Anda di halaman 1dari 5

Kasih Sayang Selembut Kain Sutra

Hari pertama, hari dimana Aya menginjak sekolah barunya,


meninggalkan sekolah lamanya dan sekarang Aya duduk di kelas 8. Aya
melangkah dari rumah menuju ke sekolah sangatlah riang karena Aya ingin
menemui teman-teman barunya. Yah, bisa dibilang Aya itu orangnya
pendiam, dan tidak banyak bicara jika belum terlalu kenal dengan orang-
orang disekitarnya.

Beberapa saat kemudian, bel sekolah pun terdengar. Aya dan teman-
teman barunya masuk ke kelas. Mereka pun saling berkenalan, dan Aya pun
duduk satu bangku dengan Rahma.

Beberapa minggu kemudian, Aya sudah akrab dengan teman-teman


barunya. Dikelas 8A tersebut, Aya membentuk persahabatan beranggotakan
8 orang, yaitu, Aya, Manda, Mita, Rahma, Ditya, Setya, Rico, dan Fahru.
Mereka makin akrab, dan sering bercerita. Seolah-olah tidak ada yang
mereka rahasiakan.

Detik demi detik tlah berlalu. Setya pun memiliki rasa suka terhadap
Aya. Namun apa? Setya pun tidak bercerita kepada sahabat-sahabatnya,
melainkan Setya hanya bercerita kepada Ahmat seorang saja. Saat, Setya
bercerita tentang Aya terhadap Ahmat, Ahmat pun memberi saran bahwa,
berjuanglah pada orang yang kamu sayang. Setya pun memfikirkan,
Bagaimana caranya? Aku kan bukan anak cinta. Mana mungkin aku bisa
mendapatkan gadis secantik dia. Merayu saja tidak jago, apalagi mengambil
hatinya. Ucap Setya dalam hatinya.

Jam pelajaran dimulai. Setya hanya melamun, menatap wajah Aya


yang sedang serius memerhatikan penjelasan guru. Aya menoleh ke kiri,
dan tak sengaja melihat Setya sedang memerhatikan Aya. Setya yang tahu
itu langsung membalik perhatian dengan menghadap ke papan tulis.
Pelajaran berakhir, anak-anak keluar dari kelas masing-masing. Belum
sempat melangkah keluar kelas, Setya pun memanggil Aya. Aya pun
menoleh ke arah suara itu, menanyakan mengapa ia memanggil Aya. Lalu,
Setya menjawab, Em. .anu, duh. Aku bo. .boleh minta nomor telepon kamu
tidak? Kalau tidak boleh juga tidak apa-apa kok. Hehe. Jelas Setya dengan
gugup. Boleh kok, ini. (Sambil memberikan kertas yang bertuliskan nomor
telepon Aya) Sahut Aya. Setya menjawab, Terimakasih Aya. Hati-hati
dijalan pulangnya ya. Aya membalas dengan senyuman manis diwajahnya.
Tiba dirumah, Setya pun menyimpan nomor telepon Aya di handphone
nya. Setya memulai percakapan melalui sosial media, mereka
membicarakan dari hal yang tidak penting sampai yang tidak penting sekali.
Aya merasa risi, dan merasa terganggu belajarnya karena sibuk melayani
ocehan Setya.

Liburan bulan ramadhan, mereka bercakap-cakap lebih akrab lagi.


Akan tetapi, semakin lama Aya malas menanggapi. Tapi, Setya tetap
memberi perhatian lebih terhadap Aya. Aya pun muak dengan sikap Setya
yang terlalu berisik, terlalu rempong, dan terlalu lebay.

Hari demi hari tlah terlewati, saatnya sekolah dimulai lagi. Tiba
disekolah, Aya dan Setya yang saling menatap berpapasan diam dengan
seribu kata. Seakan-akan mereka tidak kenal. Aya menghampiri sahabat-
sahabatnya yang sedang duduk. Aya bertanya, Itu siapa?. Itu Ari kakak
kelas kita. Aku pernah menyukainya, tapi ah, sudahlah Jelas Manda.
Sahut Mita, Memangnya kenapa Ay? Kamu suka ya sama dia? Aya
menjawab, Apaan sih kalian ini? Ngaco deh. (Sambil menutup muka dan
tertawa-tawa)

Saat jam istirahat, Aya tidak sengaja melihat Ari sedang asyik
bercandaan dengan Mita. Namun Mita melihat Aya yang sedang
memerhatikan mereka berdua. Mita meninggalkan Ari, dan mengejar Aya
sambil berteriak, Aya, berhenti! Mita berdiri sejenak. Ada tangan yang
menepak pundaknya, Setya berkata, Berhenti Mita! Biar aku yang
menghampirinya. Ucap Setya. Mita hanya menunduk, berarti iya.

Aya duduk ditaman. Aya menangis. Aya merenung. Lalu, Setya datang
menghampiri Aya, lalu berkata, Usap air matamu Aya!(Sambil memberikan
tisu kepada Aya), Aya pun menoleh dan menatap wajah Setya.
Terimakasih Setya. Silahkan kalau ingin duduk. Ucap Aya. Setya duduk
disamping Aya, lalu ia berkata, Kamu kenapa menangis? Kasihan pipinya
lho Ay. Nanti cantik nya hilang, hehe. Rayu Setya. Aku cemburu, aku
sedang menyukainya salah satu kakak kelas kita. Tapi ia malah dekat
dengan sahabatku sendiri, Mita. Aku juga kecewa dengannya, ia tidak bisa
menjaga perasaan seseorang. Curhat Aya terhadap Setya. Setya pun
menjawab, Aya, ketahuilah, lebih baik dicintai daripada mencintai.
Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita akan membuat kita terpuruk,
jatuh, dan sakit hati. Terutama kamu, kalau kamu menangis, tidak nafsu
makan, nanti kamu sakit. Lalu, yang khawatir siapa? Orang-orang yang
menyayangi mu Aya. Mata Aya terpejam sejenak. Aya pun coba
menenangkan diri. Tak lama, Aya meninggalkan Setya dan kembali ke kelas.

Waktu istirahat tlah usai, semua anak-anak masuk kelas untuk


melanjutkan pembelajaran lagi. Aya duduk disamping Manda, Aya
menceritakan kecemburuan dan kekecewaannya terhadap Mita. Manda coba
menjelaskan, Aya, aku tahu perasaanmu saat ini. Tapi cobalah berfikir lebih
dewasa lagi. Jangan sampai persahabatan kita rusak Cuma gara-gara satu
cowok. Aya pun diam sejenak, menerima masukan dari Manda. Aya pun
paham dan mengerti. Tak lama kemudian, Mita datang menghampiri Aya
untuk meminta maaf atas kejadian tadi. Aya pun menjawab, Iya tidak apa-
apa. Aya hanya senyum sekilas terhadap Mita dan kembali ke bangkunya.

Jam pelajaran usai. Semua anak-anak keluar kelas. Bu Nita, guru


matematika kelas 8, memanggil Aya. Aya menoleh ka arah suara tersebut,
Aya bertanya, Iya Bu Nita, ada yang bisa saya bantu? Bu Nita menjawab,
Ada. Gini Aya, kalau ibu pantau nilai matematika kamu ini kan selalu bagus.
Kamu akan diikutkan olimpiade Matematika. Bersedia Ay? Aya menjawab
dengan sangat gugup, I. .iya Bu Nita, saya mau. Saking gembiranya, Aya
memeluk seorang yang sedang melewati kelasnya, yaitu kak Ari. Yang
ternyata, Mita juga menyukainya. Melihat kejadian itu, kebencian Mita
terhadap Aya makin menjadi-jadi. Aya tidak sadar langsung melepaskan
pelukan hangat itu, lalu berkata, Ma. .maaf kak. Saya bukan bermaksud.
Ari pun membalas dengan senyuman manis diwajahnya, lalu berkata pada
Mita, Mita, ayo pulang! Ari pun menggandeng tangan Mita. Buat apa Mita
minta maaf pada ku, kalau akhirnya saja dia mengulangi kesalahan yang
sama? Ucap Mita dalam hatinya. Perlahan demi perlahan, air mata Aya
jatuh membasahi pipinya ia lagi. Setya yang disampingnya berkata, Aya,
jangan mengharapkan seseorang yang tidak pasti Aya. Tengoklah ke
belakang, masih ada aku. Aya pun meninggalkan Setya. Setya menghela
nafas, Berhenti berjuang? Atau lanjut? Ucap dalam hatinya. Huh
sudahlah. Setya berjalan keluar sekolah untuk pulang kerumah.

Tiba dirumah masing-masing, Setya langsung mengambil handphone


nya untuk menghubungi Aya. Aya mengangkat teleponnya dengan nada
yang tinggi lalu berkata, Halo! Aku sibuk. Tak berfikir panjang, Aya
langsung mematikan teleponnya. Setya sedih. Setya mengambil sisi
positifnya, Ah, mungkin dia sedang sibuk belajar untuk olimpiade
matematika.
Detik jam dinding terus berputar. Matahari terbenam. Waktu semakin
larut malam. Setya mengirim pesan singkat pada Aya, yang isinya adalah,
Selamat malam Aya. Mimpi indah tidurnya ya. Aya tidak membalas pesan
singkat itu karena sudah tertidur nyenyak.

Keesokan harinya, kembali menginjak sekolah lagi. Setya yang berdiri


didepan pintu kelasnya, menunggu kedatangan Aya. Saat Aya tiba disekolah
dan ingin masuk ke kelas. Setya pun menyapa, Selamat pagi Aya. Ucap
Setya dengan ramah. Aya pun membalas, Selamat pagi juga Setya.
Permisi, aku ingin masuk. Balas Aya dengan tersenyum tipis.

Waktu menunjukan pukul 07.00, bel pun berbunyi, pertanda anak-


anak harus masuk ke kelas untuk belajar. Aya melamun dibangkunya,
Semakin lama, perhatian Setya semakin membuat aku nyaman sama dia.
Padahal kan dulu aku sama sekali nggak ada rasa sama dia. Tapi, dengan
begini, akan memudahkanku untuk melupakan kak Ari. Ucap Aya dalam
hatinya. Setya melihat Aya melamun, langsung melempar remasan kertas
ke wajah Aya. Aya marah, Apaan sih. Jail banget. Rese tau! Setya kaget.
Padahal tidak ada niat Setya buat bikin Aya marah. Fahru yang melihat
Setya sedan dimarahi, langsung berkata dengan tertawa-tawa, Hahaha
sabar bro, dapetin cewek nggak segampang yang lo kira. Setya hanya
menjawab iya sambil tertawa-tawa. Mita menghampiri Setya, Hai Setya.
Setya pun menjawab, Iya, ada apa? Sahut Mita lagi, Tidak apa-apa kok.
Hehe. Aya menoleh ke bangku Setya yang sedang bersama Mita. Wajah
Aya tampak murung, lalu berbicara didalam hatinya, Aya, ingat ya, dia
bukan siapa-siapa kamu. Sabar, oke? Huh, Aya menghela nafas. Setya
mengusir Aya dengan ramah, Pergi Mita, tidak enak dilihat teman-teman.
Mita pun pergi dengan menjawab, Iya ganteng. Sambil mengedipkan
matanya. Aya yang mendengar semakin risi, Aya semakin kesal dengan
tingkah laku Mita yang genit itu.

Jam istirahat, Mita menghampiri Aya, Hai Aya, sudah nggak marah
kan sama aku? Hmmm, aku bawakan brownis cokelat kesukaan kamu. Ya
hitung-hitung tanda aku minta maaf sama kamu, hehe. Tanpa basa-basi,
Aya menerima brownis tersebut lalu berkata, Terimakasih.

Kurang lebih sekitar 15 menitan, perut Aya terasa sakit. Manda melihat
wajah Aya tampak pucat langsung melapor pada Bu Nita, Bu Nita, perut
Aya terasa sakit. Wajah Aya pucat bu. Kekhawatiran Manda terungkap. Bu
Nita juga menjawab dengan bingung, Emm, begini saja, bawa Aya kerumah
sakit dengan Pak Joko ya? Manda dan sahabat-sahabatnya mengantarkan
Aya kerumah sakit bersama Pak Joko. Tiba dirumah sakit, dokternya berkata
bahwa Aya harus dirawat inap dirumah sakit. Bu Nita masuk ke kelas 8A,
lalu mengatakan, Anak-anak, salah satu teman kelas kita sakit dan kabar
dari Pak Joko, ia akan opname dirumah sakit. Padahal, olimpiade akan
dilaksanakan besok ini, dan adakah disini yang bersedia menggantikan
Aya? Mita mengacungkan jarinya, lalu berkata, Aku saja bu, kepintaran ku
melebihi kepintaran Aya. Les ku di les termahal, aku juga les privat kok bu.
Mita menyombongkan diri.

22 Februari 2015, ya tepat tanggal itu. Aya sedih tidak bisa mengikuti
olimpiade matematika. Dengan bangga hati, Mita lah yang akhirnya
menggantikan posisinya. Mita tak masuk 50 besar yang akan dikirim ke
jakarta. Bu Nita sedih, karena muridnya tidak bisa mengharumkan nama
sekolahnya.

2 hari kemudian, Aya boleh pulang dari rumah sakit dan melanjutkan
sekolahnya lagi, tepat 24 Februari. Aya menemui Mita, Kamu puas Mit?
Merebut orang yang aku suka, menggodai orang yang sayang tapi bukan
sama kamu, dan melukai aku supaya aku tidak bisa ikut olimpiade
matematika itu. Iya? Kamu puas Mit? Bentak Aya. Mita menjawab,
Maksudmu, Setya? Setya kah yang sayang sama kamu? Hahaha. Mustahil
ay! Sadar dong, maklum deh habis sakit. Setya yang mendengar itu
langsung berkata, Ya, aku memang menyayangi Aya. Mita kaget
mendengar perkataan yang keluar dari mulut Setya, Mita pun melawan,
Setya? Aya itu nggak ada rasa sama kamu. Daripada kamu sakit bertubi-
tubi lebih baik mencintai yang pasti saja, aku contohnya. Setya menjawab,
Diam Mita! Kamu telah melukai orang yang aku sayang. Aya mendengar
itu, langsung menangis. Terharu biru. Lalu, Setya berbicara kepada Aya,
Aya? Aku menyukaimu. Bahkan aku sudah terlanjur sayang. Salahkah aku
Ay? Aya menjawab, Tidak salah. Aku senang, ternyata kamu juga
mempunyai rasa yang sama. Setya menjawab, Mari kita rangkai cerita
cinta kita berdua tanpa harus pacaran Ay. Aya membalas dengan senyuman
disertai air mata bahagianya.

Anda mungkin juga menyukai