BAB 1
PENDAHULUAN
Selain gizi lengkap yang bersifat alami, ASI juga memberikan banyak
keuntungan penting yang berdampak baik pada pertumbuhan fisik yang sempurna,
perkembangan kecerdasan, dan juga kematangan emosional anak. Selain
komposisinya sesuai dengan pertumbuhan bayi (mengandung karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, zat besi), juga dilengkapi zat pelindung
(immunoglobulin, leukosit, laktoferin, faktor bifidus, lisozim dan taurin). Zat-zat
inilah yang meyebabkan ASI lebih unggul dibanding susu lainnya. Malah ibu
yang menyusui eksklusif dengan ASI untuk jangkan waktu lama, akan
terhindarkan dari kemungkinan penyakit diantaranya kanker payudara [3].
Dampak dari tidak diberikannya ASI adalah dapat mengakibatkan bayi lebih cepat
terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes setelah
dewasa. Kemungkinan anak menderita kekurangan gizi dan obesitas atau
kegemukan juga lebih besar dari bayi yang diberikan ASI secara eksklusif [3].
Upaya peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI) telah disepakati secara global.
WHO dan UNICEF dengan Deklarasi Innocenti (September 1990) dan Konferensi Puncak
untuk anak (September 1991) menetapkan bahwa untuk mencapai status kesehatan ibu
dan anak yang optimal, semua wanita harus dapat memberikan ASI saja sampai bayi
berusia 4-6 bulan (menyusui secara eksklusif), memberikan makanan pendamping ASI
2
(MP-ASI) tepat pada waktunya dan terus memberikan ASI sampai anak berusia 2
tahun.(4) WHO mendefinisikan ASI Eksklusif sebagai pemberian makan kepada bayi
hanya dengan ASI saja, tanpa makanan atau cairan lain (termasuk susu formula) kecuali
ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi.
Di samping itu, ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80%
dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah
yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama
enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baik pun sering dapat
menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama.7
Cakupan ASI eksklusif semakin menurun seiring dengan bertambahnya kelompok umur.
Hal ini sejalan dengan survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health
Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller
International yang menuliskan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di pedesaan
antara 4%-25%. Sedangkan di usia 5-6 bulan menurun menjadi hanya sebesar 1%-13%.18
Penyebab menurunnya cakupan ASI eksklusif adalah ibu merasa bahwa semakin
bertambahnya umur anak maka ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya
walaupun sebenarnya hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang
produksi ASInya, ketakutan jika anak tumbuh menjadi anak yang manja,14 dan ibu yang
bekerja dimana masa cuti hanya sampai 3 bulan sehingga setelah 3 ulan lebih ibu terpaksa
memberikan makanan tambahan maupun susu formula.
Data dari profil kesehatan kabupaten/ kota di Propinsi Kepulauan Riau
2015 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif sekitar (41,70%).
3
2. Untuk mengetahui Sikap ibu tentang ASI Ekslusif sebelum dan sesudah
Sebagai indikator dan informasi data tentang terkait cakupan asi eklusif di
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gagal Jantung
2.1.1 Definisi
ventrikel dan pompa darah ke seluruh tubuh. Tanda-tanda kardinal dari gagal
dan retensi cairan yang berujung pada kongesti paru dan edema perifer.Gejala ini
dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau
kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang
penting dari definisi ini adalah (1) gagal didefinisikan relatif terhadap kebutuhan
metabolik tubuh, dan (2) penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa
untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Definisi ini mencakup segala
akibat penyakit jantung, ditandai dengan kesulitan bernapas serta retensi natrium
dan air yang abnormal, yang sering menyebabkan edema. Kongesti ini dapat
terjadi dalam paru atau sirkulasi perifer atau keduanya, bergantung pada apakah
miokardium : 28
b. Kontraktilitas
2.1.3 Epidemiologi
Data yang diperoleh dari WHO (2012) menunjukkan bahwa pada tahun
2008 terdapat 17 juta atau sekitar 48% dari total kematian di dunia disebabkan
oleh penyakit kardiovaskular. Risiko kematian CHF, berkisar antara 5-10% per
tahun pada CHF ringan dan meningkat pada angka 30-40% pada CHF berat.
Prevalensi CHF di Amerika pada tahun 2010 yaitu sekitar 6,6 juta jiwa dan
diperkirakan akan bertambah sebanyak 3,3 juta jiwa pada tahun 2030.10
8
2.1.4 Etiologi
lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung dengan
masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut otot jantung, volume
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap konteraksi
a. Preload
jantung.
b. Kontraktilitas
mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang terjadi pada tingkat sel
kalsium.
c. Afterload
tekanan arteriol.
9
Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor ini terganggu, maka
dengan hipertrofi ventrikel kiri. Lebih dari 36% pasien dengan penyakit
jantung koroner selama 7-8 tahun akan menderita penyakit gagal jantung
Bahkan dua per tiga pasien yang mengalami disfungsi sistolik ventrikel
2. Hipertensi
Cowie tahun 2008 didapati bahwa 91% pasien gagal jantung memiliki
riwayat hipertensi. Studi terbaru Waty tahun 2012 di Rumah Sakit Haji
riwayat hipertensi.30
atrium dan ventrikel yang nantinya akan berujung pada gagal jantung
kongestif.23
3. Cardiomiophaty
dari ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan. Dilatasi ini
dari jenis ini ialah abnormalitas pada serabut otot miokardium. Tidak
Karakteristik dari jenis ini ialah berupa kekakuan ventrikel dan komplians
yang buruk, tidak ditemukan adanya pembesaran dari jantung. Kondisi ini
kongestif.33
5. Aritmia
tanpa perlu adanya faktor concomitant lainnya seperti PJK atau hipertensi.
31% dari pasien gagal jantung ditemukan gejala awal berupa atrial fibrilasi
dan ditemukan 60% pasien gagal jantung memiliki gejala atrial fibrilasi
atrial fibrilasi ataupun gagal jantung akut. Konsumsi alkohol dalam jangka
7. Lain-lain
dan kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif melalui
penyakit katup mitral atau aorta, penyakit jantung iskemik, dan penyakit
miokardium primer. Penyebab tersering gagal jantung sisi kanan adalah gagal
ventrikel kiri yang menyebabkan kongesti paru dan peningkatan tekanan arteri
pulmonalis.22
14
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam
yang dapat terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat
adalah kongestif viseral dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan
tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari
sirkulasi vena.
dan lemah.
2.1.5 Patofisiologi
Gagal Jantung Kongestif diawali dengan gangguan otot jantung yang tidak
gejala simptomatis yang minimal. Hal ini disebabkan oleh mekanisme kompensasi
tubuh yang disebabkan oleh cardiac injury ataupun disfungsi ventrikel kiri.25
peningkatan kontraksi miokardium. Sistem ini menjaga agar cardiac output tetap
normal dengan cara retensi cairan dan garam. Ketika terjadi penurunan cardiac
karotikus dan arkus aorta, kemudian memberi sinyal aferen ke sistem syaraf
menginervasi jantung, ginjal, pembuluh darah perifer, dan otot skeletal. Stimulasi
struktural jantung serta retensi cairan dan garam pada gagal jantung kongestif
remodeling ventrikel kiri. Remodeling ventrikel kiri berupa (1) hipertrofi miosit;
(2) perubahan substansi kontraktil miosit; (3) penurunan jumlah miosit akibat
nekrosis, apoptosis dan kematian sel autophagia; (4) desensitisasi beta adrenergik;
16
ekstraselular miosit.25
bentuk jantung menjadi lebih sferis sehingga beban mekanik jantung menjadi
semakin meningkat. Dilatasi pada ventrikel kiri juga mengurangi jumlah afterload
yang mengurangi stroke volume. Pada remodeling ventrikel kiri juga terjadi
a. Mekanisme Dasar
ejeksi ventrikel kanan. Serangkaian kejadian seperti yang terjadi pada jantung
kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan yang akhirnya akan menyebabkan
Bila curah jantung karena suatu keadaan menjadi tidak cukup untuk
mekanisme kompensasi.28
mengatasi beban kerja ataupun pada saat menderita sakit. Bila mekanisme ini
18
telah secara maksimal digunakan dan curah jantung tetap tidak cukup maka
barulah timbul gejala gagal jantung. Mekanisme kompensasi ini terdiri dari
neurohormonal.29
1. Mekanisme Frank-Starling
dibandingkan normal.28
2. Hipertrofi Ventrikel
19
baik akibat dilatasi (peningkatan radius ruang) atau beban akhir yang
kelebihan beban volume atau, tekanan yang kronis. Dilatasi ruang yang
bermakna.28
3. Aktifasi Neurohormonal
total). Selanjutnya semua ini menyebabkan retensi garam dan air, yang
aldosteron dari kelenjar adrenal, dan (6) retensi natrium dan air
darah.21
23
c) Hormon Anti-diuretik
neurohormonal ini.
Pada awalnya, secara khas gejala hanya muncul saat beraktivitas fisik;
semakin menurun dan gejala-gejala muncul lebih awal dengan aktivitas yang lebih
ringan.
kelenturan paru
25
sentral
Semua gejala dan tanda di atas dapat dikaitkan dengan gagal ke belakang
mengalami bendungan.
Kussmaul
g. Anoreksia, rasa penuh, atau mual dapat disebabkan oleh kongesti hati
dan usus.
interstisial.
vasokonstriksi kulit
e. Pada gagal jantung kronis yang berat, dapat terjadi kehilangan berat
i. Pada gagal ventrikel kiri yang berat dapat timbul pulsus alternans,
disebabkan oleh pengisian cepat pada ventrikel yang tidak lentur atau
terdistensi.
1. Pemeriksaan Fisik
menentukan apa penyebab gagal jantung dan juga untuk mengevaluasi beratnya
Pada gagal jantung ringan atau sedang, pasien bisa tampak tidak memiliki
keluhan, kecuali merasa tidak nyaman saat berbaring datar selama lebih dari
beberapa menit. Pada pasien dengan gagal jantung yang lebih berat, pasien
bisa memiliki upaya nafas yang berat dan bisa kesulitan untuk menyelesaikan
kata-kata akibat sesak. Tekanan darah sistolik bisa normal atau tinggi, tapi
pada umumnya berkurang pada gagal jantung lanjut karena fungsi LV yang
stroke volume, dan tekanan diastolik arteri bisa meningkat sebagai akibat
mengakibatkan ekstrimitas perifer menjadi lebih dingin dan sianosis dari bibir
dan ujung jari juga diakibatkan oleh aktivitas simpatis yang berlebihan.31
kanan, dan secara tidak langsung tekanan pada atrium kiri. Pemeriksaan
tekanan vena jugularis dinilai terbaik saat pasien tidur dengan kepala diangkat
kolom darah vena jugularis diatas angulus sternalis dalam centimeter dan
tekanan vena jugularis bisa normal saat istirahat, tapi dapat secara abnormal
meningkat saat diberikan tekanan yang cukup lama pada abdomen (refluk
katup trikuspid.25,24
c. Pemeriksaan paru
cairan dari rongga intravaskular kedalam alveoli. Pada pasien dengan edema
paru, ronki dapat didengar pada kedua lapang paru dan dapat disertai dengan
penyakit paru, ronkhi spesifik untuk gagal jantung. Walau demikian harus
ditekankan bahwa ronkhi seringkali tidak ditemukan pada pasien dengan gagal
jantung kronik, bahkan ketika pulmonary capilary wedge pressure kurang dari
20 mmHg, hal ini karena pasien sudah beradaptasi dan drainase sistem
limfatik cairan rongga alveolar sudah meningkat. Efusi pleura timbul sebagai
cairan kedalam rongga pleura. Karena vena pada pleura bermuara pada vena
sistemik dan pulmoner, effusi pleura paling sering terjadi pada kegagalan
ditemukan bilateral, angka kejadian pada rongga pleura kanan lebih sering
d. Pemeriksaan jantung
teraba lebih lama (kuat angkat). Pemeriksaan pulsasi prekordial ini tidak
pasien, bunyi jantung ketiga dapat didengar dan teraba pada apex. Pada pasien
memiliki impulse yang kuat dan lebih lama sepanjang sistole pada parasternal
Bunyi jantung keempat bukan indikator spesifik gagal jantung, tapi biasanya
ada pada pasien dengan disfungsi diastolik. Murmur regurgitasi mitral dan
lanjut.27
Hepatomegali adalah tanda yang penting tapi tidak umum pada pasien
dengan gagal jantung. Jika memang ada, hati yang membesar seringkali teraba
lunak dan dapat berpulsasi saat sistol jika terdapat regurgitasi katup trikuspid.
32
pada vena hepatik dan sistem vena yang berfungsi dalam drainase peritenium.
