Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek., tetapi jika benjolan itu terdapat

pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, jangan-jangan itu merupakan

pertanda awal terjadinya kanker tulang.

Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari

tempat asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat

keluar dari suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya

melalui peredaran darah ataupun aliran limfe. Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran

langsung. Apabila sel kanker melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di

dalam kelenjar limfe, biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya. Apabila sel berjalan

melalui peredaran darah, maka sel-sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh, mulai tumbuh,

dan membentuk tumor baru. Proses ini disebut metastasis. Tulang adalah salah satu organ target

yang paling sering menjadi tempat metastasis.

Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy

Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang

yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%).

Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni

1
22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah

seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup

penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75%

penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita

kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih

sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara

penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti

kemotherapy.

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi

menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

/mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat

transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga

menambah kesemrawutan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat

meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut

sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur( Smeltzer 2001).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Berdasarkan data dari rekam medik RS Soegiri di ruang Orthopedi periode Juli 2011 s/d

Desember 2012 berjumlah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletel, termasuk yang

mengalami fraktur panggul atau pelvis presentase sebesar 5% dan fraktur femur sebesar 20%.

Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan mengimobilisasi

bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi

Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya

2
komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi

yang berlebihan dan infeksi (Rasjad 1998 ).

Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan

intertisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofasial yang tertutup.

Ruangan tersebut berisi otot, saraf dan pembuluh darah. Ketika tekanan intrakompartemen

meningkat, perfusi darah ke jaringan akan berkurang dan otot di dalam kompartemen akan

menjadi iskemik. Tanda klinis yang umum adalah nyeri, parestesia, paresis, disertai denyut nadi

yang hilang. Sindroma kompartemen dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronik, tergantung

dari penyebab peningkatan tekanan kompartemen dan lamanya gejala. Penyebab umum

terjadinya sindroma kompartemen akut adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan arteri,

dan luka bakar. Sedangkan sindroma kompartemen kronik dapat disebabkan oleh aktivitas yang

berulang misalnya lari.

Berdasarkan etiologinya, Sindroma Kompartemen dapat di klasifikasikanmenjadi

penurunan volume kompartemen dan peningkatan tekanan struktur kompartemen, sdangkan

berdasarkan lamanya gejala, dapat dibedakan menjadiakut dan kronik. Penyebab umum

terjadinya sindroma kompartemen akut adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan pada

arteri dan luka bakar. Sedangkan sindroma kompartemen kronik biasa terjadi akibat melakukan

aktivitas yang berulang-ulang, misalnya pelari jarak jauh, pemain basket, pemain sepak bola dan

militer.

Compartment syndrome paling sering melibatkan kompartemen flexor dari lengan bawah

dan kompartemen tibia anterior dari tungkai bawah (meskipun dapat terjadi pada kompartemen

osteofsial manapun). Insiden compartment syndrome tergantung pada traumanya. Pada fraktur

3
humerus atau fraktur lengan bawah, insiden dari compartment syndrome dilaporkan berkisar

antara 0,6-2%. Pasien dengan kombinasi ipsilateral fraktur humerus dan lengan bawah memiliki

insiden sebesar 30%. Secara keseluruhan, prevalensi compartment syndrome meningkat pada

kasus yang berhubungan dengan kerusakan vascular. Insidens compartment syndrome yang

sesungguhnya mungkin lebih besar dari yan dilaporkan karena sindrom tersebut tidak terdeteksi

pada pasien yangkeadaanya sangat buruk. Prevalensinya juga lebih besar pada pasien dengan

kerusakkan vaskular. Insiden yang sesungguhnya mungkin tidak akan diketahui karena banyak

ahli bedah melakukan profilaksis fasiotomi ketika melakukan perbaikkan vaskuler pada pasien

risiko tingggi.

1.2 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, yaitu dengan cara

mengumpulkan data data dari buku buku yang terdapat di perpustakaan dan juga dengan

melakukan searching di website sebagai literature tambahan

1.3 Tujuan Penulisan

Penyusunan karya tulis ilmiah diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

a. Bagi profesi

Agar makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem muskulokeletal, sehingga dapat

dilakukan tindakan yang tepat dalam menangani masalah yang terjadi pada pasien dengan

Muskulokeletal.

4
b. Bagi pembaca

Memberikan tambahan pengetahuan dan pengambilan keputusan yang tepat kepada

pembaca, khususnya dalam menyikapi dan mengatasi jika ada penderita Muskulokeletal.

c. Bagi penulis

Selain untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pathology, diharapkan penulis dapat

menambah pengetahuan dan pengalamannya dalam menulis suatu makalah yang bermutu

dalam upaya memberikan kontribusi dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

Seorang pasien laki laki berusia 16 tahun,masuk rumah sakit dengan patah tulang. Pasien

mengatakan 2 jam yang lalu patah tulang paha kanan. Hasil pemeriksaan perawat,bengkak paha

kanan dan ujung jari kaki kanan rasa kesemutan, pasien tampak kesakitan. TTV : Tem:37 c,

Puls :98x/menit,BP: 110/70mmHg. Dokter merancanakan operasi.

Data tambahan:

- Saat turun dari tangga rumah tapi tidak jatuh

- Ibu meninggal dunia karena kangker

- Pulsasi arteri dorsalis pedis kanan tidak teraba

- Pasien sering mengeluh kesakitan di kaki kanan sejak usia 14 tahun

- Hasil foto rongen Ca.Tulang

2.2 ANATOMI FISIOLOGI MUSKULOKELETAL

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.

Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun

kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari

tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan

struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)

6
Komponen Sistem Musculoskeletal terdiri atas :

A. Tulang

Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas

hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang

lebih 67% dan bahan seluler 33%.

Menurut bentuk dan ukurannya tulang dibedakan sebagai berikut:

1. Tulang pendek

Tulang pendek bentuknya seperti silider kecil, berfungsi agar tulang dapat bergerak

bebas. Tulang pendek terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, telapak tangan dan

kaki.

2. Tulang panjang

Tulang panjang bentuknya seperti pipa, berfungsi untuk artikulasi, terdapat pada tulang

hasta, tulang paha dan tulang betis.

3. Tulang pipih

Tulang pipih berbentuk pipih dan lebar,berfungsi untuk melindungi struktur

dibawahnya,seperti pada pelvis, tulang belikat dan tempurung kepala.

4. Tulang tidak beraturan

Tulang tidak beraturan ini bentuknya kompleks dan berhubungan dengan fungsi khusus.

Contoh tulang tidak beraturan adalah tulang punggung dan tulang rahang.

7
Menurut bahan pembentuknya, tulang dapat dikelompokkan atas tulang rawan (kartilago) dan

tulang (osteon).

8
a.Tulang rawan (kartilago)

Keadaan tulang rawan lentur (elastis). Telinga, ujung hidung, dan laring (Adam`s apple)

dibentuk dan ditopang oleh tulang rawan. Pada umumnya, matriks pada tulang rawan

mengandung serabut kolagen dan tidak mengandung kalsium.Tulang rawan dibentuk oleh

sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang dihasilkan oleh kondroblas (pembentuk tulang rawan).

Antara sel-sel rawan terbentuk matriks dari kolagen dalam bentuk gel dari karbohidrat dan

protein. Macam-macam tipe tulang rawan adalah sebagai berikut:

tulang rawan hialin, sifatnya halus dan terdapat di ujung tulang.

tulang rawan elastis, sifatnya elastis pada telinga dan epiglotis.

tulang rawan yang liat (kuat) terbentuk dari serabut kolagen yang banyak dalam matriks,

terdapat pada tendon dan ligamen.

b.Tulang sejati (osteon)

Tulang terdapat pada seluruh anggota gerak. Bagian lapisan luar tulang keras (tulang

kompak) dan mengelilingi rongga yang disebut rongga sumsum. Berdasarkan teksturnya,

tulang dibedakan atas 2 macam, yaitu:

tulang kompak, membentuk lapisan luar yang padat.

tulang spons (berongga), bagian dalam pipih, seperti pada tulang tengkorak dan pada

ujung-ujung tulang panjang dekat sambungan tulang. Bentuk rongga ini melindungi

tulang itu sendiri jika ada tekanan, benturan atauhentakan.Bila tulang dipotong

sedemikian rupa kemudian dilihat dengan mikroskop, maka akan terlihat lingkaran-

9
lingkaran sel tulang yang tersusun secara konsentris, melingkari pembuluh darah dan

saraf. Lingkaran sel tulang bersama dengan pembuluh darah dan saraf membentuk

saluran Havers atau sistem Havers.Bagian dalam dari tulang berisi sumsum tulang yang

terdiri dari dua tipe, yaitu sumsum merah dan sumsum kuning. Sumsum merah

merupakan tempat produksi sel darah merah. Pada anak-anak, sumsum merah terdapat

pada seluruh tulang; sedangkan pada orang dewasa, sumsum merah terdapat pada tulang

tengkorak, ruas tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang gelang.Sumsum kuning

terdapat pada tulang-tulang anggota gerak dewasa. Sumsum kuning terbentuk dari

campuran sel jaringan ikat, seperti jaringan lemak dan sumsum merah. Tulang dibentuk

dari osteosit dan matriks. Osteosit dibentuk dari Osteoblas. Jenis-jenis matriks adalah

sebagai berikut:

semen: tersusun dari molekul karbohidrat.

kolagen: bentuknya seperti serabut. Kolagen yang diikat oleh semen akan

menampakkan ciri tulang. Tanpa kolagen, tulang menjadi rapuh seperti kepingan-

kepingan karang atau kapur.

mineral: misalnya seperti kalsium, fosfat, dan karbonat. Tanpa adanya mineral

dalam matriks tulang menjadi lentur.

