Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)/


GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS
(GPPH)
Periode 9 November 12 Desember 2015
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Pembimbing :

dr. Ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K)

Oleh:

Vinta Pujilestari (406138149)

Felix Halim (406151081)

Jordy (406151083)

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang

November 2015

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015


ii
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat mengenai Gangguan
defisit atensi/ hiperaktivitas (attention-deficit/hyperactivity- ADHD) atau Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) guna memenuhi salah satu persyaratan
dalam menempuh Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan referat ini, yaitu :
1. Bapak Sugeng, selaku pimpinan Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjalankan masa
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa.
2. dr. Yenni Dewi Purnamawati, Sp.KJ (K), selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa,
sekaligus pembimbing yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan
kepaniteraan dan mempelajari Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa di
Rumah Sakit Jiwa Dharma Graha.
3. dr. Ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K) selaku dokter pembimbing yang telah memberikan
banyak waktu dan bimbingan kepada penulis selama Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Jiwa.
4. dr. Irmansyah, Sp.KJ (K) selaku dokter yang memberikan bimbingan kepada penulis
selama Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa.
5. dr. Rosmalia Suparso, Sp.KJ (K) selaku dokter yang memberikan bimbingan kepada
penulis selama Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa.
6. dr. Irmansyah, selaku dokter yang memberikan bimbingan kepada penulis selama
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa.
7. Perawat dan petugas Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang.
8. Seluruh staff medis dan nonmedis Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Tangerang.
9. Rekan - rekan anggota Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara.
Penulis menyadari penulisan laporan referat mengenai Gangguan defisit atensi/
hiperaktivitas (attention-deficit/hyperactivity- ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015


i
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


dan Hiperaktivitas (GPPH) ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan penulis agar laporan referat ini dapat menjadi lebih baik.
Penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila banyak terdapat kesalahan
maupun kekurangan dalam laporan referat ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan
kunjungan kasus kedokteran keluarga ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri
dan kepada Pembaca pada umumnya.

Tangerang, November2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iii

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015


ii
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 3

2.1. Definisi ...................................................................................................................... 3

2.2. Epidemiologi ............................................................................................................. 3

2.3. Etiologi ...................................................................................................................... 4

2.4. Diagnosis ................................................................................................................... 7

2.4.1. Gambaran Klinis ............................................................................................. 8

2.4.2. Pedoman Diagnosis ADHD berdasarkan PPDGJ III ......................................10

2.4.3. Pedoman Diagnosis ADHD berdasarkan DSM-IV dan ICD-10...................... 12

2.4.4. Kriteria DSM-V untuk ADHD ........................................................................ 16

2.4.5. Faktor Resiko .................................................................................................. 19

2.4.6. Evaluasi ........................................................................................................... 22

2.4.7. Patologi dan Pemeriksaan Laboratorium ........................................................ 22

2.5. Diagnosis Banding ..................................................................................................... 22

2.6. Perjalanan Gangguan dan Prognosis .......................................................................... 24

2.7. Terapi ......................................................................................................................... 24

BAB III KESIMPULAN ............................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 30

DAFTAR SINGKATAN

ADHD : Attentiom Deficit Hyperactivity Disorder


GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015


iii
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


DSM : Diagnostic and Statistical Manual
PPDGJ : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
DAT : Dopamin Transporter Gene
DRD4 : Dopamine 4 Receptor Seven-Repeae Allele Gene ( DRD4)
EEG : Elektroensefalogram
PET : Positron Emission Tomography

DAFTAR GAMBAR

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015


iv
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Gambar 2.1. Conners Rating Scale Parent ................................................................ 20
Gambar 2.2. Conners Rating Scale Teacher .............................................................. 21

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria DSM-IV-TR untuk ADHD ......................................................................... 13

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015


v
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang

Tabel 2.2. Kriteria ICD-10 untuk Gangguan Hiperkinetik ........................................................ 15

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015


vi
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


BAB I
PENDAHULUAN

Gangguan defisit atensi/ hiperaktivitas (attention-deficit/hyperactivity-


ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah
salah satu masalah psikiatri utama yang sering ditemukan pada anak. Gangguan ni
dapat dijumpai pada kehidupan sehari - hari,terutama pada anak usia prasekolah,
remaja, bahkan dewasa dapat mengalami gangguan ini. Mereka bahkan
mengganggap gangguan ini sebagai atensi yang kurang baik yang dapat diterima oleh
lingkungannya.4
Anak dengan GPPH menunjukkan beberapa gejala utama, seperti aktivitas
yang berlebihan, tidak bisa diam, senantiasa bergerak, tidak dapat memusatkan
perhatian, dan impulsif. Gangguan ini merupakan gangguan biologis pada otak yang
berlangsung secara kronis sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif.
Manifestasi yang sering timbul akibat teranggunya fungsi kognitif ini diantaranya
adalah menurunnya derajat intelegensi anak, menurunnya prestasi belajar,
pengamatan waktu yang kurang baik, menurunnya daya ingat, baik verbal dan non-
verbal, kurang mampu membuat perencanaan, kurang peka terhadpa kesalahan, dan
kurang mampu mengarahkan perilaku yang bertujuan. Kelemahan dalam bidang
akademik yang sering timbul adalah kesulitan membaca, mengeja, berhitung serta
menulis. Gangguan ini juga dapat menimbulkan masalah dalam perkembangan
kemampuan berbahasa.4
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV5,
awitan terjadinya GPPH ini dibawah usia 7 tahun. Gejala mulai sejak dini dengan
usia awitan rata - rata 3 - 4 tahun.4 Gangguan ini dijumpai 2 -4 kali lebih besar pada
anak laki - laki dibandingkan dengan anak perempuan. 1 Di Indonesia, cara untuk
mendiagnosis gangguan ini didasarkan pada kriteria diagnosis menurut Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III atau Diagnostic and

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

1
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Statistical Manual of Mental Disorders Edisi 4. Sesuai denga kriteria DSM
IV, prevalensi penderita gangguan ini pada anak usia sekolah sebesar 15,8% diantara
3006 anak berusia 3-18 tahun.4 Pineda (2001) melaporan prevalensi gangguan ini
terhadap 540 anak berusia 4-17 tahun di Columbia sebesar 18,2% untuk anak usia
prasekolah, 22,5% untuk anak usia 6-11 tahun dan 7,3% untuk anak usia 12-17
tahun. Meskipun banya penelitian melaporkan angka prevalensi yang berbeda - beda
tetapi secara kasar prevalensi untuk gangguan ini adalah sekitar 2-5%.6

