PENDAHULUAN
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup
bola mata sebelah depan dan terdiri atas epitel, membran bowman, stroma,
oleh berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus cahaya kornea disebabkan
aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. 2
dalam kornea. Namun, sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan
amuba, dan jamur.2 Kelainan kornea yang paling sering ditemukan adalah
secara garis besar dapat dibagi menjadi keratitis pungtata, keratitis marginal dan
signifikan dari 40% menjadi 52% selama tahun 2008 - 2012. Kejadian keratitis
bakterial berkisar lebih dari 20 per 10.000 orang per tahun untuk pemakai kontak
dengan keratitis jamur selama periode 10 tahun, dan lembaga di cina utara
Gejala umum pada keratitis yaitu sakit ringan sampai berat, silau, mata
berair dan kotor, lesi di kornea disertai pengelihatan berkurang. Penyulit yang
dapat terjadi pada keratitis adalah radang kornea menahun, infeksi virus pada
kornea kronik dan menahun, luka terbuka pada kornea (ulkus kornea), kornea
edema dan parut pada kornea, pengelihatan menurun, endoftalmitis, dan kebutaan
sehingga pengobatan keratitis haruslah cepat dan tepat agar tidak menimbulkan
komplikasi.1
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bagian mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar, masuk kornea.1 Kornea dewasa rata rata
horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.2 Tebal kornea kurang
lebih 0,8 mm 1 cm di bagian tepi dan makin ke tengah makin tipis, sampai
oleh berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus cahaya kornea disebabkan
aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting
dari pada epitel dalam mekanisme dehidrasi, dan kerusakan pada endotel jauh
3
Kornea terdiri dari beberapa lapisan:1
1. Epitel
a. Tebalnya 550 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng.
b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi
sel pipih, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan
barrier.
2. Membran Bowman
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
3. Stroma
b. Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
4
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
4. Membran Descement
mempunyai tebal 40 m.
5. Endotel
5
Gambar 1. Lapisan Kornea.2
limbus, humor aqueous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan
sebagian oksigen dari atmosfer. Saraf saraf sensorik kornea didapat dari cabang
kornea.1
2.2 Keratitis
2.2.1 Definisi
6
2.2.2 Epidemiologi
signifikan dari 40% menjadi 52% selama tahun 2008 - 2012. Kejadian keratitis
bakterial berkisar lebih dari 20 per 10.000 orang per tahun untuk pemakai kontak
dengan keratitis jamur selama periode 10 tahun, dan lembaga di cina utara
2.2.3 Etiologi
1. Defisiensi vitamin A
keratitis
7. Pemakai kortikosteroid
8. Herpes genital
7
2.2.4 Manifestasi Klinis
1. Gejala subjektif:5
2. Gejala objektif:1
a. Injeksi siliar
b. Injeksi konjungtiva
e. Pupil normal
f. TIO normal atau menurun bila sudah terjadi ulkus dan perforasi
1. Berdasarkan lokasi:
a. Keratitis Pungtata
Definisi
8
Etiologi
dan trauma radiasi, dry eyes, trauma, lagoftalmus, keracunan obat seperti
Gejala
trauma kimia dan sinar ultra violet dan akan memberikan warna
rasa kelilipan. Pasien diberi air mata buatan, tobramisin tetes mata,
9
2) Keratitis Pungtata Superfisial Thygeson
yang lama.1
10
b. Keratitis Marginal
Definisi
Etiologi
lacunata, Escheria.1
Gejala Klinis
fotofobia hebat. Pada mata akan terlihat blefarospasme pada satu mata,
arah limbus.1
Penatalaksanaan
penyebab infeksi lokalnya dan steroid dosis ringan. Pada pasien dapat
11
dilakukan kauterisasi dengan listrik ataupun AgNO3 di pembuluh darahnya
Penyulit
Penyulit yang terjadi berupa jaringan parut pada kornea yang akan
membran pada kornea atas. Keadaan ini akan membentuk pannus, berupa
12
Gambar 5. Perincian epitel di atas menunjukkan ulkus pada
pewarnaan fluoresein.6
c. Keratitis Interstisial
Definisi
Etiologi
13
pembuluh darah (hantu).7 Keratitis interstisial juga dapat terjadi akibat
Gejala Klinis
apa yang disebut salmon patch dari hutchinson. Seluruh kornea dapat
keadaan tuberkulosis.1
Penatalaksanaan
atropin tetes mata untuk mencegah sinekia akibat terjadinya uveitis dan
15
Gambar 11. Jaringan parut patchy.6
2. Berdasarkan penyebabnya:
a. Keratitis Bakterial
Etiologi
Streptococcus pneumonia.1,2,8
Faktor Predisposisi
jangka panjang.1,7
16
Gejala Klinis
lengket setiap bangun pagi, fotofobia, mata merah, mata berair, kelopak
mata bengkak dan pengelihatan berkurang, pada kasus yang berat dapat
kadang ada hipopion (suatu massa sel darah putih yang terkumpul di bilik
mata anterior, flare di bilik mata depan dan opasitas kornea berwarna putih
Pemeriksaan Penunjang
kultur.7
Penatalaksanaan
tetes mata ditambah cephazoline (50mg/ml) setiap setengah atau satu jam
supply. Analgesik dan anti inflamasi untuk mengurangi nyeri dan edema.
