Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II

Analgesik-Antipiretik

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

NIA HERIANI (G 701 14 005)

CORRY STEPHANIE (G 701 14 201)

NUR RAHMI (G 701 14 146)

MOH FIRMAN IRWANTO (G 701 14 132)

MOH AKMAL AMRAN (G 701 14 021)

SISKA ALVIONITA (G 701 14 031)

CORNELIA SUARDI (G 701 14 101)

LITA PUSPITA (G 701 14 023)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan berkat pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
yang berjudul Analgesik-Antipiretik. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
sejauh mana bentuk pengetahuan tentang obat obat analgesik-antipiretik.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan bahwa setiap


manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga penulis dapat
berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang.

Palu, 15 Februari 2017

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Sampul..................................................................................................................
Kata Pengantar......................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................
Bab I Pendahuluan
a) Latar Belakang..........................................................................................
b) Rumusan Masalah.....................................................................................
c) Maksud Makalah.......................................................................................
Bab II Pembahasan
a) Definisi.....................................................................................................
b) Mekanisme kerja obat..............................................................................
c) Macam-macam obat.................................................................................
d) Efek samping............................................................................................
e) Contoh obat .............................................................................................
Bab III Penutup
a) Kesimpulan..............................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk
merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam
tubuh. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan
untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk
obat tradisional.

Obat antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal


luas seperti obat asetaminofen. Banyak dijual sebagai kemasan tunggal
maupun kemasan kombinasi dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong
sebagai obat bebas sehingga mudah ditemukan di apotik toko obat maupun
warung pinggr jalan. Karena mudah didapatkan resiko untuk terjadi
penyalahgunaan obat ini semakin besar. Di Amerika Serikat di laporkan lebih
dari 100.000 kasus per tahun yang menghubungi pusat informasi keracunan,
56.000 kasus datang ke unit gawat darurat, 26.000 kasus memerlukan
perawatan intensif di rumah sakit.

Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik.


Bagi para pengguna mungkin memerlukan bantuan dalam mengkonsumsi
obat yang sesuai dengan dosisi-dosis obat. Penggunaan Obat Analgetik
Narkotik atau Obat Analgesik ini mampu menghilangkan atau meringankan
rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik atau Analgesik
ini tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Analgetik-Antipiretik?
2. Bagaimana mekanisme kerja obat Analgetik-Antipiretik?
3. Apa sajakah macam-macam obat Analgetik-Antipiretik?
4. Apa sajakah efek samping dari obat Analgetik-Antipiretik ?
5. Apa sajakah contoh obat Analgetik-Antipiretik ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Analgetik-Antipiretik?
2. Mengetahui mekanisme kerja obat Analgetik-Antipiretik?
3. Mengetahui macam-macam obat Analgetik-Antipiretik?
4. Mengetahui efek samping dari obat Analgetik-Antipiretik ?
5. Mengetahui contoh dari masing-masing obat Analgetik-Antipiretik ?
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada
orang yang menderita. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan
motorik yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi
kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut.
Gejala Nyeri dapat digambarkan sebagai rasa benda tajam yang menusuk,
pusing, panas seperti rasa terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat,
rasa nyeri yang hilang timbul dan berbeda tempat nyeri. Obat ini digunakan
untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu
komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgetik atau
pereda nyeri. Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik mempunyai efek
antipiretik.

Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan suhu


badan pada keadaan demam. Obat antipiretik adalah obat yang dapat
menurunkan suhu tubuh yang tinggi atau hanya menurunkan temperatur
tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Pada umumnya
demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu penyakit tersendiri.
Oleh sebab itu pembahasan antipiretik secara khusus jarang ada, pada
umumnya pembahasannya antipiretik ada pada pembahasan obat anti nyeri
(analgetika). Sebagai nantipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu
badan hanya dalam keadaan demam. Walaupun keadaan obat ini
memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak semua berguna sebagai
antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu
lama. Ini berkaitan dengan hipotesis bahwa COX yang ada disentral otak
terutama COX-3 dimana hanya parasetamol dan obat AINS lainnya dapat
menghambat. Fenilbutazon dan antiruematik lainnya tidak dibenarkan
untukdigunakan sebagai antipiretik atas alasan tersebut.

II.2 Mekanisme kerja obat


Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat
sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri &
demam. Dengan blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak
lagi mendapatkan "sinyal" nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur
menghilang.

Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda


tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi
kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau
kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan
melepaskan zat yan disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang
reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir
dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris
ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus
(optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa
sebagai nyeri.

II.3 Macam-macam obat Analgetik


A. Analgesik opioid / analgesik narkotika
Merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium
atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan
atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid
menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan
suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan
mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya
adiksi.
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
fraktur dan kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu
skema bertingkat empat, yaitu : obat perifer (non Opioid) peroral atau
rectal; parasetamol, asetosal, obat perifer bersama kodein atau tramadol,
obat sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat Opioid parenteral. Guna
memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-analgetikum,
seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone).

Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali


dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya
mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan
menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan
toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik
(ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan
dihentikan.

Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat,


teteapi potensi. Onzer, dan efek samping yang paling sering adalah
mual, muntah, konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang besar dapat
menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.

Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling


banyak dipakai untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah.
Obat ini di Indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih
merupakan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik
narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat
menimbulkan euphoria dan ganguan mental.

Ada 3 golongan obat ini yaitu :


1. Obat yang berasal dari opium-morfin.
2. Senyawa semisintetik morfin, dan
3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang samapi sekarang masih
digunakan di Indonesia :
- Morfin HCL,
- Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
- Fentanil HCL,
- Petinidin, dan
- Tramadol.

B. Analgesik Non Narkotika


Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral. Obat- obat inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak
mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau
mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja
antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka
disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya
terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor
dan disertai keluarnya banyak keringat.

Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau


di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi,
udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG, dan histamine.
PG dan brankinin menstimulasi ujung staraf perifer dengan membawa
implus nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brankinin
sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat
yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah
golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah
penghambat sintesis PG paling efektif dari golongan salisilat.
II.4 Efek samping
Gangguan saluran pencernaan
Selain menimbulkan demam dan nyeri ternyata prostaglandin berperan
melindungi saluran cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran
asam lambung dan mengeluarkan cairan (mukus) sehingga
mengakibatkan dinding saluran cerna rentan terluka, karena sifat asam
lambung yang bisa merusak.
Gangguan hati (hepar)
Obat yang dapat menimbulkan hepar adalah parasetamol karena
penderita gangguan hati disarankan mengganti dengan obat lain.
Reaksi obat
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan reaksi alergi. Reaksi dapat
berupa asma bronkial hingga mengakibatkan syok. Alergi obat, gatal-
gatal, pusing, mual muntah, dan nyeri ulu hati.

II.5 Contoh Obat


1. Paracetamol
Nama dagang : Asetaminopen, Panadol (glaxso), Tylenol, Tempra,
Nipe, pamol(intrbat),sanmol (sanbe) . Paracetamol merupakan derivat-
asetanilida, adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak
digunakan sebagai analgetik, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari
peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen).

Cara kerja obat parasetamol adalah derivate paminofenol yang


mempunyai sifat antipiretik atau analgesik. Sifat antipiretik disebabkan
oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkanefek
sentral. Sifat analgesic parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri
ringan sampai sedang. Pada penggunaan oral parasetamol diserap dengan
cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai
dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian, dapat
diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan
dan sebagian besar dalam bentuk terkonyugasi. Indikasi: Untuk nyeri dan
demam. Khasiat paracetamol antara lain sebagai analgetik (nyeri ringan
sampai sedang) dan antipiretik tetapi tidak anti radang. Nyeri ringan
sampai sedang termasuk dysmenorrhea, sakit kepala; pereda nyeri pada
osteoarthritis dan lesi jaringan lunak; demam termasuk demam setelah
imunisasi; serangan migren akut.

Kontraindikasinya adalah tidak boleh digunakan pada penderita


dengan gangguan fungsi hati berat, hipersensitif terhadap paracetamol.
Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glucose-6 fosfat
dehidrogenase. Efek samping dari obat parasetamol adalah jarang terjadi
antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan
kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis 6
gram mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversibel. Dosis besar
menyebabkan kerusakan fungsi hati.Wanita hamil dapat menggunakan
parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air
susu ibu. Dosisnya itu sendiri melalui :

Oral 2-3x sehari 0,5-1 gram, maximum 4 gram per hari, pada
gangguan kronis maksimum 2,5 gram per hari, anak-anak 4-6x 10mg/kg
BB, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60mg, 1-4 tahun 120-180mg,4-6 th
180mg, 7-12 th 240-360mg, 4-6x sehari.

2. Asam Asetilsalisilat
Nama dagang : Asetosal, Aspirin, Cafenol, Naspro. Asetosal adalah
obat anti nyeri tertua (1899), yang sampai kini paling banyak digunakan
di dunia. Zat ini juga berkhasiat anti-demam kuat. Komposisi dari obat
asam asetilsalisilat yaitu tiap tablet mengandung asam asetilsalisilat
100mg . Cara kerja obat asam asetilsalisilat bekerja dengan
mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga dapat
menurunkan demam, dan menghambat pembentukan prostaglandin
sehingga meringankan rasa sakit. Indikasi: Dapat menurunkan demam,
meringankan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri otot.

Kontraindikasinya pada anak-anak kecil yang menderita cacar air


atau flu sebaiknya jangan diberikan asetosal melainkan parasetamol,
karena beresiko terhadap syndrom grey yang berbahaya. Syndrom ini
bercirikan muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernafasan,
konvulsi dan adakalanya koma. Wanita hamil tidak dianjurkan
menggunakan asetosal dalam dosis tinggi, terutama pada triwulan
terakhir dan sebelum persalinan, karena lama kehamilan dan persalinan
dapat diperpanjang, juga kecenderungan perdarahan meningkat.

Dosis dan cara pemberian : Pada nyeri dan demam oral dewasa 4x
0,5-1g setelah makan, maksimum 4g sehari, anak-anak sampai 1th
10mg/kgBB 3-4x sehari, 1-12th 4-6x, diatas 12th4x 320-500mg,
maksimum 2g per hari. Rectal dewasa 4x 0,5-1gr, anak-anak sampai 2th
2x 20mg/kgBB, diatas 2th 3x 20mg/kg BB. Efek samping yang paling
sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak
lambung dan perdarahan samar.

Penyebabnya adalah sifat asam dari asetosal, yang dapat dikurangi


dengan kombinasi dengan suatu antasidum (MgO, alumuniumhidroksida,
CaCO3atau garam kalsiumnya (carbasalat, Ascal). Pada dosis besar,
faktor lain memegang peranan yakni hilangnya efek pelindung dari
prostasiklin terhadap mukosa lambung. Selain itu asetosal menimbulkan
efek efek spesifik, seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus (telinga
mendengung) pada dosis lebih tinggi. Efek yang lebih serius adalah
kejang-kejang bronki hebat pada pasien asma meski dalam dosis kecil
dapat mengakibatkan serangan.
3. Asam mefenamat
Nama dagang : Mefinal. Cara kerja obat itu sendiri yaitu asam
mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja
dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh
dengan menghambat enzyme siklooksigenase sehingga mempunyai efek
antiinflamasi dan antipiretik. Indikasi yaitu meredakan nyeri ringan
sampai sedang sehubung dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah
operasi. Kontra indikasinya pada pasien yang hipersensitif terhadap asam
mefenamat, penderita dengan tukak lambung dan usus, serta penderita
dengan gangguan ginjal berat.

Dosis yang digunakan dan cara pemberian asam mefenamat. Pada


dewasa dan anak-anak > 14 tahun dosis awal 500 mg, selanjutnya 250
mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Analgesik terbagi menjadi dua golongan
yaitu Analgesik Opioid/analgesik narkotika dan Analgesik non Narkotika.
Mekanisme Kerja Obat Antipiretik, bekerja dengan cara menghambat
produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior (yang meningkat
sebagai respon adanya pirogen endogen). Contoh Obat Antipiretik :
Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol,
zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat,
salisilamida.
Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya
menurunkan temperatur tubuh saat panas tidak berefektif pada orang
normal. Mekanisame kerja menghambat sintase PGS di tempat yang
sakit/trauma jaringan.
Efek samping obat analgesik-antipiretik yaitu gangguan saluran
cerna, gangguan hati, gangguan ginjal dan reaksi alergi.

III.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama


untuk tenaga kefarmasian agar bisa memberikan obat dan informasi
penyakit dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak akan ada efek samping
atau kerugian yang ditimbulkan .
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Informai spesialite obat indonesia volume 41, Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia ; Jakarta.
Fitrianingsih, D., dkk, 2009, Farmakologi obat-obat dalam praktek kebidanan,
Binari Media Utama ; Yogyakarta.
Sunandar, E, Y., Retnosari., Joseph, I., Adnyana, I,K., Adji, P,S., Kusnandar,
2013, ISO Farmakoterapi 1, Isfi Penerbitan ; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai