Standar dan Prosedur Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit Rumah sakit sebagai
tempat pelayanan kesehatan diantaranya melaksanakan kegiatan dalam katagori
diagnosa dan pengobatan, perawatan, bahkan tindakan rehabilitasi. Rumah sakit dari
aspek kesehatan lingkungan dapat berpotensi, antara lain :
1. Dapat menjadi media pemaparan atau penularan bagi para pasien, petugas maupun
pengunjung oleh agent (komponen penyebab) penyakit yang terdapat di dalam
lingkungan rumah sakit (Darpito, 2003).
2. Sebagai penghasil sampah dan limbah yang berdampak bagi kesehatan masyarakat
dan lingkungan sekitar. Sebagaimana rekan-rekan Sanitarian ketahui, dasar
pelaksanaan penyehatan lingkungan rumah sakit Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan sesuai Permenkes 1204 tahun 2004 antara lain :
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit.
2. Hygiene sanitasi makanan dan minuman.
3. Penyehatan air.
4. Pengelolaan limbah.
5. Penyehatan tempat pencucian linen (laundry).
6. Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu.
7. Dekontaminasi melalui sterilisasi dan disinfeksi.
8. Pengamanan dampak radiasi.
Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk mewujudkan lingkungan
rumah sakit baik in door ataupun out door yang aman, nyaman, dan sehat bagi para
pasien, pekerja, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit, kejadian
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh rumah sakit
dapat ditekan sekecil mungkin atau bila mungkin dihilangkan. Pengelolaan limbah dapat
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap limbah mulai dari tahap
pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan serta tahap pengolahan
akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan. Tindakan pertama yang harus
dilakukan sebelum melakukan pengelolaan limbah dari tindakan preventif dalam bentuk
pengurangan volume atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan. Atau
minimasi limbah. Beberapa usaha minimasi meliputi beberapa tindakan seperti usaha
reduksi pada sumbernya, pemanfaatan limbah,daur ulang, pengolahan limbah, serta
pembuangan limbah sisa pengolahan. Sedangkan tata lakana penanganan limbah
medis sesuai permenkes meliputi kegiatan Minimisasi dan Pemilahan Limbah dengan
rincian kegiatan sebagai berikut : Usaha Minimisasi Limbah
1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.
2. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
3. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
4. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan petugas
kesehatan dan kebersihan.
5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah
bahan berbahaya dan beracun.
6. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
7. Menggunakan bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa.
8. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan pada saat diantar oleh distributor. Pemilahan
Limbah Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan dengan kandungan logam
berat yang tinggi. Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat
penghasil limbah adalah kunci pembuangan yang baik. Tempat Penampungan
Sementara Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus
membakar limbahnya selambat- lambatnya 24 jam. Bagi rumah sakit yang tidak
mempunyai insinerator, maka limbah medis harus dimusnahkan melalui kerjasama
dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan
pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.
Transportasi Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut
harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.Pengangkutan limbah keluar
rumah sakit menggunakan kenderaan khusus. Kantong limbah medis harus aman dari
jangkauan manusia maupun binatang. Petugas yang menangani limbah, harus
menggunakan alat pelindung diri yang terdiri: Topi/helm, Masker, Pelindung mata,
Pakaian panjang (coverall), Apron untuk industri, Pelindung kaki/sepatu boot dan
sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves). Pengumpulan
Limbah Medis Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup. Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim
tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24
jam. Persyaratan Pewadahan Limbah Medis Syarat tempat pewadahan limbah medis,
antara lain : Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass. Di
setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah
dengan limbah non-medis. Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang
sehari apabila 2/3 bagian telah terisi limbah. Untuk benda-benda tajam hendaknya di
tamping pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman. Sayarat
benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol, jeregen
atau karton yang aman. Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang
tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang
telah di pakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh
digunakan lagi. Label dan Wadah Limbah Medis Standar lain yang harus dipenuhi
dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut penggunaan label yang sesuai dengan
kategori limbah. Detail warna dan lambah label pada wadah limbah medis sebagai
berikut : Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini
berfungsi untuk memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat
dipisah-pisahkan di tempat sumbernya : Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut
ini 1. Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah
medis (warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.
3. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat- alat tulis, dianggap sebagai limbah
non-medis.
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah medis
dan perlu
dinyatakan aman sebelum dibuang. Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai
tempat pewadahan limbah non-medis sebagai berikut :
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass. Mempunyai tutup
yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan. Terdapat minimal 1 (satu)
buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan. Limbah tidak boleh dibiarkan
dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh
limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau
binatang pengganggu
Faktor faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air
adalah : Sumber air :Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh
sumber air seperti air laut, air hujan, air tanah dan air permukaan. Komponen nutrient
dalam air Secara alamiah air mengandung mineral-mineral yang cukup untuk
kehidupan mikroorganisme. Air buangan sering mengandung komponenkomponen
yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Komponen beracun Bila
terdapat di dalam air akan mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang
terdapat di dalam air sebagai contoh asam-asam organik dan anorganik dapat
membunuh mikroorganisme dan kehidupan lainya dalam air. Organisme air Adanya
organism lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme air,
seperti protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri. Faktor fisik Faktor fisik
seperti suhu, pH, tekanan osmotik tekanan hidrostatik, aerasi dan penetrasi sinar
matahari dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam
air. Tujuan pemrosesan air limbah secara biologi adalah untuk menghilangkan bahan
organik dan anorganik yang terlarut dalam air yang sukar mengendap melalui proses
penguraian biologis, penguraian ini memerlukan oksigen pada proses aerobik dan pada
proses anaerobik berlangsung tanpa oksigen, proses biologis dapat digunakan untuk
meniadakan pospat kebanyakan sistem biologis dapat mentolerir naik turunnya suhu.
Pada pengolahan biologi air limbah, perlu dipertahankan agar mikroorganisme dapat
menunjukkan kemampuannya yang optimal seperti bakteri untuk mengambil bahan-
bahan organic dengan merancang peralatan dan sistem pengolahan yang sesuai untuk
pertumbuhan bakteri. Sebelum melakukan pengolahan perlu ditinjau bahwa pada
proses pengolahan air limbah pH harus berkisar 7 atau 6,5 9,5 karena semua proses
berlangsung pada suasana netral. Proses netralisasi pada umumnya dilakukan dengan
penambahan Ca(OH)2 kemudian dilakukan pengadukan agar reaksi antara asam dan
basa dapat berlangsung dengan baik (Djabu et al.,1 990).