Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II

Anti Inflamasi

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

NIA HERIANI (G 701 14 005)

CORRY STEPHANIE (G 701 14 201)

NUR RAHMI (G 701 14 146)

MOH FIRMAN IRWANTO (G 701 14 132)

MOH AKMAL AMRAN (G 701 14 021)

SISKA ALVIONITA (G 701 14 031)

CORNELIA SUARDI (G 701 14 101)

LITA PUSPITA (G 701 14 023)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Anti inflamasi dengan
harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita
sehinga kita dapat mengambil Adil dalam Makalah ini juga disusun untuk
memenuhi tugas pada Mata Kuliah Farmakologi Toksikologi .
Akhir kata semoga bisa bermanfaat bagi Para Mahasiswa, Pelajar, Umum
Khususnya pada diri saya sendiri dan semua yang membaca makalah ini semoga
bisa di pergunakan dengan semestinya.

Palu, 21 februari 2017

penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk
merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia
dalam tubuh. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia termasuk obat tradisional.

Pengobatan yang rasional harus dilakukan, pada saat dokter


berhadapan dengan pasien, dokter harus bisa menentukan diagnosis yang
tepat dan memberikan terapi yang tepat pula. Komunikasi antara dokter
dengan pasien memegang peranan penting dalam farmakoterapi. Antara
lain, mengenai penyakit yang diderita pasien, tindakan pengobatan, obat
yang diperlukan, dan bagaimana cara penggunaanya

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan


oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan,
mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun
jaringan yang cedera itu

Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis,


zat-zat kimia, dan pengaruh fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi
adalah menarik protein plasma dan fagosit ke tempat yang mengalami
cedera atau terinvasi agar dapat mengisolasi, menghancurkan, atau
menginaktifkan agen yang masuk, membersihkan debris dan
mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu defenisi Anti Inflamasi ?
2. Apa saja golongan obat Anti Inflamasi ?
3. Bagaimana mekanisme kerja obat Anti Inflamasi ?
4. Apa saja jenis-jenis obat Anti Inflamasi

I.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Anti Inflamasi
2. Mengetahui golongan obat anti iflamasi
3. Mengetahui mekanisme kerja Anti Inflamasi
4. Mengetahui jenis-jenis obat Anti Inflamasi
BAB II
ISI

II.1 Pengertian Obat Anti Inflamasi


Menurut (Meycek. J.M. (2001). ) Inflamasi merupakan suatu respon
protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik,
zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah
usaha tubuh untuk mengaktifasi atau merusak organisme yang menyerang,
menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Jika
penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda. Namun kadang-
kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zatyang tidak
berbahayaseperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun, seperti asma
atau artritisrematid. Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan peradangan.

Adapun gejala inflamasi yang sudah dikenal ialah:


1. Kemerahan (rubor)
Terjadinya warna kemerahan ini karena arteri yang
mengedarkan darah ke daerah tersebut berdilatasi sehingga
terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera.

2. Rasa panas (kalor)


Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan.
Dimana rasa panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak
di tempat radang daripada di daerah lain di sekitar radang.
Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit.
Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat
dan rasakan.
3. Pembengkakan (tumor)
Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan
yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas
kapiler, adanya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan
yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar
dari pembuluh darah ke ruang interstitium .

4. Rasa sakit (dolor)


Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu:
Adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga
terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan
rasa nyeri
Adanya pengeluaran zat zat kimia atau mediator nyeri
seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat
merangsang saraf saraf perifer di sekitar radang sehingga
dirasakan nyeri.

Menurut ( Joyce L Kee dan Evelyn ( 1996) Inflamasi adalah


respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses inflamasi
berlangsung , terjadi reaksi vaskular di mana cairan , elemen elemen
darah , sel darah putih ( leukosit ) , dan mediator kimia berkumpul pada
tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu
mekanisme perlindungan di mana tubuh berusaha untuk menetralisir dan
membasmi agen agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk
mempersiapkan keadaan untuk memperbaiki jaringan.

Inflamasi dapat bersifat lokal dan sistemik, dapat juga terjadi


secara akut atau kronis yang menimbulkan kelainan patologis. Pengobatan
inflamasi mencakup dua aspek, yang pertama adalah meredakan nyeri
yang seringkali menjadi gejala dan yang kedua adalah upaya penghentian
proses kerusakan jaringan. Pengurangan peradangan atau respon inflamasi
menggunakan obat golongan steroid dan antinflamasi non steroid (AINS)
sebenarnya dapat meredakan reaksi inflamasi dengan baik tetapi
penggunaan dalam jangka waktu lama dapat memberikan efek samping.

Penggunaan obat golongan steroid secara sistemik sebagai


antiinflamasi dalam waktu yang lama justru memberikan efek samping
berupa penurunan sintesis glukokortikoid endogen, menurunkan respon
imun tubuh terhadap infeksi, osteoporosis, moonface dan hipertensi.
Penggunaan obat antiinflamasi non steroid (AINS) secara sistemik dalam
jangka waktu yang lama juga dapat memberikan efek samping berupa
gangguan saluran pencernaan seperti ulkus peptik, analgesik nephropathy,
mengganggu fungsi platelet dan menghambat induksi kehamilan
(Goodman, 2003).

Obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (AINS) umumnya mengacu


pada obat yang menekan inflamasi seperti steroid, namun tanpa efek
samping steroid. Berbeda dengan steroid yang bekerja untuk
mencegah pembentukan asam arakhidonat pada membran sel, obat
AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien, yang
diketahui ikut berperan dalam inflamasi (Wilmana, 1995).

II.2 golongan obat Anti Inflamasi


Obat Anti Inflamasi terbagi atas golongan 2 yaitu Anti Inflamasi
Non Steroid ( AINS ) dan Anti Inflamasi Steroid ( AIS ) :
1. Obat anti inflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal
dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory
Drugs)/AINS adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat
analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan anti
inflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk
membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki
khasiat serupa. AINS bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.

2. Anti Inflamasi Steroid ,Obat ini merupakan antiinflamasi yang sangat


kuat. Karena Obat-obat ini menghambat enzim phospholipase A2
sehingga tidak terbentuk asam arakidonat. Asam arakidonat tidak
terbentuk berarti prostaglandin juga tidak akan terbantuk. Namun, obat
anti inflamasi golongan ini tidak boleh digunakan seenaknya. Karena
efek sampingnya besar. Bisa menyebabkan moon face, hipertensi,
osteoporosis dll.

NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) atau obat anti


inflamasi non steroid (AINS) adalah suatu kelompok obat yang berfungsi
sebagai anti inflamasi, analgetik dan antipiretik. NSAID merupakan obat
yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimiawi.
Walaupun demikian, obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan
dalam efek terapi maupun efek samping.

Obat golongan NSAID dinyatakan sebagai obat anti inflamasi non


steroid, karena ada obat golongan steroid yang juga berfungsi sebagai anti
inflamasi. Obat golongan steroid bekerja di sistem yang lebih tinggi
dibanding NSAID, yaitu menghambat konversi fosfolipid menjadi asam
arakhidonat melalui penghambatan terhadap enzim fosfolipase. (Katzung
B. G. 2006. )

II.3 Mekanisme kerja obat Anti Inflamasi


1. Anti Inflamasi Non Steroid
Prostaglandin dilepaskan saat terjadi kerusakan sel dan OAINS
menghambat biosintesis prostaglandin. Obat-obat tersebut tidak
menghambat pembentukan mediator inflamasi lain atau leukotrien.
Enzim pertama dalam jalur pembentukan prostaglandin adalah
prostaglandin G/H sintetase, atau yang dikenal dengan nama
siklooksigenase (COX). Enzim ini mengubah asam arakidonat (AA)
menjadi Prostaglandin G2 (PGG2) dan Prostaglandin H2 (PGH2) ,
yang akan diubah menjadi tromboksan A2 (TXA2) dan bentuk
prostaglandin lainnya. Dosis terapeutik OAINS menurunkan
biosintesis prostaglandin dengan menghambat COX, dan terdapat
korelasi antara potensi sebagai penghambat COX dan aktivitas
antiinflamasi (Brunton et al., 2008).

2. Anti Inflamasi Steroid


Menghambat enzim fospolipase sehingga menghambat
pembentukan prostaglandin

(Katzung B. G. 2006 )
II.4 Jenis-Jenis Obat Anti Inflamasi
1. Anti Inflamasi Non Steroid ( AINS )
1. Golongan salisilat contohnya asam salisilat

Nama dagang : asetosal, Aspirin, Cafenol, Naspro. Aspirin


adalah obat anti nyeridan anti radang tertua (1899), yang
sampai kini paling banyak digunakan di dunia. Zat ini juga
berkhasiat anti-demam kuat. Komposisi dari obat asam
asetilsalisilat yaitu tiap tablet mengandung asam
asetilsalisilat 100 mg .

Cara kerja obat asam asetilsalisilat bekerja dengan


mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga dapat menurunkan demam, dan menghambat
pembentukan prostaglandin sehingga meringankan rasa
sakit.

Indikasi: Dapat menurunkan paradangan

Kontraindikasi: Anak-anak kecil yang menderita cacar air


atau flu sebaiknya jangan diberikan asetosal melainkan
parasetamol, karena beresiko terhadap syndrom grey yang
berbahaya. Syndrom ini bercirikan muntah hebat,
termangu-mangu, gangguan pernafasan, konvulsi dan
adakalanya koma.Wanita hamil tidak dianjurkan
menggunakan asetosal dalam dosis tinggi, terutama pada
triwulan terakhir dan sebelum persalinan, karena lama
kehamilan dan persalinan dapat diperpanjang, juga
kecenderungan perdarahan meningkat.

Dosis dan cara pemberian : Pada nyeri dan demam oral


dewasa 4x 0,5-1g setelah makan, maksimum 4g sehari,
anak-anak sampai 1th 10mg/kgBB 3-4x sehari, 1-12th 4-6x,
diatas 12th4x 320-500mg, maksimum 2g per hari. Rectal
dewasa 4x 0,5-1gr, anak-anak sampai 2th 2x 20mg/kgBB,
diatas 2th 3x 20mg/kg BB.

Efek samping: Efek samping yang paling sering terjadi


berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak
lambung dan perdarahan samar. Penyebabnya adalah sifat
asam dari asetosal, yang dapat dikurangi dengan kombinasi
dengan suatu antasidum (MgO, alumuniumhidroksida,
CaCO3atau garam kalsiumnya (carbasalat, Ascal).

Pada dosis besar, faktor lain memegang peranan yakni


hilangnya efek pelindung dari prostasiklin terhadap mukosa
lambung. Selain itu asetosal menimbulkan efek efek
spesifik, seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus (telinga
mendengung) pada dosis lebih tinggi. Efek yang lebih
serius adalah kejang-kejang bronki hebat pada pasien asma
meski dalam dosis kecil dapat mengakibatkan serangan.

2. Golongan profen
Nama dagang : Ibuprofen
Cara kerja obat itu sendiri yaitu Ibuprofen bekerja dengan
menghambat enzim yang berperan dalam produksi
prostaglandin.

Indikasi : Meredakan
demam, rasa sakit dan
inflamasi

Kontra indikasi adalah


:Konsumsi ibuprofen dengan
makanan atau segelas susu
untuk menghindari efek
samping. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera
temui dokter.

Dosis yang digunakan dan cara pemberian asam


mefenamat. Pada dewasa dan anak-anak > 12 tahun dosis
200 - 400 mg , 3-4 sehari

Efek samping dari asam mefenamat : Sistem pencernaan


terasa mual, muntah, perut kembung

3. Golongan asam arilalkanoat



Nama dagang : Indometasin


Obat ini bekerja dengan menghambat enzim yang
memproduksi prostaglandin. Senyawa yang dilepas oleh
tubuh tersebut akan menyebabkan rasa sakit dan inflamasi.
Dengan menghalangi produksi prostaglandin, indomethacin
akan mengurangi rasa sakit serta inflamasi.

Indikasi : Meredakan rasa sakit dan inflamasi

Takaran indomethacin yang umum dianjurkan oleh dokter


adalah 50-200 mg per hari. Dosis tersebut dibagi untuk
beberapa kali minum per hari.

Efek samping dari indo metasin : nyeri ulu hati , gangguan


pencernaan

4. Golongan asam fenamat

Nama dagang : Asam Mefenamat

Cara kerjanya menghambat enzim yang menghasilkan


prostaglandin. Senyawa prostaglandin bisa terlepas dari
tubuh dan mengakibatkan rasa sakit dan peradangan.
Dengan menghambat produksi prostaglandin, maka asam
tersebut bisa meredakan inflamasi dan rasa sakit.
Indikasi : untuk mengurangi rasa sakit ringan, sakit
menengah dan meredakan peradangan atau inflamasi.

Obat ini umumnya dikonsumsi sebanyak 500 mg sebanyak


tiga kali sehari. Dosis asam mefenamat tergantung kepada
tingkat keparahan rasa sakit serta respons tubuh terhadap
obat.

Efek samping dari asam mefenamat : Sistem pencernaan


terasa mual, muntah, perut kembung

2. Anti Inflamasi Steroid ( AIS )


a. Dexamethasone

Indikasi: Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi


dan anti alergi yang sangat kuat. Sebagai perbandingan
Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg Cortisone, 20
mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.

Kontra Indikasi: Dexamethasone Harsen tidak boleh


diberikan pada penderita herpes simplex pada mata;
tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat
menguntungkan penderita. - Jangan diberikan pada wanita
hamil karena akan terjadi hypoadrenalism pada bayi yang
dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang serendah-
rendahnya.

Komposisi:
Tiap tablet Dexamethasone Harsen mengandung:
a. Dexamethasone ................. 0.5 mg.
b. Dexamethasone ................. 0.75 mg.
Tiap ml injeksi Dexamethasone Harsen mengandung:
Dexamethasone Sodium phosphat ..... 5 mg.

Uraian dan Penggunaan: Dexamethasone Harsen adalah obat


anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat. Sebagai
perbandingan Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg
Cortisone, 20 mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg
prednisolone. Dexamethasone Harsen praktis tidak mempunyai
aktivitas mineral conticoid dari cortisone dan hydrocortisone,
sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocotical tidak
berguna.

Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya: untuk


anti inflamasi, pengobatan rheumatik arthritis dan penyakit
colagen lainnya, alergi dermatitis dll, penyakit kulit, penyakit
inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana terapi
glukocorticoid berguna lebih menguntungkan seperti penyakit
leukemia tertentu dan lymphomas dan inflamasi pada jaringan
lunak dan anemia hemolytica.

Efek Samping: Pengobatan yang berkepanjangan dapat


mengakibatkan efek katabolik steroid seperti kehabisan protein,
osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak. ,
Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi
bila dibandingkan dengan beberapa glucocorticoid lainnya,
Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi.

Dosis:
Dewasa:
Oral: 0.5 mg - 10 mg per hari
(rata-rata 1.5 mg - 3 mg per hari)
Parenteral: 5 mg - 40 mg per hari
Untuk keadaan yang darurat diberikan intra vena atau intra
muskular.
Anak-anak: 0.08 mg - 0.3 mg/kg berat badan/perhari dibagi
dalam 3 atau 4 dosis.

Perhatian:
- Kekurangan adrenocotical sekunder yang disebabkan oleh
pengobatan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara
bertahap.
- Ada penambahan efek Corticosteroid pada penderita dengan
hypothyroidism dan chirrhosis.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang
merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh
untuk mengaktifasi atau merusak organisme yang menyerang,
menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.
Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda.
Namun kadang-kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu
zatyang tidak berbahayaseperti tepung sari, atau oleh suatu respon
imun, seperti asma atau artritisrematid. Antiinflamasi adalah obat
yang dapat mengurangi atau menghilangkan peradangan
2. Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan peradangan
3. Anti inflamasi terbagi atas 2 yaitu Anti Inflamasi Non Steroid dan
Anti Inflamasi Steroid

III.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama


untuk tenaga kefarmasian agar bisa memberikan obat dan informasi
penyakit dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak akan ada efek samping
atau kerugian yang ditimbulkan .
DAFTAR PUSTAKA

Brunton et al., 2008. Concepts of chemical dependency. Gundersen medical center


Goodman, Gilmans. (2003). Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10, Volume 2.
Penebit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Joyce L Kee dan Evelyn ( 1996) . Farmakologi pendekatan proses perawatan .
buku kedokteran. EGC. Jakarta.
Katzung B. G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology, 10th Edition. San
Fransisco
Lumbanraja, L. B. (2009). Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak
Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvenis L.) terhadap Radang pada
Tikus.
Meycek. J.M. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika.
Hal. 157-164.
Wilmana, P. F. 1995. Analgesik antipiretik antiinflamasi nonsteroid dan obat
pirai. Dalam: Ganiswara,S. G.(ed.). Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4.
Jakarta: Penerbit Gaya Baru.
http://www.slideshare.net/rula25/anti-inflamasi-steroid
http://digilib.unila.ac.id/2285/11/Bab%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai