Anda di halaman 1dari 5

1.

Anarkisme
Anarkisme atau dieja anarkhisme adalah filsafat politik yang menganjurkan masyarakat tanpa
negara atau sering didefinisikan sebagai lembaga sukarela yang mengatur diri sendiri. Tapi
beberapa penulis telah mendefinisikan sebagai lembaga yang lebih spesifik berdasarkan asosiasi
bebas non-hirarkis. Anarkisme memegang bahwa negara menjadi tidak diinginkan, tidak perlu,
atau berbahaya. Sementara anti-statisme adalah pusat dari pemikiran ini, anarkisme juga
menentang otoritas atau organisasi hierarkis dalam pelaksanaan hubungannya dengan manusia,
sehingga tidak terbatas pada sistem negara saja.
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan
pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang superior
dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun privat).
Anarkisme berasal dari kata dasar "anarki" dengan imbuhan -isme. Kata anarki merupakan kata
serapan dari anarchy (bahasa Inggris) atau anarchie (Belanda/Jerman/Perancis), yang berakar
dari kata bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Ini merupakan kata bentukan a-
(tidak/tanpa/nihil/negasi) yang disisipi /n/ dengan archos/archein (pemerintah/kekuasaan atau
pihak yang menerapkan kontrol dan otoritas - secara koersif, represif, termasuk perbudakan dan
tirani); maka, anarchos/anarchein berarti "tanpa pemerintahan" atau "pengelolaan dan koordinasi
tanpa hubungan memerintah dan diperintah, menguasai dan dikuasai, mengepalai dan dikepalai,
mengendalikan dan dikendalikan, dan lain sebagainya". Bentuk kata "anarkis" berarti orang yang
mempercayai dan menganut anarki, sedangkan akhiran -isme sendiri berarti
paham/ajaran/ideologi.

"Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai di


antara manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama
merupakan pergerakan dari manusia" (Peter Kropotkin)

"Penghapusan eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat


penghapusan dari kapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas" (Errico Malatesta)

2. Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan
warga negara berpartisipasibaik secara langsung atau melalui perwakilandalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani (dmokrata) "kekuasaan rakyat", yang
terbentuk dari (dmos) "rakyat" dan (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada
abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata ini
merupakan antonim dari (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua
definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi. Sistem politik
Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas
dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan
demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati
kaum elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benar-
benar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi
(democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal dari bahasa Perancis Pertengahan
dan Latin Pertengahan lama.
Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya
dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki. Apapun itu,
perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini sekarang tampak ambigu karena
beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan
monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda dengan
kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk mengendalikan
para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan cara
seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama adalah demokrasi
langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan
keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih
merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak
langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan
muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad Pertengahan Eropa, Era
Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Perancis

Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli


Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.
Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan
pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga
negara.
John L. Esposito
Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya, semuanya
berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas
antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan kekuasaan
Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Di mana rakyat telah yakin, bahwa segala
kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara.
Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting
secara langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas
dari rakyat dewasa.
C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan dari masyarakat
ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang menjamin pemerintah akhirnya
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada mayoritas tersebut.
Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi kebebasan politik.
Merriem
Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat; khususnya, oleh mayoritas;
pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan dilakukan oleh mereka baik
langsung atau tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang biasanya dilakukan dengan
cara mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik; rakyat umum khususnya untuk
mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi kelas atau privelese berdasarkan
keturunan atau kesewenang-wenangan.
Samuel Huntington
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sebuah sistem
dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan di dalam sistem itu para
calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk dewasa dapat
memberikan suara.

3. Fasisme
Fasisme adalah ideologi yang berdasarkan pada prinsip kepemimpinan dengan otoritas absolut di
mana perintah pemimpin dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian. Pasukan dengan otoritas
(atau militer) menjadi sangat penting dalam ideologi fasis, karena ideologi ini selalu
membayangkan adanya musuh, sehingga pemimpin dan militer harus kuat menjaga negara.
Gerakan ini memiliki satu tujuan: menghancurkan musuh, dimana musuh dikonstruksikan dalam
kerangka konspirasi atau ideologi lain. Dalam pola pikir fasis, musuh berada di mana-mana baik
di medan perang maupun dalam bangsa sendiri sebagai elemen yang tidak sesuai dengan ideolgi
fasis. Dalam ideologi fasis, akibatnya adalah individualitas manusia hilang, dan pengikut
menjadi massa yang seragam dimana individu hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan
gerakan fasis tersebut.
Gerakan fasis termasuk adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Dalam
ideologi fasis, massa tak boleh mempunyai identitas yang beragam dan wajib seragam.
Individualitas hilang karena kebhinekaan dilarang, hancurnya identitas individu berdampak
massa mengambang yang dengan dipimpin oleh pemimpin karismatik dengan kekuasaan absolut.

Ciri-ciri ideologi fasis


1. Kepemimpinan otoritas absolut, pengikut menjadi massa yang seragam.
2. Gerakan militerisme penting, karena fasisme selalu membayangkan negara dalam
keadaan bahaya dan musuh dimana-mana.
3. Musuh dikonstruksi dalam sebuah kerangka konspirasi atau ideologi.
4. Ideolgi identitas dimana sebuah unsur harus murni, yaitu bebas unsur-unsur yang
mengangap sebagai unsur yang tidak asli.

Etimologi
Fascismo adalah istilah yang berasal dari kata Latin "fasses" (ejaan Romawi: fasces). Fasses,
yang terdiri dari serumpun batang yang diikatkan di kapak adalah simbol otoritas hakim sipil
Romawi kuno, dan juga berarti kejayaan "Ass". Mereka dibawa oleh para liktor dan dapat
digunakan untuk hukuman fisik dan modal berdasarkan perintah-Nya. Kata fascismo juga terkait
dengan organisasi politik di Italia dikenal sebagai fasci, kelompok mirip dengan serikat kerja
atau sindikat.
Simbolisme fases menyarankan kekuatan melalui kesatuan: sebuah batang tunggal adalah mudah
patah, sedangkan rumpunan akan sulit untuk mengalami perpecahan. Simbol serupa
dikembangkan oleh gerakan fasis yang berbeda. Misalnya simbol Falange yang berbentuk
sekelompok anak panah yang bergabung bersama oleh sebuah kuk.

Definisi
Sejarawan, ilmuwan politik dan para sarjana lainnya kaya lama diperdebatkan sifat yang tepat
dari fasisme. Setiap bentuk fasisme adalah berbeda, meninggalkan banyak definisi terlalu lebar
atau sempit. Sejak 1990-an, para sarjana termasuk Stanley Payne, Roger Eatwell, Roger Griffin
dan Robert O. Paxton telah mengumpulkan sebuah konsensus kasar pada prinsip-prinsip inti
ideologi.
Untuk Griffin, fasisme adalah "bentuk, benar-benar revolusioner trans-kelas anti-liberal, dan
dalam analisis terakhir, nasionalisme anti-konservatif" dibangun di berbagai kompleks pengaruh
teoretis dan budaya. Ia membedakan periode antar-perang yang terwujud dalam elit yang
dipimpin tetapi populis "bersenjata partai" politik menentang sosialisme dan liberalisme dan
politik radikal yang menjanjikan untuk menyelamatkan bangsa dari dekadensi.
Paxton melihat fasisme sebagai "keasyikan obsesif dengan penurunan masyarakat, penghinaan
atau menjadi korban dan dengan kultus-kultus kompensasi persatuan, energi dan kemurnian".
Dalam interpretasi Paxton's, fasis adalah "militan nasionalis berkomitmen", bekerja gelisah
bersama elit tradisional dan meninggalkan kebebasan demokratis dalam mengejar "pembersihan
internal" atau perluasan wilayah.
Salah satu definisi umum fasisme berfokus pada tiga kelompok ide: negations fasis yang anti-
liberalisme, anti-komunisme dan anti-konservatisme, nasionalis, otoriter tujuan untuk
menciptakan struktur ekonomi yang diatur untuk mengubah hubungan sosial dalam modern, self-
ditentukan budaya, estetika politik menggunakan simbolisme romantis, mobilisasi massa,
pandangan positif kekerasan, promosi maskulinitas dan pemuda dan kepemimpinan karismatik
atau juga bisa di sebut fasisme sebagai sebuah sistem filsafat.

Anda mungkin juga menyukai