FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II
Gastrointestinal 2
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah S.W.T yang telah memberikan limpahan dan
nikmat kepada umatnya terutama nikmat imam, umur, serta kesempatan sehingga
pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan malakah tepat pada
waktunya.Salam dan salawat penulis khaturkan kepada jujungan kita nabi
Muhammad S.A.W yang membawa kita menuju alam yang penuh dengan
tehnologi canggih.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.Amin.
Hormat kami,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
II.3.PATOFISIOLOGI DIARE.............................................................................
KESIMPULAN.......................................................................................................
DAFTAR PUSATAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gastrointestinal adalah merupakan suatu saluran pencernaan yang
panjangnya sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi
oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus halus dan usus besar. Di
mulut makanan dikunyah dan dicampur dengan sekresi kelenjar saliva
sehingga menjadi bolus. Esophagus mengantarkan bolus dari mulut ke
stomach (lambung), Lambung, usus halus dan usus besar sebagai tempat
penampung makan/bolus dan produk akhir dari pencernaan.
I.3 Tujuan
1. untuk mengetahui obat prokinetik
2. untuk mengetahui apa itu obat antiemetik
3. untuk mengetahui bagaimana terjadinya diare
4. untuk mengetahui bagaimana konstipasi bisa terjadi
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Obat Prokinetik
Obat prokinetik adalah obat-obatan yang menyebabkan otot-
otot dalam sistem pencernaan untuk menggerakkan makanan
melalui saluran pencernaan secara lebih cepat.
Indikasi
Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai
depresi, depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca
operasi.
Farmakologi
Perfenazin merupakan obat anitiemetik yang paling sering
diresepkan karena obat ini dapat diberikan peroral, intramuskular, dan per
rektal.
Farmakokinetika
Absorpsi bentuk padat oral dari perfenazin tidak menentu, tetapi
bentuk cairnya lebih stabil dan laju absorpsinya lebih cepat. Presentase
peningkatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui. Perfenazin
dimetabolisme oleh hati dan mukosa gastrointestinal dan kebanyakan dari
obat diekskresikan ke dalam urine.
Farmakodinamik
Perfenazin menghambat dopamin pada CTZ, sehingga mengurangi
perangsangan CTZ pada pusat muntah. Obat ini juga dipakai sebagai
antipsikotik. Mula kerja dari perfenazin oral bervariasi dari 2 sampai 6
jam, dan lama kerjanya dari 6 sampai 12 jam. Mula kerja dari perferazin
intravena dan intramuskular cepat, dan lama kerjanya sama dengan
preparat oral.
Khasiat
Untuk Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang
disertai depresi, depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama
pasca operasi.
Efek Samping
Efek samping antiemetik penotiazin adalah sedasi sedang,
hipotensi gelaja ekstrapirmidal, yang seperti perkinsonisme, efek SSP
(kegelisahan, kelemahan, reaksi distonik, agitasi), dan gejala antikoligenik
ringan (mulut kering, retensi air kemih,konstipasi). Karenan dosis obat ini
untuk muntah lebih ringan daripada dosis psikosis, maka efek samping
yang ditimbulkan juga tidak seberat bila dipakai untuk psikosis.
Dosis
Dosis umum: 8-16 mg/hari PO dalam dosis terbagi; 5-10 mg IM
untuk pengontrolan yang cepat, setiap 6 jam; 5 mg IV dalam dosis terbagi,
secara perlahan.
a. Jenis-jenis Diare
1. Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru
yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus
patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut
pada anak-anak.
2. Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit,
intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral,
kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga.
Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau
ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang
diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan
badan terasa lemah.
3. Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral
patogenesis diare persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare
persisten sama dengan diare akut.
b. Penyebab
Penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6. Penyebab lain.
c. Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi
secara langsung, seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering
memasukkan tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini
dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air
dengan air yang benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.
e. Akibat
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh
penderita mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang
dialami tergolong berat, misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah,
risiko kematian dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalam beberapa jam
setelah diare dan muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat
penderita diare terlambat ditangani.
f. Pencegahan
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan
yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,
seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya,
jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga
bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak,
mandi, dan sebagainya.
g. Pertolongan Pertama
Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang
perlu segera dilakukan:
1. Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat
meminumnya. Tidak usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih
bagus dilakukan. Satu bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air
masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan gula garam.
Ambil air masak satu gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir, dan
seujung sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada penderita
sebanyak mungkin ia mau minum.
2. Penderita sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang
lambung, serta makanan ekstra yang bergizi sesudah muntaber.
3. Penderita muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak
berhenti dalam sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang berlebihan,
tidak dapat minum atau makan, demam tinggi, penderita lemas sekali serta
terdapat darah dalam tinja.