Dalam matriks terdapat kalsium yang menjadikan tulang bersifat keras,

sedangkan mineral merupakan 65% dari berat seluruh tulang. Tulang adalah jaringan

hidup. Ini berarti bahwa tulang dapat tumbuh dan memperbaiki sendiri bagian yang

rusak (patah, retak). Pada tulang dewasa ada bagian tulang yang dirusak (pada bagian

tengah tulang pipa) oleh perombak sel tulang (osteoblas). Tulang tumbuh menjadi

10
besar dengan perbanyakan sel dan menjadi panjang. Tempat memanjangnya tulang

pada daerah pertumbuhan atau cakra epifisis (daerah dekat ujung-ujung tulang).

B. Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :

1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

2. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan lunak).

3. Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).

4. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hematopoesis).

5. Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium dan fluor).

C. Struktur tulang

Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut periosteum.

Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat

perlekatan tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik.

Lapisan yang terdekat mengandung osteoblast. Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu

membran vascular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam tulang

kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship (cekungan pada

permukan tulang). Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga sumsum (batang)

tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak di sternum, ilium,

vetebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggungjawab dalam produksi sel darah merah dan

putih. Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang

mempunyai vaskularisasi yang baik. Tulang kanselus menerima asupan darah melalui pembuluh

metafis dan epifis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal

volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga

11
meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient memasok darah ke sumsum

tulang, System vena ada yang keluar sendiri dan ada yang mengikuti arteri.

D. Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :

Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik tulang.

Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/

asam polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang merupakan kerangka dimana

garam garam mineral ditimbun terutama calsium, fluor, magnesium dan phosphor.

Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai pemeliharaan fungsi

tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang). Osteon yaitu unit fungsional

mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya terdapat kapiler dan disekeliling

kapiler tedapat matrik tulang yang disebut lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit,

yang memperoleh nutrisi lewat prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang

halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak kurang

lebih 0,1 mm).

Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks

tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti osteoblas

dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Tulang merupakan jaringan yang dinamis

dalam keadaan peralihan tulang (resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium dalam

tubuh orang dewasa diganti 18% pertahun.

E. Faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan pembentukan dan reabsorpsi

tulang adalah :

12
Vitamin D

Berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan meningkatkan

penyerapan kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan vitamin D dapat

menyebabkan deficit mineralisas, deformitas dan patah tulang.

Hormon parathyroid

Merupakan hormone utama pengatur homeostasis kalsium. Hormon parathyroid

mengatur konsentrasi kalsium dalam darah, sebagian dengan cara merangsang

perpindahankalsium dari tulang. Sebagian respon kadar kalsiumdarah yang rendah,

peningkatan hormone parathyroid akan mempercepat mobilisasi kalsium,

demineralisasi tulang, dan pembentukan kista tulang. Kalsitonin dari kelenjar tiroid

meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.Pasokan darah juga mempengaruhi

pembentukan tulang. Dengan menurunnya pasokan darah / hyperemia (kongesti) akan

tejadi penurunan osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis (berkurang

kepadatannya). Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan aliran darah.Pada

keadaaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu tingkat

yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak diman lebih banyak

terjadi pembentukan dari pada absorpsi tulang.Proses ini penting untuk fungsi normal

tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan yang

meningkat dan untuk mencegah terjadi patah tulang. Perubahan tesebut membantu

mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matrik organic yang sudah

tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang relative menjadi lemah dan rapuh.

Pembentukan tulang baru memerlukan matrik organic baru, sehingga memberi

tambahan kekuatan tulang. (Price,S.A,1995)

13
F. Cartilago (tulang rawan)

Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada gelatin kuat, tetapi fleksible

dan tidak bervasculer. Nutrisi melaui proses difusi gel perekat sampai ke kartilago yang berada

pada perichondium (serabut yang membentuk kartilago melalui cairan sinovial), jumlah serabut

collagen yang ada di cartilage menentukan bentuk fibrous, hyaline, elastisitas, fibrous

(fibrocartilago) memili paling banyak serabut dan memiliki kekuatan meregang. Fibrus cartilage

menyusun discus intervertebralis articular (hyaline) cartilage halus, putih, mengkilap, dan kenyal

membungkus permukaan persendian dari tulang dan berfungsi sebagai bantalan. Cartilage yang

elastis memiliki sedikit serat dan terdapat pada telinga bagian luar.

Femur

Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan

trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi

dengan acetabulum darioscoxae membentuk articulatiocoxae. Pada pusat caput terdapat lekukan

kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagia nsuplai

darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligament ini dan memasuki tulang pada fovea.