keratoplasti.5
18
Gambar 14. Infiltrasi progresif.6
b. Keratitis Jamur
Definisi
19
Etiologi
keratitis exposure.9
Faktor Predisposisi
kontak.1,8
Gejala Klinis
batas seperti berbulu, lesi satelit, epitel intak atau mengalami defek, stroma
KOH 10% terhadap kerokan kornea yang menunjukkan adanya hifa (jamur
bakteri.1,9
Penatalaksanaan
Amphotericin B (0.150.3%).1
21
intraokular diberikan oat oral anti glaukoma. Jika pengobatan
Penyulit
22
Gambar 20. Ulkus kornea akibat jamur dengan hipopion. 6
c. Keratitis Virus
Definisi
mulut.6
baru lahir akibat kontak langsung dengan jalan lahir ibu yang
23
secara oral, seksual atau melalui media lain seperti obat obat
Gejala Klinis
24
Dendritik
Geografik
Disiform
vaskularisasi.2
Pemeriksaan Penunjang
negatif.12
Penatalaksanaan
simpleks epitel
25
kornea, ulserasi, ekimosis, oklusi pungtum dan
Salep mata
c) TFT ( Trifluorothymidine)
dan Ara-A
keratoplasti
TFT
normal.
26
Salep mata 3% diberikan setiap 4 jam.
Midriatikum
2) Keratitis Dendritik
dendrit ini terjadi akibat pengrusakan aktif sel epitel kornea dengan
tukak kornea.1
27
debridement. Dapat juga dengan memberikan obat antivirus dan
28
Gambar 24. Pembesaran sentrifugal progresif dapat menyebabkan
defek epitel yang lebih besar dengan konfigurasi geografis atau
'amoeboid'. 6
3) Keratitis Disiformis
Keratitis membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat atau
kornea.1
29
Gambar 26. Penebalan stroma dan keratic presipitat. 6
Definisi
Patofisiologi
anak dan menunjukkan gejala varicella atau chicken pox. Setelah sembuh
nervus V.5
30
Gejala Klinis
Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang
fotofobia, sekret berair. Pada kelopak mata akan terlihat vesikel dan
nasosiliaris).9
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
31
2. Steroid oral9
3. Siklopegia9
Gambar 28. Epitel kecil, bagus, dendritik atau lesi stellate 'heaped-
up'.6
5) Keratokonjungtivitis Epidemi
Etiologi
reaksi alergi terhadap adenovirus tipe 8, 19 atau 37. Penyakit ini timbul
Gejala Klinis
disertai nyeri. Gejala objektif yang biasa ditemukan yaitu edema palpebra
permukaan kornea. Pada hari ke 7 terdapat lesi epitel setempat dan hari ke
atau lebih.1
33
Penatalaksanaan
c. Keratitis Acanthamoeba
Etiologi
Protozoa ini hidup bebas dan dapat ditemukan di dalam air yang tercemar
Gejala Klinis
Gejala awal adalah rasa nyeri yang tidak sebanding dengan temuan
klinisnya, kemerahan, dan fotofobia. Tanda klinis yang khas adalah ulkus
kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrate perineural, tetapi sering kali
kornea.2
Pemeriksaan Penunjang
34
Penatalaksanaan9
- Neosporin
- Paromomycin (Humatin) 1%
deoksiribonukleat (DNA).
