Anda di halaman 1dari 24

BAB V

UTILITAS DAN PENGELOLAHAN LIMBAH

V.1 Utilitas
Utilitas adalah sarana yang diperlukan untuk menunjang proses produksi. Utilitas
yang ada di PT. PG. Candi Baru meliputi kebutuhan air, listrik dan udara.

V.1.1 Air
Air merupakan bahan penunjang yang sangat penting dalam industri. Kualitas air
yang diperlukan berbeda-beda, tergantung pada keperluannya. Maka perlu dilakukan
pengelolahan air untuk memenuhi kualitas air yang diperlukan.
Kebutuhan air dibedakan menjadi 5, yaitu :
1. Air proses.
2. Air pengisi ketel.
3. Air pendingin dan air panas pada rapid cooler.
4. Air sanitasi.
5. Air ijeksi / pendingin kondensor dan pendingin mesin
V.1.1.1 Air Proses
Air proses adalah air yang digunakan secara langsung untuk proses produksi. Air
proses ini mengandung gula yang diperoleh dari pemanasan nira. Air proses digunakan
pada :
a. Vacuum filter, untuk menyaring kotoran dari nira kotor (pencuci blotong)
b. Putaran BMA, putaran A dari putaran SHS, untuk membersihkan kristal gula dari
kotoran
c. Pan masakan, untuk melarutkan kembali kristal gula.
d. Gilingan, sebagai air imbibisi
Air proses ini diperoleh dari air kondensat yang telah ditampung dalam bak penampung
(tandon). Air imbibisi diperoleh dari air kondensat, terutama yang masih mengandung nira
ditambah air sungai jika suhu air kondensat terlalu tinggi atau rate air kondensat kurang.
Air Pendingin
Digunakan pada rapid cooler, suhu air dingin sekitar 18 oC. Air pendingin ini tidak
kontak langsung dengan gula sehingga diambil langsung dari air sungai terdekat .

Pembuatan Air Pendingin


Air sungai sekitar 31 oC dipompa ke kondensor (tangki 1), sehingga terjadi ruang
vakum pada kondensor. Ruang vakum ini dihubungkan dengan tangki air dingin (tangki
2) sehingga terjadi perpindahan panas dari tangki 2 yang tidak vakum ke tangki 1 yang

V-1
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
vakum. Suhu air di tangki 2 akan turun kemudian air di tangki 2 dialirkan ke rapid
cooler.

Air Panas
Digunakan di rapid cooler, suhu air panas sekitar 70 oC. Air panas ini juga tidak kontak
langsung dengan gula sehingga diambil langsung dari air sungai.
Pembuatan Air Dingin
Air sungai dipanaskan di heat exchanger dengan mengalirkan steam (uap jenuh) dari
ketel tekanan rendah.

V.1.1.2 Air Pengisi Ketel / Boiler


Air pengisi ketel harus memenuhi syarat-syarat :
Tidak mengandung gula.
Adanya gula dalam air akan menimbulkan foaming / pembuihan, sehingga butir-butir
halus air akan terikut dalam uap sehingga uap menjadi basah. Kesadahan sama dengan
nol
Air sadah mengandung garam-garam Ca dan Mg sebagai karbonat, sulfat, klorida dan
nitrat. Bahaya kesadahan air untuk air pengisi ketel adalah pembentukan kerak pada
dinding badan ketel. Kerak ini akan menghambat pemanasan air, pemanasan akan
menjadi memusat sehingga menyebabkan ketel dapat meledak.
Air tidak bersifat asam
Air yang asam akan merusak badan ketel dan pipa-pipa karena bersifat korosif. Pada
umumnya selama masa giling, air yang digunakan untuk mengisi ketel adalah air
kondensat yang tidak mengandung gula. Tetapi, untuk awal giling air kondensat belum
tersedia sehingga digunakan air sungai yang telah dilakukan treatment dan telah
memenuhi syarat-syarat untuk mengisi ketel.
Syarat yang harus dipenuhi :
1. Untuk boiler water
pH pada 25 oC 10-10,5
M-Alkalinity < 150 ppm
P-Alkalinity < 120 ppm
Total solid < 700 ppm
Chlorine ion < 100 ppm
Silika < 50 ppm
Phosporic acid ion 20-40 ppm
Sulfuruc acid 10-20 ppm
2. Untuk feed water
pH pada 25 oC >7
Hardness / kesadahan <5
DO (dissolved of oxygen) < 0,1 ppm
Fat / lemak nol

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-2


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Sistem pengolahan air untuk pengisi air ketel terdiri dari pretreatment, koagulasi,
sedimentasi filtrasi dan pelunakan air. Sistem pengolahan air sungai (water
treatment plan) di PT. PG. Candi Baru terdiri dari :
1. Pretreatment
Adalah tahap awal untuk membersihkan air ketel.
a. Koagulasi
Adalah proses penambahan koagulan untuk membentuk gumpalan kecil
yang disebut pin flok. Proses pencampurannya melalui In Line Mixer.
Pasokan tawas yang diijeksikan dengan menggunakan dosing pump.
b. Flokulasi
Adalah penambahan flokulan yang bertujuan untuk mengikat flok yang
berukuran kecil menjadi flok yang berukuran lebih besar sehingga lebih
mudah untuk mengendap.
c. Sedimentasi
Adalah proses pemisahan padatan yang tidak larut dalam air (flok-flok yang
terbentuk dari proses koagulasi). Pada sedimentasi disediakan 4 buah bak
pengendap yang dibuat sedemikian rupa sehingga air mengalir dari bak satu
ke bak lain dan dipaksa melalui bagian bak pengendap. Sedangkan
pengambilan air yang jernih dilakukan beberapa sentimeter dari permukaan
air. Blowdown hasil pengedapan dilakukan setiap sebulan sekali.

d. Filtrasi
Filtrasi digunakan untuk menyaring flok-flok halus yang tidak dapat
mengendap. Untuk keperluan ini disediakan tangki sand filter dan tangki
karbon aktif (carbon active power). Agar proses penyaringan selalu berjalan
dengan baik maka pada setiap shift dilakukan backwashing selama beberapa
menit.
2. Pelunakan Air (Demineralisasi Water)
Alat yang digunakan adalah tangki penukar kation (K-tower), tangki
pembuangan gas (D-tower) dan tangki penukar ion (A-tower). Sebagai
regenerasi, alat ini menggunakan HCL, NaOH untuk regenerasi resin penukar
kation dan anion yang telah kehilangan kemampuan penukarannya.
Air bersih dari hasil filtrasi masih belum memnuhi syarat sebagai air pengisi
ketel karena kesadahannya masih tinggi. Untuk mengurangi kesadahan, air dari
karbon aktif tower dilewatkan kation tower untuk mengisi ion-ion positif (Ca2+,
Mg2+, Fe3+, K2+). Disamping itu kandungan oksigen terlarut dan karbon
monoksida telarut perlu dihilangkan untuk mencegah terjadinya korosi didalam
boiler dan didalam pipa-pipa steam, serta mencegah terjadinya busa. Untuk itu,

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-3


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
air dari K-tower masuk ke degasifer tower sehingga gas CO2 dapat dipisahan
dari air. Dari degasifer tower, air masuk ke anion tower untuk menarik ion-ion
negatif yang terlarut dalam air (CL-,PO43-, SO42-).
Air yang telah diberi perlakuan treatment ini sudah bebas dari minereal-
mineral, sehingga disebut demin water. Kemudian dipompa masuk tangki
cadangan yang berjumlah 2 buah.

V.1.1.3 Air Pendingin


Diambil dari sungai, digunakan untuk mendinginkan mesin-mesin dan sebagai air
pendingi air pendingin pada kondensor.

V.1.1.4 Air Injeksi Kondensor


Air ini diambil dari sungai, digunakan pada kondensor untuk menimbulkan ruang
vakum.

V.1.1.5 Air Sanitasi


Untuk kebutuhan masak, minum, cuci, mandi, dll dimabil dair PDAM. Syarat-
syaratmya yaitu :
a. Suhu dibawaah suhu udara
b. Tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
c. Tidak mengadung bakteri, zat beracun dan kuman bakteri patogen.

V.1.2 Listrik
Pemakaian listrik di PT. PG. Candi Baru antara lain untuk :
Perbaikan dan pemeliharaan peralatan pabrik
Pemakaian tenaga mekanik pada proses (menggerakkan alat-alat)
Penerangan kantor, perumahan dan lingkungan

Listrik di PT. PG. Candi Baru disuplai oleh :


1. PLTU (Pembangkit Litrik Tenaga Uap)
Di PT. PG. Candi Baru tersedia sebuah turbin yang mampu menghasilkan listrik
sebesar:
Turbin utama (TA Shinko) : 2000 KW / 6000 volt
2. PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)
Diesel di PT. PG. Candi Baru berkapasitas 240 KW dengan beda tegangan 240 volt.
3. PLN (Perusahaan Listrik Negara)
Berkapasitas 1000 KW dengan beda tegangan 220 volt.

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-4


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Suplai utama listrik untuk operasi pabrik berasal dari PLTU. PLTU ini digerakkan
dengan uap yang dihasilkan oleh ketel Cheng Chen. Jika PLTU macet maka digunakan
listrik dari PLN. PLTD digunakan sebhagai cadangan jika PLTU dan PLN berhenti.

V.1.3 Udara
Kebutuhan udara ini dibutuhkan untuk :
1. Pereaksi pembuatan SO2 pada tabung belerang. Unsur udara yang diambil adalah O2,
yang sebelumnya dilewatkan dehumidifier untuk menghilangkan kandungan airnya.
2. Pembakaran pada ketel, dengan cara penyemprotan udara ke ampas.

V.1.4 Water Treatment


Air pengisi ketel atau air ketel harus mengalami proses pengolahan, agar dapat dipakai
untuk operasi ketel uap yang sempurna dan baik. Water Treatment sangat penting karena
air ketel atau air pengisi ketel harus dapat memberikan sifat-sifat :
1. Tidak menimbulkan endapan
2. Ridak menimbulkan korosi
3. Tidak menimbulkan priming dan foaming
4. Tidak menimbulkan caustic embrittlement cracking
5. Tidak menimbulkan kualitas kukus berkurang
Oleh karena itu, air harus dianalisa komposisinya terlebih dahulu, sebelum digunakan
dalam instalasi ketel, yaitu :
1. Gas-gas terlarut (dissolved gases) : nitrogen, hidrokarbon dan gas-gas korosif seperti
O2, CO2 dan H2S.
2. Padatan terlarut (dissolved solid) : garam-garam Ca, Mg, silikat, klorida, sulfat, nitrat,
fosfat, dll.
3. Padatan tersuspensi (Suspended solid) : pasir, lumpur, koloidal tak larut, dll.
4. Cairan tak terlarut : minyak, grease, sabun, dll.
Dengan mengetahui komposisi dan kandungan air dapat direncanakan feed water treatment
yang tepat dan baik. Tujuannya supaya ketel dan alat proses dapat beroperasi secara
sempurna dan terhindar dari kerusakan.
Uap yang diinginkan dalam ketel uap adalah uap yang benar-benar kering, karena uap
basah mengandung sedikit butir-butir air halus yang biasanya mengandung garam terlarut.
Dengan demikian, jika air basah tersebut terikut bersama uap kering maka akan
meninggalkan endapan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-5


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Adanya produksi butir-butir halus air dan kandungan garam dalam uap kering harus
dicegah karena dapat menimbulkan overheating. Produksi uap yang bersih dan kering
adalah problem yang penting sekali, apalagi untuk ketel tekanan tinggi agar memperoleh
efisiensi yang tinggi. Peristiwa terikutnya butir-butir halus air dalam uap kering disebabkan
oleh priming dan foaming.
Priming adalah terdorongnya air dalam uap sehingga masuk kedalam steam drum,
sampai pula ke pipa-pipa superheater dan pengeluaran uap. Hal ini terjadi pada saat air
mendidih sangat cepat sehingga pipa air diisi gelembung-gelembung uap yang
menyebabkan rapat massa campuran air dan gelembung uap tersebut mengembang dengan
cepat ke dalam steam drum, sehingga air menjadi terdesak ikut serta ke dalam ruang uap
dan kemudian superheater.
Foaming terjadi karena gelembung-gelembung uap membentuk lapisan buih pada
permukaan air dimana buih tersebut kemudian mengembang mengisi ruang uap pada
steam drum dan dapat pula masuk ke superheater.
Hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya priming dan foaming :
1. Tegangan permukaan air ketel yang rendah
2. Ruang uap pada steam drum kurang besar.
3. Uap meningalkan ketel terlalu cepat.
4. Adanya bahan pembentuk buih : bahan organik terlarut, bahan campuran tersuspensi,
total solid yang tinggi dan kebasaan yang tinggi.
Bahan-bahan yang terlarut terdapat dalam air dapat mengurangi tegangan permukaan air
sehingga menyebabkan pembuihan. Contoh : sabun, deterjen, dll.
Pembuihan dapat dicegah atau dihambat dengan penambahan foam depressing
substance : emulgated factor oil, polymid, dll. Bahan foam dopes tersebut disebar melapisi
permukaan air, namun aktivitasnya tidak terlalu besar. Cara yang paling tepat adalah
menjaga dan mengatur kadar total solidnya.
Terikutnya air dalam uap kering dapat juga ditimbulkan oleh pecanhya gelmbung uap
pada waktu pendidihan. Pecahnya gelembung uap tersebut melemparkan butir-butir halus
air dalam uap hingga terbang ikut uap masuk ke ruang uap dan seterusnya.
V.1.4.1 Kerak dan Pencegahannya
Air yang mengandung banyak garam kalsium dan magnesium disebut air sadah.
Dalam ketel uap, air sadah menimbulkan batu ketel yang terdiri dari CaCO 3, CaSO4,
Mg(OH)2 yang mengakibatkan pemindahan panas yang buruk.
Apabila batu ketel itu terpecah pada tempat tersebut air langsung bersentuhan dengan
dinding ketel yang pijar sehingga dapat menimbulkan ledakan ketel. Pemakaian air sadah

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-6


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
pada ketel uap sangat bahaya karena pada pemanasan diatas 62 oC atau pada pendidihan
dan penguapan, garam Ca dan Mg pecah menjadi karbonat yang tak larut dan gas CO2.
Reaksinya sebagai berikut :
Ca(HCO3)2 CaCO3 + H2O +CO2
Mg (HCO3)2 Mg CO3+ H2O +CO2
Garam-garam tak larut tersebut mengendap dan membentuk kerak yang melekat pada
permukaan dinding ketel yang dipanaskan. Endapan yang menimbulkan kerak tersebut
sangat merugikan, karena :
1. Membentuk endapan kerak yang keras dan sukar dihilangkan.
2. Merupakan daya hantar panas yang buruk.
3. Menyebabkan pemakaian bahan bakar lebih banyak untuk menghasilkan uap yang
sama.
4. Menurunkan efisiensi ketel uap.
5. Menyebabkan adanya overheating.
6. Menyebabkan kerusakan yang datal pada ketel uap.
7. Menyebabkan pemanasan tidak merata sehingga dapat mengakibatkan ketel uap
mengembang dan pecah.

Yang perlu diperhatikan pada pembentukan kerak adalah sturktur fisik kerak :
1. Kerak yang keras, padat dan sukar dibersihkan sangat berbahaya.
2. Kerak yang berpori (porous), seperti lumpur mudah dibersihkan.

Pencegahan terbentuknya kerak dan endapan sangat penting, dapat dilakukan dengan cara :
1. Pelunakan air pengisian ketel atau air ketel dengan water treatment.
2. Pembersihan endapan atau kerak yang timbul dan pengawasan dinding pipa uap secara
periodik.
3. Blowdown secara teratur.
4. Khusus untuk silicate scale problem dapat dikurangi bila total dissolved solid dalam
boiler memnuhi anjuran pabrik.

V.4.2 Korosi dan Pencegahannya


Korosi adalah penghancuran logam sebagai akibat reaksi kima.
Proses timbulnya korosi pada besi dalam air atau udara basah disebabkan oleh faktor :
1. Pengaruh asam keras.
2. Pengaruh basa keras.
3. Pengaruh oksigen.
4. Pengaruh kebasaan NaOH yang tinggi.
5. Pengaruh tekanan dan temperatur tinggi di atas 400 oC.
6. Adanya silikat.
7. Adanya pemakaian drum-drum ketel dengan sambungan keling.

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-7


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
8. Adanya tegangan dalam yang tinggi dalam plat-plat ketel.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah :


1. Menghilangakn oksigen terlarut.
2. mengontrol pH pada daerah basa (10,5-11,5)
3. Memakai sambungan pas pada drum-drum ketel uap.
4. Menggunakan plat baja yang tahan korosi.
5. Melakukan pembersihan secara periodik.
6. Menghilangkan silikat.
7. Menggunakan protective coating (cat, aspla, semen) pada bagian yang tidak
diperlakukan pada temperatur tinggi.
8. Blowdown secara teratur.

V.2 Pengelolahan Limbah


PT. PG. Candi Baru merupakan salah satu perkebunan yang menghasilkan limbah. Hal
ini dapat menjadi sumber pencemaran apabila tidak dilakukan penanganan secara tepat.
Oleh karena itu PT. PG. Candi Baru sebagai salah satu dari masyarakat industri
menyadari sepenuhnya atas tanggung jawab sosial dalam menjaga kelestarian lingkungan
hidup tanpa mengesampingkan tanggung jawab internal perusahaan.
PT. PG. Candi Baru sebagai perusahaan yang berwawasan lingkungan telah
mengambil langkah-langkah penanganan baik secara internal maupun dengan bantuan
P3GI Pasuruan maupun dari konsultan.
Dalam hal ini sebagai landasan kerja adalah segala undang-undang peraturan serta
keputusan yang dikeluarkan pemerintah.
1. Undang-Undang dan Peraturan
Undang-Undang dan peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup antara
lain :
Undang-Undang RI. No 4 tahun 1982 tentang ketentuan poko pengelolahan
lingkungan hidup.
Peraturan Pemerintah RI No 51 tahun 1993 yang menggantikan peraturan
pemerintah RI No 29 tahun 1986 tentang analisa dampak lingkungan.
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 363/KPTS/Re 220/6/1989 tentang
pedoman teknis penyusunan analisa mengenai dampak di lingkungan Departemen
pertanian.
Keputusan 51/Men KLH/6/1987 tentang pedoman penyusuna studi evaluasi
mengenai dampak lingkungan.

V.2.1 Penanganan Limbah Cair

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-8


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
V.2.1.1 Inhouse Keeping
Tindakan pecegahan (inhouse keeping) harus dilaksanakan juga mengefektifkan sarana
pengolah limbah cair dengan sebaik-baiknya, hal ini sangat menunjang efisiensi produksi
tujuan :
Jumlah / debit limbah cair sekecil mungkin.
Konsentrasi serendah mungkin.
Untuk mencapai tujuan tersebut, hal-hal yang harus dilaksankan :
Tempat-tempat yang sering terjadi tumpah-tumpahan polutan dipasang tembokkan
(dilokalisasi) dan dilengkapi injector untuk recycle.
Memisahkan saluran dari dust collector, karena mengandung karbon dengan
konsentrasi tinggi.
Memisahkan air yang tidak tercemar (air bebas polutan).
- Air Condensor Rotary Vacuum Filter.
- Air Condensor Rapid Cooler.

V.2.1.2 Unit Pengolahan Limbah Cair


Penanganan limbah cair di PT. PG. Candi Baru dengan sistem kimia yaitu dengan
penambahan koagulan berupa Ca(OH)2 dan tawas. Limbah cair di PT. PG. Candi Baru
dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Limbah cair dari dust collector.
2. Limbah cair dari dalam pabrik.

Tahap Pengelolahan Limbah Cair :


Limbah cair dari dust collector
Limbah cair dust colletor kandungan pencemarannya adalah abu sisa pembakaran
ketel tekanan menengah yangditangkap dust colletor basah (wet dust collector).
Petunjuk Operasional Penanganan Limbah Cair dari dust collector.
- Limbah cair yang keluar dari dust collector dilewatkan ke talang getar, dengan
tujuan fraksi yang kasar dapat ditangkap di saringan getar.
- Abu yang ditangkap di saringan getar ditampung di bunker dengan menggunakan
belt conveyor.
- Air yang lolos saringan masih mengandung abu yang partikelnya halus, diendap
di pengendap kontinyu.
- Air bersih keluar dari pengendap kontinyu dipompa lagi untuk spray water
ditambahi air suplisi 10%.
- Air yang kotor dikembalikan ke talang excentric kontinyu.
Limbah cair dari dalam pabrik
Limbah cair dari dalam pabrik kandungan pencemarannya adalah :
1. Polutan (sisa-sisa ceceran nira)

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-9


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
2. Air serapan mengandung soda (dari juice heater dan evaporator)
Petunjuk Operasional Penanganan Limbah Cair dari Dalam Pabrik
- Debit limbah cair dalam pabrik 10,1 lt/dt dan pH-nya sebesar 6,5 dinaikkan
menjadi 8 dengan penambahan Ca(OH)2. Disepanjang saluran menuju sumur
pompa dipasang saringan, untuk menagkap kotoran atau sampah dan sebagian
minyak. Hal ini sangat mengurangi beban di Instalasi Penglolahan Air Limbah
(IPAL).
- Pada sumur pompa yang menuju IPAL juga ditambah tawas sebanyak 1 kg/jam (11-
15 ppm) untuk membantu pengendapan di IPALA.
- Cara pemberian tawas, tawas dimasukkan ke drum / tangki 1 kg tiap-tiap jam dan
dialiri dari kontrol pompa, sehingga tawas larut sedikit demi sedikit.
- Sepanjang saluran yang menuju ke sumur pompa, diberi saringan kasar dibeberapa
tempat untuk menangkap kotoran sampah secara periodik diambil dengan serok,
agar tidak menganggu kelancara pompa.
- Pada pengendap akhir dtambah Ca(OH)2, sampai pH outlet limbah 7.
IPAL (Instalasi Pengelolahan Air Limbah)
Terdiri dari :
- Kolam penagkap lumpur
Panjang 23 m, lebar 5 m, dalam 2 m, volume 230m 2. Endapan lumpur dikuras
sekali dalam seminggu dan ditampung di drying batch. Setelah kering, dibuang
sebagai tanah uruk.

- Kolam equaliser
Kolam equaliser berfungsi sebagai pengendali stabilitas beban maupun debit.
- Bak Netralisasi
- Bak Pengendap Awal
- Kolam Aerasi

Dengan pemberian oksigen maka dikolam aerasi akan terjadi reaksi senyawa organik
dengan oksigen. Pada kolam aerasi ditambahkan katalisator Mikroba INOLA 121 (produk
P3GI Pasuruan)
mikroba
Senyawa organik + O2 + nutrien CO2 + H2O + sel baru
Sel-sel mati mikroba CO2 + H2O + nutrien
Didalam kolam terjadi dapur ekosistem yaitu miroba (bakteri, alga, yeast) dimakan
protozoa. Seddangkan protozoa dimakan metazoa.
Limbah cair yang keluar dari IPAL sudah sangat jernih yang pemantauan limbah tiap bulan
dilaksanakan oleh Departemen Perindustrian Tingkat II Sidoarjo, dianalisa di BTKL (Balai

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-10


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Teknik Kesehatan Lingkungan). Sebagai acuan operasional, telah dibuat SOP (Standard
Operasional Procedure) limbah cair sebagai berikut :
Standard Operasional Procedure IPAL
1. Debit IPAL 10 lt/dt.
2. Masukkan 3 ppm INOLA 121 setiap hari selama 7 hari berturut-turut.
3. Larutkan urea 2x berat bibit
4. Larutkan TSP 10% urea
5. Aerator harus jalan semua
6. pH limbah masuk IPAL dijaga konstan 7-8
7. Selanjutnya dosis normal 2 ppm/hr selama 2 minggu
8. pemberian TSP dan urea pada dosis normal dan dosis pemeliharaan seperti butir 3 dan 4

V.2.2 Penanganan Limbah Padat


Limbah padat di PT. PG. Candi Baru ada 3 macam, yaitu :
1. Blotong dari stasiun pemurnian
Blotong termsuk limbah padat yang dihasilkan dari proses pemurnian nira diman proses
pemisahannya menggunakan rotary vacuum filter. Blotong sulfitasi masih mengadung
unsur-unsur penting membantu penyuburan tanah, sehingga dimanfaatkan untuk
penyebaran atau pupuk lahan kering.
Oleh karena itu PT. PG. Candi Baru dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pupuk
organik di kebun tebu. Jumlah blotong tiap hari 35 ton (2 % tebu).
Standard Operasional Procedure Blotong
Blotong yang keluar dari vacuum filter ditampung di bunker untuk sementara
dengan tujuan mengatur pengisian ke dalam truk.
Pengangkutan ke kebun tebu menggunakan 1 buah truck colt disesl dan 2 buah
drump truck yang dikontrak oleh perusahaan.
Banyaknya angkutan tiap truk terbatas pada tonase yang telah ditentukan
DLLAJR. Cara pengangkutannya : truk yang telah dipenuhi oleh blotong ditutup
dengan terpal supaya tidak berceceran dijalan dan tidak mengganggu kebersihan
umum.
2. Abu kering dari ketel tekanan rendah
Abu kering merupakan limbah padat sisa pembakaran ketel tekanan rendah yang
jumlahnya 28,8 ton per hari pembuangannya dipusatkan di emplasemen daerah Ngahan,
Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, milik PT. PG. Candi Baru. Apabila dibutuhkan oleh
masyarakat untuk tanah uruk, diharuskan masyarakat mematuhi SOP (Standard
Operasional Procedure) yang telah dibuat oleh PT. PG. Candi Baru.
3. Abu basah dari dust collector ketel tekanan rendah

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-11


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Abu basah merupakan limbah padat sisa pada pembakaran ketel tekanan menengah
yang telah ditangkap oleh dust collector, selanjutnya fraksi yang kasar ditangkap oleh
saringan talang getar dan fraksi halus diendapkan kontinyu. Jumlah abu yang basah tiap
hari 27 ton. Abu basah ini banyak diminati masyarakat sebagai tanah uruk, namun
tempat-tempat pembuangannya juga masih dimonitor oleh PT. PG. Candi Baru.
4. Kertas Saring
Kertas saring dari laboratorium di tampung dalam drum khusus penampungan kertas
saring, selesai giling di kirim ke PPLI Ciluensi Bogor untuk di olah.
5. Ampas
Ampas merupakan limbah dari hasil pemerahan nira pada stasiun gilingan. Usaha yang
di lakukan untuk menangani limbah in adalah :
a. Memakai ampas sebagai bahan bakar ketel.
b. Menyimpannya untuk persediaan.
c. Menjual ampas pada pabrik lain.

V.2.3 Penanganan Limbah Gas


Untuk menganggulangi pencemaran udara PT. PG. Candi Baru telah memasang dust
collector sistem basah (wet dust collector), karena sistem ini di anggap paling efektif untuk
menangkap debu.

Gas Hasil Pembakaran Ketel


Gas ini mengadung partikel-partikel abu dan arang. Partikel-partikel ini dapat mengotori
rumah penduduk karenanya di lakukan usaha penanganan :
1. Melengkapi ketel dengan penutup debu
2. Memasang alat dust collector guna menangkap gas seblum di buang ke udara bebas.

V.2.5 Baku Mutu dan Air Limbah


Menurut SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jatim no. 414 tahun 1987 dan SK
Gubernur Jatim 136/1994.
A. Baku mutu air di bagi dalam 5 golongan menurut kegunaanya, yaitu :
1. Baku mutu air golongan A
Yaitu air pada sumber air yang dapat di pergunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa di olah terlebih dahulu.
2. Baku mutu air golongan B
Yaitu air yang dapat di pergunakan sebagai air baku untuk di olah menjadi air
minuman atau untuk keperluan rumah tangga.
3. Baku mutu air golongan C
Yaitu air yang dapat di pergunakan untuk kerperluan dan peternakan.
4. Baku mutu air golongan D

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-12


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Yaitu air yang dapat di pergunakan untuk keperluan pertanian dan dapat di
manfaatkan untuk usaha di perkotaan, perindustrian.
5. Baku mutu air golongan E
Yaitu air yang tidak dapat di pergunakan untuk keperluan A,B,C dan D.
B. Baku mutu air limbah menurut tempat pembuangan di bagi menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Air limbah golongan I
Yaitu air limbah yang di buang ke dalam air golongan B
2. Air limbah golongan II
Yaitu air limbah yang di buang ke dalam air golongan C
3. Air limbah golongan III
Yaitu air limbah yang di buang ke dalam air golongan D
4. Air limbah golongan IV
Yaitu air limbah yang di buang ke dalam air golongan E

V.3 Spesifikasi Alat


V.3.1 Timbangan Tebu
1. Timbangan Truk
Merek : AND
Jenis : Load Cell Digital (Timbangan Jembatan Elektronik)
Buatan : Japan
Kapasitas Timbang : 30.000 kg
Ketelitian : 10 kg
Jumlah : 1 buah
Fungsi : Menimbang tebu dari truk
2. Timbangan Lori
Merek : Berkel
Jenis : Timbangan Jembatan Cepat
Buatan : Holland
Type : C 95559-7080
Kapasitas Timbang : 10.000 kg
Ketelitian : 10 kg
Jumlah : 1 buah
Fungsi : Menimbang tebu dari lori
3. Digital Crane Scale
Kapasitas Timbang : 10.000 kg
Ketelitian : 10 kg
Jumlah : 1 buah
Lama 1 Siklus : 4 menit
Timbangan-timbangan ini mendapat pengesahan dari Badan Metrologi setiap tahun.

V.3.2 Cane Unloading


1. Travelling Cane (Cane Tranloading)
Kapasitas : 12.000 kg
Lama 1 Siklus : 3 menit
Jumlah : 1 buah

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-13


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Fungsi : Mengangkat tebu dari truk / lori ke meja tebu
2. Cane Table (Meja Tebu)
Type : Feed Lateral
Panjang : 9,4 m
Lebar : 5,7 m
Power Motor : 18,5 kW
Kecepatan Rantai : 0,28 m/s
Fungsi : Sebagai tempat menampung tebu dari truk / lori untuk
persiapan giling
V.3.3 Stasiun Persiapan
1. Cane Laveller
Diameter : 850 mm
Panjang : 1.520 mm
Jumlah Pisau : 56 pisau
Penggerak :
Slip ring motor : 125 HP
RPM : 730
Gear Reducer(ratio): 1:30
RPM laveller : 730
Fungsi : meratakan tinggi tebu 1 meter
2. Conveyer Tebu (Cane Carrier I)
Model : Slat Carrier
Panjang Bagian Datar : 17,3 m
Panjang Bagian Miring : 13 m
Lebar : 1.524 mm
Penggerak :
Motor : 50 hp
RPM : 850
Fungsi : membawa tebu daricane table menuju cane cutter.
3. Coveoyer Tebu Tercacah (Cane Carrier II)
Model : Slat Carrier
Panjang Bagian Datar : 4 m
Panjang Bagian Miring : 7 m
Lebar : 1.524 mm
Penggerak :
Motor : 30 hp
RPM : 1.200
Fungsi : Membawa potongan tebu dari cune cutter menuju unigrator.
4. Chopper Shedder (Unigrator)
Ukuran :
Diameter : 1.676 mm
Panjang : 1.520 mm
Jumlah Pisau : 36 buah
Penggerak :
Slip Ring Motor : 450 kW / 1.470 rpm
Gear Reducer : 1 : 24,5
RPM pisau : 600
Fungsi : Mencacah potongan tebu menjadi serabut tebu yang siap
untuk digiling

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-14


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah

V.3.4 Stasiun Gilingan


1. Sugar Cane Mill
Dimensi keempat gilingan sebagai berikut :
No. x panj Daya RP Leher Poros x h Tek. Rati
Gil (HP) M Hidrolik o
I 33 x 60 240 60 380 mm x 480 mm 200 kg/cm2 1 : 19,4
II 33 x 60 180 60 380 mm x 480 mm 200 kg/cm2 1 : 20,62
III 33 x 60 120 55 380 mm x 480 mm 200 kg/cm2 1 : 24,5
IV 33 x 60 250 50 380 mm x 480 mm 200 kg/cm2 1 : 17,21
Diameter feeding roll pada masing-masing gilingan 550 mm.
Fungsi : memerah serabut tebu sehingga menghasilkan nira dan ampas.
2. Intermediate Cane Carrier
Kecepatan Cakar : 3 x peripheral speed roll atas

3. Pompa Nira Mentah Gilingan


Barat Timur
Kapasitas 120 m3/jam 120 m3/jam
Head 25 mka 15 mka
Kecepatan 1.455 rpm 1.455 rpm
Power 15 kW 20 kW
Jumlah 1 1
Diamter Inlet 5 inch 5 inch
Diameter Outlet 5 inch 5 inch

4. Saringan Nira Mentah (Vibrating Screen)


Panjang :2m
Lebar : 0,7 m
(D) Lubang Perforasi : 1 mm
Rpm motor : 1.455
Rpm saringan : 470
Power Motor : 15 kW
Fungsi : Menyaring nira gilingan I dan II
5. Pre Liming Tank
Volume 1 tangki : 500 liter
Jumlah : 4 buah

V.3.5 Stasiun Pemurnian


1. Timbangan Nira (Timbangan Bolougne),
Type / model : Boulogne
Daya Timbang : 2.600 kg
Cycle max/jam : 30
Fungsi : untuk mengetahui berat nira guna menentukan
banyaknya bahan tambahan untuk pemrosesan

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-15


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
selanjutnya.
Cara kerja :
Pada timbangan boulogne terdapat 2 buah bak yaitu bak tunggu (bak B), peti timbang
(bak C) yang disusun secara paralel, bak B diatas bak C. Dibawah peti timbang terdapat
peti tarik nira mentah tertimbang (bak D). Antara bak B dan C terdapat klep 1 dan diantara
bak C dan D terdapat 2 klep. Klep 1 dan klep 2 dihubungkan secara poros. Kerja klep 1
dan 2 bergantian, bila klep 1 terbuka maka klep 2 menutup, begitu sebaliknya.
Nira mentah dari bak penutupan (bak A) dipompa ke dalam bak B kemudian keluar ke
bak C memalui klep 1. Pada saat itu klep 2 posisinya tertutup sehingga nira akan tertehan
di bak C. Ketika berat nira lebih besr daripada pemberat, maka yang akan terjadi yaitu
pelampung naik dan piston pada pemberat akan turun ke peti timbang, maka klep 2 akan
terbuka dan klep 1 akan menutup kemudian nira turun ke bak D. Setelah bak C kosong
maka secara otomatis klep 2 akan menutup dan klep 1 aka nmembuka kembali.
2. Peti Tarik Nira Mentah
Volume : 6,2 m3
Fungsi : Menampung nira mentah tertimbang
3. Pompa Nira Mentah Tertimbang
Kapasitas : 163 m3/jam
Head : 30 mka
Kecepatan : 1.455 rpm
Power : 22 kW
Jumlah : 2 buah
Diameter Inlet/outlet : 5 inch
4. Pemanas nira I/II/III (Pemanas Awal / Juice Heater / Voorwarmer), dapat dilihat pada
No. Panjang Pipa pipa (mm) Jumlah Pipa (mm) Jumlah Passes
(mm) (x)
1 3.210 32/36 336 12
2 3.220 32/36 360 12
3 3.360 32/36 348 12
4 3.360 32/36 348 12
5 3.210 32/36 336 12
6 3.590 33/36 338 6
7 3.590 33/36 348 6
8 3.590 33/36 504 6

Spesifikasi Pemanas Nira I/II/III


No. LP (m2) Tahun Pembuatan Dipakai n / pp Keterangan
1 180 2005 I Samaco
2 120 1988 I Srikayamas
3 120 1979 I Gruno-sby
4 180 2005 II Samaco
5 180 2006 II Srikayamas
LAPORAN KERJA PRAKTEK V-16
TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
6 120 1979 II BBI pas
7 120 1979 III BBI pas
8 180 1995 III Arya Samatha
Fungsi :
Juice Heater I : Memanaskan nira mentah sebelum masuk defekator
sampai suhu 70-75 oC
Juice Heater II : Memanaskan nira dari sulfitator I sampai suhu
100- 105 oC
Juice Heater III : Memanaskan nira jernih sampai suhu 98 oC
5. Pompa Air Konensat
No Kapasitas Head Power Rpm Diameter inlet / Ket.
. (m3/jam) (mka) (HP) outlet (inch)
1 30 50/60 7,5 2.900 3x3 Aktif
2 30 50/60 7,5 2.900 3x3 Cadangan
3 30 50/60 7,5 2.900 3x3 Aktif

6. Pre Contactor
Diameter inlet nira mentah: 5 inch
Diameter inlet Ca(Oh)2 : 2 inch
Diameter outlet : 6 inch
7. Sulphur Tower
Fungsi : sebagai tangki / tempat penambahan SO2 ke dalam
nira yang telah terdefekasi
Sulphur tower nira mentah.
Diameter : 0.98 m
Tinggi : 6,8 m
Waktu Tinggal : 30 detik
8. Peti Tarik Nira Mentah Tersulfiltir
Diameter : 1,2 m2
Tinggi : 1,5 m
Volume : 1,5 m3
9. Pompa Nira Mentah Tersulfitir
Kapasitas : 200 m3/jam
Power :
Utara : 45 kW
Selatan : 55 kW
Head : 50 mka

Kecepatan : 1.457 rpm

Jumlah : 2 buah
10. Kompressor Udara untuk Nira Mentah
Kapasitas : 4,62 m3/menit
Tekanan operasi : 4,7 kg/cm2
Rpm : 1.000
Power : 22 Kw

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-17


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Jumlah : 2 buah
11. Kompressor Udara untuk Nira Kental
Kapasitas : 4,62 m3/menit
Tekanan Operasi : 4,7 kg/cm2
Rpm : 1.440
Power : 22 Kw
Jumlah : 1 buah
12. Dapur Belerang Nira Mentah
No. 1 (T) LB : 1,4 m2
No. 1 (T) LB : 1,4 m2
13. Dapur Belerang Nira Kental
No. 1 (T) LB : 0,6 m2
No. 1 (T) LB : 0,6 m2
14. Lime Slacker
Diameter : 1.000 mm
Panjang :6m
Volume : 5,7 m3
Jumlah : 1 buah
15. Pompa Susu Kapur
Kapasitas : 6 m3/jam
Head : 15 mka
Rpm : 2.860
Power : 5,5 kW
Jumlah : 2 buah
inlet / outlet : 2,5 / 2,5
16. Peti Pengaduk Susu
Jumlah : 2 buah (bagian utara dan bagian selatan)
Bagian Utara :
Diameter : 2.500 mm
Tinggi : 2.800 mm
Volume : 12 m3
Bagian Selatan :
Diameter : 1.310 mm
Tinggi : 880 mm
Volume : 1,2 m3
17. Flash tank, dapat dilihat pada.
Diameter : 2,5 m
Tinggi : 3,8 m
Lama Tinggal : 12 15 detik
Volume Efektif : 4,7 m3
18. Pengendapan : kontinyu
Type : Perforated Single Tray Clarifier dapat dilihat pada
gambar IV..8
Alat-alat penunjang : Pompa Membran (untuk mengangkut flokulan
Dari tangki flokulan ke tangki fokulator), flash tank,
dan pompa nira kotor.
Fungsi : Mengendapkan kotoran pada nira jernih sehingga
diperoleh larutan nira jernih dan nira kotor.

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-18


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Cara kerja :
Single tray berbentuk silinder dan konis pada bagian bawah yang terbagi hanya 2
compartment yang dilengkapi denga scrapper (penyapu kotoran) di bagian bawah
konis. Pengendapan menggunakan gaya gravitasi. Nira kotor dipompa ke bak
penampung atas dan jatuh secara gravitasi ke bak penampung nira kotor.
Nira jernih yang berada di bagian atas tray secara overflow mengalir ke pipa
penampung. Dari pipa ini nira menuju ke alat pengatur keluarnya nira (teleskop) dan
mengalir ke bak penampung nira jernih. Setelah itu sebelum disaring guna untuk
menghilangkan buih.
19. Saringan nira encer
Type : Saringan datar dengan plat bahan kain nilon
Luas Penyaringan : 2,0 m2
Perforasi : 200 mesh
20. Pompa nira encer
Kapasitas : 120 m3/jam
Rpm : 1.450
21. Rotary Vacuum Filter, dapat dilihat pada gambar IV.11
Diameter : 10 feet
Panjang : 18 feet
Luas Penyaringan : 40,2 m3
Jumlah : 1 buah
Rpm : 2-3
Cara kerja :
Rotary vacuum filter berbentuk silinder horizontal yang sebagian tercelup dalam
tangki berisi nira kotor. Bagian luarnya berfungsi sebagai penyaring berpori-pori dan
dibagian dalam terbagi menjadi 3 daerah vacuum, yaitu :
a. Unit Low Vacuum (15-25 cm Hg)
Yaitu bagian silinder yang berhubungan dengan nira kotor. Nira akan tersedot
sedangkan zat-zat padat tersuspensi akan menempel pada permukaan saringan dan
membentuk lapisaan tipis blotong dan serpihan ampas halus.
b. Unit High Vacuum (45-55 cm Hg)
Lapisan tipis blotong masuk ke daerah tinggi. Penyerapan nira berlanjut dan lapisan
bertambah tebal. Pada unit ini, nira lebih jernih daripada daerah low vacuum. Untuk
mengambil gula yang masih ada, lapisan tersebut disemprot dengan air panas
dengan suhu sekitar 80-90 oC. Air dan nira dalam blotong menjadi kering karena
pengaruh vacuum.
c. No Vacuum
Berhubungan dengan udara luar. Lapisan blotong yang sudah kering tersebut akan
diserap oleh scrapper kemudian blotong dibawa oleh belt conveyor untuk dibuang
22. Clarifier
Diameter : 6.399 mm

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-19


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Waktu Tinggal : 30 40 menit
Cara kerja :
Nira masuk secara tangensial pada bagian atas kemudian pemisahan antara nira
kotor dan nira jernih terjadi karena adanya gravitasi. Nira kotor dipompa menuju bak
penampungan untuk disaring pada tahap selanjutnya di vacuum filter. Nira jernih
keluar melalui pipa overflow menuju bak penampungan nira jernih kemudian nira
dilewatkan saringan untuk memisahkan sisa kotoran yang masih ikut.