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

2
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Gangguan defisit atensi/ hiperaktivitas (attention-deficit/hyperactivity-
ADHD) adalah kondisi neuropsikiatri yang mempengaruhi anak sebelum sekolah,
anak sekolah, remaja dan dewasa diseluruh dunia terdiri atas pola tidak menunjukkan
atensi yang persisten dan atau perilaku yang impulsif serta hiperaktif, yang bersifat
lebih berat daripada yang diharapkan pada anak usia dan tingkat perkembangan yang
serupa.1,15 Untuk memenuhi kriteria diagnosis ADHD, beberapa gejala harus ada
sebelum usia 7 tahun, meskipun banyak anak tidak terdiagnosis hingga usia mereka
lebih dari 7 tahun, saat perilaku mereka menimbulkan masalah di sekolah dan
ditempat lain. Hendaya akibat tidak adanya atensi dan/atau hiperaktivitas-mpulsivitas
harus ada pada sedikitnya dua keadaan dan mengganggu fungsi secara sosial,
akademik dan aktivitas ekstrakurikular yang sesuai perkembangan. Gangguan ini
tidak boleh ada di dalam perjalanan gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia,
atau gangguan psikotik lain, serta tidak boleh disebabkan oleh gangguan jiwa lain.1

2.2. Epidemiologi
Laporan - laporan mengenai insiden ADHD di Amerika Serikat bervariasi
dari 2 hingga 20 persen pada anak - anak sekolah dasar. Angka konservatif adalah
kira - kira 3 hingga 7 persen pada anak - anak sekolah dasar prapubertas. Orangtua
dari anak - anak dengan ADHD menunjukkan meningkatknya insiden hiperkinesis,
sosiopati, gangguan penggunaan alkohol, serta gangguan konversi. Gejala ADHD
sering muncul pada usia 3 tahun, tetapi diagnosis umunya tidak dibuat hingga anak
masuk ke dalam lingkungan sekolah terstruktur, seperti prasekolah atau taman kanak
- kanak, ketika informasi guru tersedia yang membandingkan perhatian dan
impulsivitas anak yang dicurigai dengan teman sebayanya.1

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

3
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Prevalensi ADHD pada anak sekolah adalah berkisar 5 sampai 6 persen,
dengan 60-85% didagnosis usia anak-anak tetap menimbulkan kriteria untuk ADHD
pada remaja, dan 60% gejalanya tetap berlanjut pada saat dewasa. Orang dengan
ADHD mempunyai kekurangan yang signifikan dan fungsi akademik baik dalam
sosial dan situasi interpersonal. ADHD sering berhubungan dengan gangguan belajar,
gangguan cemas, gangguan modd, gangguan perilaku disruptif.15

2.3. Etiologi
Penyebab ADHD tidak diketahui. Faktor dugaan yang turut berperan untuk
ADHD mencangkup pajanan toksik pranatal, prematuritas, dan cedera mekanis
pranatal pada sistem saraf janin.1 zat aditif, pewarna, pengawet dan gula telah
diajukan mungkin menyebabkan perilaku hiperaktif namun belum ada
pembuktiannya.15 Dan ada beberapa pendapat mengatakan etiologi ADHD sebagian
besar berasal dari genetik, berkisar 75%. Sebagian besar anak dengan ADHD
terdapat adanya kerusakan struktural terutama pada sistem saraf pusat.15
Faktor Genetik. Bukti adanya dasar genetik untuk ADHD mencangkup
concordance lebih tinggi pada kembar monozigot dibandingkan dizigot. Saudara
kandung anak hiperaktif juga memiliki risiko kira-kira dua sampai delapan kali untuk
memiliki gangguan dibandingkan populasi umum.1,15 Saudara kandung tersebut dapat
mempunyai gejala hiperaktif yang menonjol sedangkan saudara kandung yang lain
dapat mempunyai gejala defisit atensi yang menonjol. Pola biologis anak-anak
dengan gangguan ini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk ADHD dibandingkan
orangtua adoptif.1 Tujuh puluh persen dari anak ADHD masuk dalam kategori
komorbid psikiatrik, termasuk gangguan belajar, gangguan cemas, gangguan mood,
dan gangguan penyalahgunaan zat.15 Cook dan teman-temannya menemukan
hubungan antara Dopamin Transporter Gene (DAT1) dengan ADHD. Penelitian
berdasarkan keluarga dan populasi yang berhubungan dengan Dopamine 4 Receptor
Seven-Repeae Allele Gene ( DRD4) dengan ADHD.15
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

4
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Kerusakan Otak. Diperkirakan bahwa beberapa anak yang menderita
ADHD mengalami kerusakan ringan pada sistem saraf pusat dan perembangan otak
selama periode janin dan perinatal. Kerusakan otak yang dihipotesiskan mungkin
dapat disebabkan karena gangguan sirkulasi, toksik, metabolik, mekanis atau fisik
pada otak selama masa bayi awal yang disebabkan oleh infeksi, peradangan dan
trauma. Tanda - tanda neurologis nonokal (halus) ditemukan dengan angka yang
lebih tinggi pada anak dengan ADHD dibandingkan dengan populasi umum.1
Faktor Neurokimia. Dopamin adalaha fokus dari penelitian, dan korteks
prefrontal telah dicurigai karena perannya dalam perhatian, dan regulasi kontrol
impuls. Penelitian pada binatang menunjukan bahwa bagian otak lain seperti lokus
ceruleus yang terdiri dari neuron noradrenergik sebagian besar juga memliki peran
dalam perhatian. Sistem noradrenergik terdiri sistem sentral (lokus ceruleus) dan
sistem simpatis perifer. Disfungsi pada efinefrin perifer, yang menybebakna hormon
meningkat, dapat menyebabkan lokus ceruleus bekerja pada tingkat rendah.15
Obat yang paling luas dipelajari dalam terapi ADHD, yaitu stimulan,
mempengaruhi dopamin dan norepinefrin, sehingga menimbulkan hipotesis
neurotransmiter yang mencangkup kemungkinan disfungsi pada kedua sistem
adrenergik dan dopaminergik. Secara keseluruhan, tidak ada bukti jelas yang
menaitkan satu neurotransmiter didalam timbulnya ADHD, tetapi banyak
neurotransmiter dapat terlibat didalam prosesnya.1
Faktor Neurofisiologis. Hubungan fisiologis adalah berbagai pola
elektroensefalogram (EEG) abnormal nonspesifik yang tidak beraturan dibandingkan
dengan kontrol normal.1 Pada orang muda dengan ADHD menunjukan meningkatnya
aktivitas beta pada EEG.15
Sejumlah studi yang menggunakan positron emission tomography (PET)
menemukan berkurangnya aliran darah otak serta laju metabolik di area lobus
frontalis anak - anak dengan ADHD dibandingkan dengan kontrol. Pemindaian PET
juga menunjukkan bahwa remaja peremouan dengan gangguan ini memliki

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

5
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


metabolisme flukosa yang berkurang secara global dibandingkan dengan kontrol
normal perempuan dan laki - laki serta pada laki - laki dengan gangguan ini. Satu
teori menjelaskan temuan ini dengan mengganggap bahwa lobus frontalis anak -
anak dengan ADHD melakukan mekanisme inhibisinya dengan tidak adekuat pada
struktur yang lebih rendah, suatu efek yang menghasilkan disinhibisi.1
Aspek neuroanatomical. Peneliti telah merumuskan hipotesis bahwa
jaringan dalam otak yang mempengaruhi komponen yang perhatian yang meliputi
fokus, perhatian yang berkesinambungan dan perpindahan perhatian. Adanya korelasi
antara antara korteks superior dan temporal dengan fokus perhatian; parietal eksterna
dan korpus striatal dengan fungsi eksekutif motorik; hippocampus sebagai memori;
korteks prefrontal dengan berpindah dari 1 stimulus ke stimulus lain. Pada penelitian
pada anak dengan ADHD menunjukan penurunan volum dan aktivitas pada dareah
prefrontal, globus pallidus, caudate, thalamus, dan cerebellum, dan cingulated
anterior.15
Faktor perkembangan. Banyaknya kasus ADHD terdapat pada anak yang
lahir prematur dan infeksi pada sang ibu ketika kehamilan, kerusakan otak pada saat
kehamilan ketika awal janin yang disebabkan oleh infeksi, inflamasi, dan trauma
menjadi faktor yang dapat menimbulkan gejala-gejala ADHD.15
Faktor Psikososial. Peristiwa psikis yang memberikan stress, gangguan
pada keseimbangan keluarga, serta faktor pencetus ansietas lain turut berperan di
dalam mulainya atau berlanjutnya ADHD. Faktor predisposisi dapat mencangkup
temperamen anak, faktor familial-genetik, dan tuntutan masyarakat untuk patuh
dengan cara berperilaku atau berepenampilan dengan cara yang rutin. 1 Kekerasan
yang sangat dan berlangsung lama, perawatan yang salah, dan penelantaran
berhubungan dengan beberapa gejala perilaku yang tumpang tindih dengan ADHD
termasuk perhatian dan kontrol impuls yang rendah.15

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

6
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


2.4. Diagnosis

Tanda utama hiperaktivitas dan impulsivtas didasari pada riwayat pola


perkembangan pranatal yang rinci bersama dengan pengamatan langsung pada anak,
terutama pada situasi yang memerlukan perhatian. Diagnosis ADHD memerulkan
gejala hiperaktivitas/impulsivitas yang persisten dan mengganggu atau keadaan tanpa
atensi yang menimbulkan hendaya pada sedikitnya dua keadaan yang berbeda.1
Ciri ADHD yang lain adalah rentang atensi yang singkat serta mudah teralih
perhatiannya. Mereka bertindak dengan impulsif, emnunjukkan labilitas emosional
dan eksplosif serta iritabel.1
Anak - anak yang mengalami hiperaktivitas sebagai ciri dominan lebih
sering cenderung dirujuk untuk terapi dibandingkan anak - anak dengan gejala utama
defisit-atensi. Anak dengan tipe hiperaktif-impulsif yang dominan lebih cenderung
memiliki diagnosis yang stabil sepanjang waktu dan lebih cenderung memiliki
gangguan tingkah laku bersamaan dibandingkan anak dengan tipe inatensi yang
dominan tanpa hiperaktivitas. Gangguan - gangguan yang meliputi membaca,
aritematik, bahasa, dan koordinasi dapat terjadi bersama ADHD. Riwayat seorang
anak bisa memberi petunjuk mengenai faktor pranatal (termasuk genetik), natal, dan
pascanatal yang dpaat mempengaruhi struktur dan fungsi SSP. Laju perkembangan,
penyimpangan di dalam perkembangan dan reaksi orangtua terhadap transisi perilaku
yang signifikan atau membuat stress harus diperoleh, karena dapat membantu klinisi
menentukan sampai tingkat mana orangtua menyebabkan dan reaksinya terhadap
ketidakefesienan dan disfungsi anaknya.1
Riwayat sekolah dan laporan guru penting di dalam evaluasi apakah
kesulitan anak di dalam belajar serta perilaku di sekolah terutama disebabkan oleh
masalah maturasi atau sikap anak atau karena citra diri yang bruurk karena merasa
tidak adekuat.1
Klinisi harus mendapatkan EEG untuk mengenali anak dengan discharge
sinkron bilateral yang sering yang menimbulkan serangan absence yang singkat.
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

7
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Anak seperti ini dapat bereaksi di sekolah dengan hiperaktivitas tanpa benar - benar
frustasi.1

2.4.1. Gambaran Klinis


Ciri khas anak dengan gangguan ini yang paling sering disebutkan,
dalam urutan frekuensi, hiperaktivitas, hendaya motorik perseptual, labilitas
emosi, defisit koordinasi umum, defisit atensi (rentang atensi singkat, mudah
teralih perhatiannya, preservasi, gagal menyelesaikan tugas, inatensi,
konsentrasi buruk), impulsivitas (bertindak sebelum berpikri, pergeseran tiba -
tiba dalam aktivitas, kurang teratur, melompat di kelas), defisit daya ingat dan
berpikir, ketidakmampun belajar spesifik, defisit pendengaran dan bicara,
serta tanda neurologis ekuivokal dan ketidakteraturan EEG.1
Kesulitan di sekolah baik dalam belajar atau perilaku adalah masalah
lazim yang sering timbul dengan ADHD; kesulitan ini kadang - kadang datang
akibat gangguan komunikasi atau gangguan belajar yang ada atau akibat
mudah teralih perhatian atau atensi yang berfluktuasi, yang menghambat
perolehan, retensi dan penunjukan pengetahuan. Kesulitan ini terutama
diamati secara khusus pada tes kelompok.1

Gejala inti ADHD yaitu :


1. Inatensi (gangguan pemusatan perhatian)
Inatensi adalah bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini
tampak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka
sangat mudah teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat
inderanya atau oleh perasaan yang timbul pada saat itu. Dengan demikian
mereka hanya mampu mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam
jangka waktu yang pendek, sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan
informasi dari lingkungannya.7
2. Hiperaktif (gangguan dengan aktivitas yang berlebihan)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

8
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Hiperaktivitas adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan
yang dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka
banyak bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan
individu yang aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak
bertujuan. Mereka tidak mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam
aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting
dan tidak penting. Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga
kesulitan untuk memusatkan perhatian. 7
3. Impulsivitas (gangguan pengendalian diri)
Impulsifitas adalah suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang
tidak disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya
sehingga sangat cepat bereaksi. Mereka sulit untuk memberi prioritas
kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu
perilaku yang akan ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang
bersangkutan maupun lingkungannya.7
Untuk menemukan kriteria diagnosisnya, penting untuk mengetahui gejala
di bawah ini : 7,8,9
1. Onsetnya sebelum usia 7 tahun (ADHD) atau 6 tahun (HKD)
2. Sudah jelas nampak minimal selama 6 bulan
3. Harus pervasif (ada pada lebih dari 1 setting, misal : rumah, sekolah, lingkungan
sosial)
4. Menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan
5. Tidak ada penyebab gangguan mental lainnya (misal : gangguan perkembangan
pervasif, skizofrenia, gangguan psikotik lainnya, depresi atau anxietas)
6. Morbiditas penyerta meliputi kegagalan akademis, perilaku antisosial,
delinquency/ kenakalan, dan peningkatan resiko kecelakaan lalulintas pada remaja.
Sebagai tambahan, dapat pula timbul pengaruh yang dramatis di kehidupan keluarga

2.4.2. Pedoman Diagnosis ADHD Berdasarkan PPDGJ III

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

9
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Berikut adalah kriteria diagnosis ADHD menurut PPDGJ-III.
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan hiperkinetik dimasukkan dalam satu
kelompok besar yang disebut sebagai gangguan perilaku dan emosional
dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja. Gangguan ini
terdiri atas beberapa jenis, yaitu: 10

o Gangguan aktivitas dan perhatian


o Gangguan tingkah laku hiperkinetik
o Gangguan hiperkinetik lainnya
o Gangguan hiperkinetik YTT

Pedoman diagnosis gangguan hiperkinetik berdasarkan PPDGJ III10

Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan.


Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata
ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik).10
Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas
dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak-anak ini
seringkali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan
minatnya terhadap tugas yang satu, karena perhatiannya tertarik kepada
kegiatan lainnya (sekalipun kajian laboratorium pada umumnya tidak
menunjukkan adanya derajat gangguan sensorik atau perseptual yang tidak
biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan perhatian ini seharusnya hanya
didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ yang
sama.10
Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan,
khususnya dalam situasi yang menuntut keadaan relatif tenang. Hal ini,
tergantung dari situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau melompat-
lompat sekeliling ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi dalam
situasi yang menghendaki anak tetap duduk, terlalu banyak bicara dan
ribut, atau kegugupan/kegelisahan dan berputar-putar (berbelit-belit).

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

10
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Tolok ukur untuk penilaiannya adalah bahwa suatu aktivitas disebut
berlebihan dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan
dibandingkan dengan anak-anak lain yang sama umur dan IQ nya. Ciri khas
perilaku ini paling nyata di dalam situasi yang terstruktur dan diatur yang
menuntut suatu tingkat sikap pengendalian diri yang tinggi.10
Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu
diagnosis,namun demikian dapat mendukung penegakkan diagnosis.
Kecerobohan dalam hubungan-hubungan sosial, kesembronoan dalam
situasi yang berbahaya dan sikap yang secara impulsif melanggar tata
tertib sosial (yang diperlihatkan dengan mencampuri urusan atau
mengganggu kegiatan orang lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang belum lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar
menunggu gilirannya), kesemuanya ini merupakan ciri khas dari anak-
anak dengan gangguan ini.10
Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan haruslah
dicatat secara terpisah bila ada; namun demikian tidak boleh dijadikan
bagian dari diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik yang
sesungguhnya.10

2.4.3. Pedoman Diagnosis ADHD Berdasarkan DSM-IV dan ICD-10


Kriteria diagnosis ADHD and HKD telah diubah dengan masing-masing
revisinya di DSM-IV-TR dan ICD10. Mungkin akan ada revisi kriteria selanjutnya
untuk menunjukkan permasalahan yang menonjol seperti subtipe gangguan, usia
onset dan aplikabilitas kriteria melewati batas kehidupan. Kriteria DSM IV dan ICD-
10 saat ini sama, dengan perbedaan secara primer pada derajat beratnya gejala dan
pervasiveness.7,8,9
1. DSM membagi kriteria menjadi 2 : inatentif dan hiperaktif impulsif. Enam dari 9
gejala di tiap seksi harus terdapat tipe kombinasi dari diagnosis ADHD. Jika
gejala tidak mencukupi untuk diagnosis kombinasi, maka tersedia diagnosis
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

11
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


untuk predominan (ADHDI) dan hiperaktif (ADHD-H). Gejalanya juga harus :
kronis (selama 6 bulan), maladaptif, gangguan secara fungsional pada 2 atau
lebih konteks, inkonsisten dengan tingkat perkembangan dan berbeda dengan
gangguan mental lainnya. Jadi DSM disini mengidentifikasi 3 subtipe ADHD:
tipe predominan inatentif (gejala khas inatensi namun tidak
hiperaktivitas/impulsivitas); tipe predominan hiperaktif impulsif (gejala khas
hiperaktivitas/impulsivitas) namun tidak inatensi); dan tipe kombinasi (yang
tanda gejalanya inatensi dan hiperaktivitas/impulsivitas).7,8
2. ICD menggunakan nomenklatur yang berbeda; Gejala-gejala yang sama
dideskripsikan sebagai bagian dari kelompok gangguan hiperkinetik masa
kanak, dan harus ada inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas; jadi hanya
mengkualifikasikan ADHD tipe kombinasi.7,8

Kriteria diagnosis ICD bersifat lebih terbatas : gejalanya harus ditemukan


semua pada lebih dari 1 konteks. Lebih jauh lagi, ada kriteria eksklusi yang
sangat terbatas : sedangkan gangguan psikiatrik penyerta yang ada
diperbolehkan berdasarkan DSM-IV-TR, diagnosis gangguan hiperkinetik tidak
dibuat jika kriteria untuk gangguan tertentu lainnya, meliputi keadaaan anietas
ditemukan-kecuali jika gangguan hiperkinetik ini merupakan tambahan dari
gangguan lainnya.7,8,9
Maka dari itu gangguan hiperkinetik (ICD-10) menggambarkan suatu
kelompok yang membentuk subkelompok berat dari subtipe ADHD kombinasi
milik DSM-IV-TR. Gangguan hiperkinetik lebih jauh lagi dibagi menjadi gangguan
hiperkinetik dengan atau tanpa gangguan konduksi (gangguan tingkah laku).7,8,9

Tabel 2.1. Kriteria DSM-IV-TR untuk ADHD7,


A. Salah satu (1) atau (2)
1. Gangguan pemusatan perhatian (inatensi) : enam (atau lebih) gejala
inatensi berikut telah menetap seama sekurang-kurangnya 6 bulan
bahkan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan
tingkat perkembangan.
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

12
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


tidak teliti dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas
lainnya.
b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian
terhadap tugas atau aktivitas bermain.
c. Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara langsung
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelessaikan tugas
sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena
perilaku menentang atau tidak dapat mengikuti instruksi)
e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam
tugas yang memiliki usaha mental yang lama ( seperti tugas disekolah
dan pekerjaan rumah)
g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas
atau aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun
peralatan)
h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuladir dari luar.
i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
2. Hiperaktivitas impulsivitas : enam (atau lebih) gejala hiperkativitas-
implusivitas berikut ini telah menetap selama sekurang-kurangnya enam
bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan.
Hiperaktivitas
a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat di
tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau di dalam situasi yang
diharapkan anak tetap duduk
c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang
tidak tepat (pada remaja mungkin terbatas pada perasaan subyektif
kegelisahan)
d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu
luang secara tenang
e. Sering siap-siap pergi atau seakan-akan didorong oleh sebuah gerakan
f. Sering berbicara berlebihan Impusivitas
g. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum
pertanyaan selesai
h. Sering sulit menunggu gilirannya
i. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya : memotong masuk
ke percakapan atau permainan)
B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan
telah ada sebelum usia 7 tahun
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam 2 (dua) atau lebih situasi
(misalnya disekolah atau pekerjaan di rumah)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

13
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis
dalam fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan
E. Gejala tidak semata-mata selama gangguan perkembangan pervasif,
skizopfrenia atau gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan
mantal lain (gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau
gangguan kepribadian)
Adapted from Diagnostic and Statistical Manual of Psychiatric Disorders DSM-
IV-TR (2000) with permission from the American Psychiatric Association.

Tabel 2.2. Kriteria ICD-10 untuk Gangguan Hiperkinetik7


1. Kekurangan perhatian - Setidaknya enam gejala perhatian telah berlangsung
selama minimal 6 bulan, untuk tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten
dengan tingkat perkembangan anak:
a. Sering gagal untuk memberikan perhatian dekat dengan rincian, atau
membuat kesalahan ceroboh dalam pekerjaan sekolah
b. pekerjaan atau kegiatan lain
c. Sering gagal mempertahankan perhatian dalam tugas-tugas atau
kegiatan bermain
d. Sering tampak tidak mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya
e. Sering gagal menindaklanjuti instruksi atau untuk menyelesaikan
tugas sekolah, tugas atau tugas di tempat kerja (bukan karena
perilaku oposisi atau kegagalan untuk memahami instruksi)
f. Apakah sering terganggu dalam mengatur tugas dan kegiatan
g. Sering menghindari atau sangat tidak menyukai tugas-tugas, seperti
pekerjaan rumah, yang memerlukan berkelanjutan mental usaha
h. Sering kehilangan hal yang diperlukan untuk tugas-tugas tertentu dan
kegiatan, seperti sekolah, tugas, pensil, buku, mainan atau alat
i. Apakah sering mudah terganggu oleh rangsangan eksternal
j. Apakah sering pelupa dalam rangka kegiatan sehari-hari
2. Hiperaktif - Setidaknya tiga gejala hiperaktif telah berlangsung selama
minimal 6 bulan, untuk tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan
tingkat perkembangan anak:
a. Sering gelisah dengan tangan atau kaki atau menggeliat di tempat
duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain di
mana sisa duduk adalah diharapkan
c. Sering berjalan sekitar atau memanjat berlebihan dalam situasi di
mana tidak patut (dalam remaja atau orang dewasa, hanya perasaan
gelisah dapat hadir
d. Apakah sering terlalu berisik dalam bermain atau memiliki kesulitan
dalam melakukan tenang di waktu luang kegiatan
e. Sering menunjukkan pola gigih dari aktivitas motorik yang berlebihan

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

14
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


yang tidak substansial diubah oleh konteks sosial atau tuntutan
3. Impulsif - Setidaknya salah satu gejala berikut impulsif telah berlangsung
selama minimal 6 bulan, untuk tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten
dengan tingkat perkembangan anak:
a. Sering blurts keluar jawaban sebelum pertanyaan yang telah
diselesaikan
b. Sering gagal menunggu di garis atau menunggu putaran dalam
permainan atau situasi kelompok
c. Sering menyela atau intrudes pada orang lain (misalnya, puntung ke
percakapan orang lain atau permainan)
d. Sering berbicara berlebihan tanpa respon yang tepat untuk kendala
sosial
4. Timbulnya gangguan tersebut tidak lebih dari usia 7 tahun.
5. Pervasiveness - Kriteria harus dipenuhi lebih dari situasi tunggal, misalnya,
kombinasi dari kurangnya perhatian dan hiperaktif harus hadir baik di
rumah maupun di sekolah, atau di sekolah baik dan pengaturan lain mana
anak-anak yang diamati, seperti klinik. (Bukti untuk crosssituationality
biasanya akan membutuhkan informasi dari lebih dari satu sumber, laporan
orang tua tentang perilaku kelas, misalnya, tidak akan cukup.)
6. Gejala dalam 1 dan 3 menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan
fungsi sosial, akademis atau pekerjaan.
Adapted from ICD10: Classification of Mental and Behavioural Disorders (1992) with
permission from the World Health OrganizationSimak
2.4.4. Kriteria DSM-5 untuk ADHD
Pola inatensi dan/atau hiperaktivitas/impulsivitas pada ADHD dan
menggangu fungsi dan perkembangan yang menetap :

1. Inatensi : 6 atau lebih gejala inatensi pada anak-anak di bawah usia 16


tahun, atau 5 atau lebih gejala inatensi pada remaja usia 17 tahun ke
atas; gejala menetap minimal 6 bulan dan tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan :

Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail


atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan
kegiatan kegiatan lainnya
Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap
tugas-tugas atau kegiatan bermain

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

15
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung
Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagal dalam
menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan,atau tugas di tempat kerja
(bukan disebabkan karena perilaku melawan atau kegagalan untuk
mengerti instruksi)
Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan
Sering kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan
kegiatan, misalnya kehilangan mainan;kehilangan tugas
sekolah;kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lain
Sering menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan
tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti
menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah
Sering bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar
Sering cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.

2. Hiperaktivitas dan impulsivitas : 6 atau lebih gejala hiperaktivitas dan


impulsivitas pada anak-anak dibawah usia 16 tahun, atau 5 atau lebih
gejala pada remaja berusia 17 tahun ke atas; gejala menetap minimal
6 bulan dan menyebabkan gangguan dan tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan :

o Sering menggerakan tangan dan kaki, atau mengubah posisi duduk

o Sering meninggalkan tempat duduk meski dalam situasi yang


diperlukan untuk tetap duduk

o Sering berlari atau memanjat dalam disituasi yang tidak sesuai (anak
remaja atau orang dewasa mungkin merasa gelisah pada situasi yang
sama)

o Tidak dapat menikmati aktivitas yang tenang

o Sering terus bergerak, dan bertindak seperti didorong oleh mesin


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

16
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


o Sering banyak berbicara

o Sering menjawab pertanyaan meski pertanyaan belum diselesaikan

o Tidak dapat menunggu giliran

o Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain

Sebagai tambahan, kriteria berikut harus dipenuhi :

Gejala inatensi atau hiperaktif-impulsif muncul sebelum usia 12 tahun


Beberapa gejala muncul dalam 2 atau lebih tempat (contohnya : di rumah,
sekolah, bekerja, dengan teman atau saudara; pada aktivitas lainnya)

Ada bukti jelas bahwa gejala mengganggu kualitas fungsi sosial, edukasi
dan pekerjaan

Gejala tidak diakibatkan schizophrenia atau gangguan psikotik lainnya.


Gejala tidak disebabkan gangguan mental lainnya (seperti : gangguan mood,
gangguan cemas, gangguan dissosiatif, gangguan kepribadian)

Berdasarkan tipe gejala, ADHD dapat dikategorikan menjadi 3


kelompok :

Combined (campuran): jika kriteria inatensi dan hiperaktivitas-impulsivitas


terpenuhi selama 6 bulan terakhir.

Predominantly Inattentive Presentation: jika gejala inatensi terpenuhi, tetapi


gejala hiperaktivitas-impulsivitas tidak terpenuhi, selama 6 bulan terakhir

Predominantly Hyperactive-Impulsive Presentation: jika gejala hiperaktivitas-


impulsivitas terpenuhi namun gejala inatensi tidak terpenuhi selama 6 bulan
terakhir.
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

17
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


2.4.5. Faktor Resiko
Faktor resiko ADHD adalah paparan maternal terhadap toksin, merokok,
minum alkohol atau menggunakan narkoba selama kehamilan, riwayat keluarga
ADHD atau gangguan perilaku dan mood lainnya, serta berat badan lahir rendah. 2,3

2.4.6. Evaluasi
Yang termasuk evaluasi ADHD adalah:3
Kuesioner untuk orang tua dan guru (contohnya Connors, Burks).
Evaluasi psikologis anak dan keularga, termasuk tes IQ dan tes psikologis.
Pemeriksaan perkembangan, mental, nutrisi, fisik, dan psikososial

CONNERS RATING SCALE PARENT

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

18
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang

Gambar 2.1 CONNERS RATING SCALE PARENT


CONNERS RATING SCALE TEACHER

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

19
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

20
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Gambar 2.2 CONNERS RATING SCALE TEACHER

2.4.7. Patologi dan Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada ukuran laboratorium spesifik yang patognomonik untuk


ADHD. Beberapa ukura laboratorium sering memberikan hasil abnormal yang
tidak spesifik pada anak - anak hiperaktif, seperti hasil yang imatur dan tidak
teratur pada EEG dan PET dapat menunujukkan aliran darah otak yang
menurun di regio frontalis. Tes kognitif yang membantu mengkonfirmasi
inatensi anak dan impulsivitas mencangkup tugas kinerja yang terus -
menerus, di sini anak diminta untuk menekan tombol setiap rangkaian huruf
atau angka tertentu yang berkedip dilayar.1

2.5. Diagnosis Banding

Kelompok temperamental yang terdiri atas tingkat aktivitas yang tinggi


serta rentang perhatan yang singkat, tetapi di dalam kisaran normal yang diharapkan
untuk usia anak, pertama kali harus dipertimbangkan. Membedakan ciri
temperamental ini dengan gejala utama ADHD sebelum usia 3 tahun sulit dilakukan,
terutama gambaran sistem saraf yang imatur normal dan adanya tanda hendaya
visual-motorik-persepsi yang bertumpan tindih sering ditemukan pada ADHD.
Ansietas dapat menyertai ADHD sebagai gambaran sekunder, dan ansietas sendiri
dapat ditunjukkan dengan overaktivitas dan mudah teralih perhatiannya.1
Banyak anak dengan ADHD memiliki depresi sekunder di dalam reaksi
terhadap frustasi mereka yang berkelanjutan akibat kegagalan mereka untuk belajar
dan rendahnya harga diri yang ditimbulkan. Keadaan ini harus dibedakan dengan
ganguan depresif primer, yang mudah dibedakan dengan hipoaktivitas dan penarikan
diri. Mania dan ADHD memiliki kesamaan gambaran inti, seperti verbalisasi yang
berlebihan, hiperaktivitas motorik, dan sangat mudah teralih perhatiannya. Di
samping itu, pada anak - anak dengan mania, iritabilitas tampak lebih lazim

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

21
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


dibandingkan dengan euforia. Meskipun mania dan ADHD dapat terjadi bersamaan,
pada anak dengan gangguan bipolar I, lebih terdapat gejala membaik dan kemudian
memburuk dibandingkan pada ADHD. ADHD pada anak dengan gangguan bipolar I
pada pemantauan - lanjutan 4 tahun memiliki kejadian bersaamaan gangguan
tambahan lain yang lebih tinggi serta riwayat keluarga adanya gangguan bipolar yang
lebih tinggi serta gangguan mood lain dibandingkan degan anak - anak tanpa
gangguan bipolar.1
Gangguan tingkah laku dan ADHD sering terdapat bersamaan, dan
keduanya harus didagnosis. Berbagai jenis gangguan belajar juga arus dibedakan
dengan ADHD; seorang anak bisa tidak dapat membaca atau melakukan matematik
karena gangguan belajar, bukan karena inatensi. ADHD sering terdapat bersamaan
dengan satu atau lebih gangguan belajar, termasuk gangguan membaca, gangguan
matematik dan gangguan ekspresi tulisan.1
Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas biasanya disertai dengan
kelainan-kelainan seperti di bawah ini :11
1. Learning Disabilities. Kurang lebih 20-30% anak ADHD akan mengalami
kesulitan belajar.11
2. Tourette Syndrome. Anak ADHD dengan Tourette Syndrome memiliki gejala
various nervous tics dan repetitive mannerisms seperti kedipan mata (eye
blinks), kedutan wajah (facial twitches), atau menyeringai (grimacing),
mendengus (snort), menghirup (sniff), atau membentak (bark out).11
3. Oppositional Defiant Disorder. Sering ditemukan pada anak ADHD terutama
anak laki-laki. Gejala yang lebih menonjol adalah perilaku menentang, keras
kepala, tidak patuh, temperamen meledak-ledak, dan suka berkelahi.11
4. Conduct Disorder. Kurang lebih 20-40% anak ADHD akan berkembang menjadi
gangguan konduksi yang merupakan perilaku antisosial yang lebih serius. Anak
ini lebih sering berbohong, mencuri, sering berkelahi atau menggertak orang
lain, lebih sering bermasalah dengan pihak sekolah dan polisi, lebih sering

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

22
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


melanggar peraturan, menyerang orang lain dan atau hewan, merusak harta
benda, mencuri, membawa dan menggunakan senjata, dan beperilaku merusak.11
5. Anxiety and Depression. Beberapa anak dengan ADHD biasanya disertai dengan
cemas atau depresi. Jika hal ini ditemukan, gangguan cemas dan depresi
ditangani terlebih dahulu.11
6. Bipolar Disorder. Tidak ada data statistik yang akurat mengenai seberapa
banyak anak ADHD yang juga mempunyai gangguan bipolar. ADHD dan
gangguan bipolar pada anak sulit dibedakan. Gangguan bipolar ditandai dengan
mood cycling, pada anak terdapat chronic mood dysregulation yang berupa
campuran dari elasi, depresi, dan iritabel. Akan tetapi ada beberapa gejala yang
tampak bersamaan pada gangguan bipolar dan ADHD seperti tingkat energi
yang tinggi dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur.11

2.6. Perjalanan Gangguan dan Prognosis


Perjalanan gangguan ADHD bervariasi. Gejala dapat ada hingga remaja
atau dewasa; gejala ini dapat pulih saat pubertas; atau hiperaktivitas dapat hilang,
tetapi berkurangnya rentang atensi dan masalah pengendalian impuls dapat bertahan.
Overaktivitas biasanya merupakn gejala pertama yang akan pulih, dan mudah teralih
perhatian adalah gejala yang terakhir pulih. Meskipun demikian, sebagian besar
pasien dengan gangguan ini mengalami remisi parsial dan rentan terhadap perilaku
antisosial, gangguan penggunaan zat, dan gangguan mood. Masalah belajar sering
berlanjut seumur hidup.

2.7. Terapi

Non-farmakologis

a. Intervensi Psikososial

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

23
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


Obat saja sering tidak cukup untuk memuaskan kebutuhan terapeutik
yang komphrensif pada anak dengan gangguan ini dan biasanya merupakan,
tetapi satu sisi regimen multimodalitas. Kelompok keterampilan sosial, pelatihan
orantua untuk orangtua dari anak dengan ADHD, serta intervensi perilaku di
sekolah dan rumah sering dapat efektif dalam keseluruhan penatalaksanaan anak
- anak dengan ADHD. Evaluasi dan terapi gangguan belajar yang juga ada atau
gangguan psikiatrik lainnya adalah hal yang penting.1

i. Pelatihan orang tua dalam manajemen perilaku


Hal ini berguna untuk merekam bagaimana orang tua dan orang dewasa
lainnya bereaksi terhadap perilaku, dan apa interaksi berikutnya terjadi
sebagai akibat dari reaksi tersebut. Orang tua harus mendekati anak agar
selalu terjadi kontak dengan anak.8

ii. Intervensi sekolah


Akuntabilitas yang lebih besar dari anak untuk guru dan lain-lain,
termasuk lebih cepat, sering dan menonjol umpan balik untuk kinerja, dan
peningkatan penataan lingkungan kelas dan mengajar materi semuanya telah
terbukti bermanfaat bagi anak dengan ADHD di sekolah.8

b. Intervensi Diet
Ada sedikit bukti mengenai keuntungan pemberian suplemen mineral (besi,
magnesium, seng) pada ADHD/gangguan hiperkinetik. Beberapa bukti menyebutkan
kadar seng yang rendah pada rambut dan urin berkaitan dengan respon yang buruk
terhadap methylphenidate, meskipun belum terdapat studi yang menyebutkan bahwa
suplementasi seng dapat memperbaiki respon terhadap obat. Beberapa studi
menunjukkan bahwa tingkat seng yang rendah pada anak-anak dengan ADHD.
Namun terlalu dini untuk merekomendasikan suplemen zinc. Juga seng dapat
berinteraksi dengan beberapa obat stimulan anak. Suplementasi asam lemak
esensial mungkin bermanfaat, khususnya pada individu yang kadar asam lemak tak

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

24
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


jenuhnya rendah. Namun belum ada bukti yang cukup untuk mendukung pemakaian
rutin suplementasi mineral untuk manajemen ADHD (12,13).
Permasalahan mengenai gula halus dan zat makanan tambahan buatan
memiliki efek samping pada perilaku anak, masih menjadi konflik. Dalam bukti
sekarang ini, tidaklah mungkin merekomendasikan restriksi atau eliminasi makanan
pada anak dengan ADHD. (12)
Hal-hal yang bisa diperhatikan dari diet untu anak ADHD/gangguan
hiperkinetik, antara lain (13,14):
o Bahan makanan aditif
o Suplementasi asam lemak omega-3 dan omega-6. Satu studi yang disebut studi
Oxford-Durham melihat menggunakan suplemen diet pada 117 anak,
sekitar 38 di antaranya memiliki gejala ADHD.
o Suplementasi besi, seng, magnesium
o Antioksidan
o Ikan, sayuran, tomat, buah segar, biji-bijian, susu rendah lemak

Farmakoterapi
Agen farmakologis yang terlihat memilikiefektivitas yang signifikan serta
catatan keamanan yang sangat baik di dalam terapi ADHD adalah stimulan SSP,
termasuk sediaan metilfenidat lepas - segera dan lepas - lama (Ritalin, Ritalin SR,
Concerta, Metadate CD, Metadate ER), dekstroamfetamin (Dexedrine, Dexedrine
spansul), dan kominasi dextroamfetamine dengan garam amfetamin
(Adderall,Adderal XR). Satu bentuk tambahan metilfenidat yang hanya mengandung
D-enantiomer, deksmetilfenidat (Foculin), baru - baru ini ditemukan di pasara,
ditujukan untuk memaksimalkan efek target dan meminimalkan efek samping pada
individu dengan ADHD yang mendapatkan respon parsial dan metilfenidat. Agen lini
kedua dengan bukti efektivitas untuk beberapa anak dan remaja dengan ADHD
mencakup antidepresan seperti bupropion (Wellbutrin,Wellbutrin SR), venlafaksin

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

25
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


(Effexor, Effexor SR) dan agonis reseptor alfa adrenergik klonidin (Catapres) dan
guanfasin (Tenex).1
Agen yang baru, atomoksetin (Strattera) disetjui pada tahun 2003, sebagai
obat nonstimulan untuk terapi ADHD. Atomoksetin adalah inhibitor ambilan kembali
norepinefrin dan tidak mempengaruhi dopamin. Obat ini menghambat enzim 2D6
dan dapat menurunkan metabolisme selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
sebagai akibatnya. Dosis umum untuk atomoksapin adalah dari 40 hingga 100 mg
per hari diberikan dalam dosis tunggal tidak terbagi.1

Memonitor Terapi Stimulan


Pada tingkat dasar, bersamaan dengan parameter praktik American Academy
of Child and Adolescent Psychiatry ( AACAP) yang paling kini, sebelum memulai
pengobatan stimulan, dianjurkan pemeriksaan berikut ini.1

Pemeriksaan fisik
Tekanan darah
Denyut nadi
Berat badan
Tinggi badan
Dianjurkan bahwa anak dan remaja akan diterapi dengan stimulan diperiksa
tinggi, berat badan, dan tekanan darah serta denyut nadinya setiap tiga bulan dan
pemeriksaan fisik setiap tahun.1

Evaluasi Perkembangan Terapeutik


Monitor dimulai saat dimulainya obat. Pada sebagain besar pasien, stimulan
mengurangi overaktivitas, perhatian yang mudah teralih, impulsivitas, meledak -
ledak, dan iritiablitas. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa obat secara
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

26
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


langsung memperbaiki hendaya belajar yang sebelumnya telah ada, meskipun ketika
defisit atensi berkurang, anak dapat belajar dengan lebih efektif dibandingkan dimasa
lalu. Disamping itu, obat dapat memperbaiki harga diri ketika anak tidak lagi terus
menerus mecela perilaku mereka.1

Gangguan Defisit Atensi/Hiperaktivitas yang tidak Tergolongkan

Terapi untuk gangguan ini mencakup penggunaan amfetamin ( 5 hingga 60


mg/hari) atau metilfenidat (5 hingga 60 mg/hari). Tanda - tanda respon positif adalah
meningkatnya rentang atensi, berkurangnya impulsivitas dan membaiknya mood.
Terapi psikofarmakologis bisa perlu dilanjutkan hingga waktu tidak tertentu. Karena
potensi penyalahguaan, klinisi harus memonitor respon obat dan kepatuhan pasien.1

BAB III
KESIMPULAN

Gangguan defisit atensi/hiperaktifitas (attention-deficit/hyperactivity disorder-


ADHD) adalah suatu keadan yang terdiri atas pola tidak menunjukkan atensi yang
persisten dan/atau perilaku yang impulsive serta hiperaktif, yang bersifat lebih berat
daripada yang diharapkan pada anak dengan usia dan dalam tingkat perkembangan yang
sama. Kondisi dimana tidak adanya atensi dan/atau hiperaktifias-impulsivitas harus

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

27
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


sedikitnya mengganggu fungsi secara sosial, dan akademik yang sesuai dengan
perkembangan anak.
Penyabab ADHD masih belum diketahui, mungkin disebabkan oleh faktor
genetik, Kerusakan otak, faktor neurokimia, faktor neurofisiologis, aspek
neuroanatomical, faktor perkembangan, faktor psikososial. Gejala ADHD terbagi menjadi
tiga kelompok, yaitu inatensi, hiperaktivitas dan perilaku impulsif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Greb JA. Gangguan defsit atensi. Dalam : Kaplan - Sadock
Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Dua. Tangerang
Binarupa Aksara Publisher; 2010. Hal 597 - 601

2. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) in Children by MayoClinic Staff, diunduh pada


tanggal 16/11/2015 pada pukul 17.54 dari http://www.mayoclinic.com/health/adhd/DS00275

3. Attention deficit hyperactivity disorder oleh Davis Zieve dan Fred K. Berger diunduh pada
tanggal 16/11/2015 pada pukul 18.25 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002518/

4. Saputo.D. ADHD (attention defici/hyperactivity disorder). Jakarta : Sagung Seto;2009

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

28
Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Tangerang


5. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical manual of mental
disorder. Edisi ke - 4. Washington, DC : American Psychiatric Press; 2000

6. Nair J, Ehimare U, Beitman BD, Nair SS, Lavin A. Clinical review : evidence-base
diagnosis and treatment of ADHD Children; 2010

7. Reiff MI, Banez GA, Culbert TP. Children who have attentional disorders: diagnosis and
evaluation. Pediatr Rev. 1993;14:455465.

8. Sadock BJ. Attention-Deficit Disorder. In : Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry. Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia; 2010.

9. SIGN. Management of attention deficit and hyperkinetic disorders in children and young
people. Edinburgh: Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2009.
10. Elvira SD, Hadisukanto G,2010. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
11. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder. Available from
http://www.nimh.nih.gov/publicat/adhd.cfm
12. Konofal E, Lecendreux M, Deron J, Marchand M, Cortese S, Zaim M, et al. Effects of iron
supplementation on attention deficit hyperactivity disorder in children. Pediatr Neurol
2008;38(1):20-6.
13. Millichap JG & Yee MM., 2012. Managing ADHD with Nutrition. Available from
http://www.uvm.edu/medicine/ahec/documents/ADHDdietHandout20130322.pdf
14.Clayton EH, Hanstock TL, Garg ML, Hazell PL. Long chain omega-3 polyunsaturated fatty acids in
the treatment of psychiatric illnesses in children and adolescents. Acta Neuropsychiatrica.
2007;19(2):92-103.
15. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Child psychiatry. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P.
Kaplan & sadock's synopsis of psychiatry 11th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer.
2015

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode 9 November - 12 Desember 2015

29

Anda mungkin juga menyukai