Sembelit adalah bagian dari feses yang terlalu kering dan keras.
Dalam definisi ini tidak menyebutkan frekuensi, mungkin beberapa orang
menyebutkan merasakan konstipasi dan belum memiliki gerakan usus sehari-
hari, sementara yang secara teratur buang air besar tidak lebih dari tiga kali
seminggu tidak sembelit. ( luVerne wolf, merlen H W, herlen Zsohar)
Sembelit adalah rasa yang paling umum dan sering terjadi dari semua
keluhan. Hal ini ditemukan di semua budaya, ekonomi, dan kelompok usia. (
luVerne wolf, merlen H W, herlen Zsohar)
Etiologi
1. Kebiasaan tidak teratur buang air besar.
Ketika buang air besar normal refleks yang menghambat atau
mengabaikan, refleks terkondisi ini cenderung menjadi semakin melemah.
Ketika biasanya diabaikan, dorongan untuk buang air besar pada akhirnya
hilang. Anak-anak bermain mungkin mengabaikan refleks ini; orang dewasa
mengabaikan mereka karena tekanan dorongan karena buang air besar tidak
terlalu nyaman.
2. Berlebihan pencahar.
Terlalu sering menggunakan obat pencahar memiliki efek yang sama
sebagai mengabaikan dorongan untuk buang air besar defekasi alami refleks
dihambat. Kebiasaan penggunaan pencahar akhirnya memerlukan dosis yang
lebih besar atau lebih kuat, karena mereka memiliki efek yang semakin
berkurang dengan penggunaan terus menerus.
6. Obat.
Beberapa obat, seperti morfin atau kodein serta adrenergik dan anti obat-
obatan cholinergic, memperlambat mobilitas usus besar melalui tindakan
mereka pada sistem saraf pusat, dengan demikian menyebabkan sembelit. Lain,
seperti zat besi , memiliki efek astringent dan bertindak lebih lokal pada
mukosa usus menyebabkan sembelit. Zat besi juga memiliki efek
menjengkelkan dan dapat menyebabkan diare beberapa orang.
7. Kurangnya latihan.
Pada klien yang istirahat berkepanjangan, kelemahan otot umum meluas
ke otot perut, diafragma dan dasar panggul, yang digunakan dalam buang air
besar. Tidak langsung terkait dengan kekurangan latihan adalah kurangnya
nafsu makan dan mungkin berikutnya kurangnya serat.
8. Umur.
Kelemahan otot yang biasa terjadi pada orang lanjut usia.
9. Penyakit proses.
Beberapa penyakit menghasilkan sembelit, seperti obstruksi usus;
kelumpuhan, yang menghambat kemampuan klien untuk menanggung turun;
dan kondisi inflamasi panggul, yang membuat kelumpuhan atau Uteri usus.
(Barbara kozie, glenora Erb, rita olivieri). Faktor-faktor yang terkait adalah
asupan cairan kurang kemudian memadai; asupan yang kurang memadai; serat
kurang memadai; aktivitas fisik yang kurang memadai; Imobilitas; kurangnya
privasi; gangguan emosional; kronis penggunaan obat-obatan dan enema; stres,
perubahan dalam rutinitas sehari-hari; metabolisme masalah (misalnya,
hipotiroidisme, hipokalsemia, hipokalemia) (NANDA, 1994 dalam buku
fundamental of nursing)
Manifestasi Klinis
1. penurunan bising usus
2. mengeluh rectal terasa penuh
3. mengejan dan nyeri saat defekasi
4. pengosongan terasa adekua
5. implikasi saat diraba
6. menengeluh ada tekanan pada rectum
(Carpenito, Juall Lynda)
Komplikasi
1. Hipertensi arterial
2. Imfaksi fekal
3. Hemoroid dan fisura anal
4. Megakolon
Penatalaksanaan
1. Pengobatan non-farmakologis
a. mendorong pasien untuk menanggapi keinginan untuk buang air
besar dan mendirikan sebuah rutinitas untuk memiliki gerakan usus
ketika dorongan paling mungkin untuk hadir. mengabaikan
dorongan adalah penyebab umum dari constipations. Kebanyakan
orang mengalami dorongan setelah makan, khususnya sarapan.
b. memberikan privasi dan memungkinkan cukup waktu untuk buang
air besar ketika stres adalah minimal. Kurangnya privasi, berada di
bawah stres, dan bergegas biasanya akan menghilangkan cepat
mendesak untuk buang air besar. Emosi cenderung menyebabkan
kejang-kejang, menyebabkan hipertonik atau spastic constipations.
c. memastikan pasien makanan dan asupan cairan yang kondusif
untuk memiliki gerakan usus. Seimbang makanan konten dan
bervariasi massal penting untuk menghasilkan kotoran dan gerakan
yang bijaksana usus. Buah-buahan segar, sayur dan sereal bran
peningkatan massal usus sementara makanan tersebut sebagai
bersandar daging, beras, dan telur meninggalkan residu kecil.