Jaundice dapat juga ditemukan dan merupakan tanda gagal jantung stadium
lanjut, biasanya kadar bilirubin direk dan indirek meningkat. Ikterik pada gagal
Edema perifer adalah manifestasi kardinal gagal jantung, hal ini walau
demikian tidaklah spesifik dan biasanya tidak terdapat pada pasien yang telah
mendapat diuretik. Edema perifer pada pasien gagal jantung biasanya simetris,
beratnya tergantung pada gagal jantung yang terjadi, dan paling sering terjadi
sekitar pergelangan kaki dan daerah pretibial pada pasien yang masih
beraktivitas. Pada pasien tirah baring, edema dapat ditemukan pada sakrum dan
Grading edema:
f. Kakeksia kardiak
Pada gagal jantung kronis yang berat, dapat ditemukan riwayat penurunan
akibat kongesti vena intestinal. Jika terdapat kakeksia maka prognosis gagal
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium18
Tes darah mungkin akan diminta untuk menilai fungsi hati dan ginjal,
gangguan ginjal, juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi
inhibitor dan diuretic dosis tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi
kongestif, tes fungsi hati (bilirubin, AST dan LDH) gambarannya abnormal
karena kongesti hati. Pemeriksaan profil lipid, albumin serum fungsi tiroid
biologis gagal jantung dengan kadar BNP plasma 100 pg/ml dan plasma non-
antara lain adalah : darah rutin, urine rutin, elektrolit (Na dan K), ureum dan
kreatinine, SGOT/PT, dan BNP. Pemeriksaan ini mutlak harus dilakukan pada
hiponatremia), (3)untuk menilai fungsi ginjal dan hati, dan (4)untuk mengukur
namun dapat menjadi abnormal pada gagal jantung berat ketika dosis obat
Derajat hiponatremia juga merupakan penanda beratnya gagal jantung, hal ini
aktivasi sistem renin angiotensin yang terjadi pada gagal jantung. Selain itu,
jaringan, hal ini akan meningkatkan volume overload miokard. Penelitian juga
telah menunjukkan bahwa anemia (kadar Hb <12 gr/dl) dialami pada 25%
semua pasien yang dicurigai gagal jantung untuk menilai beratnya gangguan
ANP memiliki waktu paruh yang pendek, hanya NT-ANP yang secara klinis
berguna. Untuk BNP, N-Terminal Pro-BNP dan BNP memiliki nilai klinis
yang bermakna. Kadar ANP dan BNP meningkat pada pasien dengan disfungsi
disfungsi sistolik, kadar BNP ditunjukan berbanding lurus dengan wall stress,
Gambar 2.1. Kadar BNP berbanding lurus dengan beratnya gagal jantung menurut
kelas fungsionalnya.
Fungsi ginjal memiliki peran penting pada progresi disfungsi ventrikel dan
filtration rate (GFR), menurut NYHA adalah prediktor mortalitas yang lebih
(PT) dapat memanjang, dan pada sebagian kecil kasus dapat terjadi
hiperbilirubinemia.28
Urinalisis harus dilakukan pada semua pasien dengan gagal jantung untuk
volume urine harus mendapat perhatian seksama terutama pada pasien dengan
b. Gambaran EKG
c. Pemeriksaan Radiologi34
1. Foto Thoraks
Dua fitur utama dari radiografi dada berguna dalam evaluasi pasien
dengan gagal jantung kongestif: (1) ukuran dan bentuk siluet jantung,
dan (2) edema di dasar paru-paru. Pada gagal jantung hampir selau ada
pembesaran di jantung.
38
Dari segi radiologi cara mudah mengukur besar jantung adalah dengan
a + b
= = 50%
c1 + c2
(Normal : 48-50 %)
2. Computed Tomography
radiasi pengion.
39
3. Echocardiography
Karena terapi untuk kondisi ini jelas berbeda dari yang untuk disfungsi
Gambar 2.6 : Transthoracic echocardiograms: dua dimensi yaitu dari apical (atas)
dan doppler (bawah) menunjukkan beratnya kalsifikasi stensis dengan gradien
aortic yang mencapai lebih dari 70 mmHg (A=ventrikel kiri, B=aortic valve,
C=atrium kiri).
41
2.1.8 Klasifikasi16
Gejala
Kelas I Tidak ada keterbatasan dalam aktivitas fisik
Aktivitas fisik tidak menyebabkan sesak nafas, fatique atau
palpitasi
Kelas II Sedikit mengalami keterbatasan dalam aktivitas fisik
Merasa nyaman saat istirahat tetapi saat melakukan aktivitas
fisik mulai merasakan sedikit sesak nafas, fatique, dan palpitasi
Kelas III Mengalami keterbatasan dalam aktivitas fisik
Merasa nyaman saat istirahat namun ketika melakukan aktivitas
fisik yang sedikit saja sudah merasa sesak, fatique, dan palpitasi
Kelas IV Tidak bisa melakukan aktivitas fisik
Saat istirahat gejala bisa muncul dan jika melakukan aktivitas
fisik maka gejala akan meningkat
Sumber : European Society of Cardiology (ESC), 2012. Guideline for the
Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure
2.2 Penyakit Jantung Hipertensi
yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka diastolik (bawah)
pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik
lainnya.11
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg.
42
Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka
kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun
Definisi hipertensi yang hingga sekarang masih berlaku ialah arus tekanan
sistolik 140 mmHg atau lebih, atau arus tekanan darah diastolik 90 mmHg atau
lebih. Akan tetapi, karena tekanan darah berubah-ubah, sebelum seorang pasien
dipastikan arus tekanan darah yang meninggi itu dengan pengukuran yang
bergantung pada curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, serta
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent killer atau sering
ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease yang berarti penyakit
yang menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial
ekonomi.11
Penyebab utama timbulnya hipertensi adalah pola makan yang salah, baik
pada penderita hipertensi yang rawat jalan maupun yang rawat inap. Pada
penderita hipertensi rawat inap, makanan yang harus dikonsumsi adalah makanan
yang sesuai dengan diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Namun, fenomena
yang terjadi pasien penderita hipertensi yang rawat inap tidak menjalankan diet
yang diberikan. Hal ini dikarenakan oleh diet yang disediakan tidak sesuai dengan
43
mengkonsumsi makanan di luar diet yang diberikan. Hal inilah yang dapat
proses pemulihan.
dapat ditimbulkan akibat hipertensi. Salah satu penyakit komplikasi yang terjadi
pada pasien hipertensi rawat inap adalah penyakit jantung dan kardiovaskuler.
keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur
40 tahun pada wanita agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada
segi kuantitas dan kualitas. Di samping itu, tindakan memeriksakan tekanan darah
secara teratur sangat dianjurkan. Selain dapat mencegah, tindakan tersebut juga
2.4 Penatalaksanaan
denyut nadi.8,9
lain yang menyertai memerlukan masukan energi tambahan. Aktivitas jantung dan
dari itu, pemberian diet pada penderita hipertensi komplikasi jantung yang rawat
konsumsi buah dan sayur, terutama buah dan sayur yang mengandung kalium.
tekanan darah. Kadar kalium atau potassium umumnya banyak didapati pada
potasium dan baik untuk dikonsumsi antara lain semangka, alpukat, melon, buah
pare, labu siam, bligo, labu parang/labu,mentimun, lidah buaya, seledr i, bawang
makanan (dalam mg per 100 gram bahan makanan) antara lain sebagai berikut.
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pisang dan daun peterseli
merupakan buah dan sayur yang paling tinggi komposisi kalium nya. Bahan
disarankan untuk mengatur menu makanannya setiap hari. Ada berbagai bahan
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada penderita dengan komplikasi
jantung. Bahan makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan dapat dilihat
tanpa memberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan bila terlalu gemuk,
mengandung kalori yang cukup. Protein cukup yaitu sebesar 0,8 gr per kg berat
30% dari kebutuhan energi total. Kolesterol yang terkandung harus kurang dari
300 mg. Makanan mengandung garam rendah, yaitu 2 sampai 3 gr per hari.
Makanan yang dimakan haruslah mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
1. Diet jantung I, diberikan kepada pasien dengan infark miokard akut (IMA)
atau gagal jantung kongestif berat dengan gejala dan tanda: nyeri dada,
mual dan muntah, adanya perangsangan sistem saraf pusat, dan diikuti
dan output urine menurun. Diberikan makanan berupa 1-1,5 liter cairan
setelah fase akut IMA teratasi. Menurut beratnya hipertensi atau edema
rendah garam.
3. Diet jantung III diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet jantung
II atau kepada pasien penyakit jantung yang tidak terlalu berat seperti rasa
sakit pada bagian dada, adanya masalah pencernaan, adanya gejala flu,
III atau kepada pasien penyakit jantung ringan dengan gejala nyeri di
bagian dada, sesak nafas, jantung berderbar kencang, pingsan atau terasa
Pada setiap jenis diet jantung memiliki komposisi zat gizi utama yang sama.
Komposisi zat gizi utama yang harus terkandung pada setiap jenis diet jantung
adalah zat gizi kalori, protein, lemak, karbohidrat, dan natrium. Komposisi zat gizi
49
2.4.2 Farmakologi21,27
menurun.
2. Antagonis aldosteron
sampai berat.
3. Obat inotropik
4. Glikosida digitalis
6. Inhibitor ACE
air. Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan tekanan
itu sendiri
Laju filtrasi glomerulus akan menurun pada sebagian besar pasien gagal
janrtung, terutama pada stadium gagal jantung yang lanjut ( advanced ). Fungsi
renal merupakan predictor independen yang kuat bagi prognosis pasien gagal
akan menyebabkan penurunan ringan laju filtrasi glomerulus, namun hal ini
penurunan yang sangat signifikan. Sebaliknya, bila terjadi penurunan laju filtrasi
fungsi ginjal. Hal lain yang juga dapat menurunkan fungsi ginjal, yang kurang
dipahami, adalah hipervolum, gagal jantung kanan dan kongesti vena ginjal.
ditemukan pada pasien dengan gagal jantung. Definisi anemia berdasarkan World
52
Health Organiza-tion (WHO) adalah Hb < 13 gr% untuk laki-laki dan < 12 gr%
untuk perempuan. Prevalensi anemia pada gagal jantung bervariasi dari 12-55 %.
ditemukan pada gagal jantung dan merupakan prediktor kuat meningkatnya resiko
anemia pada gagal jantung. Faktor lain yang berhubungan dengan resiko
terjadinya anemia pada gagal jantung adalah: usia tua, jenis kelamin perempuan,
anemia lainnya adalah defisiensi besi (30%) akibat kurangnya asupan maupun
absorbsi besi, serta kehilangan darah kronik akibat konsumsi obat-obatan anti
platelet. Pada gagal jantung terjadi peningkatan volum plasma yang berakibat
hemodilusi dan menyebabkan anemia tanpa penurunan aktual volum sel darah
merah.
juga meningkatkan kadar hepcidin, suatu peptida yang dihasilkan oleh hepatosit.
ambilan besi ke dalam makrofag serta menghambat pelepasan besi dari makrofag.
Gagal ginjal ditemukan pada sekitar 50% penderita gagal jantung. Pada
penderita gagal ginjal dengan laju filtrasi glomerulus < 35-40 ml/menit akan
keadaan ini adalah adanya iskemi pada mukosa usus, penebalan dinding usus
besi.
Anemia pada gagal jantung sering berhubungan dengan gejala dan tanda
terjadinya anemia pada gagal jantung melalui proses hemodilusi. Pada suatu
tidak disertai edema, didapatkan 46% penderita mempunyai nilai hematokrit yang
rendah dengan jumlah eritrosit yang normal, sehingga anemia pada pasien ini
ke otot rangka selama aktifitas. Pada pasien dengan gagal jantung kemampuan
berkala kadar Hb setiap enam bulan untuk mendeteksi anemia sedini mungkin;
A.Transfusi darah
transfusi diberikan bila kadar Hb < 8gr%. Transfusi juga beresiko terhadap
terjadinya berbagai efek samping seperti supresi sistem imun dengan resiko
terinfeksi, sensitisasi terhadap antigen HLA, serta kele-bihan cairan dan besi.
Dengan adanya berbagai resiko ini maka transfusi lebih bermanfaat untuk
mengatasi keadaan akut pada anemia berat, dan tidak ditujukan untuk penanganan
adalah melalui inhibisi apoptosis dari progenitor eritrosit dalam sumsum tulang,
Dewasa ini terdapat tiga jenis eritro-poietin yang telah digunakan sebagai peng-
Meskipun defisiensi besi hanya ditemukan pada sebagian kecil (< 30%)
kasus anemia pada gagal jantung, defisiensi besi fungsional yang dikarakteristik
D.Pemberian diuretik
yang berakibat peningkatan volum darah total, yang akan memperberat gagal
56
jantung. Pada penderita dengan hemodilusi, pemberian diuretik yang agresif akan
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Ny. H
Umur : 70 th
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Aceh
3.2 Anamnesis
sejak seminggu yang lalu, hilang timbul dan memberat 2 hari sebelum ke
Puskesmas Tanah Pasir. Pasien juga mengeluh nyeri dada sebelah kiri dan
menjalar ke punggung sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dada dirasakan selama 5
Selain itu pasien juga mengeluhkan sesak nafas, pusing, dan lemas yang
dirasakan lebih kurang 3 hari namun tidak begitu menganggu aktivitas pasien.
Pasien kadang terbangun di malam hari akibat sesak dan masih nyaman tidur
dengan menggunakan 1 bantal. Sesak tidak dipengaruhi cuaca, debu dan emosi.
Pasien juga merasa cepat capek saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti saat
berjalan dari kamar ke kamar mandi (7m) yang biasanya menurut pasien jika
tidak sakit, pasien masih sanggup pergi ke kebun. Pasien juga mengeluh batuk
yang sama dan telah didiagnosis dengan gagal jantung kongestif akibat hipertensi.
Selain pasien, anak pasien juga mengalami keluhan yang sama dengan pasien dan
- Riwayat DM : disangkal
Isosorbid dinitrat 5 mg, Simvastastin tab 20 mg, anti hipertensi (Amlodipin tab 5
59
mg ) dan diuretik (Furosemide tab 40 mg) serta obat lambung (Rantidin 150 mg
F. Riwayat Keluarga
Renogram pasien
1 2
Keterangan gambar:
berusia produktif, pasien bekerja bertani dan berkebun. Namun karena usia yang
sudah lanjut, pasien hanya di rumah dan aktivitas fisik sudah terbatas.
A. Vital Sign
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,2oC
B. Pemeriksaan Fisik
BB : 52 kg
TB : 156 cm
IMT : 20 (normoweight)
Thorax
Paru-Paru
Jantung :
Perkusi : Batas atas ICS II, batas kanan linea parasternalis dextra,
Abdomen :
Rontgen (10-8-2016) :
62
Keterangan:
costofrenikus tajam,
EKG :
63
Keterangan:
Irama sinus, HR: 78x/menit, Axis deviasi ke kiri, kompleks QRS 0,12 detik, ST
elevasi : V2-V3, QS wave V1.
Kesimpulan : irama sinus HR 78x/menit dengan deviasi aksis ke kiri dan left
ventrikel hipertropi.
Hematologi
Hb : 7,1 gr/dl
Hematokrit : 25,2%
Trombosit : 85 x 103/mm3
MCV : 95 fl
MCH : 26,6 pg
MCHC : 28,1 g%
RDW : 13,9%
64
Pemeriksaan urinalisis
Makroskopis
Kekeruhan : Jernih
pH :7
Mikroskopis
Ureum : 41 mg/dl
Pemeriksaan Lemak:
HDL : 61 mg/dl
Trigliserida : 96 mg/dl
AST/SGOT : 26 IU/L
ALT/SGPT : 22 IU/L
A. Anamnesis
sejak seminggu yang lalu, memberat 2 hari sebelum ke Puskesmas Tanah Pasir.
Bengkak kaki sudah lama dirasakan sejak 9 bulan yang lalu dan sifatnya hilang
timbul. Pasien juga mengeluh nyeri dada sebelah kiri dan menjalar ke punggung
sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dada dirasakan selama 5 menit dan seperti
ditekan. Selain itu pasien juga mengeluhkan sesak nafas, pusing, dan lemas yang
dirasakan lebih kurang 3 hari namun tidak begitu menganggu aktivitas pasien.
Pasien kadang terbangun di malam hari akibat sesak dan masih nyaman tidur
dengan menggunakan 1 bantal. Sesak tidak dipengaruhi cuaca, debu dan emosi.
Pasien juga merasa cepat capek saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti saat
66
berjalan dari kamar ke kamar mandi (7m). Pasien juga mengeluh batuk sudah 2
yang sama dan telah didiagnosis dengan gagal jantung kongestif akibat hipertensi.
Selain pasien, anak pasien juga mengalami keluhan yang sama dengan pasien dan
B. Diagnosis Fisik
Thorak
Paru-Paru
Jantung
sinistra.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen (10-8-2016) :
2. EKG
1. Echocardiography
2. Cor Angiography
3. PPOK
3.9 Terapi :
1. Non farmakologi :
a. Istirahat
2. Farmakologi :
3.10 Prognosis
3.11 Pencegahan
a. Pencegahan Primer
menghindari stres.
b. Pencegahan Sekunder
cara mengatur pola hidup sehat, diet rendah garam dan makanan
pelayanan kesehatan.
c. Pencegahan tersier
berat atau kematian akibat gagal jantung. Upaya yang dilakukan dapat
gagal jantung.
69
2 gram garam dapur untuk diet setiap hari. Asupan natrium yang
hipertensi.
b. Melakukan pola hidup sehat seperti menjaga berat badan ideal agar
kali lebih tinggi daripada orang dengan berat badan normal. Karena
sekali untuk mengetahui tekanan darah saat itu dan melakukan tindakan
evaluasi.
mg setiap hari.
pengobatan pasien
3.14 Saran :
a. Puskesmas
c) Diharapkan hasil dari kegiatan Home Visit ini dapat menjadi masukan
b) Diharapkan hasil kegitan home visit ini dapat dijadikan data penelitian
Keluarga
halaman rumah dan menghadap ke utara. Halaman dan teras rumah pasien banyak
terdapat kotoran ayam. Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, kamar
mandi dan dapur. Rumah terbuat dari dinding bata yang disemen dan lantai
terbuat dari semen yang sudah diperhalus. Atap rumah pasien terbuat dari seng
dan tidak memiliki plafon hanya di tutupi oleh terpal. Ruang tamu memiliki
dindingnya beton dan jendela kamar yang tidak terbuka sehingga sinar matahari
tidak masuk ke dalam kamar. Selain itu banyak baju yang tergantung dan barang
tidak dirapikan di dalam rumah. Kamar mandi pasien di dalam rumah dan terdapat
sumur yang digunakan untuk keperluan sehari-hari namun yang tidak terdapat
4. Pencahayaan a. Cukup 3 1
b. Tidak cukup 1
5. Ventilasi a. Ada ventilasi 3 3
b. Tidak ada 1
6. Air bersih a. Air dalam kemasan 3 2
b. Ledeng/PAM 3
c. Mata air terlindung 2
d. Sumur pompa tangan 2
e. Sumur terlindung 2
f. Sumur tidak terlindung 1
g. Mata air tidak terlindung 1
h. Lain-lain 1
7. Pemb. Kotoran a. Leher angsa 3 2
(kakus) b. Plengsengan 2
c. Cemplung/ cubluk 2
d. Kolam ikan/sungai/kebun 1
e. Tidak ada 1
8. Septic tank a. Septic tank dengan jarak 3 3
>10 meter dari sumber air
minum
b. Lainnya 1
9. Kepemilikan WC a. Sendiri 3 2
b. Bersama 2
c. Tidak ada 1
10. SPAL a. Saluran tertutup 3 1
b. Saluran terbuka 2
c. Tanpa saluran 1
11. Saluran got a. Mengalir lancar 3 1
b. Mengalir lambat 2
c. Tergenang 1
d. Tidak ada got 1
12. Pengelolaan a. Diangkut petugas 3 2
sampah b. Ditimbun 2
c. Dibuat kompos 3
d. Dibakar 2
e. Dibuang ke kali 1
f. Dibuang sembarangan 1
g. Lainnya 1
13. Polusi udara a. Tidak ada gangguan 3 3
polusi
b. Ada gangguan 1
14. Bahan bakar a. Listrik, gas 3 3
masak b. Minyak tanah 2
c. Kayu bakar 1
d. Arang/batu bara 1
73
Berdasarkan variable diatas, rumah pasien berada di kategori sedang dengan skor
total variable rumah sehat 30.
BAB 4
ANALISA KASUS
Pada kasus ini diagnosis fungsionalnya yaitu CHF. Hal ini didasarkan
pada kriteria framingham minimal satu kriteria mayor dan 2 kriteria minor:
1. Kriteria mayor:
3. Ronki paru
4. Kardiomegali
6. Gallop s3
8. Refluks hepatojugular
2. Kriteria minor:
9. Edema ekstremitas
12. Hepatomegali
atas ICS II, batas kanan linea parasternalis dextra, batas kiri linea axilaris anterior
sinistra ICSVI. Hal yang sama juga didapatkan dari hasil rontgen yang
menyatakan bahwa pada pasien terdapat kardiomegali dengan CTR > 0,5 serta
batuk malam hari. Kedua terdapatnya dispnea deffort yang didapatkan dari hasil
anamnesis pasien mengeluh sesak saat berjalan dari kamar ke kamar mandi
( 7 m) dan terdapat edema ekstremitas pada kedua tungkai. Selain itu, os masih
dapat melakukan pekerjaan sehari hari tetapi terbatas (berjalan ke kamar mandi,
ke dapur), dan keluhan tidak muncul pada saat istirahat. Oleh karena itu pada
pasien ini kami simpulkan diagnosis fungsionalnya adalah CHF NYHA III.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Puskesmas Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara Agustus 2016 didapatkan bahwa :
5.2 Saran
pasien yang datang berobat ke poli umum baik melalui konseling maupun
kesehatan.
5. Bagi penulis agar melakukan studi kasus penyakit CHF lebih spesifik dan
pasien dengan kasus CHF demi mengenali faktor risiko lainnya sehingga