BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengigat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima
oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar.
pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat di artikan
6
7
Analisis adalah suatu kemapuan menjabarkan ateri atau suatu objek ke dala
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata
mengelompokkan.
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi-formasi yang ada.
penilaian terhadap suatu atau objek. Penilaian-penilaian ini di berdasarkan pada suatu
kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan tentang kriteria-kriteria yang telah
ada.
menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari objek penelitian atau responden.
Kedalaan pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengn
tingkatan-tingkatan di atas.
8
sebagai berikut:
Cara coba- coba ini dilakukan dengan enggunakan kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba keungkinan yan lain dan hal tersebut akan terus di lakukan sampai
masyarakat baik formal aupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan
berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang
Cara-cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-
1626), keudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara
untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
2.1.2 Bidan
yang diakui dinegaranya dan telah lulus dari pendidikannya tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftarkan dan atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik
2.1.3 Definisi
setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir) (winkjososastro, 2000). Fase dalam
persalinan dimulai dari kala I yaitu servik membuka kurang dari 4 cm sampai
dengan kala III dimana servik sudah membuka persalinan yang dimulai dengan
lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan post partum
terjadi setelah kala III persalinan selesai (Saifuddin, 2002). Perdarahan pasca
partum, yang dahulu merupakan kehilangan 500 ml darah atau lebih setelah
adalah kehilangan berat badan 1% atau lebih karena 1 ml darah beratnya 1 gram
(Bobak, 1996).
Perdarahan post partum/pasca persalinan atau dikenal juga sebagai hemoragi post
partum (HPP), merupakan perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah besalin
yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan
(Yulianingsih, 2012).
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri(plasenta telah lahir), atonia uteri juga suatu
kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah
yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.
Pada saat kehamilan terjadi pembesaran uterus yang didalamnya terdapat janin yang
besar dan juga jumlah air ketuban yang berada dalam kandungan berlebihan.
Persalinan yang dipercepat dengan melalui pemberian oksitosin pada saat kehamilan.
Kekurangan nutrisi dan gizi atau disebut dengan malnutrisi pada saat kehamilan.
11
Usia yang tidak pas dengan batas usia yang ditetapkan dalam mengandung atau usia
yang terlalu muda dengan usia kurang dari 20 tahun dan juga usia yang terlalu tua
dengan usia yang terlalu tua dengan usia lebih dari 35 tahun.
Memiliki riwayat pernah mengalami atonia uteri sebelumnya pada saat pasca kelahiran
Cara penangan Atonia uteri yaitu memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000
Lanjutkan infus oksitosin 20 unitd alam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata dapat
terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma (Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, hal. 300).
a. Plasenta Adhesiva
adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan
b. Plasenta Akreta
miornetrium.
c.Plasenta Inkreta
12
miornetnum.
d. Plasenta perkreta
adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga
e. Plaserita Inkarserata
osteuni uteri.
sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi akibat tertinggalnya kotiledon dan
selau kulit ketuban yang menggangu kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah
Bentuk perdarahan
a.Perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga pengeluaran lochea disertai
cara penangan sisa plasenta yaitu melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka)
dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
13
instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi
dan kuretase.
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan
1. LukaPerinium
Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian
Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perinium
Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis,
Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
Cara penangana laserasi jalan lahir untuk ruptur perineum dan robekan dinding
vagina lakukan penjahitan seperti biasa, untuk robekan Serviks lakukan penjahitan
secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua
Inversio uteri adalah komplikasi persalinan yang jarang terjadi dimana rahim
sebagian atau seluruhnya ikut keluar ketika plasenta lahir. Bagian rahim bagian atas
rahim ini bisa sampai ke mulut rahim hingga keluar dari jalan lahir. Meskipun inversi
uteri tidak sering terjadi, namun ketika itu terjadi ada risiko tinggi kematian akibat
pendarahan hebat dan shock. Namun, bisa diobati dengan sukses ketika terdeteksi
dengan cepat da
n diberi penanganan dengan tepat. Oleh sebab itu penting kiranya bagi kita untuk
mengetahui gejala, penyebab, dan langkah penanganan pada inversio uteri ini.
Penyebab inversio uteri, Penyebab pasti dari inversio uteri tidak diketahui
Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam Tali pusar pendek Bayi lahir
sebelum waktunya Penggunaan obat relaksan otot selama persalinan Rahim abnormal
atau lemah Riwayat inversio uteri sebelumnya Plasenta akreta, dimana plasenta terlalu
dalam tertanam di dinding rahim Implantasi plasenta pada fundus uteri, di mana
plasenta melekat di bagian paling atas dari rahim Juga, menarik terlalu keras pada tali
15
pusat saat melahirkan plasenta dapat menyebabkan inversio uteri. Oleh sebab itu tali
pusat tidak boleh ditarik, cukup ditegangkan saja. Setelah bayi lahir, normalnya plasenta
akan terlepas dengan sendiri dari perlekatannya dengan dinding rahim, rata-rata 10-15
Namun dalam beberapa kasus plasenta tak lepas-lepas, bahkan dalam waktu 30
menit setelah melahirkan, maka diperlukan tindakan untuk melepaskan plasenta oleh
dokter atau bidan, tindakan ini disebut dengan manual plasenta. Tindakan ini dilakukan
dengan cara memasukkan tangan penolong ke dalam lahir melalui jalan lahir, kemudian
jari-jemari mencari letak plasenta dan mengikis dari tepi perlekatan hingga terlepas
seluruhnya.
inversio uteri dengan mudah, yaitu dengan memperhatikan setiap tanda-tanda dan gejala
pada pasien yang meliputi: Keluarnya bagian rahim yang menonjol dari vagina Setelah
melakukan pemeriksaan, rahim tidak berada ditempatnya Pendarahan dari jalan lahir,
pasien kehilangan cukup banyak darah sehingga tekanan darah cepat turun. Adapun
bagian atas rahim telah jatuh terbalik, namun tidak satupun dari bagian rahim yang
mencapai leher rahim (serviks) inversi lengkap, di mana bagian rahim telah
mencapai serviks inversi prolaps, di mana bagian atas rahim terlihat keluar dari vagina
inversi total, di mana rahim dan vagina sama-sama terdorong ke luar Penanganan
16
Inversio Uteri Ini merupakan kondisi gawat darurat yang harus segera mendapatkan
penanganan. Dokter akan mendorong bagian atas rahim yang terbalik atau yang ke luar
kembali ke atas melalui jalan lahir dengan kepalan tangan. Untuk lancarnya proses ini
mungkin diperlukan anestesi umum, seperti halotan (Fluothane) gas, atau obat-obatan
diberikan untuk membantu kontraksi rahim dan mencegah terulangnya kembali inversio
utero.
Baik dokter atau bidan akan memijat rahim sampai kontraksi penuh dan
pendarahan berhenti. Sang ibu akan diberikan cairan infus dan transfusi darah jika
diperlukan. Dia juga akan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Jika plasenta
masih tetap belum lahir, dokter mungkin harus melepaskannya secara manual (manual
plasenta).
Cara penanganan inversio uteri segera melakukan reposisi uterus. Namun jika
reposisi tampak sulit, apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama, rujuk ke fasilitas
yang lebih memadai dan dapat melakukan operasi untuk dilakukan laparotomi. Bila
laparotomi tidak berhasil dapat dilakukan histerektomi sub total hingga total.
1. Tatalaksana Umum
17
sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien. Apabila menemukan tanda-tanda syok,
jarum besar Memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau
Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu. Melakukan pengambilan sampel darah untuk
kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah cairan yang
masuk. Melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu. Memeriksa
kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus uteri.
Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika
ada, misal: robekan serviks atau robekan vagina). Memeriksa kelengkapan plasenta dan
selaput ketuban. Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara klinis
2. Tatalaksana Khusus
1.Atonia uteri
1.Cara resusitasi
penanganan awal bila terjadi perdarahan yang tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan faktor kematian, oleh karena itu diperlukan juga pengecekan golongan
18
darah jika terjadi perdarahan yang pengecekan golongan darah jika terjadi perdarahan
yang hebat untuk dapat menyetok persediaan darah maka segera dilakukan transfusi
Dalam terjadinya perdarahan yang tidak terkontrol oleh uterus salah satunya
dapat dilakukan tindakan pemijatan dan kompresi bimanual yang mana tindakaan
tersebut dapat menstimulus atau merangsang kerja uterus agar supaya dapat terjadinya
penghentian perdarahan yang terjadi pada saat setelah proses persalinan, hal tersebut
dilakukan dalam pemijatan dalam fundus uteri setelah pasca kelahiran maksimal 15
detik setelah lahirnya atau keluarnya plasenta dari vagina. Jika kontraksi masih terus
terjadi perdarahan masih terus berlangsung maka harus segera dilakukan penanganan
yang lebih lanjut seperti memeriksa perineum atau vagina dan juga seviks sendiri terjadi
laserasi dan juga segera lakukan penjahitan pada vagina lalu segera lakukan rujukan
melakukan penanganan gunakan sarung tangan serta lakukan juga dengan cara yang
hati-hati dan sangat terjaga sekali alat yang akan digunakan kebersihannya karena
gangguan tersebut terjadinya pada alat vital dalam reproduksi manusia,sarung tangan
yang digunakan merupakan sarung tangan yang sudah desinfeksi yang tingkat tinggi
atau yang sangat streril sekali lalu masukan tangan dengan lembutjuga menyatukan
19
kelima jari sehingga tangan menjadi mangerucut atau disebut dengan cara obstetric
Pembersihan dilakukan pada vaginan dan lubang seviks yang dimana pada saat
terjadi gangguan atonia uteri ini disebabkan karena tidak berkontraksinya atau tidak
berkontraksi yang dimana kontraksi pada uteri memiliki peran penting dalam
berkontaksi karena adanyan bekuan darah dan juga selaput ketuban yang mampu
menghalangi kontraksi uterus dalam pengontrolan perdarahan yang keluar pada saat
terjadinya persalinan.
Selain karena adanya penghalang berupa bekuan darah dan selaput ketuban yang
menghalangi vagina dan lubang servik yang mengganggu kontraksi uterus, terdapat juga
kandungan kantung kemih yang terlalu penuh sehingga dapat menghalangi dalam
berkontaksi uterus secara baik maka diperlukan dipalpasi pada kantung kemih yang
penuh dengan melakukan kateterisasi dan teknik yang dilakukan pula menggunakan
teknik aseptik pada kantung kemih yang terlalu penuh agar tidak dapat menghalangi
20
kontraksi uterus pada saat setelah pasca kelahiran supaya tidak mengalami perdarahan
dikontrol karena gangguan atonia ureti dapat diatasi agar terhindari dari perdarahan
yang banyak, selain itu dalam kompreasi bimanual internal pun juga memberikan
tekanan terhadap pembuluh darah dinding uterus yang memiliki kaitanya dengan
diperlukan juga tindakan melakukan kompresi bimanual eksternal yang dilakukan oleh
bantuan dari keluarga yang berperan pula dalam menolong tindakan yang akan
merupakan zat yang efektif dalam penanganan atonia uterus dengan pemberian secara
rektal yang dapat mengatasi dalam perdarahan pada saat pasca persalinan. Namun
terdapat pula oksitosin yang dapat juga membantu dengan efektif dalam penanganan
atonia uteri, yang dimana dalam pemberiannya melalui infuse dengan menggunakan
samping bagi tubuh,seperti efek samping dari uterotonika prostaglandin yang dapat
lima menit itu yang dimana penyebabnya karena adanya Metilergonovin maleat yang
merupakan golongan ergot alkaloid serta dapat pula menyebabkan terjadinya hipertensi,
nausea dan vomitus maka dari itu tidak boleh diberikan kepada pasien yang memiliki
operasi jika terjadinya perdarahan yang kuat pada saat pasca kelahiran, pada 10.000
kelahiran terdapat insiden seperti ini yang mencapai angka 3-7 kelahiran. Angka
tersebut memang lah sedikit namun perlu diperhatikan juga agar tidak sampai terjadi
dan hal ini terjadi lebih banyak pada kelahiran abdionamal dari pada saat kelahiran
vaginal.
2.Retensio Plasenta
22
1.Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan
diambil.
2.Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekpulasi plasenta tidak
4.Bila troksi terkontrol gagal, lahirkan plasenta secara hati-hati dan halus.
supositorial/oral)
3. Sisa Plasenta
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama sesudah bayi lahir (disebut juga perdahan
primer), yang disebabkan oleh Atonia Uteri, Retensio Plasenta, sisa plasenta, inversio
uteri.
perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium), tidak termaksud 24 jam pertama
setelah bayi lahir (disebut juga perdarahan sekunder) yang disebabkan oleh
dilakukan dengan : pertolongan kala uri sebelumnya, persalinan oleh dukun, persalinan
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari
volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada
kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang
terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-
tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,
p3)
2. - perdarahan segera (p3) - Pucat - Robekan
- darah segar menggalir - Lemah jalan lahir
segera setelah bayi lahir - Menggigil
- uterus berkontraksi baik
- plasenta lengkap
KERANGKA KONSEP
kerangka teori atau landasan teori yang disesuaikan dengan tujuan khusus penelitian
yang akan dicapai, yakni sesuai dengan apa yang telah tertulis dalam rumusan
masalah.
perubahan variabel lain, variabel dependen (variabel yang dipengaruhi oleh variabel
yang lain) artinya variabel dependen berubah akibat perubahan variabel bebas
(Riyanto, 2013).
Faktor-faktor penyebab
a. Pengertian
Perdarahan post partum
b. Penyebab
c. Penanganan
d.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
e. Paritas
f. Paritas 29
g.
30