Memiliki cukup cairan penting untuk membantu mencegah bangku
yang kering, keras. Banyak orang menemukan mengambil cairan
tersebut sebagai air panas atau memangkas jus atas kebangkitan
membantu mempromosikan penghapusan. berukuran, panas
makanan daripada makanan kecil, dingin merangsang gerak
peristaltik.
d. mengajar pasien pentingnya latihan dan aktivitas. Penelitian telah
menunjukkan dengan jelas bahwa kurangnya aktivitas mengarah ke
otot miskin nafsu, dan aktivitas usus yang lamban.
e. posisi pasien sehingga buang air besar dipromosikan. Posisi
squatting, yang memungkinkan maksimum penggunaan otot-otot
perut, yang terbaik, tetapi itu adalah posisi atau semi posisi untuk
terbaring di tempat tidur pasien duduk, paling sering digunakan.
f. mendorong pasien untuk mencari perhatian medis ketika rektal
atau anal masalah kecil, seperti wasir atau bisul linier kecil yang
disebut anal retakan, mempengaruhi penghapusan. Mereka
umumnya menyebabkan ketidaknyamanan, yang menyebabkan
orang untuk mengabaikan dorongan untuk buang air besar selama
mungkin. Ketika ukuran seperti memberikan bantuan tidak,
pertimbangan diberikan untuk menggunakan sarana buatan untuk
merangsang buang air besar. Namun mereka harus digunakan
sebagai pilihan terakhir karena ada bahaya pasien menjadi
bergantung pada mereka untuk buang air besar. Berbagai ukuran
untuk merangsang buang air besar kemudian dalam bab ini.
(LuVerne wolf, merlen H W, herlen Zsohar)
2. Pengobatan farmakologis
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi
farmakologis, dan biasanya dipakai obat-obatan golongan pencahar. Ada 4
tipe golongan obat pencahar :
a. memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal,
Methyl selulose, Psilium.
b. melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan
menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah
penyerapan air. Contohnya : minyak kastor, golongan dochusate.
c. golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk
digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain : sorbitol,
laktulose, gliserin
d. merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar.
Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar
golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak
pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya :
Bisakodil, Fenolptalein.
BAB III
PENUTUP
III.1 kesimpulan
Gastrointestinal adalah merupakan suatu saluran pencernaan yang
panjangnya sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi
oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus halus dan usus besar. Di
mulut makanan dikunyah dan dicampur dengan sekresi kelenjar saliva
sehingga menjadi bolus. Esophagus mengantarkan bolus dari mulut ke
stomach (lambung), Lambung, usus halus dan usus besar sebagai tempat
penampung makan/bolus dan produk akhir dari pencernaan.
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan
mual dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi
hiperaktifitas refleks muntah menggunakan satu dari dua cara: secara lokal, untuk
mengurangi respons lokal terhadap stimulus yang dikirim ke medula guna
memicu terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk menghambat CTZ secara
langsung atau menekan pusat muntah. Antiemetik yang bekerja secara lokal dapat
berupa anastid, anestesi lokal, adsorben, obat pelindung yang melapisi mukosa
GI, atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi peregangan saluran GI.
Agen ini sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan.
Diareadalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai
perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita.
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan
konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja.
Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam
jangka waktu lama tapi kurang dari 14hari. Seperti diketahui, pada kondisi
normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari
dengan konsistensi feses padat atau keras.
Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar,
biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras
dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai rasa sakit saat buang air besar.
Konstipasi merupakan masalah umum yang disebabkan oleh penurunan motilitas,
kurang aktivitas, penurunan kekuatan dan tonus otot.
Manifestasi klinis yang sering muncul adalah distensi abdomen,
borborigimus, Rasa nyeri dan tekanan, penurunan nafsu makan, sakit kepala,
kelelahan, tidak dapat makan, sensasi pengosongan tidak lengkap, mengejan saat
defekasi, eliminasi volume feses sedikit, keras, dan kering. Komplikasi yang bisa
terjadi jika konstipasi tidak diatasi adalah hipertensi arterial, imfaksi fekal,
hemoroid dan fisura anal, megakolon.
III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Barbara kozie, glenora Erb, rita olivieri. 1991. Fundamental of nursing: concepts,
process, and practice. Canada. Addison-wesly publishing company.
Carpenito, Juall Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC
Ngastiah, editor Setiawan, S.kep. Buku keperawatan anak sakit EGC. Jakarta,
1997