chlorhexidine 0,006%
36
d. Keratitis Dimmer (Keratitis Numularis)
Definisi
(coin lesion).12
Patofisiologi
epitel kornea melalui luka kecil akibat trauma ringan pada mata.
mata uang.12
Gejala Klinis
37
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
38
Gambar 39. Lesi numular.6
e. Keratitis Alergi
1) Keratokonjungtivitis Flikten
Definisi
Gejala Klinis
yang berkurang.1
39
Pada limbus tampak benjolan putih kemerahan dikelilingi
Penatalaksanaan
Penyulit
2) Keratitis Fasikularis
Definisi
limbus.1
Gejala Klinis
40
3) Keratokonjungtivitis Vernal
Etiologi
dan orang dewasa muda yang sering juga menderita asma dan
dibanding perempuan.1
Gejala Klinis
Pentalaksanaan
pada fase akut diberikan setiap 2 jam selama 4 hari. Obat topikal
41
Gambar 40. Papilla besar dengan polygonal berpendingin datar
(cobble stone).6
f. Keratitis Neuroparalitik
Etiologi
kekeringan kornea.1
42
Gangguan saraf trigeminus dapat terjadi akibat herpes
Gejala Klinis
Penatalaksanaan
43
Gambar 43. Kehilangan epitel dan ulserasi yang berat.6
g. Keratitis Lagoftalmus
44
h. Keratokonjungtivitis Sika
Definisi
Etiologi
Gejala Klinis
45
Pada pemeriksaan didapatkan miniskus air mata pada tepi
Pemeriksaan Penunjang
zat warna rose bengal konjungtiva, dan tear film break up time.1
Penatalaksanaan
air.
berkurang.
berlebihan.
Penyulit
neovaskularisasi kornea.1
i. Keratitis Sklerotikan
46
Gejala berupa kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan
Bells palsy.2
plester horizontal.2
47
antibiotic spektrum luas dan spektrum sedang seperti neomycin,
secret serous, mucous, purulent, tidak ada fotofobi dan pupil normal.
oedema dan terdapat keratik presipitat, BMD keruh dan dangkal, pupil
2.2.7 Prognosis
48
timbul jaringan parut pada kornea yang awalnya terdapat infiltrat pada stroma
kornea.5
2.2.8 Komplikasi
mengakibatkan :5
a. Ulkus kornea
b. Descemetocele
c. Perforasi
d. Endopthalmitis
e. Pthisis bulbi
49
BAB III
KESIMPULAN
Peradangan dapat terjadi di salah satu dari kelima lapisan kornea. Keratitis dapat
keratitis secara garis besar dapat dibagi menjadi keratitis pungtata, keratitis
Gejala keratitis sakit ringan sampai berat, silau, mata berair dan kotor lesi
(antibiotik, anti virus, anti jamur), simtomatis, dan bebat mata. Prognosis keratitis
sempurna tanpa bekas. Komplikasi yang dapat ditimbulkan berupa ulkus kornea,
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. Yulianti, S. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. FKUI. Jakarta.
2. Vaughan, 2009. Oftalmologi Umum Edisi 17. EGC. Jakarta. Hal. 8-10, 125-
139.
7. Bruce James et al. 2006. Lecture Notes: Oftalmologi Edisi kesembilan. Editor
Amalia S., Alih bahasa Asri D.R. Jakarta: Erlangga. Hal. 67-71.
8. Ernest Bowling et al. 2011. The Cornea Atlas. Review of Optometry. Page 4 -
9.
9. Thomas John. 2014. Mata dan Kedaruratan Mata : Chicago Manual. Alih
51
10. Anne L. Coleman et al. 2013. Bacterial Keratitis. American Academy of
Ophtalmology.
Karachi, Pakistan.
dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata. RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Hal.
28-29, 35-37.
52