Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keberhasilan MDGs (ditambahin agis)


Pada bulan September tahun 2000, saat berlangsungnya pertemuan Persatuan
Bangsa-Bangsa di New York, Kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara
menyepakati Deklarasi Milenium yang menegaskan kepedulian utama secara
global terhadap kesejahteraan masyarakat dunia. Tujuan Deklarasi yang
disebut Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals-
MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan dan
mengartikulasi satu gugus tujuan yang berkaitan satu sama lain ke dalam
agenda pembangunan dan kemitraan global. Setiap tujuan dijabarkan ke dalam
satu sasaran atau lebih dengan indikator yang terukur, yaitu terkait
pengurangan kemiskinan, pencapaian pendidikan dasar, kesetaraan gender,
perbaikan kesehatan ibu dan anak, pengurangan prevalensi penyakit menular,
pelestarian lingkungan hidup, dan kerjasama global. Deklarasi ini didasarkan
pada konsensus dan kemitraan global yang menekankan kewajiban negara
maju untuk mendukung penuh upaya tersebut (Bappenas, 2011).

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam pencapaian target-target MDGs


adalah dengan mengintegrasikan prioritas MDGs dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-2025), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2005-2009 dan 2010-
2014), Rencana Pembangunan Tahunan Nasional (RKP), serta dokumen
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebagai realisasinya,
maka melalui Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 telah ditetapkan tujuan
prioritas pembangunan yang berkeadilan yang berpihak pada pencapaian
MDGs. Sebagai salah satu bentuk implementasi melalui penyusunan Peta
Jalan (Road Map) pencapaian tujuan pembangunan MDGs yang diikuti

4
dengan penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk percepatan
pencapaian MDGs yang difasilitasi langsung oleh Bappenas dan Bappeda.
Selanjutnya masing-masing Kepala Daerah akan mengesahkan Rencana Aksi
Daerah (RAD) MDGs tersebut (Bappenas, 2011).

Di Indonesia, pelaksanaan MDGs telah memberikan perubahan yang positif.


Walaupun masih terdapat beberapa target yang masih diperlukan kerja keras
untuk mencapainya, tetapi sudah banyak target yang telah menunjukan
kemajuan yang signifikan bahkan telah tercapai. Penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan internasional, yaitu $1,25 per hari, sudah berkurang
setengah miliar. Laju kematian anak turun lebih dari 30%, dengan sekitar 3
juta jiwa anak terselamatkan setiap tahunnya dibandingkan tahun 2000.
Kematian akibat malaria juga turun hingga seperempatnya. Indonesia berhasil
menurunkan proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00
(PPP) per kapita per hari dari 20,60% pada tahun 1990 menjadi 5,90% pada
tahun 2008. Pemerintah juga telah berhasil menurunkan ketimpangan gender
di tingkat pendidikan lanjutan. Hal ini dapat dilihat dari penurunan yang
signifikan pada indikator rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan
terhadap laki-laki SMA/MA/ Paket C dari 93,67% pada tahun 1993 menjadi
101,40% pada tahun 2011. Selain itu, angka kejadian tuberkulosis di
Indonesia sudah berhasil mencapai target MDGs yaitu dari 343 kasus pada
tahun 1990 menjadi 189 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2011 (BPS,
2015).

5
Gambar 1. Program MDGs

2.2 Pencapaian MDGs dalam Bidang Kesehatan (ditambahin agis)


Kematian ibu di Indonesia masih tetap tinggi. Adapun 5 penyebab kematian
ibu, antara lain perdarahan, hipertensi pada kehamilan, infeksi, persalinan
macet, dan aborsi. Berdasarkan semua penyebab ini, perdarahan, hipertensi
pada kehamilan, dan infeksi adalah penyebab yang dominan. Proporsi dari
tiga penyebab kematian ibu sebenarnya telah berubah, yaitu pendarahan dan
infeksi cenderung menurun sementara proporsi hipertensi pada kehamilan
meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada 2010 disebabkan
oleh hipertensi pada kehamilan. Ada 3 jenis cara intervensi untuk mengurangi
angka kematian maternal dan morbiditas neonatal, yaitu melalui perawatan
antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus berisiko tinggi,
persalinan bersih dan aman dengan tenaga kesehatan yang terampil,
perawatan pasca-persalinan dan kelahiran, dan perawatan neonatal dasar yang
komprehensif yang dapat dicapai (Tosepu, 2016).

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014, ditargetkan pada


akhir 2014 di masing-masing kabupaten/kota minimal terdapat 4 pusat
kesehatan yang mampu melakukan perawatan neonatal dasar dan Rumah

6
Sakit Kabupaten mampu menerapkan secara komprehensif. Melalui
pengelolaan dasar dan perawatan neonatal komprehensif, kesehatan pusat dan
rumah sakit diharapkan menjadi institusi terkemuka dimana komplikasi dan
rujukan kasus dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat. Atas dasar target
MDG pada 2015, 3 provinsi mampu memperbaiki nutris anak, yaitu 13,2% di
Bali, 14,0% di Jakarta, dan 15,1% di Bangka Belitung. Kondisi ini masih
tetap masalah serius, terutama bagi provinsi yang prevalensi malnutrisi pada
anak balita antara 20,0-29,0%, dan dianggap sangat tinggi ketika prevalensi
>30% (Tosepu, 2016).

Selain itu, beberapa daerah, terutama di timur Indonesia masih banyak yang
terjangkit malaria. Provinsi yang termasuk daerah endemik malaria adalah
Papua, angka morbiditas peringkat pertama dari 10 penyakit utama. Malaria di
Papua masih sulit untuk diatasi karena peraturan lingkungan yang tidak
memadai, rendahnya status ekonomi yang mengarah ke malnutrisi, pelayanan
kesehatan terbatas dan kurangnya tenaga medis, resistensi obat disebabkan
oleh orang-orang yang tidak mematuhi di minum obat, dan perilaku kurang
mendukung gaya hidup sehat. Hal lain disebabkan oleh perubahan iklim,
kebakaran hutan, dan proses perkembangan pesat menyebabkan penyebaran
penyakit. Oleh karena itu, tenaga kesehatan memiliki berbagai metode dalam
memecahkan kasus malaria. Salah satu metode yang digunakan yaitu dengan
melakukan pendekatan kepada masyarakat. Pendekatan ini sangat penting
karena dapat menimbulkan kepercayaan publik terhadap pelayanan kesehatan
pekerja. Setelah itu, tenaga kesehatan mudah memberikan masukan mengenai
malaria kepada mereka (Tosepu, 2016).

2.3 Sejarah Sustainable Develompment Goals


SDGs atau Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan) adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti
MDGs. Sidang umum Perserikatan BangsaBangsa (PBB) pada 25
September 2015 lalu di New York, Amerika Serikat, secara resmi telah
mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs sebagai
kesepakatan pembangunan global. Sekurangnya 193 kepala negara hadir,

7
termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, turut mengesahkan Agenda
Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk Indonesia. Mulai tahun 2016,
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 20152030 secara resmi
menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 20002015. SDGs
berisi seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku bagi
seluruh bangsa tanpa terkecuali (Hoelman et.al, 2015).

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah seperangkat program dan


target yang ditujukan untuk pembangunan global di masa mendatang.
Program SDGs menggantikan program MDGs, sebuah program yang
memiliki maksud dan tujuan yang sama yang akan kadaluarsa pada akhir
tahun 2015 ini (WHO, 2015). Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka
pembangunan baru yang mengakomodasi semua perubahan yang terjadi
pasca 2015-MDGs. Pembahasan SDGs berkaitan dengan perubahan situasi
dunia sejak tahun 2000 mengenai isu deflation sumber daya alam, kerusakan
lingkungan, perubahan iklim semakin krusial, perlindungan sosial, food and
energy security, dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum miskin
(UNDP, 2015).

Tujuh belas tujuan dengan 169 sasaran diharapkan dapat menjawab


ketertinggalan pembangunan negaranegara di seluruh dunia, baik di negara
maju (konsumsi dan produksi yang berlebihan, serta ketimpangan) dan
negaranegara berkembang (kemiskinan, kesehatan, pendidikan,
perlindungan ekosistem laut dan hutan, perkotaan, sanitasi dan ketersediaan
air minum). Keberhasilan SDGs tidak dapat dilepaskan dari peranan penting
pemerintah daerah. Karena pemerintah kota dan kabupaten (a) berada lebih
dekat dengan warganya; (b) memiliki wewenang dan dana; (c) dapat
melakukan berbagai inovasi; serta (d) ujung tombak penyedia layanan publik
dan berbagai kebijakan serta program pemerintah. Dari pengalaman era
MDGs (20002015), Indonesia ternyata belum berhasil menurunkan angka
kematian ibu, akses kepada sanitasi dan air minum, dan penurunan prevalansi
AIDS dan HIV (Hoelman et.al, 2015).

8
Gambar 2. 17 tujuan Sustainable Develompment Goals

2.4 Perkembangan MDGs menjadi SDGs


Berakhirnya MDGs pada 2015 masih menyisakan sejumlah pekerjaan rumah
yang harus diselesaikan pada periode Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/SDGs) yang akan dilaksanakan sampai
dengan 2030. Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development
Goals/MDGs) yang telah dilaksanakan selama periode 2000-2015 memang
telah membawa berbagai kemajuan. Sekitar 70 persen dari total indikator
yang mengukur target MDGs telah berhasil dicapai oleh Indonesia (BPS,
2016). Akan tetapi, beberapa indikator yang mengukur target di bidang
kesehatan masih cukup jauh dari capaian dan harus mendapatkan perhatian
khusus. Target yang belum tercapai di antaranya adalah tingkat kemiskinan
nasional. angka kematian bayi, angka kematian ibu, prevalensi gizi buruk,
prevalensi HIV dan AIDS serta beberapa indikator terkait lingkungan berupa
cakupan air minum dan sanitasi. Bahkan beberapa provinsi di Jawa saja
masih memiliki tugas yang berat seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur. Pada 3 provinsi ini, angka kematian ibu menyentuh yang paling tinggi
khususnya Jawa Barat. Targettarget yang berpeluang gagal untuk dicapai itu
di antaranya (Hoelman et.al, 2015)

Indonesia sebagai salah satu negara yang telah menyepakati penerapan tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDGs) berkomitmen untuk menyukseskan

9
pelaksanaan SDGs melalui berbagai kegiatan dan telah mengambil langkah-
langkah strategis. Sejumlah langkah yang telah ditempuh Indonesia sampai
dengan akhir 2016 antara lain (i) melakukan pemetaan antara tujuan dan
target SDGs dengan prioritas pembangunan nasional, (ii) melakukan
pemetaan ketersediaan data dan indikator SDGs pada setiap target dan tujuan
termasuk indikator proksi, (iii) melakukan penyusunan definisi operasional
untuk setiap indikator SDGs, (iv) menyusun peraturan presiden terkait dengan
pelaksanaan tujuan pembangunan berkelanjutan, dan (v) mempersiapkan
rencana aksi nasional dan rencana aksi daerah terkait dengan implementasi
SDGs di Indonesia (BPS, 2016).

Menurut T Brundtland Commission of the United Nations pada tahun 1987,


yang dikatakan sebagai Sustainable Development atau pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat mencakup kebutuhan orang
banyak di masa depan tanpa menyepelekan kemampuan generasi mendatang
untuk menggapai segala kebutuhannya. Sustainable Development Goals atau
yang dikenal sebagai Global Goals, dibuat berdasarkan 8 tujuan MDGs yang
dilaksanakan pada tahun 1990-2015. Dibalik kesuksesan MDGs, ternyata
secara global kemiskinan belum terhapuskan secara menyeluruh (UNDP,
2015).

SDGs tidak lain merupakan kelanjutan dari targettarget MDGs dalam hal
bagaimana mewujudkan pembangunan manusia. Sasaran-sasaran yang belum
selesai di Indonesia tidak dapat dilupakan dan diabaikan begitu saja, karena
sasaran sasaran tersebut juga termuat ke dalam beberapa Tujuan dan Sasaran
SDGs (Hoelman et.al, 2015):
Goal Nomor 2: Mengakhiri kelaparan, termasuk di dalamnya
mengatasi gizi buruk.
Goal Nomor 3: Kesehatan untuk semua lapisan penduduk (usia).
Goal Nomor 6: Ketersediaan air bersih dan sanitasi.

10
Global Goals hadir untuk melangkah lebih maju dibandingkan dengan
MDGs, mengacu kepada akar dari masalah kemiskinan dan kebutuhan yang
universal untuk berkembang yang berguna dan dibutuhkan oleh seluruh
warga dunia. Global Goals bertujuan untuk menyelesaikan MDGs yang
tertinggal, dan menjamin bahwa tidak ada hal lain yang tertinggal dibelakang.
SDGs atau Global Goals menjadi suatu program yang lebih menyeluruh dan
mendetail karena merupakan gabungan dari Global Sustainability
Objects/GSO dan MDGs (The Global Goals, 2015).

SDGs diadakan untuk mencakup kebutuhan seluruh warga dunia yang lebih
mendetail dan menyeluruh, dibandingkan dengan MDGs. Selain itu, program
ini juga tidak memandang kondisi suatu negara, pada lingkungan maupun
ekonominya, untuk dibantu dengan program Development Goals secara
menyeluruh. Beberapa tujuan yang dikembangkan dari indikator tujuan
MDGs, antara lain (UNDP, 2015):
Tujuan pertama MDGs (Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Ekstrim) mencakup kedua fokus yang berbeda, yaitu kemiskinan dan
kelaparan. Pada SDGs, kedua fokus itu dijadikan dua tujuan yang berbeda,
yaitu pada tujuan pertama SDGs (No Poverty) dan tujuan kedua SDGs
(Zero Hunger).
Tujuan keempat, kelima, dan keenam MDGs terkait kesehatan
(menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, dan
memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit Lain) tidak terdapat di SDGs
dan digantikan dengan Good Health and Well Being yang mencakup
kesehatan secara keseluruhan (mencakup kesehatan ibu, penyakit-
penyakit, kematian anak, dll) pada tujuan ketiga SDGs.
Tujuan ketujuh MDGs (memastikan kelestarian lingkungan hidup)
memiliki beberapa indikator yang penting, seperti proporsi rumah tangga
yang mendapat air minum layak kini menjadi tujuan keenam SDGs,
indikator terkait rumah tangga kumuh perkotaan kini menjadi tujuan
kesebelas SDGs.

11
Untuk menjamin implementasi SDGs berjalan dengan baik, pemerintah telah
membentuk Sekretariat Nasional Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs). Sekretariat Nasional SDGs bertugas mengkoordinasikan berbagai
kegiatan terkait pelaksanaan SDGs di Indonesia. Sejumlah pemangku
kepentingan yang mencakup kementerian/lembaga, BPS, akademisi, pakar,
organisasi masyarakat sipil dan filantropi & bisnis telah dilibatkan dalam
berbagai proses persiapan pelaksanaan SDGs di Indonesia (BPS, 2016).

Dalam implementasinya, ada beberapa prinsip yang telah disepakati juga


diadopsi oleh Indonesia. Prinsip pertama adalah universality. Prinsip ini
mendorong penerapan SDGs di semua negara baik negara maju maupun
negara berkembang. Dalam konteks nasional, implementasi SDGs akan
diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. Prinsip kedua adalah integration.
Prinsip ini mengandung makna bahwa SDGs dilaksanakan secara terintegrasi
dan saling terkait pada semua dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Prinsip kedua ini telah dipegang teguh dalam penyusunan rencana aksi
khususnya terkait dengan penyusunan program dan kegiatan serta
penganggarannya. Prinsip terakhir adalah No One Left Behind yang
menjamin bahwa pelaksanaan SDGs harus memberi manfaat bagi semua,
terutama yang rentan dan pelaksanaannya melibatkan semua pemangku
kepentingan. Prinsip ini juga telah diterapkan dalam setiap tahapan/proses
pelaksanaan SDGs di Indonesia (BPS, 2016).

2.5 Tujuan, Target dan Indikator SDGs


Secara ringkas, tujuan, target, dan indikator Sustainable Development Goals
(SDGs) adalah sebagai berikut.

Tujuan 1. Mengkhiri segala bentuk kemiskinan di manapun


Target:
1.a. Memastikan mobilisasi sumber daya dari berbagai sumber, termasuk
melalui peningkatan kerjasama pembangunan, dalam rangka
menyediakan sarana yang memadai dan dapat diprediksi bagi negara-
negara berkembang, di negara-negara berkembang khususnya, untuk

12
melaksanakan program dan kebijakan untuk mengakhiri kemiskinan
di semua dimensi.
1.b. Membuat kerangka kebijakan suara di tingkat nasional, regional dan
internasional, berdasarkan strategi pembangunan pro-miskin dan
sensitif gender, untuk mendukung percepatan investasi dalam
pemberantasan kemiskinan.

Indikator:
1.1. Pada tahun 2030, memberantas kemiskinan ekstrim untuk semua
orang dimanapun, dengan penghasilan kurang dari $ 1,25 per hari
1.2. Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya setengah proporsi laki-laki,
perempuan dan anak-anak dari berbagai usia yang hidup dalam
kemiskinan di seluruh dimensi menurut definisi nasional
1.3. Menerapkan sistem perlindungan sosial yang tepat secara nasional dan
pada tahun 2030 mencapai cakupan besar kaum miskin
1.3.1. Indikator: Proporsi penduduk penerima bantuan iuran (PBI)
melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat
(KIS)
Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta jaminan kesehatan
bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana
diamanatkan dalam UU Sistem jaminan sosial nasional yang
iurannya dibayar oleh pemerintah sebagai peserta program jaminan
kesehatan. Indikator ini merupakan indikator nasional sebagai
proksi indikator global.
1.4. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua laki-laki dan perempuan,
khususnya kaum miskin, memiliki hak yang sama terhadap sumber
daya ekonomi, serta akses ke layanan dasar, kepemilikan dan kontrol
atas tanah dan bentuk-bentuk lain dari properti, warisan, sumber daya
alam, yang sesuai teknologi baru dan jasa keuangan, termasuk
keuangan mikro
1.4.1. Indikator: Persentase Perempuan Pernah Kawin umur 15-49 tahun
yang proses melahirkan terakhirnya di fasilitas kesehatan
Proses kelahiran atau persalinan di fasilitas kesehatan dapat
berdampak langsung pada kesehatan ibu dan anak yang akan
dilahirkan. Pada fasilitas kesehatan tersedia perlengkapan dan

13
tenaga kesehatan yang siap menolong sewaktu-waktu bila terjadi
komplikasi persalinan. Hasil Susenas tahun 2015 menunjukkan
bahwa persentase perempuan pernah kawin berusia 15-49 tahun
yang proses melahirkan terakhirnya di fasilitas kesehatan sebesar
77,63 persen, yang berarti masih ada sekitar 22 persen perempuan
pernah kawin berusia 15-49 tahun yang proses melahirkan
terakhirnya belum memanfaatkan fasilitas kesehatan. Selain
ketersediaan fasilitas kesehatan, salah satu penyebab belum
optimalnya pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk persalinan
adalah pengeluaran rumah tangga, dari hasil Susenas tahun 2015
menunjukan bahwa persentase terendah perempuan pernah kawin
umur 15-49 tahun yang proses kelahiran terakhirnya di fasilitas
kesehatan berasal dari kuintil 1 rumah tangga dengan tingkat
pengeluaran terendah. Pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh
kelompok miskin juga mungkin disebabkan belum semua keluarga
miskin menerima kartu jaminan kesehatan untuk berobat di
fasilitas kesehatan.
1.4.2. Indikator: Persentase anak berusia 12-23 bulan yang menerima
imunisasi dasar lengkap.
Walaupun biaya imunisasi sudah gratis, namun dari hasil Susenas
BPS tahun 2015 menunjukkan bahwa masih kurang dari setengah
atau 44,85 persen anak-anak berusia 12-23 bulan yang sudah
menerima imunisasi lengkap.
1.4.3. Indikator: Angka pemakaian kontrasepsi (CPR) semua cara pada
Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15-49 tahun yang pernah kawin
tahun 2015
Jumlah penduduk Indonesia yang begitu besar telah menempatkan
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah
penduduk terbesar didunia. Jumlah penduduk yang begitu besar
jika dibarengi dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan
tidak terkontrol maka akan menyebabkan permasalahan-
permasalahan sosial seperti pengangguran, kemiskinan dan
sebagainya. Untuk menekan dan mengontrol laju pertumbuhan
penduduk tersebut maka pemerintah menggalakan program

14
Keluarga Berencana yang bukan hanya bertujuan untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk tapi untuk
meningkatkan kualitas keluarga. Dalam menjalankan program
keluarga berencana pemerintah memiliki tanggung jawab dalam
menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat
serta memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
1.4.4. Indikator: Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap
layanan sumber air minum layak dan berkelanjutan
1.4.5. Indikator: Persentase rumah tangga yang memilki akses terhadap
layanan sanitasi layak dan berkelanjutan
1.5. Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat miskin dan
mereka dalam situasi rentan dan mengurangi eksposur dan kerentanan
mereka terhadap kejadian ekstrem yang berkaitan dengan iklim dan
guncangan ekonomi, sosial dan lingkungan lainnya dan bencana

Tujuan 2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan


meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan
Target:
2.a. Meningkatkan investasi, termasuk melalui kerja sama internasional
yang disempurnakan, di infrastruktur pedesaan, penelitian dan
penyuluhan pertanian, pengembangan teknologi dan tanaman dan
bank gen ternak dalam rangka meningkatkan kapasitas produktif
pertanian di negara-negara berkembang.
2.b. Memperbaiki dan mencegah pembatasan perdagangan dan distorsi
dalam pasar pertanian dunia, termasuk melalui penghapusan paralel
segala bentuk subsidi ekspor pertanian dan semua langkah ekspor
dengan efek setara, sesuai dengan amanat Putaran Pembangunan Doha
2.c. Mengadopsi langkah-langkah untuk memastikan berfungsinya pasar
komoditas makanan dan turunannya dan memfasilitasi akses yang
tepat terhadap informasi pasar, termasuk cadangan pangan, dalam
rangka untuk membantu membatasi volatilitas harga pangan yang
ekstrim

Indikator:

15
2.1. Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan menjamin akses oleh
semua orang, khususnya orang miskin dan orang-orang dalam situasi
rentan, termasuk bayi, untuk makanan yang aman, bergizi dan cukup
sepanjang tahun
2.2. Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk kekurangan gizi, termasuk
mencapai, pada tahun 2025, target yang disepakati secara
internasional pada stunting dan wasting pada anak di bawah usia 5
tahun, dan memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil
dan menyusui dan orang tua
Indikator:
a. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak di
bawah lima tahun/balita
Stunting pada anak-anak dapat memiliki dampak serius pada
perkembangan fisik, mental, dan emosional anak-anak, dan bukti
menunjukkan bahwa efek dari stunting pada usia muda, khususnya
pada perkembangan otak, sulit untuk
memperbaikinya pada usia lanjut walaupun jika anak menerima
gizi yang tepat. Selain itu anak yang mengalami stunting beresiko
lebih besar menderita penyakit menular dan tidak menular pada
usia dewasa seperti jantung, diabetes, dan penyakit pembuluh
darah. Oleh karena itu, indikator ini menunjukan bahwa betapa
pentingnya memberikan gizi yang cukup untuk anak-anak.

Masih banyak provinsi yang memiliki prevalensi stunting pada


balita lebih besar dari persentase nasional yaitu sebanyak 15
provinsi, artinya hampir 50
persen atau setengah dari seluruh provinsi di Indonesia masih
berkutat dengan permasalahan stunting. Akan tetapi, melihat
prevalensi nasional tahun 2015 sebesar 29 persen, jika
dibandingkan tahun 2013 sebesar 32,9 persen telah terjadi
penurunan yang cukup signifikan. Penurunan prevalensi tersebut
dapat dikatakan cukup baik mengingat target nasional pada tahun
2019 sebesar 28 persen.
b. Prevalensi Malnutrisi (wasting/obesitas) pada anak balita
Wasting (kurus) adalah kondisi kurang gizi akut yang diukur
berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BD/TB)

16
dibandingkan dengan menggunakan standar WHO 2005
digunakan pada balita. Sebaliknya, obesitas (gemuk/sangat
gemuk) adalah penyakit kronis dengan ciri-ciri timbunan lemak
tubuh yang berlebih (eksesif ), biasanya menggunakan ukuran
berat badan menurut tinggi badan dibandingkan tinggi badan >2
standar WHO 2005. Papua merupakan provinsi yang persentase
obesitas balita kelompok umur 0-2 tahun paling tinggi di
Indonesia. DKI Jakarta dan Bali merupakan
provinsi yang persentase obesitas balita kelompok umur 0-4tahun
paling tinggi di Indonesia.
c. Prevalensi anemia pada ibu hamil
d. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI
eksklusif
2.3. Pada tahun 2030, dua kali lipat produktivitas pertanian dan
pendapatan produsen makanan skala kecil, khususnya perempuan,
masyarakat adat, petani keluarga, penggembala dan nelayan, termasuk
melalui akses yang aman dan sama dengan tanah, sumber daya
produktif lainnya dan masukan, pengetahuan, jasa keuangan, pasar
dan peluang untuk penambahan nilai dan pekerjaan non-pertanian
2.4. Pada tahun 2030, memastikan sistem produksi pangan yang
berkelanjutan dan menerapkan praktik tangguh pertanian yang
meningkatkan produktivitas dan produksi, yang membantu menjaga
ekosistem, yang memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan
iklim, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir dan bencana lainnya dan
semakin meningkatkan lahan dan kualitas tanah
2.5. Pada tahun 2020, mempertahankan keragaman genetik benih, tanaman
dibudidayakan dan bertani dan peliharaan hewan dan spesies liar yang
terkait, termasuk melalui nyenyak dikelola dan beragam benih dan
tanaman bank di tingkat nasional, regional dan internasional, dan
mempromosikan akses dan adil dan merata berbagi manfaat yang
timbul dari pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan
tradisional terkait, seperti yang disepakati secara internasional

Tujuan 3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong


kesejahteraan bagi semua orang di segala usia

17
Target:
3.a. Memperkuat pelaksanaan Organisasi Kesehatan Dunia Konvensi
Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau di semua negara, sesuai
3.b. Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat-obatan
untuk penyakit menular dan tidak menular yang terutama
mempengaruhi negara-negara berkembang, menyediakan akses ke
obat-obatan penting dengan harga terjangkau dan vaksin, sesuai
dengan Deklarasi Doha Perjanjian TRIPS dan Kesehatan Masyarakat,
yang menegaskan hak dari negara-negara berkembang untuk
menggunakan dengan penuh ketentuan dalam Perjanjian tentang
Aspek-aspek Perdagangan Hak Kekayaan intelektual mengenai
fleksibilitas untuk melindungi kesehatan masyarakat, dan, khususnya,
menyediakan akses ke obat-obatan untuk semua
3.c. Substansial meningkatkan pembiayaan kesehatan dan rekrutmen,
pengembangan, pelatihan dan retensi tenaga kesehatan di negara-
negara berkembang, terutama di negara-negara yang kurang
berkembang dan pulau kecil negara berkembang
3.d. Memperkuat kapasitas semua negara, di negara-negara berkembang,
untuk peringatan dini, pengurangan risiko dan manajemen risiko
kesehatan nasional dan global

Indikator:
3.1. Pada tahun 2030, mengurangi angka kematian global ibu kurang dari
70 per 100.000 kelahiran hidup
3.2. Pada tahun 2030, akhir kematian dapat dicegah dari bayi yang baru
lahir dan anak di bawah 5 tahun, dengan semua negara yang bertujuan
untuk mengurangi angka kematian neonatal untuk setidaknya
serendah 12 per 1.000 kelahiran hidup dan di bawah-5 kematian
setidaknya serendah 25 per 1.000 kelahiran hidup
3.3. Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan
penyakit tropis terabaikan dan memerangi hepatitis, penyakit yang
terbawa air dan penyakit menular lainnya
3.4. Pada tahun 2030, mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini
akibat penyakt tidak menular, melalui pencegahan dan pengobatan
serta meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan.

18
3.5. Memperkuat pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan zat,
termasuk penyalahgunaan obat narkotika dan penggunaan alkohol
yang berbahaya
3.6. Pada tahun 2020, mengurangi separuh dari kematian global dan cedera
dari kecelakaan lalu lintas
3.7. Pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap layanan
kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga berencana,
informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke
dalam strategi dan program nasional
3.8. Mencapai cakupan kesehatan universal, termasuk perlindungan resiko
keuangan, akses terhadap pelayanan kesehatan dasar yang baik, dan
akses terhadap obat-obatan dan vaksin dasar yang aman, efektif,
berkualitas, dan terjangkau bagi semua orang.
3.9. Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah kematian dan
kesakitan akibat bahan kimia berbahaya, serta polusi dan kontaminasi
udara, air, dan tanah

Tujuan 4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta


mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang
Target:
4.a. Membangun dan meningkatkan fasilitas pendidikan yang anak,
kecacatan dan sensitif gender dan menyediakan lingkungan belajar
yang aman, non-kekerasan, inklusif dan efektif untuk semua
4.b. Pada tahun 2020, secara substansial memperluas secara global jumlah
beasiswa yang tersedia untuk negara-negara berkembang, di negara-
negara kurang berkembang khususnya, pulau kecil yang sedang
bekembang dan negara-negara Afrika, untuk pendaftaran di
pendidikan tinggi, termasuk pelatihan kejuruan dan teknologi
informasi dan komunikasi, teknis, teknik dan program ilmiah, di
negara-negara maju dan negara berkembang lainnya
4.c. Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan pasokan guru yang
berkualitas, termasuk melalui kerjasama internasional untuk pelatihan
guru di negara-negara berkembang, terutama terbelakang negara dan
pulau kecil dan negara berkembang

Indikator:

19
4.1. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan anak
laki-laki menyelesaikan bebas, adil dan kualitas primer dan
pendidikan menengah yang mengarah ke hasil belajar yang relevan
dan efektif
4.2. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan anak
laki-laki memiliki akses ke pengembangan anak usia dini yang
berkualitas, peduli dan pendidikan anak usia dini sehingga mereka
siap untuk pendidikan dasar
4.3. Pada tahun 2030, menjamin akses yang sama bagi semua perempuan
dan laki-laki untuk pendidikan yang terjangkau dan kualitas teknis,
kejuruan dan pendidikan tinggi, termasuk perguruan tinggi
4.4. Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan jumlah remaja dan
orang dewasa yang memiliki keterampilan yang relevan, termasuk
keterampilan teknis dan kejuruan, untuk pekerjaan, pekerjaan yang
layak dan kewirausahaan
4.5. Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan
dan menjamin akses yang sama untuk semua tingkat pendidikan dan
pelatihan kejuruan untuk rentan, termasuk penyandang cacat,
masyarakat adat dan anak-anak dalam situasi rentan
4.6. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua pemuda dan sebagian
besar orang dewasa, baik laki-laki dan perempuan, mencapai
membaca dan menghitung
4.7. Pada tahun 2030, memastikan bahwa semua peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
mempromosikan pembangunan berkelanjutan, termasuk antara lain,
melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan gaya hidup
yang berkelanjutan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, promosi
budaya damai dan non-kekerasan, dunia kewarganegaraan dan
penghargaan keanekaragaman budaya dan kontribusi budaya untuk
pembangunan berkelanjutan

Tujuan 5. Mencapai kesetaraan gender serta Memberdayakan seluruh


wanita dan perempuan
Target:
5.a. Melakukan reformasi untuk memberikan wanita hak yang sama
terhadap sumber daya ekonomi, serta akses ke kepemilikan dan

20
kontrol atas tanah dan bentuk-bentuk lain dari properti, jasa keuangan,
warisan dan sumber daya alam, sesuai dengan hukum nasional
5.b. Meningkatkan penggunaan teknologi yang memungkinkan, informasi
dan komunikasi khususnya teknologi, untuk mempromosikan
pemberdayaan perempuan
5.c. Mengadopsi dan memperkuat kebijakan yang sehat dan perundang-
undangan berlaku untuk promosi kesetaraan gender dan
pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan di semua
tingkatan

Indikator:
5.1. Mengakhiri semua bentuk diskriminasi terhadap semua perempuan
dan anak perempuan di mana-mana
5.2. Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap semua perempuan
dan anak perempuan di ruang publik dan swasta, termasuk
perdagangan dan seksual dan jenis-jenis eksploitasi
5.3. Hilangkan semua praktek-praktek berbahaya, seperti anak, awal dan
pernikahan paksa dan mutilasi alat kelamin perempuan
5.4. Kenali dan nilai dibayar perawatan dan pekerjaan rumah tangga
melalui penyediaan pelayanan publik, infrastruktur dan kebijakan
perlindungan sosial dan promosi tanggung jawab bersama dalam
rumah tangga dan keluarga sebagai tepat secara nasional
5.5. Menjamin partisipasi penuh dan efektif perempuan dan kesempatan
yang sama untuk kepemimpinan di semua tingkat pengambilan
keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi dan masyarakat
5.6. Menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi
dan hak-hak reproduksi yang disepakati sesuai dengan Program Aksi
dari Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan
Pembangunan dan Beijing Platform for Action dan dokumen hasil
peninjauan konferensi mereka

Tujuan 6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi


yang berkelanjutan bagi semua orang
Target:
6.a. Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan pembangunan kapasitas
internasional dukungan untuk negara-negara berkembang dalam
kegiatan air dan sanitasi-terkait dan program, termasuk pemanenan air,

21
desalinasi, efisiensi air, pengolahan air limbah, daur ulang dan
teknologi penggunaan kembali
6.b. Mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam
meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi

Indikator:
6.1. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan adil terhadap air
minum yang aman dan terjangkau untuk semua
6.2. Pada tahun 2030, mencapai akses ke sanitasi dan kebersihan yang
memadai dan merata untuk semua dan mengakhiri buang air besar
terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan
dan anak perempuan dan orang-orang dalam situasi rentan
6.3. Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi
polusi, menghilangkan dumping dan meminimalkan pelepasan bahan
kimia berbahaya dan bahan, mengurangi separuh proporsi air limbah
yang tidak diobati dan secara substansial meningkatkan daur ulang
dan penggunaan kembali aman secara global
6.4. Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan efisiensi
penggunaan air di semua sektor dan menjamin penarikan dan pasokan
air tawar untuk mengatasi kelangkaan air dan secara substansial
mengurangi jumlah orang yang menderita kelangkaan air yang
berkelanjutan
6.5. Pada tahun 2030, menerapkan manajemen sumber daya air terpadu di
semua tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang sesuai
6.6. Pada tahun 2020, melindungi dan memulihkan ekosistem yang
berhubungan dengan air, termasuk pegunungan, hutan, lahan basah,
sungai, dan danau akuifer

Tujuan 7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin,


berkelanjutan dan modern bagi semua orang
Target:
7.a. Pada tahun 2030, meningkatkan kerjasama internasional untuk
memfasilitasi akses ke penelitian energi bersih dan teknologi,
termasuk energi terbarukan, efisiensi energi dan canggih dan teknologi
bahan bakar fosil bersih, dan mempromosikan investasi di bidang
infrastruktur energi dan teknologi energi bersih

22
7.b. Pada tahun 2030, memperluas infrastruktur dan meningkatkan
teknologi untuk penyediaan layanan energi modern dan berkelanjutan
untuk semua di negara-negara berkembang, di negara-negara kurang
berkembang khususnya, pulau kecil yang sedang bekembang, dan
negara-negara berkembang tanah-terkunci, sesuai dengan program
masing-masing dari dukungan

Indikator:
7.1. Pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap layanan energi
yang terjangkau, handal dan modern
7.2. Pada tahun 2030, meningkat secara substansial pangsa energi
terbarukan dalam bauran energi global
7.3. Pada tahun 2030, dua kali lipat tingkat global perbaikan dalam
efisiensi energi

Tujuan 8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus,


inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan
produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang
Target:
8.a. Meningkatkan Bantuan untuk dukungan Perdagangan untuk negara-
negara berkembang, di negara-negara kurang berkembang khususnya,
termasuk melalui Kerangka Kerja Terpadu Peningkatan Perdagangan-
Terkait Bantuan Teknis ke Negara Terbelakang
8.b. Pada tahun 2020, mengembangkan dan mengoperasionalkan strategi
global untuk pekerjaan pemuda dan melaksanakan Global Jobs Pact
Organisasi Perburuhan Internasional

Indikator:
8.1. Mempertahankan per pertumbuhan ekonomi kapita sesuai dengan
keadaan nasional dan, pertumbuhan produk domestik khususnya,
setidaknya 7 persen gross per tahun di negara-negara berkembang
8.2. Mencapai tingkat yang lebih tinggi dari produktivitas ekonomi
melalui diversifikasi, peningkatan teknologi dan inovasi, termasuk
melalui fokus pada nilai tambah tinggi dan sektor padat karya
8.3. Mempromosikan kebijakan pembangunan yang berorientasi yang
mendukung kegiatan produktif, penciptaan lapangan kerja yang
layak, kewirausahaan, kreativitas dan inovasi, dan mendorong

23
formalisasi dan pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah,
termasuk melalui akses ke layanan keuangan
8.4. Meningkatkan progresif, melalui 2.030, efisiensi sumber daya global
dalam konsumsi dan produksi dan usaha untuk memisahkan
pertumbuhan ekonomi dari degradasi lingkungan, sesuai dengan
kerangka 10-tahun dari program pada konsumsi dan produksi
berkelanjutan, dengan negara-negara maju memimpin
8.5. Pada tahun 2030, mencapai pekerjaan penuh dan produktif dan
pekerjaan yang layak untuk semua wanita dan pria, termasuk bagi
orang-orang muda dan penyandang cacat, dan upah yang sama untuk
pekerjaan yang sama nilainya
8.6. Pada tahun 2020, secara substansial mengurangi proporsi pemuda
tidak dalam pekerjaan, pendidikan atau pelatihan
8.7. Mengambil tindakan segera dan efektif untuk memberantas kerja
paksa, mengakhiri perbudakan modern dan perdagangan manusia
dan menjamin pelarangan dan penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan
terburuk untuk anak, termasuk perekrutan dan penggunaan tentara
anak, dan pada tahun 2025 akhir pekerja anak dalam segala bentuk
8.8. Melindungi hak-hak buruh dan mempromosikan aman dan aman
lingkungan kerja untuk semua pekerja, termasuk pekerja migran,
migran perempuan khususnya, dan orang-orang dalam pekerjaan
berbahaya
8.9. Pada tahun 2030, menyusun dan melaksanakan kebijakan untuk
mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang menciptakan
lapangan kerja dan mempromosikan budaya lokal dan produk
8.10. Memperkuat kapasitas lembaga keuangan domestik untuk
mendorong dan memperluas akses ke perbankan, asuransi dan jasa
keuangan untuk semua

Tujuan 9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong


industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi
Target:
9.a. Memfasilitasi pembangunan berkelanjutan dan tangguh infrastruktur
di negara-negara berkembang melalui dukungan keuangan, teknologi
dan teknis ditingkatkan untuk negara-negara Afrika, negara-negara

24
berkembang, terkurung daratan negara-negara berkembang dan
pulau kecil dan negara berkembang
9.b. Mendukung pengembangan teknologi dalam negeri, penelitian dan
inovasi di negara-negara berkembang, termasuk dengan memastikan
lingkungan kebijakan yang kondusif untuk, antara lain, diversifikasi
industri dan penambahan nilai komoditas
9.c. Secara signifikan meningkatkan akses ke informasi dan teknologi
komunikasi dan berusaha untuk menyediakan akses universal dan
terjangkau ke Internet di negara-negara berkembang pada tahun
2020

Indikator:
9.1. Mengembangkan kualitas, infrastruktur yang handal, berkelanjutan
dan tangguh, termasuk infrastruktur regional dan lintas batas, untuk
mendukung pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia,
dengan fokus pada akses terjangkau dan merata untuk semua
9.2. Mempromosikan industrialisasi inklusif dan berkelanjutan dan, pada
tahun 2030, secara signifikan meningkatkan pangsa industri kerja
dan produk domestik bruto, sejalan dengan kondisi nasional, dan dua
kali lipat pangsa di negara-negara kurang berkembang
9.3. Meningkatkan akses skala kecil industri dan perusahaan lainnya,
khususnya di negara berkembang, untuk jasa keuangan, termasuk
kredit terjangkau, dan integrasi mereka ke dalam rantai nilai dan
pasar
9.4. Pada tahun 2030, meningkatkan infrastruktur dan retrofit industri
untuk membuat mereka berkelanjutan, dengan peningkatan efisiensi
penggunaan sumber daya dan adopsi yang lebih besar dari teknologi
bersih dan ramah lingkungan dan proses industri, dengan semua
negara mengambil tindakan sesuai dengan kemampuan masing-
masing
9.5. Meningkatkan penelitian ilmiah, meningkatkan kemampuan
teknologi dari sektor industri di semua negara, di negara-negara
berkembang, termasuk, pada tahun 2030, mendorong inovasi dan
secara substansial meningkatkan jumlah penelitian dan

25
pengembangan pekerja per 1 juta orang dan penelitian dan
pengembangan belanja publik dan swasta

Tujuan 10. Mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara


Target:
10.a. Menerapkan prinsip perlakuan khusus dan berbeda untuk negara-
negara berkembang, di negara-negara kurang berkembang tertentu,
sesuai dengan kesepakatan Organisasi Perdagangan Dunia
10.b. Mendorong bantuan pembangunan resmi dan arus keuangan,
termasuk investasi asing langsung, untuk Serikat di mana kebutuhan
paling besar, di negara-negara berkembang khususnya, negara-
negara Afrika, pulau kecil yang sedang bekembang dan terkurung
daratan negara-negara berkembang, sesuai dengan rencana dan
program nasional mereka
10.c. Pada tahun 2030, mengurangi kurang dari 3 persen biaya transaksi
pengiriman uang migran dan menghilangkan koridor remittance
dengan biaya yang lebih tinggi dari 5 persen

Indikator:
10.1. Pada tahun 2030, progresif mencapai dan mempertahankan
pertumbuhan pendapatan dari bagian bawah 40 persen dari populasi
pada tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata nasional
10.2. Pada tahun 2030, memberdayakan dan mempromosikan inklusi
sosial, ekonomi dan politik dari semua, terlepas dari usia, jenis
kelamin, cacat, ras, etnis, asal, agama atau status ekonomi atau
lainnya
10.3. Menjamin kesempatan yang sama dan mengurangi kesenjangan dari
hasil, termasuk dengan menghilangkan hukum yang diskriminatif,
kebijakan dan praktik dan mempromosikan undang-undang yang
tepat, kebijakan dan tindakan dalam hal ini
10.4. Mengadopsi kebijakan, terutama fiskal, kebijakan upah dan
perlindungan sosial, dan progresif mencapai kesetaraan yang lebih
besar
10.5. Meningkatkan regulasi dan pengawasan pasar keuangan global dan
lembaga-lembaga dan memperkuat pelaksanaan peraturan tersebut
10.6. Menjamin perwakilan ditingkatkan dan suara untuk negara-negara
dalam pengambilan keputusan berkembang di lembaga-lembaga

26
ekonomi dan keuangan internasional global dalam rangka untuk
memberikan lembaga yang lebih efektif, kredibel, akuntabel dan sah
10.7. Memfasilitasi tertib, aman, teratur dan bertanggung jawab migrasi
dan mobilitas orang, termasuk melalui penerapan kebijakan migrasi
direncanakan dan dikelola dengan baik

Tujuan 11. Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman,


berketahanan dan berkelanjutan
Target:
11.a. Mendukung hubungan ekonomi, sosial dan lingkungan yang positif
antara daerah perkotaan, per-perkotaan dan pedesaan dengan
memperkuat perencanaan pembangunan nasional dan daerah
11.b. Pada tahun 2020, secara substansial meningkatkan jumlah kota dan
pemukiman manusia mengadopsi dan menerapkan kebijakan yang
terintegrasi dan rencana menuju inklusi, efisiensi sumber daya,
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, ketahanan terhadap bencana,
dan mengembangkan dan melaksanakan, sejalan dengan Kerangka
Sendai untuk Risiko Bencana pengurangan 2015-2030, manajemen
risiko bencana holistik di semua tingkatan
11.c. Dukungan setidaknya negara-negara maju, termasuk melalui bantuan
keuangan dan teknis, dalam membangun bangunan berkelanjutan
dan tangguh memanfaatkan bahan lokal

Indikator:
11.1. Pada tahun 2030, menjamin akses untuk semua untuk yang
memadai, aman dan terjangkau perumahan dan pelayanan dasar dan
upgrade kumuh
11.2. Pada tahun 2030, menyediakan akses ke aman, terjangkau, dapat
diakses dan berkelanjutan sistem transportasi untuk semua,
meningkatkan keselamatan jalan, terutama dengan memperluas
angkutan umum, dengan perhatian khusus pada kebutuhan mereka di
rentan situasi, wanita, anak-anak, penyandang cacat dan orang tua
11.3. Pada tahun 2030, meningkatkan urbanisasi inklusif dan
berkelanjutan dan kapasitas untuk perencanaan pemukiman manusia

27
partisipatif, terpadu dan berkelanjutan dan manajemen di semua
negara
11.4. Memperkuat upaya untuk melindungi dan menjaga warisan budaya
dan alam dunia
11.5. Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah kematian dan
jumlah orang yang terkena dan secara substansial mengurangi
kerugian ekonomi langsung relatif terhadap produk domestik global
yang kotor disebabkan oleh bencana, termasuk bencana yang
berhubungan dengan air, dengan fokus pada melindungi orang
miskin dan orang-orang dalam situasi rentan
11.6. Pada tahun 2030, mengurangi per kapita dampak lingkungan yang
merugikan dari kota, termasuk dengan membayar perhatian khusus
untuk kualitas udara dan pengelolaan sampah kota dan lainnya
11.7. Pada tahun 2030, menyediakan akses universal ke ruang aman,
inklusif dan dapat diakses, hijau dan masyarakat, khususnya untuk
perempuan dan anak-anak, orang tua dan penyandang cacat

Tujuan 12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang


berkelanjutan
Target:
12.a. Dukungan negara-negara berkembang untuk memperkuat kapasitas
ilmu pengetahuan dan teknologi mereka untuk bergerak ke arah pola
yang lebih berkelanjutan konsumsi dan produksi
12.b. Mengembangkan dan menerapkan alat untuk memantau dampak
pembangunan berkelanjutan untuk pariwisata berkelanjutan yang
menciptakan lapangan kerja dan mempromosikan budaya lokal dan
produk
12.c. Merasionalisasi subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien yang
mendorong konsumsi boros dengan menghapus distorsi pasar, sesuai
dengan keadaan nasional, termasuk dengan restrukturisasi pajak dan
pentahapan keluar mereka subsidi berbahaya, bila ada, untuk
mencerminkan dampak lingkungan mereka, dengan sepenuhnya
memperhatikan kebutuhan khusus dan kondisi negara-negara
berkembang dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin pada
perkembangan mereka dengan cara yang melindungi orang miskin
dan masyarakat yang terkena dampak

28
Indikator:
12.1. Mengimplementasikan kerangka 10 tahun dari program pada
konsumsi dan produksi berkelanjutan, semua negara mengambil
tindakan, dengan negara-negara maju memimpin, dengan
mempertimbangkan perkembangan dan kemampuan negara-negara
berkembang
12.2. Pada tahun 2030, mencapai pengelolaan yang berkelanjutan dan
efisiensi penggunaan sumber daya alam
12.3. Pada tahun 2030, membagi dua per kapita global yang sisa makanan
di tingkat ritel dan konsumen dan mengurangi kerugian makanan
bersama produksi dan rantai pasokan, termasuk kerugian pasca
panen
12.4. Pada tahun 2020, mencapai pengelolaan ramah lingkungan dari
bahan kimia dan semua limbah sepanjang siklus hidup mereka,
sesuai dengan kerangka kerja internasional yang disepakati, dan
secara signifikan mengurangi pembebasan mereka ke udara, air dan
tanah untuk meminimalkan dampak buruk terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan
12.5. Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi limbah melalui
pencegahan, pengurangan, daur ulang dan penggunaan kembali
12.6. Mendorong perusahaan, terutama perusahaan besar dan
transnasional, untuk mengadopsi praktek-praktek berkelanjutan dan
untuk mengintegrasikan informasi keberlanjutan dalam siklus
pelaporan mereka
12.7. Mempromosikan praktik pengadaan publik yang berkelanjutan,
sesuai dengan kebijakan dan prioritas nasional
12.8. Pada tahun 2030, memastikan bahwa orang di mana-mana memiliki
informasi yang relevan dan kesadaran untuk pembangunan
berkelanjutan dan gaya hidup selaras dengan alam

Tujuan 13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan


iklim dan dampaknya
Target:
13.a. Mengimplementasikan komitmen yang dilakukan oleh pihak negara
maju ke Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim

29
untuk tujuan memobilisasi bersama-sama $ 100.000.000.000 per
tahun pada tahun 2020 dari semua sumber untuk memenuhi
kebutuhan negara-negara berkembang dalam konteks aksi mitigasi
yang berarti dan transparansi dalam implementasi dan sepenuhnya
mengoperasionalkan Dana Iklim Hijau melalui kapitalisasi sesegera
mungkin
13.b. Mempromosikan mekanisme untuk meningkatkan kapasitas untuk
perencanaan terkait perubahan iklim yang efektif dan manajemen di
negara maju setidaknya dan pulau kecil negara berkembang,
termasuk fokus pada wanita, pemuda dan daerah dan masyarakat
terpinggirkan

Indikator:
13.1. Memperkuat ketahanan dan kapasitas adaptif terhadap bahaya yang
terkait dengan iklim dan bencana alam di semua negara
13.2. Mengintegrasikan langkah-langkah perubahan iklim ke dalam
kebijakan nasional, strategi dan perencanaan
13.3. Meningkatkan pendidikan, peningkatan kesadaran dan manusia dan
kapasitas kelembagaan pada mitigasi perubahan iklim, adaptasi,
pengurangan dampak dan peringatan dini

Tujuan 14. Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta


sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan
berkelanjutan
Target:
14.a. Meningkatkan pengetahuan ilmiah, mengembangkan kapasitas
penelitian dan transfer teknologi kelautan, dengan
mempertimbangkan Kriteria Intergovernmental Oceanographic
Commission dan Pedoman Transfer Teknologi Kelautan, dalam
rangka meningkatkan kesehatan laut dan untuk meningkatkan
kontribusi keanekaragaman hayati laut untuk pengembangan negara-
negara berkembang, di pulau kecil khususnya negara berkembang
dan negara-negara kurang berkembang
14.b. Menyediakan akses untuk skala kecil artisanal nelayan untuk sumber
daya laut dan pasar

30
14.c. Meningkatkan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan lautan dan
sumber daya mereka dengan menerapkan hukum internasional
sebagaimana tercermin dalam UNCLOS, yang menyediakan
kerangka hukum untuk penggunaan konservasi dan berkelanjutan
lautan dan sumber daya mereka, seperti yang diceritakan dalam ayat
158 dari Masa Depan Kami Ingin

Indikator:
14.1. Pada tahun 2025, mencegah dan secara signifikan mengurangi
pencemaran laut dari semua jenis, khususnya dari kegiatan berbasis
lahan, termasuk sampah laut dan polusi nutrisi
14.2. Pada tahun 2020, mengelola secara berkelanjutan dan melindungi
laut dan pesisir ekosistem untuk menghindari dampak buruk yang
signifikan, termasuk dengan memperkuat ketahanan mereka, dan
mengambil tindakan untuk restorasi mereka untuk mencapai lautan
yang sehat dan produktif
14.3. Meminimalkan dan mengatasi dampak pengasaman laut, termasuk
melalui kerjasama ilmiah ditingkatkan di semua tingkatan
14.4. Pada tahun 2020, secara efektif mengatur panen dan akhir
penangkapan ikan yang berlebihan, penangkapan ikan ilegal dan
praktek penangkapan ikan yang merusak dan melaksanakan rencana
manajemen berbasis ilmu pengetahuan, dalam rangka untuk
memulihkan stok ikan dalam waktu singkat layak, setidaknya ke
tingkat yang dapat menghasilkan hasil maksimum yang lestari
sebagaimana ditentukan oleh karakteristik biologis mereka
14.5. Pada tahun 2020, menghemat setidaknya 10 persen dari pesisir dan
laut daerah, konsisten dengan hukum nasional dan internasional dan
berdasarkan yang terbaik informasi ilmiah yang tersedia
14.6. Pada tahun 2020, melarang bentuk-bentuk tertentu dari subsidi
perikanan yang berkontribusi terhadap kelebihan kapasitas dan
overfishing, menghilangkan subsidi yang berkontribusi terhadap
penangkapan ikan ilegal dan menahan diri dari memperkenalkan
subsidi seperti baru, mengakui bahwa perlakuan khusus dan berbeda
yang tepat dan efektif untuk mengembangkan dan negara-negara

31
kurang berkembang harus menjadi bagian integral dari Organisasi
Perdagangan Dunia subsidi perikanan negosiasi
14.7. Pada tahun 2030, meningkatkan manfaat ekonomi ke Pulau Kecil
Negara-negara berkembang dan negara-negara kurang berkembang
dari pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut, termasuk melalui
pengelolaan perikanan berkelanjutan, budidaya dan pariwisata

Tujuan 15. Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan


ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara
berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan dan
memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati
Target:
15.a. Memobilisasi dan secara signifikan meningkatkan sumber daya
keuangan dari semua sumber untuk melestarikan dan penggunaan
keanekaragaman hayati dan ekosistem yang berkelanjutan
15.b. Memobilisasi sumber daya yang signifikan dari semua sumber dan di
semua tingkatan untuk membiayai pengelolaan hutan berkelanjutan
dan memberikan insentif yang memadai untuk negara-negara
berkembang untuk memajukan manajemen tersebut, termasuk untuk
konservasi dan reboisasi
15.c. Meningkatkan dukungan global untuk upaya untuk memerangi
perburuan dan perdagangan spesies yang dilindungi, termasuk
dengan meningkatkan kapasitas masyarakat lokal untuk mengejar
peluang mata pencaharian yang berkelanjutan

Indikator:
15.1. Pada tahun 2020, menjamin konservasi, restorasi dan pemanfaatan
berkelanjutan dari ekosistem air tawar darat dan pedalaman dan
layanan mereka, khususnya hutan, lahan basah, pegunungan dan
lahan kering, sejalan dengan kewajiban berdasarkan perjanjian
internasional
15.2. Pada tahun 2020, mempromosikan pelaksanaan manajemen
berkelanjutan dari semua jenis hutan, menghentikan deforestasi,

32
memulihkan hutan yang rusak dan secara substansial meningkatkan
aforestasi dan reforestasi global
15.3. Pada tahun 2030, memerangi penggurunan, memulihkan lahan kritis
dan tanah, termasuk tanah yang terkena penggurunan, kekeringan
dan banjir, dan berusaha untuk mencapai dunia degradasi lahan-
netral
15.4. Pada tahun 2030, menjamin konservasi ekosistem gunung, termasuk
keanekaragaman hayati, dalam rangka meningkatkan kapasitas
mereka untuk memberikan manfaat yang penting untuk
pembangunan berkelanjutan
15.5. Mengambil tindakan segera dan signifikan untuk mengurangi
degradasi habitat alami, menghentikan hilangnya keanekaragaman
hayati dan, pada tahun 2020, melindungi dan mencegah kepunahan
spesies terancam
15.6. Mempromosikan pembagian yang adil dan merata dari keuntungan
yang dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya genetik dan
mempromosikan akses yang tepat terhadap sumber daya tersebut,
seperti yang disepakati secara internasional
15.7. Mengambil tindakan segera untuk mengakhiri perburuan dan
perdagangan satwa dilindungi flora dan fauna dan alamat permintaan
dan pasokan produk satwa liar
15.8. Pada tahun 2020, memperkenalkan langkah-langkah untuk
mencegah pendahuluan dan secara signifikan mengurangi dampak
dari spesies asing invasif di darat dan air ekosistem dan
mengendalikan atau membasmi spesies prioritas
15.9. Pada tahun 2020, mengintegrasikan ekosistem dan keanekaragaman
hayati nilai-nilai ke dalam perencanaan nasional dan daerah, proses
pembangunan, strategi pengurangan kemiskinan dan rekening

Tujuan 16. Meningkatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk


pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan
bagi semua, dan membangun institusi yang efektif, akuntabel dan
inklusif di semua tingkatan
Target:
16.a. Memperkuat lembaga-lembaga nasional yang relevan, termasuk
melalui kerja sama internasional, untuk membangun kapasitas di

33
semua tingkatan, khususnya di negara berkembang, untuk mencegah
kekerasan dan memerangi terorisme dan kejahatan
16.b. Mempromosikan dan menegakkan hukum dan kebijakan non-
diskriminatif bagi pembangunan berkelanjutan

Indikator:
16.1. Secara signifikan mengurangi segala bentuk kekerasan dan tingkat
kematian terkait di mana-mana
16.2. Mengakhiri penyalahgunaan, eksploitasi, perdagangan dan segala
bentuk kekerasan terhadap dan penyiksaan anak-anak
16.3. Mempromosikan aturan hukum di tingkat nasional dan internasional
dan menjamin akses yang sama terhadap keadilan bagi semua
16.4. Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi terlarang keuangan
dan lengan arus, memperkuat pemulihan dan pengembalian aset
curian dan memberantas segala bentuk kejahatan terorganisir
16.5. Substansial mengurangi korupsi dan suap dalam segala bentuknya
16.6. Mengembangkan lembaga yang efektif, akuntabel dan transparan di
semua tingkatan
16.7. Pastikan responsif, inklusif, partisipatif dan perwakilan pengambilan
keputusan di semua tingkatan
16.8. Memperluas dan memperkuat partisipasi negara-negara berkembang
di lembaga-lembaga pemerintahan global
16.9. Pada tahun 2030, memberikan identitas hukum bagi semua,
termasuk pendaftaran kelahiran
16.10. Menjamin akses publik terhadap informasi dan melindungi
kebebasan fundamental, sesuai dengan undang-undang nasional dan
perjanjian internasional

Tujuan 17. Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means


of implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan berkelanjutan
Target:
a) Keuangan
17.1. Memperkuat mobilisasi sumber daya dalam negeri, termasuk melalui
dukungan internasional untuk negara-negara berkembang, untuk

34
meningkatkan kapasitas dalam negeri untuk pajak dan pengumpulan
pendapatan lainnya
17.2. Negara-negara maju untuk melaksanakan sepenuhnya komitmen
bantuan pembangunan resmi mereka, termasuk komitmen oleh
banyak negara maju untuk mencapai target 0,7 persen dari
ODA/GNI ke negara-negara berkembang dan 0,15-0,20 persen dari
ODA / GNI untuk setidaknya negara-negara maju; penyedia ODA
didorong untuk mempertimbangkan menetapkan target untuk
menyediakan setidaknya 0,20 persen dari ODA / GNI ke negara-
negara berkembang
17.3. Memobilisasi sumber daya keuangan tambahan untuk negara-negara
berkembang dari berbagai sumber
17.4. Membantu negara-negara dalam mencapai keberlanjutan utang
jangka panjang melalui kebijakan terkoordinasi yang bertujuan
meningkatkan pembiayaan utang, utang dan restrukturisasi utang,
yang sesuai berkembang, dan mengatasi utang luar negara-negara
miskin yang terjerat utang untuk mengurangi tekanan utang
17.5. Mengadopsi dan menerapkan rezim promosi investasi bagi negara-
negara berkembang

b) Teknologi
17.6. Meningkatkan Utara-Selatan, Selatan-Selatan dan kerjasama
regional dan internasional segitiga dan mengakses ilmu pengetahuan,
teknologi dan inovasi dan meningkatkan pengetahuan berbagi atas
dasar persetujuan bersama, termasuk melalui peningkatan koordinasi
antar mekanisme yang ada, khususnya di tingkat PBB, dan melalui
mekanisme fasilitasi teknologi global
17.7. Mempromosikan pengembangan, transfer, diseminasi dan
penyebaran teknologi ramah lingkungan untuk negara-negara
berkembang yang menguntungkan, termasuk persyaratan konsesi
dan preferensi, sebagaimana disepakati
17.8. Sepenuhnya mengoperasionalkan bank teknologi dan ilmu
pengetahuan, teknologi dan inovasi mekanisme pembangunan
kapasitas bagi negara-negara kurang berkembang pada 2017 dan

35
meningkatkan penggunaan teknologi yang memungkinkan,
khususnya informasi dan teknologi komunikasi

c) Pembangunan Kapasitas
17.9. Meningkatkan dukungan internasional untuk melaksanakan efektif
dan ditargetkan pembangunan kapasitas di negara-negara
berkembang untuk mendukung rencana nasional untuk menerapkan
semua tujuan pembangunan yang berkelanjutan, termasuk melalui
Utara-Selatan, Selatan-Selatan dan kerjasama segitiga

d) Perdagangan
17.10. Mempromosikan, aturan berbasis, terbuka, sistem perdagangan
multilateral yang universal non-diskriminatif dan adil di bawah
Organisasi Perdagangan Dunia, termasuk melalui kesimpulan dari
perundingan di bawah nya Doha Development Agenda
17.11. Secara signifikan meningkatkan ekspor negara-negara berkembang,
khususnya dengan maksud untuk menggandakan pangsa negara-
negara berkembang 'dari ekspor global pada tahun 2020
17.12. Menyadari pelaksanaan tepat waktu bebas bea dan akses pasar
kuota bebas secara abadi untuk semua negara-negara berkembang,
yang konsisten dengan keputusan Organisasi Perdagangan Dunia,
termasuk dengan memastikan bahwa aturan preferensial asal
berlaku untuk impor dari negara-negara paling maju yang
transparan dan sederhana, dan berkontribusi untuk memfasilitasi
akses pasar

e) Masalah Sistemik
Kebijakan dan Koherensi Kelembagaan
17.13. Meningkatkan stabilitas makroekonomi global, termasuk melalui
koordinasi kebijakan dan koherensi kebijakan
17.14. Meningkatkan keterpaduan kebijakan untuk pembangunan
berkelanjutan
17.15. Menghormati ruang kebijakan masing-masing negara dan
kepemimpinan untuk membangun dan menerapkan kebijakan untuk
pengentasan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan

36
Kemitraan Multi-Stakeholder
17.16. Meningkatkan kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan,
dilengkapi dengan kemitraan multi-stakeholder yang memobilisasi
dan berbagi pengetahuan, keahlian, teknologi dan sumber daya
keuangan, untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan di semua negara, di negara-negara berkembang
khususnya
17.17. Mendorong dan mempromosikan publik yang efektif, kemitraan
masyarakat publik-swasta dan sipil, membangun pengalaman dan
resourcing strategi kemitraan

Data, Monitoring dan Akuntabilitas


17.18. Pada tahun 2020, meningkatkan dukungan pengembangan
kapasitas untuk negara-negara berkembang, termasuk negara-
negara yang kurang berkembang dan pulau kecil negara
berkembang, meningkat secara signifikan ketersediaan berkualitas
tinggi, tepat waktu dan data yang dapat dipercaya dipilah
berdasarkan pendapatan, jenis kelamin, usia, ras, suku, migrasi
status, kecacatan, lokasi geografis dan karakteristik lain yang
relevan dalam konteks nasional
17.19. Pada tahun 2030, membangun inisiatif yang ada untuk
mengembangkan pengukuran kemajuan pembangunan
berkelanjutan yang melengkapi produk domestik bruto, dan
mendukung statistik peningkatan kapasitas di negara-negara
berkembang

4.6 Perbandingan MDGs dengan SDGs


Sustainable Development Goals (SDGs) didefinisikan sebagai kerangka kerja
untuk 15 tahun ke depan hingga tahun 2030. Berbeda dengan MDGs yang
lebih bersifat birokratis dan teknokratis, penyusunan butir-butir SDGs lebih
inklusif melibatkan banyak pihak termasuk organisasi masyarakat sipil atau
Civil Society Organization (CSO). Penyusunan SDGs sendiri memiliki

37
beberapa tantangan karena masih terdapat beberapa butir-butir target MDGs
yang belum bisa dicapai dan harus diteruskan di dalam SDGs (WHO, 2015).

Seluruh tujuan, target dan indikator dalam dokumen SDGsjuga perlu


mempertimbangkan perubahan situasi global saat ini. Contohnya, isu-isu
seperti ketimpangan, tata kelola efektif dan inklusif serta harmoni masyarakat
menjadi kunci faktor yang harus dipertimbangkan dalam SDGs. Solusi dari
isu-isu ini harus melibatkan pemangku kepentingan dari berbagai sektor lain,
terutama mengingat perlunya keseimbangan pembangunan antara sektor
ekonomi, sosial, dan lingkungan (WHO, 2015).

1. SDGs akan lebih Transformatif untuk Planet


Serupa dengan MDGs, memberantas kemiskinan ekstrem terletak pada
jantung SDGs. Sementara masing-masing dari 17 goal yang diusulkan
memiliki agenda tersendiri, mereka secara kolektif mengatasi banyak
aspek kemiskinan global yang rumit--perbedaan menjadi semakin penting
ketika lanskap politik dan lingkungan terus berubah.

2. Tujuan SDGs akan lebih Komprehensif


Pada intinya, SDGs dan MDGs mempunyai target yang sama, namun
SDGs berusaha untuk menggabungkan platform yang lebih luas dari tahun
2000. Terutama, tujuan tersebut menggunakan konsep keberlanjutan untuk
merangkai agenda komprehensif yang jauh melampaui sektor sosial.17
goal SDGs memasukkan isu kualitas lingkungan (perubahan iklim,
hilangnya keanekaragaman hayati, dan deforestasi) dan ketahanan
ekonomi yang berkelanjutan (meningkatkan akses ke sumber-sumber
energi berkelanjutan, membangun kota yang berkelanjutan dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan).

3. SDGs akan mencari Pendekatan yang lebih Integratif untuk


Pembangunan
Banyak dari tujuan MDGs yang dibuat diisolasi satu sama lain (kesehatan
ibu, kelaparan, kesetaraan gender). The SDGs berusaha untuk membuka

38
komunikasi dan usaha-usaha antar 17 goal tersebut untuk menyajikan
agenda yang bersatu dan terpadu.

4. SDGs akan Beroperasi pada Skala Universal


MDGs difokuskan terutama pada bagaimana negara maju dapat
meningkatkan secara finansial bantuan untuk negara berkembang. Adapun
SDGs, berbicara tentang kemiskinan di semua negara (maju dan
berkembang).Jika pemberantasan kemiskinan benar-benar jantung SDGs,
maka harus ada dorongan yang universal dan komprehensif untuk
menemukan sebuah agenda yang berbicara tentang semua negara dan
semua tingkat pembangunan ekonomi, untuk memastikan bahwa tidak ada
yang tertinggal. Secara umum, SDG memiliki penekanan lebih besar pada
kelestarian lingkungan, ekonomi, dan sosial daripada MDGs.

Tabel 1. Perbedaan MDGs dan SDGs (Hoelman et.al, 2015)


MDGs20002015 SDGs20152030
50 persen 100 persen
Target dan sasarannya adalah separuh: Target dan sasarannya adalah semua,
mengurangi separuh kemiskinan. sepenuhnya dan tuntas
Target yang terlalu minimal. Mengakhiri kemiskinan
Banyak negara telah terlebih dahulu 100 persen penduduk memiliki akta
mencapainya kelahiran
memerlukan fokus, untuk merangkul
mereka yang terpinggir dan terjauh.
Dari negara maju, untuk negara Berlaku universal
berkembang SDGs memandang semua negara
MDGs mengandaikan bahwa negara memiliki pekerjaan rumah. Tiaptiap
miskin dan berkembang yang negara wajib mengatasinya. Tiaptiap
mempunyai pekerjaan rumah. negara harus bekerja sama untuk
Sementara itu negara maju mendukung menemukan sumber pembiayaan dan
dengan penyediaan dana. perubahan kebijakan yang diperlukan.

Dari Atas (top down) Dari Bawah (bottom up) dan


partisipatif
Dokumen MDGs dirumuskan oleh para Dokumen SDGs dirumuskan oleh tim
elite PBB dan OECD, di New York, bersama, dengan pertemuan tatap muka
tanpa melalui proses konsultasi atau dilebih dari 100 negara dan survei
pertemuan dan survei warga. warga.
Solusi parsial atau tambal sulam Solusi yang menyeluruh
8 Tujuan MDGs sebagian besar hanya Berisi 17 tujuan yang berupaya

39
mengatasi gejalagejala kemiskinan merombak
saja. Masalah ekologi dan lingkungan struktur dan sistem
hidup tidak diakui. Ketimpangan tidak Kesetaraan gender
mendapatkan perhatian. Tata pemerintahan
Demikian halnya dengan soal pajak dan Perubahan model konsumsi dan
pembiayaan pembangunan produksi
Perubahan sistem perpajakan
Diakuinya masalah ketimpangan
Diakuinya masalah perkotaan
Merging Hunger and Poverty Distinguishing Hunger and Poverty
Setelah meneliti lebih lanjut terkait
Kelaparan dan kemiskinan dirumuskan
nutrisi, SDGs menempatkan
dalam satu tujuan dengan asumsi bahwa
kemiskinan secara terpisah dengan
jika salah satu dapat diatasi maka yang
ketahanan pangan dan kebutuhan
satu lagi juga akan terselesaikan.
nutrisi.
The Hunger Project Pillar : The Hunger Project Pillar :
Government empowering women, mobilizing
The Hunger Project (THP) dalam everyone, partnering with local
MDGs melupakan peran serta government
pemerintah daerah dan masyarakat serta SDGs menyelenggarakan THP dengan
kurangnya sinergi dengan tujuan strategi memberdayakan kaum wanita,
kesetaraan gender yang akan melibatkan masyarakat, dan
mendorong kaum wanita agar lebih meningkatkan kerja sama pemerintah
produktif secara ekonomi. pusat dan pemerintah daerah.
Aid Flows Funding Own Funding
MDGs diselenggarakan di negara Setiap negara dituntut untuk
miskin dan berkembang dengan menyelenggarakan SDGs dengan
mengandalkan donor dari negara- pendanaan mandiri agar potensi setiap
negara maju negara dapat dikembangkan dan
dioptimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

40
Badan Pusat Statistik dan Bappenas. 2011. Pedoman Definisi Operasional
Indikator MDGs. Jakarta: Bappenas dan BPS
Badan Pusat Statistik. 2015. Kompilasi data indikator statistik lintas sektor kajian
indika Sustainable Development Goals (SDGs). [online] Available at:
http://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/dasar/pdf?kd=3289&th=2014
[Accessed 01 agustus 2017].
BPS. 2016. Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals) di Indonesia. Jakarta: BPS.
Hoelman MB, Parhusip BTP, Eko S, Bahagijo S, Santono H. 2015. Panduan
SDGs Untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku
Kepentingan Daerah. Jakarta: INFID.
Kates R.W, Paris T.M And Leiserowitz A.A. 2005. What Is Sustainable
Development? Goals, Indicators, Values, And Practice In Environment:
Science And Policy For Sustainable Development, Volume 47, Number 3,
Pages 821.
PBB. 2013. Sebuah Kemitraan Global Yang Baru: Hapuskan Kemiskinan Dan
Transformasi Ekonomi Melalui Pembangunan Berkelanjutan. New York:
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
PBB. 2016. Sustainable Development Goals. Tersedia dari:
https://sustainabledevelopment.un.org/sdgs [diakses pada 01 Agustus
2017].
Prapti RH. 2015. Memposisikan SRHR di seluruh bidang pembangunan
berkelanjutan. Jakarta: Rutgerswpfindo.
Santono, H. 2015. Panduan SDGS untuk pemerintah daerah (kota dan kabupaten)
dan pemangku kepentingan daerah. Jakarta: Infid
UNDP. 2015. Sustainable Development Goals (SDGs). [online] Available
at:http://www.undp.org/content/undp/en/home/mdgoverview/post-2015-
development-agenda.html [Accessed 01 Agustus 2017].
Tosepu R. 2016. Did indonesia achieve the mdgs goals by 2015. Public Health of
Indonesia. 2016 March:2(1): 1-9.
United Nations. 2014. Proposed Goals And Targets In Sustainable Development
Solutions Network: An Agenda Proposed For The Sustainable
Development. A Report For The Un Secretary General.

41
WHO. 2015. Health in 2015: from MDGs, Millennium Development Goals to
SDGs able Development Goals. Geneva: World Health Organization.

42

Anda mungkin juga menyukai