Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Varisela merupakan infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster, yang menyerang
kulit dan mukosa, reaktivasi dari virus ini dapat menyebabkan herpes zoster. Transmisi
virus ini dapat terjadi secara aerogen.1,2
Varisela zoster terdapat diseluruh dunia, menyerang anak-anak, terutama yang
berusia 3 6 tahun, dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa.3
Gejala klinis dari varisela zoster di mulai dari munculnya gejala prodromal, berupa
demam, malaise, dan nyeri kepala. Setelah itu disusul dengan timbulnya lesi di kulit berupa
makula eritematosa yang berubah dengan cepat dalam waktu 12-14 jam menjadi papul
eritematosa, dan kemudian berkembang menjadi vesikel yang berbentuk menyerupai
tetesan embun (tear drops). Vesikel ini menjalar secara sentrifugal dari badan kemudian ke
wajah, ekstremitas, selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas atas. Vesikel dapat
berkembang menjadi pustul, kemudian pecah, dan mengering menjadi krusta. Sementara
proses ini berlangsung, dapat timbul lagi vesikel-vesikel baru sehingga menimbulkan
gambaran polimorfi. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal, dapat ditemukan adanya
pembesaran kelenjar getah bening regional pada infeksi sekunder. 1,2,3,4
Penatalaksanaan pada varisela zoster bersifat simtomatik dengan antipiretik dan
analgetik. Pengobatan lokal dapat diberikan bedak yang ditambah dengan zat anti gatal
untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini dan menghilangkan rasa gatal, jika muncul
1,2
infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik berupa salap dan oral, dapat juga diberikan
obat antivirus oral berupa asiklovir 5x800 mg selama 7 hari untuk orang dewasa,1,2,3,4 dan
4x20mg/ kgBB/ hari selama 5 hari untuk anak. 3,4,5
Dengan perawatan teliti dan memperhatikan hygiene dapat memberikan prognosa
yang baik dan potensi menimbulkan jaringan parut juga sedikit.1,2
Pada laporan kasus ini, dilaporkan kasus varisela zoster pada seorang anak berusia
6 tahun di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dok 2 Jayapura.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : An. Za
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : TK
Alamat : Polimak II
Tanggal Pemeriksaan : 10 Februari 2016

2.2 ANAMNESIS (Aloanamnesis)


2.2.1 Keluhan Utama
Muncul bintil-bintil kecil dengan dasar kemerahan berisi cairan di seluruh tubuh.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 3 hari yang lalu, pasien merasa demam. Keesokan harinya
muncul biji kecil seukuran kepala jarum, berwarna kemerahan di dada pasien,
yang dalam waktu beberapa jam kemudian berubah menjadi bintil kecil berisi
cairan. Biji biji tersebut kemudian mulai muncul lagi di daerah wajah, tangan,
leher, dan perut, yang kemudian berubah menjadi bintil kecil berisi cairan, tidak
terasa gatal dan perih. Pasien juga merasa tidak enak badan. Sehari sebelum Ibu
pasien mengantar pasien berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin, muncul biji
biji baru di daerah kaki yang belum berkembang menjadi bintil kecil berisi
cairan.
Berdasarkan pengakuan Ibu pasien, pasien belum pernah mengalami
sakit ini sebelumnya, di lingkungan tempat tinggalpun tidak ada yang
mengalami sakit ini sekarang.

2
2.3 PEMERIKSAAN FISIS
Tanda Vital
Kesadaran : Compos Mentis
TD : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 90 x/menit
Resprasi : 24 x/menit
Suhu badan : 36,7 C

Status Generalis
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Oral
Candidiasis (-)
Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-)
Thorax :
Paru : Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas
Palpasi : Vocal fremitus (dextra = sinistra)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : Iktus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus Cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : BJ I II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : Cembung, supel
Palpasi : Nyeri tekan (-), shifting dullness (-),
Hepar/ Lien : tidak teraba membesar
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema pitting (-/-)

3
Status Dermatologis
Lokasi : Generalisata
Efloresensi : tampak papul eritematous, berukuran miliar;
tampak vesikel dengan dasar eritematous, berukuran miliar.

Gambar 1. Foto Regio Facialis An. Za

Gambar 2. Foto Regio Antebrachi An. Za

4
Gambar 3. Foto Regio Antebrachi An. Za

Gambar 4. Foto Regio Femoris Posterior An.ZA

5
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa
dan pemeriksaan fisik saat pertama kali pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSU Jayapura tanggal 10 Februari 2016 pukul 11.30 WIT.
Dianjurkan pasien melakukan pemeriksaan Tzanck untuk dapat menegakkan diagnosa
varicella zoster.

2.5 DIAGNOSIS KERJA


Varisela Zoster

2.6 DIAGNOSIS BANDING


Variola
Herpes Zoster

2.7 PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi :
Menjaga daya tahan tubuh, dengan cara :
Istirahat yang cukup dan teratur
Makan makanan yang bergizi, serta minum multivitamin agar kondisi tubuh
tetap stabil.
Edukasi orangtua pasien tentang penyakit yang diderita pasien, tentang
pentingnya menjaga daya tahan tubuh, pengobatan dan keteraturan minum
obat.

Farmakologi :
1. Pengobatan Sistemik
Asiklovir 4x200mg perhari, selama 7 hari.

2. Pengobatan Topikal
Asam fusidat cream
Bedak menthol anti gatal

6
2.8 PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Ad bonam
- Quo ad Fungtionam : Ad bonam
- Quo ad Sanationam : Ad bonam

7
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa pasien An. Za berusia 5 tahun didiagnosa
dengan Varisela Zoster. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisis. Dari hasil anamnesa, sejak 3 hari yang lalu muncul biji-biji kecil
berwarna kemerahan yang kemudian berubah menjadi bintil kecil yang berisi cairan
dengan dasar berwarna kemerahan di seluruh tubuh, tidak disertai rasa gatal dan perih.
Varisela adalah infeksi akut primer yang disebabkan oleh virus varisela zoster yang
menyerang kulit dan mukosa. Gejala klinis dari varisela zoster di mulai dari munculnya
gejala prodromal, berupa demam, malaise, dan nyeri kepala. Gejala prodromal ini akan
diikuti dengan timbulnya papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam dapat berubah
menjadi vesikel.1,2,3,4,5 Hal ini sama dengan yang di temui pada pasien, saat anamnesa ibu
pasien mengatakan bahwa sebelum muncul biji-biji kemerahan, pasien demam dan juga
merasa tidak enak badan. Setelah beberapa jam, biji-biji kemerahan tersebut juga berubah
menjadi bintil-bintil kecil berisi cairan, dengan dasar berwarna kemerahan.
Penyebaran vesikel pada varisela terutama di daerah badan, kemudian menyebar
secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta dapat juga menyerang selaput lendir
mata, mulut, dan juga saluran napas bagian atas.1,2 Pada pasien juga didapatkan muncul
vesikel pertama pada dada 3 hari sebelum pasien datang, dan kemudian diikuti dengan
munculnya vesikel-vesikel lain di wajah, perut, leher, tangan, dan kaki
Diagnosa banding pada kasus An. Za adalah Variola dan Herpes Zoster. Pada
variola, penyakit ini lebih berat, memberi gambaran monomorfi, dan penyebarannya
dimulai dari bagian akral tubuh, yaitu telapak tangan dan telapak kaki. Pada varisela
penyebarannya dimulai dari badan, kemudian menyebar ke wajah dan ekstremitas, serta
memberi gambaran polimorfi.1 Diagnosa banding lainnya adalah herpes zoster, bisa dilihat
dari segi usia, herpes zoster lebih sering terkena pada orang dewasa, dan juga
penyebarannya paling sering di daerah torakal, sedangkan pada varisela terutama mengenai
anak-anak yang berusia di bawah 20 tahun terutama 3-6 tahun dan hanya sekitar 2% terjadi
pada orang dewasa, penyebarannya pun dimulai dari badan, kemudian ke wajah dan
ekstremitas.3,4,5 Lesi pada varisela berbentuk vesikel dengan dasar yang eritematous
mempunyai gambaran yang klasik yaitu letaknya superfisial dan mempunyai dinding yang
tipis sehingga terlihat seperti kumpulan tetesan air di atas kulit (tear drop)5, sedangkan lesi

8
pada herpes berupa vesikel berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna abu-
abu), dapat menjadi pustul, dan krusta, kadang vesikel bisa mengandung darah (herpes
zoster hemoragik). Penyebarannya bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan.1
Penegakan diagnosa kasus An. Za berdasarkan riwayat penyakit sekarang yang
gambaran klinisnya berupa gejala prodromal dan status dermatologis, sehingga tidak
diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium direkomendasikan jika
gambaran klinis pada pasien tidak khas atau untuk menentukan status imun terhadap virus
varisela zoster pada orang yang beresiko tinggi.3
Pemeriksaann penunjang lain yang dapat dilakukan juga adalah pemeriksaan
Tzanck dengan cara membuat sediaan hapusan yang diambil dari dasar vesikel yang masih
baru, kemudian diwarnai dengan Giemsa, akan didapati sel datia berinti banyak.1,3
Pemeriksaan ini sensitifitasnya 84 %.3
Terapi farmakologi yang diberikan adalah asiklovir 4x200mg perhari, selama 7
hari. Terapi antivirus dapat mengurangi tingkat keparahan dan lamanya nyeri, mengurangi
komplikasi dan mengurangi viral shedding. Terapi dengan antivirus sebaiknya dimulai
dalam 72 jam setelah munculnya ruam dan dilanjutkan selama 7-10 hari. Indikasi Asiklovir
ialah pengobatan infeksi herpes simpleks pada pasien immune compromised, profilaksis
infeksi herpes simpleks, pengobatan infeksi varisella zoster primer dan kambuhan pada
pasien immune compromised, infeksi herpes simpleks encephalitis pada neonatus (diatas 6
bulan). Efek samping asiklovir ialah nausea, muntah, nyeri abdomen, urtikaria, sakit
kepala, lelah, jaundice, dan sebagainya.6 Penggunaan bedak menthol anti gatal ditujukan
pada vesikel varisela yang belum pecah, berfungsi sebagai antipruritus topikal sehingga
mencegah vesikel pecah.7 Pada vesikel yang sudah pecah dapat diolesi dengan salep asam
fusidat untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder yang mungkin dapat terjadi, karena
permukaan kulit yang rentan terhadap infeksi sekunder.7
Prognosis varisela zoster umumnya baik. Pada kasus ini, prognosa yang mungkin
timbul adalah Quo Ad Vitam : Ad bonam karena penyakit ini tidak mengancam. Quo Ad
Functionam : Ad bonam karena pada penyakit ini fungsi- fungsi kulit dapat kembali
normal apabila diobati dengan benar. Quo Ad Sanationam : Ad bonam karena penyakit ini
dapat sembuh sempurna apabila diobati dengan baik dan beristirahat dengan cukup selama
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai