatkan daya saing karena melaksanakan CSR yang sesungguhnya

untuk lingkungan hidup. Hasilnya perusahaan itu memperoleh dukungan

penuh dari masyarakat. Dukungan masyarakat menjadi penting karena dengan

adanya dukungan masyarakat maka perusahaan dapat meningkatkan citra

perusahaan.

Bila citra perusahaan meningkat maka harga di pasar saham meningkat,

perusahaan akan lebih mudah memeroleh tambahan modal apabila diperlukan.

Perusahaan juga mudah memeroleh sumber daya manusia yang berkualitas

karena citra perusahaan sangat baik di mata publik.

Berdasarkan data, perusahaan di negara maju melaksanakan CSR bukan

semata-mata mengamankan masyarakat agar tidak mendemo perusahaan

karena dinilai tidak ramah lingkungan. Keberhasilan CSR pada perusahaan di

luar negeri umumnya karena melekatkan CSR itu pada strategi berbisnis,

strategi bersaing, strategi kemajuan perusahaan. Artinya, melekat dengan

aktivitas bisnis perusahaan itu sendiri. Misalnya, General Electrics menjadi

sangat kuat posisinya dalam pasar mesin pesawat terbang karena berhasil

membuat mesin pesawat jauh lebih hemat dalam konsumsi bahan bakar.

Konsep CSR yang memiliki nilai inovasi merupakan hasil kolaborasi dari

komitmen untuk membuat berbagai produk yang lebih ramah lingkungan dan

bersaing sehat dengan kompetitornya. (Herz, S, Vina, and Sohn, J.2007.


Development withhout Conflict. The Business Case for Community Consent.

World Resource Institute. Washington D.C)

Konsep CSR yang melestarikan lingkungan hidup merupakan tujuan ideal dari

CSR itu. Contoh sederhana, bila ada aktivitas perusahaan di satu daerah maka

daerah itu akan berkembang seiring dengan munculnya perusahaan. Misalnya,

ada perusahaan pabrik kelapa sawit (PKS) pada satu daerah, maka masyarakat

sekitar di daerah itu akan maju dan berkembang. CSR dari PKS itu adalah

para petani memiliki lahan pertanian maka akan menjadi petani kepala sawit

yang tangguh.

Masyarakat sekitar yang memiliki modal akan menjadi pengusaha angkutan

CPO, menjadi pengusaha rumah makan. Bagi masyarakat yang tidak memiliki

pekerjaan (pengangguran) akan bekerja sesuai keahliannya.

Tidak Ada Paksaan

Kepedulian sosial dari perusahaan sangat tepat karena adanya masyarakat

maka adanya perusahaan. Masyarakat dan perusahaan harus bersinergi untuk

meraih keberhasilan. Kepedulian bebas dari unsur paksaan atau keterpaksaan

maka apa bila UU tentang PT pada pasal 74 menjadi kewajiban jelas tumpang

tindih dengan kewajiban perusahaan kepada pemerintah dalam bentuk pajak.

Pelaksanaan CSR perusahaan idealnya tidak harus adanya regulasi.

Pemerintah dapat melakukan banyak aktivitas nonregulatori untuk mendorong

CSR seperti koordinasi kebijakan mengenai CSR antardepartemen,

meningkatkan profil CSR, membiayai penelitian-penelitian tentang CSR,


memberikan insentif buat perusahaan yang memiliki kinerja CSR. Artinya,

pemerintah memotivasi perusahaan agar melaksanakan CSR yang nantinya

untuk kebaikan perusahaan itu sendiri, sesuai prinsip dari CSR untuk

meningkatkan citra perusahaan.

Ini telah dibuktikan di Eropa, pemerintahnya mendorong perusahaan untuk

melaksanakan CSR yang tidak dimulai dari regulasi (atau tidak membuat

regulasi) atas CSR, tetapi mendorong perusahaan dengan nonregulasi. Hal itu

tepat karena regulasi berpotensi untuk memindahkah apa yang menjadi beban

pemerintah kepada perusahaan (swasta). Artinya, pemerintah tidak boleh

meminta perusahaan menyisihkan dana untuk pendidikan, karena pemerintah

mempunyai kewajiban konstitusi untuk menyediakan dana pendidikan dari

APBN dan APBD. Dapat dibayangkan bila yang demikian dilakukan maka

ketika projek selesai maka pemerintah atau oknum yang ada di pemerintahan

bisa saja mengklaim projek itu dibiayai APBD atau APBN.

Kondisi ini berpeluang besar untuk korupsi, maka hakekat CSR menjadi

kabur, pada hal CSR merupakan bagian dari perusahaan untuk tumbuh,

berkembang bersama masyarakat sekitar karena citra perusahaan merupakan

pintu gerbang untuk kesuksesan perusahaan pada semua sektor. (Oleh:Ir

Fadmin P
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR)

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah


suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan
adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada


argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya
keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial
dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

Istilah CSR yang mulai dikenal sejak tahun 1970-an, saat ini menjadi salah satu
bentuk inovasi bagi hubungan perusahaan dengan masyarakat dan konsumen.
CSR kini banyak diterapkan baik oleh perusahaan multi-nasional maupun
perusahaan nasional atau lokal. CSR adalah tentang nilai dan standar yang
berkaitan dengan beroperasinya sebuah perusahaan dalam suatu masyarakat. CSR
diartikan sebagai komitmen usaha untuk beroperasi secara legal dan etis yang
berkonstribusi pada peningkatan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya,
komunitas lokal dan masyarakat luas dalam kerangka mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.

CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di Perusahaan dan
dimasyarakat. Etika yang dianut merupakan bagian dari budaya (corporate
culture); dan etika yang dianut masyarakat merupakan bagian dari budaya
masyarakata. Prisnsip-prinsip atau azas yang berlaku di masyarakat juga termasuk
berbagai peraturan dan regulasi pemerintah sebagai bagian dari sistem
ketatanegaraan.

Analisis dan pengembangan


Hal yang menjadi perhatian terbesar saat ini dari peran perusahaan dalam
masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian
terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan,
perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan
ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama
surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan
hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali
dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya
peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaam
manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan CSR dari Surat
perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktek yang
dikenal sebagai "Investasi bertanggung jawab sosial" (socially responsible
investing).

Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan
"perbuatan baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh
Habitat for Humanity atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya
sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa
lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian
bea siswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan
mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer) dalam mengambil
bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik dimata
komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan
serta memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama
triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan
berbagai kegiatan sosial di atas.

Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat


luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan
posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan
bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR adalah bukan hanya sekedar
kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan
keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap
seluruh pemangku kepentingan(stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan
hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara
kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan
pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.

"dunia bisnis, selama setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi
paling berkuasa diatas planet ini. Institusi yang dominan di masyarakat manapun
harus mengambil tanggung jawab untuk kepentingan bersama.setiap keputusan
yang dibuat, setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam kerangka
tanggung jawab tersebut."

Sebuah definisi yang luas oleh World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD) yaitu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200
perusahaan yang secara khusus bergerak dibidang "pembangunan berkelanjutan"
(sustainable development) yang menyatakan bahwa:
" CSR adalah merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari
komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan
taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya".

Alasan terkait bisnis (business case) untuk CSR


Skala dan sifat keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat berbeda-beda
tergantung dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak berpendapat bahwa amat
sulit untuk mengukur kinerja CSR, walaupun sesungguhnya cukup banyak
literatur yang memuat tentang cara mengukurnya. Literatur tersebut misalnya
metode "Empat belas poin balanced scorecard oleh Deming. Literatur lain
misalnya Orlizty, Schmidt, dan Rynes[3] yang menemukan suatu korelasi positif
walaupun lemah antara kinerja sosial dan lingkungan hidup dengan kinerja
keuangan perusahaan. Kebanyakan penelitian yang mengaitkan antara kinerja
CSR (corporate social performance) dengan kinerja finansial perusahaan
(corporate financial performance) memang menunjukkan kecenderungan positif,
namun kesepakatan mengenai bagaimana CSR diukur belumlah lagi tercapai.
Mungkin, kesepakatan para pemangku kepentingan global yang mendefinisikan
berbagai subjek inti (core subject) dalam ISO 26000 Guidance on Social
Responsibility--direncanakan terbit pada September 2010--akan lebih
memudahkan perusahaan untuk menurunkan isu-isu di setiap subjek inti dalam
standar tersebut menjadi alat ukur keberhasilan CSR.

Hasil Survey "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh
Environics International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of
Wales Business Leader Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23
negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60%
mengatakan bahwa etika bisnis, praktik terhadap karyawan, dampak terhadap
lingkungan, yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
akan paling berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & brand
image-lah yang akan paling mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang
mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial,
ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.

Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan
CSR adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari
perusahaan yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang
kekurangan perusahaan tersebut.
Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu
ataupun lebih dari argumentasi di bawah ini:
Sumberdaya manusia
Manajemen risiko
Membedakan merek
Ijin usaha
Motif perselisihan bisnis

Contoh perusahaan yang sudah menerapkan CSR:


Molson Coors Kanada adalah tempat penyulingan bir tertua di Amerika Utara.
Molson adalah bir terbesar di Kanada dengan volume dan perusahaan bir tertua di
Amerika Utara, dengan perkiraan pangsa pasar 41% di Kanada. Perusahaan ini
selama bertahun-tahun telah menggunakan CSR untuk memajukan merek dan
merupakan salah satu dari beberapa perusahaan besar untuk memanfaatkan media
sosial dalam melakukannya. Molson Coors berinvestasi lebih banyak di minum
bertanggung jawab pendidikan dari pada alkohol-peristiwa berpusat. Molson
menjangkau masyarakat untuk menemukan cara untuk menyebarkan pesan minum
bertanggung jawab, menempatkan uang balik program TaxiGuy (bagi mereka
yang sudah memiliki satu terlalu banyak) dan meliputi biaya dari angkutan umum
gratis di Malam Tahun Baru. Kisah musim liburan tahun 2008 ketika Toronto
Transit Authority dibatalkan perusahaan New Year's Eve transportasi bebas naik
karena pemotongan anggaran. Molson melangkah dan meluncurkan kampanye
untuk menggantikan dana publik dengan sumbangan sektor swasta, dimulai
dengan $ 20.000 sumbangan nya sendiri. Molson memiliki tim sosial media kecil
yang dipimpin oleh Ferg Devins, yang tidak hanya bertanggung jawab untuk
menjual bir tetapi untuk menjangkau masyarakat yang membutuhkan. Tim ini
menggunakan Twitter dan blogging untuk memulai proyek-proyek komunitas
kedermawanan.

AJAIBNYA SEDEKAH

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 267


Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari
HASIL USAHAMU YANG BAIK-BAIK dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan JANGANLAH KAMU MEMILIH YANG
BURUK-BURUK lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak
mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Allah adalah MAHA MENEPATI JANJI, dan apa yang tertulis di Alqur'an adalah
apa yang langsung diserukan Allah kepada umatnya. Adalah sebuah kerugian
besar jika kita tidak yakin akan perkataan langsung Allah tersebut. Coba anda
baca dan renungkan apa yang langsung diserukan Allah tentang sedekah di bagian
bawah ini:

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 245


Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), MAKA ALLAH MELIPAT GANDAKAN
PEMBAYARAN KEPADANYA DENGAN LIPAT GANDA YANG BANYAK. Dan
Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.

Dalam ayat ini Allah dengan jelas mengatakan akan melipat gandakan, DENGAN
LIPAT GANDA YANG BANYAK bagi siapa saja yang gemar sedekah. Di akhir
kalimat ditekankan bahwa hanya Allah-lah yang bisa melapangkan atau
menyempitkan rejeki makhluk ciptaanNya.

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 261


Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.
Dalam ayat ini Allah secara jelas menyebut perhitungan matematis saat kita
mengeluarkan hartanya untuk sedekah. Jika menurut perhitungan matematis itu
berarti sedekah kita akan dibalas hingga 700 kali lipat! Di akhir ayat Allah
menekankan akan membalas sedekah itu bagi siapa yang Dia kehendaki.

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 274


Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.

Dalam ayat ini Allah menjanjikan bagi siapa saja yang mau bersedekah, Allah
akan memeliharanya dari segala bentuk kekhawatiran dan segala bentuk
kesedihan. Anda saat ini sedang punya masalah? Makanya ayo segera bersedekah.

Alquran Surah An Nisaa Ayat 114


Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat
makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa
yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami
memberi kepadanya pahala yang besar.

Berdasarkan Firman Allah melalui Surah An Nisa di atas maka metode IPPS ini
kami berikan dengan harapan dapat membuka hati saya hati anda dan hati setiap
orang yang membuka dan membaca web ini untuk mau dengan ikhlas bersedekah
kepada orang dan mau menebarkan semangat sedekah pada orang lain. Allah
menjanjikan pahala yang besar bagi siapa yang mau mengajak sedekah orang lain.
Makanya, silahkan share-kan web ini pada siapa saja, bisa di Facebook, Twiter,

atau blog anda.

Allah sendiri telah menjanjikan, jika manusia mau bersedekah, maka Allah
pasti akan menggantinya dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) kali lipat. Dan,
ini ada dasar hukumnya, yaitu tertulis di dalam Al-Qur'an Surat: 6, Ayat:
160, dimana Allah menjanjikan balasan 10 x lipat bagi mereka yang mau
berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur'an Surat: 2, Ayat: 261, Allah
menjanjikan balasan sampai 700 x lipat.

Seorang Ustadz tenama Yusuf mansur bahkan memberikan gambaran


menganai hitungan hitungan sedekah dengan nama Matematika Sedekah,
sungguh sangat berbeda dengan ilmu matematika yang dulu pernah kita
pelajari di sekolah.
Beliau memberikan ilustrasinya sebagai berikut:

10 - 1 = 9 ... ini ilmu matematika yang biasa kita terima di sekolah dulu.

Tetapi ilmu Matematika Sedekah adalah sebagai berikut:

10 - 1 = 19 ... ini menggunakan dasar, bahwa Allah membalas 10 x lipat


pemberian kita.

Sehingga kalau dilanjutkan, maka akan ketemu ilustrasi seperti berikut


ini:

10 - 2 = 28

10 - 3 = 37

10 - 4 = 46

10 - 5 = 55

10 - 6 = 64

10 - 7 = 73

10 - 8 = 82

10 - 9 = 91

10 - 10 = 100

Nah, sungguh menarik bukan? Lihatlah hasil akhirnya. Kita tinggal


mengalikan dengan angka 10, berapa pun yang kita sedekah kan atau kita
berikan dengan ikhlas kepada orang lain yang membutuhkan bantuan kita.
Ingatlah, balasan 10 x lipat dari Allah itu adalah balasan minimal. Dan,
kita pakai balasan dari Allah yang minimal saja sebagai acuan berhitung,
yaitu 10 x lipat, tidak usah berhitung yang 700 x lipat. nanti Calkulator anda
Error. Tapi hebabnya Calculator Allah mampu mengitung semua amal yang
makluknya. Oleh karena itu, kita perlu merasa rugi besar jika kita hanya
mengeluarkan sedekah dengan jumlah minimal. Semakin banyak bersedekah,
maka pasti semakin banyak penggantiannya dari Allah SWT. Tinggal kita
yang mau membuka mata, bahwa pengembalian dari Allah itu bentuknya apa?
Bukalah "mata hati" kita, selalu lah berpikir positif kepada Allah. Bukankah
Allah berfirman, "Aku adalah sebagaimana yang diprasangkakan hamba-Ku
kepada-Ku". Oleh karena itu, selalu lah berprasangka baik kepada Allah,
maka Allah akan dengan serta merta menunjukkan KeMaha Kebaikan-Nya
kepada kita. Allah pasti membalas kebaikan kita dengan balasan yang PAS,
yang setimpal dengan amal perbuatan kita.

"MARI SALING GERAK MENGGERAKKAN DALAM HAL


KEBAIKAN"

Anda mungkin juga menyukai