V.3.6 Stasiun Penguapan


1. Data-data perpipaan

Panjang
Pipa Jumlah BD Ziel LP
No. Pipa Ket.
(mm) Pipa N Pyp (m2)
(mm)
(m) (m)
1 2.296 42,5/44,4 3.728 4.3 - 1.100 1993 Samaco
5
2 2.070 39/42 2.678 3.45 0.86 1.000 1978 Bosto
3 2.060 39/42 2.278 3.13 0.80 1.000 1978 Bosto
4 1.680 39/42 2.611 3.32 0.76 870 2004 Ex. PG.
Madukismo
5 2.000 39/42 3.826 3.87 1.04 870 2004 Samaco

2. Pompa Nira Kental Badan Penguapan


Barat Timur
3
Kapasitas (m /j) 25 25
Head (mka) 25 25
Power (BP) 20 15
Jumlah 1 1
Rpm 1.455 1.455
inlet/outlet 4 4

3. Sulphur Tower Nira Kental


Diameter : 1220 mm
Tinggi : 5170 mm
Tinggi Efeketif : 2970 mm
Volume : 3.74 m3
4. Pompa Hampa Udara Sentral
Dipakai untuk Badan Penguap (Evaporator)
Diameter Silinder : 900 mm
Diameter Stang Silinder : 108 mm

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-20


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Langkah : 840 mm
Rpm : 70

V.3.7 Stasiun Masakan


1. Data-data pan masak
Panj
Vol Tek.
ang Jum Tahun Di T
N Pipa LP . Kapa Vakum
Pipa lah pembu pa Ket Pema
o (mm) (m2) (m sitas (cmHg
(mm Pipa 3
atan kai nas
) )
)
100-
1 99/103 1020 400 120 20 1978 D Calandria 400 67
110
100-
2 99/102 960 854 235 40 1985 D Calandria 400 65
110
C/ 100-
3 99/103 1020 377 120 20 1978 Calandria 200 66
A 110
97,6/101, 100-
4 1110 746 240 40 1995 A Calandria 400 58
6 110
100-
5 99/102 960 860 235 40 1985 A Calandria 400 65
110
97,6/101, 100-
6 1110 746 240 40 1995 A Calandria 400 58
6 110
100-
7 101/106 1070 613 210 38 1972 A Calandria 380 68
110

2. Palung Bibitan D
Dipakai untuk bibitan D II 1 Buah Volume 10 m3
Dipakai untuk bibitan C 1 Buah Volume 20 m3
3. Palung pendingin
No. Volume (m3) Dipakai untuk Keterangan
1 400 D Jenis U
2 30 D Jenis U
3 20 D Jenis U
4 20 D Jenis U
5 10 D Jenis U
6 10 D Jenis U
7 10 C Jenis U
8 25 C Jenis U
9 20 C Jenis U
10 10 A Jenis U
11 10 A Jenis U
12 20 A Jenis U
LAPORAN KERJA PRAKTEK V-21
TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
13 20 A Jenis U
14 20 A Jenis U
15 30 A Jenis U

4. Seed Vessel
Dipakai untuk A 1 Buah Volume 20 m3
Dipakai untuk D - 1 Buah Volume 200 m3

5. Peti-peti tunggu
No. Jumlah Volume (m3)
1 Peti tunggu nira kental - 1 2 40
2 Peti tunggu str A 6 120
3 Peti tunggu str C 4 50
4 Peti tunggu str D 4 30
5 Peti tunggu Klare - SHS 1 20

6. Rapid Cooler
Dipakai untuk Cuite D 1 buah volume 40 m3
V.3.8 Stasiun Puteran
1. Puteran A
a. Semi Otomatis
Jumlah : 2 buah
Kapasitas Per Charge : 40 kg
Jumlah Cycle Per jam : 25
Tinggi : 18 inch
Type : Batch
b. Otomatis (Puteran Broad Bent)
Jumlah : 1 Buah
Kapasitas per jam : 8000 kg
Tinggi : 36 inch
Diameter : 48 inch
Type : Batch
2. Puteran SHS
a. Puteran Broad Bent C 32 MT
Kapasitas per jam : 1200 kg
Jumlah Cycle per jam : 15
Tinggi : 36 inch
b. Puteran WS
Kapasitas per jam : 800 kg
Jumlah cycle per jam : 10
Tinggi : 36 inch
3. Puteran C
Jumlah : 1 buah
Kapasitas per jam : 12000 kg
Tinggi : 47,6 inch
Diameter : 48 inch
Type/merk : Continous / BMA-K 2200
4. Puteran D

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-22


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
Jumlah : - D1 : 3
- D2 : 1
Kapasitas per jam : 3500 kg
Tinggi : 28 inch
Diameter : 36 inch
Type/Merk : Continous/BMA-K 850 S
Fungsi : Memisahkan kristal gula dari larutannya dengan cara
Sentrifugal.
Alat-alat penunjang : Screw Conveyor, Mixer SHS
V.3.9 Stasiun Penyelesaian
1. Penyaringan Getar / Talang goyang
Fungsi : Sebagai alat transportasi dari stasiun puteran menuju ke
Sugar Bin, Sebagai alat pengering gula dan sebagai penyaring gula yang
keluar dari puteran SHS sehingga diperoleh kristal gula yang ukurannya
standar
Kapasitas : 1,94112 ton/jam
Type : Engkel (Single Stang)
Bahan : Plat siku, Kayu Waru tua (sebagai pegas)
Sudut : 60o
2. Tangga Yacob
Tahun : 2001
Jumlah Bak : 29
Jenis Rantai : Jefri
RPM : 37
Diameter Getar : 0.38 m
Fungsi : Membawa gula dari hasil penampung gula hasil saringan ke sugar bin.
3. Ayakan
Ukuran 8 mesh, panjang 9 meter.
Ukuran 23 mesh, panjang 6 meter
4. Timbangan Gula
Kekuatan : 50 Kg
Jenis : Automatic Bagger
Jumlah :1
Merk : AND

V.3.10 Gudang gula dan tetes


1. Gudang Gula
a. Gudang 1 : 51000 ku (daya tampung)
b. Gudang 2 : 64000 ku (daya tampung)
2. Tangki tetes besar
a. Kapasitas : 3000 ton dan 2625 ton
b. Volume Efektif Total : 2089 m3 dan 1800 m3
c. Jumlah : 1 buah
3. Tangki tetes buffer

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-23


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB V Utilitas dan Pengelolahan Limbah
a. Kapasitas : 30 ton
b. Volume efektif total : 7 m3
c. Jumlah : 3 buah
4. Jedingan Tetes
a. Kapasitas : 201 ton
b. Volume efektif total : 136,8 m3
c. Jumlah : 1 buah

LAPORAN KERJA PRAKTEK V-24


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai