Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II

Gastrointestinal 2

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 1

NIA HERIANI (G 701 14 005)


CORRY STEPHANIE (G 701 14 201)
NUR RAHMI (G 701 14 146)
MOH FIRMAN IRWANTO (G 701 14 132)
MOH AKMAL AMRAN (G 701 14 021)
SISKA ALVIONITA (G 701 14 031)
CORNELIA SUARDI (G 701 14 101)
LITA PUSPITA (G 701 14 023)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah S.W.T yang telah memberikan limpahan dan
nikmat kepada umatnya terutama nikmat imam, umur, serta kesempatan sehingga
pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan malakah tepat pada
waktunya.Salam dan salawat penulis khaturkan kepada jujungan kita nabi
Muhammad S.A.W yang membawa kita menuju alam yang penuh dengan
tehnologi canggih.

Kemudian penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembina


yang selama ini telah membimbing/membina penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, meskipun dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangannya.

Makalah ini berisi beberapa informasi tentang Gastrointestinal, obat


prokinetik, antiemetik,diare, dan konstipasi.

Dimana maksud penulis menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas dan mengambangkan potensi ilmu pegetahuan khususnya dibidang
pendidikan.

Sebagai insan biasa penulis sadar akan ketidak sempurnaan dalam


pembuatan makalah ini, keikhlafan dalam penulisan atau penyusunan kata demi
kata, dari itu penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya serta kritik dan saran
yang membangun, penulis sangat mengharapkan dari dosen pembini mata kuliah
demi pengetahuan untuk pembuatan makalah selanjutnya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.Amin.
Hormat kami,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

I.I. LATAR BELAKANG......................................................................................

I.2. RUMUSAN MASALAH.................................................................................

I.3. TUJUAN MASALAH......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

II.1. PENGERTIAN OBAT PROKINETIK...................................................................

II.2. FARMAKOLOGI ANTIEMETIK.......................................................................

II.3.PATOFISIOLOGI DIARE.............................................................................

II.4. TERJADINYA KONSTIPI.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN.......................................................................................................

DAFTAR PUSATAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gastrointestinal adalah merupakan suatu saluran pencernaan yang
panjangnya sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi
oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus halus dan usus besar. Di
mulut makanan dikunyah dan dicampur dengan sekresi kelenjar saliva
sehingga menjadi bolus. Esophagus mengantarkan bolus dari mulut ke
stomach (lambung), Lambung, usus halus dan usus besar sebagai tempat
penampung makan/bolus dan produk akhir dari pencernaan.

Lumen gastrointestinal secara umum memiliki lapisan mukosa,


submukosa, lapisan otot. Sistem gastro intestinal dan organ accesoris
memperoleh aliran darah sekitar 25 30 % dari cardiac out put. Saraf yang
terlibat dalam mengendalikan sistem gastro intestinal melibatkan saraf
autonom saraf parasimpatis dan simpatis.

Fungsi secara umum sistem Gastrointestinal yaitu tarnsport air dan


makanan, mencerna makanan secara mekanik dan kimia, mengabsorbsi
nutrien hasil pencernaan ke dalam pembuluh darah, serta mengeluarkan
produk sisa.

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut


sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),


kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

I.2 Rumusan Masalah


1. apa itu obat prokinetik ?
2. apa yang dimaksud dengan obat antiemetik ?
3. bagaimana terjadinya diare ?
4. bagaimana konstipasi bisa terjadi ?

I.3 Tujuan
1. untuk mengetahui obat prokinetik
2. untuk mengetahui apa itu obat antiemetik
3. untuk mengetahui bagaimana terjadinya diare
4. untuk mengetahui bagaimana konstipasi bisa terjadi
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Obat Prokinetik
Obat prokinetik adalah obat-obatan yang menyebabkan otot-
otot dalam sistem pencernaan untuk menggerakkan makanan
melalui saluran pencernaan secara lebih cepat.

Obat ini berfungsi mempercepat proses pengosongan perut. Ini berarti


makanan dan asam lambung akan lebih cepat masuk ke dalam usus halus
sehingga mengurangi kesempatan asam lambung untuk naik ke esofagus. Obat ini
tidak disarankan untuk digunakan oleh orang-orang berusia di bawah 20 tahun
akibat potensi efek sampingnya. Contok obat prokinetik adalah domperidone dan
bethanecol. Obat ini umumnya memerlukan resep dokter.

II.2 Pengertian Obat Antiemetik


Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam
penatalaksanaan mual dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan
cara mengurangi hiperaktifitas refleks muntah menggunakan satu dari dua
cara: secara lokal, untuk mengurangi respons lokal terhadap stimulus yang
dikirim ke medula guna memicu terjadinya muntah, atau secara sentral,
untuk menghambat CTZ secara langsung atau menekan pusat muntah.
Antiemetik yang bekerja secara lokal dapat berupa anastid, anestesi lokal,
adsorben, obat pelindung yang melapisi mukosa GI, atau obat yang
mencegah distensi dan menstimulasi peregangan saluran GI. Agen ini
sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan.

Antiemetik yang bekerja secara sentral terbagi atas beberapa


kelompok: fenootiazin, nonfenotiazin, penyekat reseptor serotonin (5-
HT3), antikolinergik/antihistamin, dan kelompok yang bermacam-macam.
Dua jenis fenotiazin yang umum digunakan adalah proklorperazin
(compazine) dan prometazin (phenergan) keduanya memiliki awitan yang
cepat dan efek merugikan yang terbatas.

Agen lainnya adalah dronabinol (marinol), yang mengandung


bahan aktif kanabis (mariyuana), hidroksizin (generik) yang dapat
menekan area kortikol pada SSP dan trimetobenzamid (tigan), ini serupa
dengan antihistamin dan tidak menimbulkan sedeasi. Trimetobenzamid
sering kasli merupakan obat pilihan dalam kelompok ini karena tidak
dikaitkan dengann sedadi yang berlebihan dan sepresi SSP. Obat ini
tersedian dalam bentuk oral,parenteral,dan surositoria. Obat ini diabrsorpsi
dengan cepat, di metabolisme dalam hati dan diekskresi melalui urine.
Obat ini menembus plasenta dan menembus ASI, dan digunakan jika
manfaatnya lebih besar pada ibu dari pada resiko potensial pada janin atau
neonatus.

Hidroksizin digunakan untuk mual dan muntah sebelum dan


sesudah pelahiran atau pembedahan obsterik. Obat ini diabsorpsi dengan
cepat, dimetabolisme dalam hati dan diekskresi melalui urine. Obat ini
tidak dikaitkan dengan masalah pada janin selama kehamilan dan
diperkirakan tidak masuk ke ASI. Sama halnya dengan semua jenis obat,
kewaspadaan perlu digunakan selama kehamilan dan laktasi.

Dronabinol disetujui untuk penatalaksanaan mual dan muntah yang


berkaitan dengan kemoterapi kanker jika pasien tidak berespons terhadap
pengobatan lain. Mekanisme kerja obat ini masih belum diketahui dengan
cepat. Obat ini merupakan zat yang dikendalikan kategori C-III, dan harus
digunakan di bawah pengawasan ketat karena adanya kemungkinan
perubahan status mental. Obat ini diabsobsi dengan mudah dan
dimetabolisme dalam hati dengan ekskresi melalui empedu dan urine.
Contoh Obat Antiemetik
- Perfenazin (trilafon)
Mekanisme Kerja
Tidak begitu jelas, diduga menghambat reseptor dopamine pada
mesokortikal-mesolimbik otak depan, nigrostriatal, dan sel mamotropi
hipofise anterior.

Indikasi
Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai
depresi, depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca
operasi.

Farmakologi
Perfenazin merupakan obat anitiemetik yang paling sering
diresepkan karena obat ini dapat diberikan peroral, intramuskular, dan per
rektal.

Farmakokinetika
Absorpsi bentuk padat oral dari perfenazin tidak menentu, tetapi
bentuk cairnya lebih stabil dan laju absorpsinya lebih cepat. Presentase
peningkatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui. Perfenazin
dimetabolisme oleh hati dan mukosa gastrointestinal dan kebanyakan dari
obat diekskresikan ke dalam urine.

Farmakodinamik
Perfenazin menghambat dopamin pada CTZ, sehingga mengurangi
perangsangan CTZ pada pusat muntah. Obat ini juga dipakai sebagai
antipsikotik. Mula kerja dari perfenazin oral bervariasi dari 2 sampai 6
jam, dan lama kerjanya dari 6 sampai 12 jam. Mula kerja dari perferazin
intravena dan intramuskular cepat, dan lama kerjanya sama dengan
preparat oral.
Khasiat
Untuk Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang
disertai depresi, depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama
pasca operasi.

Kategori keamanan untuk ibu hamil


Perfenazine menurut kategori spesifik menurut rute pemberiannya
(rute administration atau ROA) adalah secara per oral. Dan keamanan obat
dalam kehamilan masuk kedalam KATEGORI C yaitu studi terhadap
binatang percobaan memperlihatkan adanya efek-efek samping pada janin
(teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol
pada wanita, atau belum ada studi terkontrol pada wanita dan binatang
percobaan. Obat hanya boleh digunakan jika besar manfaat yang
diharapkan melebihi besar risiko terhadap janin.

Efek Samping
Efek samping antiemetik penotiazin adalah sedasi sedang,
hipotensi gelaja ekstrapirmidal, yang seperti perkinsonisme, efek SSP
(kegelisahan, kelemahan, reaksi distonik, agitasi), dan gejala antikoligenik
ringan (mulut kering, retensi air kemih,konstipasi). Karenan dosis obat ini
untuk muntah lebih ringan daripada dosis psikosis, maka efek samping
yang ditimbulkan juga tidak seberat bila dipakai untuk psikosis.

Interaksi Obat dan Interaksi Makanan


Perfenazin berinteraksi dengan banyak obat. Jika perfenazin
dipakai bersama alkohol, anthihipertensi, dan nitrat maka dapat terjadi
hipotensi. Dapat pula terjadi bertambah beratnya depresi susunan saraf
pusat (SSP) jika obat ni dipakai bersama dengan alkohol, narkotik,
hipnotik-sedatif, dan anestetik umum. Efek antikoligenik akan menigkat
jika perfenazin dikombinasikan dengan antihistamin, antikoligenik seperti
atripin, dan fenotiazin lainnya. Hasil pemeriksaan laboraturium dapat
menunjukkan penigkatan kadar enzim hati dan jantung, kolesterol dan gula
darah dalam serum.

Dosis
Dosis umum: 8-16 mg/hari PO dalam dosis terbagi; 5-10 mg IM
untuk pengontrolan yang cepat, setiap 6 jam; 5 mg IV dalam dosis terbagi,
secara perlahan.

II.3 Terjadinya Diare


Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai
perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI,
Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002)
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan
konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja.
Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam
jangka waktu lama tapi kurang dari 14hari. Seperti diketahui, pada kondisi
normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari
dengan konsistensi feses padat atau keras.

a. Jenis-jenis Diare
1. Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru
yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus
patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut
pada anak-anak.
2. Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit,
intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral,
kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga.
Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau
ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang
diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan
badan terasa lemah.

3. Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral
patogenesis diare persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare
persisten sama dengan diare akut.

b. Penyebab
Penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6. Penyebab lain.

c. Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi
secara langsung, seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering
memasukkan tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini
dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air
dengan air yang benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

d. Tanda dan Gejala


Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai:
1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Panas
4. Tidak nafsu makan
5. Darah dan lendir dalam kotoran

e. Akibat
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh
penderita mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang
dialami tergolong berat, misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah,
risiko kematian dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalam beberapa jam
setelah diare dan muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat
penderita diare terlambat ditangani.

f. Pencegahan
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan
yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,
seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya,
jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga
bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak,
mandi, dan sebagainya.

g. Pertolongan Pertama
Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang
perlu segera dilakukan:
1. Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat
meminumnya. Tidak usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih
bagus dilakukan. Satu bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air
masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan gula garam.
Ambil air masak satu gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir, dan
seujung sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada penderita
sebanyak mungkin ia mau minum.
2. Penderita sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang
lambung, serta makanan ekstra yang bergizi sesudah muntaber.
3. Penderita muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak
berhenti dalam sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang berlebihan,
tidak dapat minum atau makan, demam tinggi, penderita lemas sekali serta
terdapat darah dalam tinja.

II.4 Pengertian Konstipasi


konstipasi adalah Mengacu pada feses yang kering, atau bagian dari
feses dalam jangka waktu yang terjadi ketika gerakan tinja di usus besar
tarjadi kelambatan sehingga memungkinkan kurangnya reabsorpsi cairan dari
usus besar.( McShane dan mcLane (1998, pp, 31-32) dalam Barbara kozie,
glenora Erb, rita olivieri. ).

Sembelit adalah bagian dari feses yang terlalu kering dan keras.
Dalam definisi ini tidak menyebutkan frekuensi, mungkin beberapa orang
menyebutkan merasakan konstipasi dan belum memiliki gerakan usus sehari-
hari, sementara yang secara teratur buang air besar tidak lebih dari tiga kali
seminggu tidak sembelit. ( luVerne wolf, merlen H W, herlen Zsohar)

Sembelit adalah rasa yang paling umum dan sering terjadi dari semua
keluhan. Hal ini ditemukan di semua budaya, ekonomi, dan kelompok usia. (
luVerne wolf, merlen H W, herlen Zsohar)

Kolon sembelit adalah saat di mana seorang individu terganggu pola


eliminasinya dan ditandai dengan keras, feses kering yang dihasilkan dari
penundaan dalam pengeluaran zat residu(feses). ( NANDA 1994 dalam Ruth
f. craven, constance J Hirnle.)

Dirasakan sembelit adalah menggunakan keadaan di mana seorang


individu membuat diagnosis diri jika sembelit dan memastikan adanya
gerakan usus harian melalui penyalahgunaan obat pencahar, enema, dan
supositoria.( NANDA, 1994 dalam Ruth f. craven, constance J Hirnle).

Etiologi
1. Kebiasaan tidak teratur buang air besar.
Ketika buang air besar normal refleks yang menghambat atau
mengabaikan, refleks terkondisi ini cenderung menjadi semakin melemah.
Ketika biasanya diabaikan, dorongan untuk buang air besar pada akhirnya
hilang. Anak-anak bermain mungkin mengabaikan refleks ini; orang dewasa
mengabaikan mereka karena tekanan dorongan karena buang air besar tidak
terlalu nyaman.
2. Berlebihan pencahar.
Terlalu sering menggunakan obat pencahar memiliki efek yang sama
sebagai mengabaikan dorongan untuk buang air besar defekasi alami refleks
dihambat. Kebiasaan penggunaan pencahar akhirnya memerlukan dosis yang
lebih besar atau lebih kuat, karena mereka memiliki efek yang semakin
berkurang dengan penggunaan terus menerus.

3. Meningkatkan psikologika stres.


Emosi yang kuat diduga menyebabkan sembelit dengan menghambat
gerak peristaltik usus melalui tindakan epinephrine dan sistem saraf simpatik.
Stres juga dapat menyebabkan spastis usus (spastis atau hipertonik sembelit
atau iritasi usus). Terkait dengan jenis sembelit adalah perut kram, peningkatan
jumlah lendir, dan periode bergantian sembelit dan diare.

4. Diet tidak seimbang.


Diet hambar dan diet rendah serat dalam jumlah besar karena itu
menciptakan cukup residu dari produk-produk limbah untuk merangsang
refleks untuk buang air besar. Residu rendah makanan seperti beras, telur, dan
bersandar daging lebih perlahan-lahan bergerak melalui saluran pencernaan.
Meningkatkan asupan cairan dengan makanan seperti meningkatkan tingkat
mereka gerakan. Perubahan dalam diet juga dapat berkontribusi untuk
sembelit.

5. Tidak cukup cairan


Asupan cukup cairan mengurangi jumlah cairan di menyela, yang
memasuki usus besar. Kurangnya cairan pada gilirannya mengakibatkan
kotoran kering, lebih sulit.

6. Obat.
Beberapa obat, seperti morfin atau kodein serta adrenergik dan anti obat-
obatan cholinergic, memperlambat mobilitas usus besar melalui tindakan
mereka pada sistem saraf pusat, dengan demikian menyebabkan sembelit. Lain,
seperti zat besi , memiliki efek astringent dan bertindak lebih lokal pada
mukosa usus menyebabkan sembelit. Zat besi juga memiliki efek
menjengkelkan dan dapat menyebabkan diare beberapa orang.

7. Kurangnya latihan.
Pada klien yang istirahat berkepanjangan, kelemahan otot umum meluas
ke otot perut, diafragma dan dasar panggul, yang digunakan dalam buang air
besar. Tidak langsung terkait dengan kekurangan latihan adalah kurangnya
nafsu makan dan mungkin berikutnya kurangnya serat.

8. Umur.
Kelemahan otot yang biasa terjadi pada orang lanjut usia.

9. Penyakit proses.
Beberapa penyakit menghasilkan sembelit, seperti obstruksi usus;
kelumpuhan, yang menghambat kemampuan klien untuk menanggung turun;
dan kondisi inflamasi panggul, yang membuat kelumpuhan atau Uteri usus.
(Barbara kozie, glenora Erb, rita olivieri). Faktor-faktor yang terkait adalah
asupan cairan kurang kemudian memadai; asupan yang kurang memadai; serat
kurang memadai; aktivitas fisik yang kurang memadai; Imobilitas; kurangnya
privasi; gangguan emosional; kronis penggunaan obat-obatan dan enema; stres,
perubahan dalam rutinitas sehari-hari; metabolisme masalah (misalnya,
hipotiroidisme, hipokalsemia, hipokalemia) (NANDA, 1994 dalam buku
fundamental of nursing)

Manifestasi Klinis
1. penurunan bising usus
2. mengeluh rectal terasa penuh
3. mengejan dan nyeri saat defekasi
4. pengosongan terasa adekua
5. implikasi saat diraba
6. menengeluh ada tekanan pada rectum
(Carpenito, Juall Lynda)

Komplikasi
1. Hipertensi arterial
2. Imfaksi fekal
3. Hemoroid dan fisura anal
4. Megakolon

Penatalaksanaan
1. Pengobatan non-farmakologis
a. mendorong pasien untuk menanggapi keinginan untuk buang air
besar dan mendirikan sebuah rutinitas untuk memiliki gerakan usus
ketika dorongan paling mungkin untuk hadir. mengabaikan
dorongan adalah penyebab umum dari constipations. Kebanyakan
orang mengalami dorongan setelah makan, khususnya sarapan.
b. memberikan privasi dan memungkinkan cukup waktu untuk buang
air besar ketika stres adalah minimal. Kurangnya privasi, berada di
bawah stres, dan bergegas biasanya akan menghilangkan cepat
mendesak untuk buang air besar. Emosi cenderung menyebabkan
kejang-kejang, menyebabkan hipertonik atau spastic constipations.
c. memastikan pasien makanan dan asupan cairan yang kondusif
untuk memiliki gerakan usus. Seimbang makanan konten dan
bervariasi massal penting untuk menghasilkan kotoran dan gerakan
yang bijaksana usus. Buah-buahan segar, sayur dan sereal bran
peningkatan massal usus sementara makanan tersebut sebagai
bersandar daging, beras, dan telur meninggalkan residu kecil.
Memiliki cukup cairan penting untuk membantu mencegah bangku
yang kering, keras. Banyak orang menemukan mengambil cairan
tersebut sebagai air panas atau memangkas jus atas kebangkitan
membantu mempromosikan penghapusan. berukuran, panas
makanan daripada makanan kecil, dingin merangsang gerak
peristaltik.
d. mengajar pasien pentingnya latihan dan aktivitas. Penelitian telah
menunjukkan dengan jelas bahwa kurangnya aktivitas mengarah ke
otot miskin nafsu, dan aktivitas usus yang lamban.
e. posisi pasien sehingga buang air besar dipromosikan. Posisi
squatting, yang memungkinkan maksimum penggunaan otot-otot
perut, yang terbaik, tetapi itu adalah posisi atau semi posisi untuk
terbaring di tempat tidur pasien duduk, paling sering digunakan.
f. mendorong pasien untuk mencari perhatian medis ketika rektal
atau anal masalah kecil, seperti wasir atau bisul linier kecil yang
disebut anal retakan, mempengaruhi penghapusan. Mereka
umumnya menyebabkan ketidaknyamanan, yang menyebabkan
orang untuk mengabaikan dorongan untuk buang air besar selama
mungkin. Ketika ukuran seperti memberikan bantuan tidak,
pertimbangan diberikan untuk menggunakan sarana buatan untuk
merangsang buang air besar. Namun mereka harus digunakan
sebagai pilihan terakhir karena ada bahaya pasien menjadi
bergantung pada mereka untuk buang air besar. Berbagai ukuran
untuk merangsang buang air besar kemudian dalam bab ini.
(LuVerne wolf, merlen H W, herlen Zsohar)

2. Pengobatan farmakologis
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi
farmakologis, dan biasanya dipakai obat-obatan golongan pencahar. Ada 4
tipe golongan obat pencahar :
a. memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal,
Methyl selulose, Psilium.
b. melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan
menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah
penyerapan air. Contohnya : minyak kastor, golongan dochusate.
c. golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk
digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain : sorbitol,
laktulose, gliserin
d. merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar.
Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar
golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak
pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya :
Bisakodil, Fenolptalein.
BAB III
PENUTUP
III.1 kesimpulan
Gastrointestinal adalah merupakan suatu saluran pencernaan yang
panjangnya sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi
oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus halus dan usus besar. Di
mulut makanan dikunyah dan dicampur dengan sekresi kelenjar saliva
sehingga menjadi bolus. Esophagus mengantarkan bolus dari mulut ke
stomach (lambung), Lambung, usus halus dan usus besar sebagai tempat
penampung makan/bolus dan produk akhir dari pencernaan.
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan
mual dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi
hiperaktifitas refleks muntah menggunakan satu dari dua cara: secara lokal, untuk
mengurangi respons lokal terhadap stimulus yang dikirim ke medula guna
memicu terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk menghambat CTZ secara
langsung atau menekan pusat muntah. Antiemetik yang bekerja secara lokal dapat
berupa anastid, anestesi lokal, adsorben, obat pelindung yang melapisi mukosa
GI, atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi peregangan saluran GI.
Agen ini sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan.
Diareadalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai
perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita.
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan
konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja.
Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam
jangka waktu lama tapi kurang dari 14hari. Seperti diketahui, pada kondisi
normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari
dengan konsistensi feses padat atau keras.
Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar,
biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras
dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar.
Konstipasi merupakan masalah umum yang disebabkan oleh penurunan motilitas,
kurang aktivitas, penurunan kekuatan dan tonus otot.
Manifestasi klinis yang sering muncul adalah distensi abdomen,
borborigimus, Rasa nyeri dan tekanan, penurunan nafsu makan, sakit kepala,
kelelahan, tidak dapat makan, sensasi pengosongan tidak lengkap, mengejan saat
defekasi, eliminasi volume feses sedikit, keras, dan kering. Komplikasi yang bisa
terjadi jika konstipasi tidak diatasi adalah hipertensi arterial, imfaksi fekal,
hemoroid dan fisura anal, megakolon.

III.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama


untuk tenaga kefarmasian agar bisa memberikan obat dan informasi
penyakit dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak akan ada efek samping
atau kerugian yang ditimbulkan .
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Barbara kozie, glenora Erb, rita olivieri. 1991. Fundamental of nursing: concepts,
process, and practice. Canada. Addison-wesly publishing company.

Carpenito, Juall Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC

Karch, Amy M. 2003. Buku Ajar Farmakologi Keperawatan. Jakarta: EGC

Kee, Joyce L, dan Evelyn R. Hayes.1996. Farmakologi. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif dkk.2000.Kapita Selekta Edisi Jilid 4.Jakarta:Media Aescalapius


FKUI.

Ngastiah, editor Setiawan, S.kep. Buku keperawatan anak sakit EGC. Jakarta,
1997

Anda mungkin juga menyukai