14
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan kebawah,

belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil)

dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat diubah oleh

penyakit.

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yang

menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista

intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum

quadratum.

Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat

pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera.

Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai

crista supra condylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis. Tepian

lateral menyatu kebawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior

batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah

berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar kearah ujung distal dan membentuk

daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.

Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior

dipisahkan oleh incisuraintercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh

permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atas

condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan

langsung dengan epicondylus medialis.

15
Tendon

Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan ujung dari otot yang

menempel pada tulang. Tendon merupakan ujung dari otot dan menempel kepada tulang. Tendon

merupakan ekstensi dari serabut fibrous yang bersambungan dengan aperiosteum. Selaput tendon

berbentuk selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu terutama pada

pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini bersambungn dengan membrane sinovial yang

menjamin pelumasan sehinggga mudah bergerak.

Fascia

Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung di

bawah kulit, sebagai fascia superficial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung

fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Yang demikian disebut fascia dalam.

Bursae

Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana digunakan di atas

bagian yang bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-otot. Bursae

dibatasi membrane sinovial dan mengandung caiaran sinovial. Bursae merupakan bantalan

diantara bagian-bagian yang bergerak seperti olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon

dan kulit.

Persendian

Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan

dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau

otot. Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan dengan tulang yang lain

melalui jaringan penyambung yang disebut persendian. Pada persendian terdapat cairan pelumas

(cairan sinofial). Otot yang melekat pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon. Sedangkan,

16
jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang disebut ligamen.Secara structural sendi

dibagi menjadi: sendi fibrosa, kartilaginosa, sinovial. Dan berdasarkan fungsionalnya sendi

dibagi menjadi: sendi sinartrosis, amfiartrosis, diarthroses.

Sendi diartrosis terdiri dari:

Sendi peluru

dalah persendian yang memungkinkan gerakan yang lebih bebas. Sendi ini terjadi apabila

ujung tulang yang satu berbentuk bonggol, seperti peluru masuk ke ujung tulang lain

yang berbentuk cekungan. Contoh sendi peluru adalah hubungan tulang panggul dengan

tulang paha, dan tulang belikat dengan tulang atas

Sendi pelana

memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus. Memungkinkan rotasi

untuk melakukan aktivitas untuk memutar pegangan pintu, misal persendian antara

radius dan ulna.Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh adalah sendi-

sendi tulang karpalia di pergelangan tangan

Sendi fibrosa (sinartrodial)

Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-serat

kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang tengkorak.

Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)

Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan fibrosa

kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis pubis.

Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.

Sendi synovial (diartrodial)

17
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan

gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa

sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus

dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis. Membran ini mensekresi

cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya

bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang

ditemukan pada tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah putih

pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel

mononuclear. Cairan synovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.

Jaringan Penyambung

Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang berdekatan terutama

adalah jaringan penyambung, yang tersususn dari sel-sel dan subtansi dasar. Dua macam

sel yang ditemukan pada jaringan penyambung sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada

pada jaringan penyambung, seperti sel mast, sel plasma, limfosit, monosit, leukosit

polimorfonuklear. Sel-sel ini memegang peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas dan

peradangan yang terlihat pada penyakit-penyakit reumatik. Jenis sel yang kedua dalam

sel penyambung ini adalah sel yang tetap berada dalam jaringan seperti fibroblast,

kondrosit, osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai macam serat dan proteoglikan dari

substansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan pemyambung memiliki susunan sel yang

tersendiri.Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah kolagen dan elastin.

Serat-serat elastin memiliki sifat elastis yang penting. Serat ini didapat dalam ligament,

18
dinding pembuluh darah besar dan kulit. Elastin dipecah oleh enzim yang disebut

elastase.

Otot

Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak. Kontraksi otot

menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk

mempertahankan temperature tubuh. Jaringan otot terdiri atas semua jaringan kontraktil.

Menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian tubuh otot

dikelompokkan dalam :

Otot rangka (striadted / otot lurik).

Terdapat pada system skelet, memberikan pengontrolan pergerakan,

mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.

Otot polos (otot visceral).

Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pembuluh darah. Otot ini

mendapat rangsang dari saraf otonom yang berkontraksi di luar kesadaran

Otot jantung.

Hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar pengendalian.Otot rangka

dinamai menurut bentuknya seperti deltoid, menurut jurusan serabutnya seperti

rektus abdominis, menurut kedudukan ototnya seperti pektoralis mayor, menurut

fungsinya seperti fleksor dan ekstensor. Otot rangka ada yang berukuran panjang,

lebar, rata, membentuk gumpalan masas. Otot rangka berkontraksi bila ada

rangsang. Energi kontaraksi otot diperoleh melalui pemecahan ATP dan kegiatan

calsium.

19
Kerja Otot

Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya

adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan

(kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk

berkontraksi dan menggerakan tulang.

Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian terbesarnya

mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan langsung dengan

tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendon

fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (mis.,pada

bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai

bagian dari kelompok, dibawah control system saraf.

Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot bisep

dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya tetap stasioner

dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius.

Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan diketahui sebagai insersio dari otot.

Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia

memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak

tengadah karena titik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas adalah

otot ekstensor; otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot

bisep.

Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :

20
a. Bisep kontraksi ini adalah penggerak utama

b. Trisep rileks secara refleks ini adalah antagonis

c. Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah gerakan berguling

d. Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi bahu

Struktur Otot Rangka

Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris tidak

bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak suplai darah dan

saraf. Setiap sel mempunyai banyak nuklei dan mempunyai penampilan lurik.

Dindingnya atau sarkolema, mengandung myofibril yang dibungkus dengan rapat dalam

sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak mitokondria. Warna merah dari otot

berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti hemoglobin dalam

sarkoplasma.Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara

bergantian, disebut pita I dan A secara berurutan. Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen,

satu mengandung proteinaktin, dan lainnya mengandung protein myosin.

Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama lain,

seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel otot saling

mendekat. Serat otot memendek sampai dengan sepertiga dari panjangnya saat

kontraksi.Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan, baik tanpa

tendon (otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan tendon pada ujungnya (otot

fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot ini mempunyai rentang gerak yang besar tetapi

relative lemah.Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai

21
rentang gerak lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut terhadap

arah tarikan dan menyisip ke dalam tendon sentral atau tendon pengimbang.

Persarafan Otot Rangka

Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :

1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor regangan

khusus, gelondong otot

2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot

Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior substansia

grisea dalam medula spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama

atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai 200 serat otot. Semua

korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam medulla

spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya,

pada motor end plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan

simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end plate. Asetilkolin bekerja untuk

memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas listrik untuk

menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot

berkontraksi. Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi.

Bila impuls berhenti maka otot rileks.

2.3 DEFINISI

Tubuh anda terbentuk dari banyak struktur-struktur kecil yang disebut sel-sel. Ada

banyak tipe-tipe yang berbeda dari sel-sel yang tumbuh untuk membentuk bagian-bagian yang

22
berbeda dari tubuh anda. Selama pertumbuhan dan perkembangan yang normal, sel-sel ini secara

terus menerus tumbuh, membelah, dan membuat sel-sel baru. Proses ini berlanjut di seluruh

kehidupan bahkan setelah anda tidak lagi tumbuh. Sel-sel berlanjut membelah dan membuat sel-

sel baru untuk menggantikan sel-sel yang tua dan rusak. Pada seorang yang sehat, tubuh mampu

untuk mengontrol pertumbuhan dan pembelahan dari sel-sel menurut keperluan-keperluan dari

tubuh. Kanker adalah ketika kontrol yang normal ini dari sel-sel hilang dan sel-sel mulai

tumbuh dan membelah diluar kontrol. Sel-sel juga menjadi abnormal dan telah merubah fungsi-

fungsi pada pasien-pasien dengan kanker. Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu

kondisi di mana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga

mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali (Dinas Kesehatan Kab

Bone Bolango, 2007).

Tumor adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-selnya tidak

pernahmenjadi dewasa. Tumor tulang primer merupakan tumor tulang dimana sel tumornya

berasal dari sel-sel yang membentuk jaringan tulang, sedangkan tumor tulang sekunder adalah

anak sebar tumor ganasorgan non tulang yang bermetastasis ke tulang.

Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-sel tersebut

tidak pernahmenjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering digunakan Tumor Tulang, yaitu

pertumbuhanabnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas.

Ada banyak tipe-tipe yang berbeda dari kanker. Kanker biasanya dinamakan berdasarkan

pada tipe dari sel yang dipengaruhi. Contohnya, kanker paru disebabkan oleh sel-sel yang diluar

kontrol yang membentuk paru-paru, dan kanker payudara oleh sel-sel yang membentuk

payudara. Suatu tumor adalah suatu kumpulan (koleksi) dari sel-sel abnormal yang mengumpul

23
bersama. Bagaimanapun, tidak semua tumor-tumor adalah bersifat kanker. Suatu tumor dapat

jinak (tidak bersifat kanker) atau ganas (bersifat kanker). Tumor-tumor jinak biasanya kurang

berbahaya dan tidak mampu untuk menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Tumor-tumor ganas

biasanya lebih serius dan dapat menyebar ke area-area lain dalam tubuh. Kemampuan sel-sel

kanker untuk meninggalkan lokasi awal mereka dan bergerak ke lokasi lain didalam tubuh

disebut metastasis.

2.4 EPIDEMIOLOGI

Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu kondisi di mana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,

cepat, dan tidak terkendali (Dinas Kesehatan Kab Bone Bolango, 2007). Terdapat lebih daripada

100 jenis kanker dan setiapnya diklasifikasi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Sejalan dengan

pertumbuhan dan kembang biaknya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas

yang menyusup ke jaringan sehat di sekitarnya yang dikenal sebagai invasif. Di samping itu, sel

kanker dapat menyebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lainnya yang jauh dari tempat asalnya

melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening sehingga tumbuh kanker baru di tempat lain

dan hasilnya adalah suatu kondisi serius yang sangat sulit untuk diobati. Organisasi

Penanggulangan Kanker Dunia (UICC) maupun OrganisasiKesehatan Dunia (WHO)

menyebutkan, diperkirakan angka kejadian kanker di dunia meningkat 300 persen pada 2030,

terutama di negara-negara berkembang, seperti Indonesia (KOMPAS, 2009). Di Indonesia,

kanker menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian dan sekitar 800.000 orang

Indonesia terserang kanker setiap tahun (Suara Pembaruan Daily, 2007). Hal ini sejalan dengan

pernyataan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah

Supari (2005), menyatakan bahwa kanker telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat

24
Indonesia. Begitu pula dalamsambutannya ketika merasmikan 1st International Scientific

Meeting Indonesian Society of Surgical Oncologist/ISSO), beliau menyatakan bahwa jumlah

pasien kanker di Indonesia mencapai 6% dari 200 juta lebih penduduk Indonesia (Siswono,

2005). Jenis kanker tersering berbeda antara pria dan wanita di mana pada pria kanker yang

sering adalah kanker paru, lambung, hepar, kolorektal, esofagus, dan prostat manakala pada

wanita adalah kanker payudara, paru, lambung, kolorektal, dan serviks (WHO, 2008). Apabila

penyakit ini dapat dideteksi pada tahap awal, maka lebih daripada separuh penyakit kanker dapat

dicegah, bahkan dapat disembuhkan dan perlu redefinisi dalam pelayanan kesehatan dari

pengobatan ke promosi dan preventif (DETAK, 2007). Tetapi hasil diagnosis kanker menyatakan

bahwa 80% penderita kanker ditemukan pada stadium lanjut yaitu stadium 3 dan stadium 4

(Kompas, 2002). Pada tahap ini kanker sudah menyebar ke bagian-bagian lain di dalam tubuh

sehingga semakin kecil peluang untuk sembuh dan pulih. Keadaan di atas menjadi salah satu

penyebab meningkatnya penyakit kanker di Indonesia. WHO pula menyatakan bahwa sepertiga

sampai setengah dari semua jenis kanker dapat dicegah, sepertiga dapat disembuhkan bila

ditemukan pada stadium dini (DETAK, 2007). Oleh karena itu, upaya mencegah kanker dengan

menemukan kanker pada stadium dini merupakan upaya yang penting karena disamping

membebaskan masyarakat dari penderitaan kanker juga menekan biaya pengobatan kanker yang

mahal (Siswono, 2005). Jika pencegahan kanker dilakukan oleh masing-masing individu, maka

hal tersebut akan berdampak besar dalam mengurangi angka kejadian kanker di dunia.

2.5 ETIOLOGI

Kanker tulang disebabkan oleh suatu persoalan dengan sel-sel yang membentuk tulang.

Lebih dari 2,000 orang-orang didiagnosis di Amerika setiap tahun dengan suatu tumor tulang.

Tumor-tumor tulang terjadi paling umum pada anak-anak dan remaja-remaja dan lebih kurang

25
umum pada orang-orang dewasa yang lebih tua. Kanker yang melibatkan tulang pada dewasa-

dewasa yang lebih tua adalah paling umum akibat dari penyebaran metastasis dari tumor yang

lain.

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian

menunjukkanbahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan

kejadian tumor tulang.

a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi

b. Keturunan

c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan

radiasi ). (Smeltzer. 2001).

2.6 MANISFESTASI KLINIS

Gejala yang paling umum dari tumor-tumor tulang adalah nyeri. Pada kebanyakan kasus-

kasus, gejala-gejala menjadi secara berangsur-angsur lebih parah seiring dengan waktu. Pada

awalnya, nyeri mungkin hanya hadir waktu malam atau dengan aktivitas. Tergantung pada

pertumbuhan dari tumor, mereka yang terpengaruh mungkin mempunyai gejala-gejala untuk

berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun sebelum mencari nasehat medis. Pada

beberapa kasus-kasus, suatu massa atau gumpalan mungkin dirasakan pada tulang atau pada

jaringan-jaringan yang mengelilingi tulang. Tumor di tungkai menyebabkan penderita berjalan

timpang, sedangkan tumor di lengan menimbulkan nyeri ketika lengan dipakai untuk

mengangkat sesuatu benda. Pembengkakan pada tumor mungkin teraba hangat dan agak

memerah.

26
a. Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin

parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)

b. Fraktur patologik

c. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

(Gale, 1999)

d. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran

vena

e. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan

menurun dan malaise. (Smeltzer., 2001)

2.7 KLASIFIKASI KANKER

Ada lima kelompok besar yang digunakan untuk mengklasifikasikan kanker yaitu

karsinoma, sarkoma, limfoma, adenoma dan leukemia (National Cancer Institute, 2009).

1. Karsinoma ialah kanker yang berasal dari kulit atau jaringan yang menutupi organ

internal.

2. Sarkoma ialah kanker yang berasal dari tulang, tulang rawan, lemak, otot, pembuluh

darah,atau jaringan ikat.

3. Limfoma ialah kanker yang berasal dari kelenjar getah bening dan jaringan sistem

kekebalan tubuh.

4. Adenoma ialah kanker yang berasal dari tiroid, kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, dan

jaringan kelenjar lainnya.

5. Leukemia ialah kanker yang berasal dari jaringan pembentuk darah sepertisumsum tulang

dan sering menumpuk dalam aliran darah.

27
Jenis-jenis kanker umum

Daftar jenis kanker yang umum termasuk kanker yang didiagnosis dengan frekuensi

terbesar di mana kejadian tahunan untuk tahun 2008 diperkirakan harus 35.000 kasus atau lebih.

Tabel berikut memberikan perkiraan jumlah kasus baru dan kematian untuk setiap jenis kanker

yang umum:

Jenis kanker Perkiraan kasus baru Estimasi kematian

Kandung kemih 68.810 14.100

Payudara (wanita pria) 182.460-1.990 40.480-450

Usus besar dan 148.810 49.960

rektal(gabungan)

Endometrium 40.100 7.470

Ginjal( renal sel) 46.232 11.059

Leukimia(semua) 44.270 21.710

Paru- paru (bronkus) 215.020 161.840

Melanoma 62.480 8.420

Limfoma non hodgkin 66.120 19.160

Pankreas 37.680 34.290

Prostata 186.320 28.660,

Kulit (non melanoma) >1.000.000 <1.000

Kelenjar gondok 37.340 1.590

28
2.8 PATHOFISIOLOGI

1. Narasi

Ada beberapa tipe neoplasma yang dapat timbul pada jaringan tulang. Neoplasma ini

dapat berasal dari jaringan tulang itu sendiri atau dapat juga merupakan penyebaran dari tumor

primer.Sel-sel tumor tulang dapat menghasilkan factor-faktor yang dapat merangsang fungsi

osteoklas, sehingga menimbulkan resorpsi tulang yang dapat terlihat pada radiogram. Juga ada

beberapa tumor yang menyebabkan peningkatan aktifitas ostoeblas dengan peningkatan densitas

tulang yang juga dapat terlihat pada radiogram. Pada umumnya, tumor-tumor tulang mudah di

kenali dari adanya massa pada jaringan lunak di sekitar tulang, deformitas tulang nyeri dan nyeri

tekan atau fraktur patologis.Tumor-tumor tulang primer dapat jinak atau ganas. Tumor jinak

lebih sering terjadi dibandingkan dengan tumor ganas. Tumor-tumor ganas cenderung tumbuh

cepat, menyebar dan menginvasi secara tidak beraturan. Tumor tumor semacam ini paling sering

terlihat pada remaja dan dewasa.Sejumlah neoplasma yang berasal dari jaringan-jaringan lain

dapat menyebar ke tulang melalui aliran darah. Tempat-tempat tumor primer yang menyebar ke

tulang adalah prostat, payudara, paru, tiroid, ginjal dan kandung kemih.Tulang yang paling

sering terluka adalah vertebra, femur,proksimal, pelvis, Iga, sternum dan humerus.

29
2.9 KOMPLIKASI

1. Fraktur

Komplikasi awal

1. Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna

maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.

2. Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam

pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau

karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam

lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

3. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam

otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan

karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot

terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi

kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai

masalah (misal : iskemi, cidera remuk).

Komplikasi lambat

1. Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih

lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)

2. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.

3. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu

semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal

30
2. CompartemenSyndrom

1. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen

2. Kontraktur volkman, merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh

terlambatnya penanganan sindrom kompartemen sehingga timbul deformitas pada

tangan, jari, dan pergelangan tangan karena adanya trauma pada lengan bawah.

3. Trauma vascular

4. Gagal ginjal akut

5. Sepsis

6. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)

2.10 COLABORATIVE CARE MANAGEMENT

1. Pemeriksaan Diagnostik

- Radiografi

- Tomografi

- Pemindaian Tulang

- Radisotop

- Biopsi tulang bedah

- Tomografi Paru

- Tes lain untuk diagnosis banding

- Aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).(Wong, 2003)

2. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.

Tujuanpenatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika

memungkinkandan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas

31
yang sakit.Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi

kombinasi.Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan

kemoterapi. Protokolkemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin)

cytoksan dosis tinggi(siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin.

Agen ini mungkin digunakansecara tersendiri atau dalam kombinasi.Bila terdapat hiperkalsemia,

penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena,diurelika, mobilisasi dan

obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale,1999).

3. Tindakan keperawatan

a. Manajemen nyeri

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan

bimbinganimajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan

secaramoril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

c. Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan

radiasi,sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat

mengurangireaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan

indikasi dokter.

d. Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya

komplikasi,program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.(Smeltzer. 2001).

32
4. Pencegahan Kanker Dengan Diet Yang Baik

Penyakit kanker tulang dapat dicegah seperti halnya penyakit lain. Pencegahan penyakit

kanker tulang ada beberapa cara yang dapat dilakukan sejak dini, yaitu;

1. Melakukan penguatan terhadap tulang dengan cara memanen viamin D dengan cara

berjemur vsebelum pukul 10 pagi dibawah sinar matahari langsung.

2. Mengembangkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang,

empat sehat lima sempurna. Terutama makanan yang mengandung kalsium alami dengan

jumlah yang cukup.

3. Olahraga yang teratur dapat menguatkan tulang karena banyak bergerak akan membuat

komposisi tulang menjadi lebih padat. Lari dan senam adalah olahraga yang

direkomendasikan baik untuk tulang.

4. Hindari makanan yang mengandung zat karsiogenik atau mengandung zat yang dapat

menyebababkan kanker.

5. Tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol.

Pilihan makanan sehat dan aktivitas fisik dapat membantu mengurangi risiko kanker.

Perhimpunan kanker Amerika dan Insitut Penelitian kanker Amerika telah mengembangkan

pedoman pencegahan kanker yang mirip. Berikut adalah panduan diet dan pedoman kebugaran

yang dapat membantu mengurangi risiko kanker:

Makan makanan yang terdiri dari diet nabati. Makanlah setidaknya 5 porsi buah dan

sayuran setiap hari. Sertakan kacang-kacangan dalam diet dan makan produk biji-bijian

(seperti sereal, roti, dan pasta) beberapa kali setiap hari.

Memilih makanan rendah lemak

33
Memilih makanan rendah kadar garam

Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal

Bergerak secara aktif minimal selama 30 menit hamper setiap hari dalam seminggu

Batasi konsumsi minuman beralkohol

Simpan dan siapkan makanan secara aman

Tidak menggunakan tembakau dalam bentuk apapun

5. Medikasi (Pengobatan)

Terapi kanker tulang mempunyai beberapa pilihan metode yang bisa dilakukan

berdasarkan lokasi kanker tulang, jenis kanker tulang, tingkat agresif kanker tulang, dan apakah

kanker hanya menyerang jaringan sekitar atau metastasis (jauh).

Tiga metode pengobatan yang bisa dilakukan untuk pengobatan kanker tulang yaitu kemoterapi,

operasi dan terapi radiasi. Untuk stadium kanker tulang yang sangat parah pada umumnya harus

dilakukan amputasi.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan langkah

amputasi tidak lagi menjadi pilihan utama seperti dulu. Dengan metode pengobatan modern sel

kanker akan dimatikan terlebih dahulu dengan pengobatan sebelum akhirnya melakukan

pergantian tulang pada penderita. Berikut ini adalah langkah-langkah terapi yang harus dilakukan

untuk mengatasi kanker tulang berdasarkan jenisnya, yaitu :

Mieloma multipel

Pengobatannya rumit, yaitu meliputi kemoterapi, terapi penyinaran dan pembedahan.

34
Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik)

Sebelum dokter akan melakukan diagnosa sebelum melakukan kemoterapi dan pembedahan.

Langkah-langkah diagnosa yang dilakukan diantaranya :

1. Akan dilakukan rontgen pada tulang yang terkena kanker.

2. Akan dilakukan CT scan pada tulang yang terkena kanker.

3. Akan dilakukan pemeriksaan darah dan kimia serum.

4. Akan dilakukan CT scan dada untuk melihat dan mengamati adanya kemungkinan

menyebar ke paru-paru.

5. Melakukan biopsi terbuka.

6. Melakukan skening tulang untuk melihat dan mengamati penyebaran tumor.Kemoterapi

akan diberikan untuk memperkecil dan menghambat ukuran tumor, kemudian akan

dilakukan pembedahan. Kemoterapi termasuk langkah awal yang penting karena

memiliki kemampuan membunuh setiap sel yang sudah berkembang dan menyebar di

dalam tubuh.

Kemoterapi yang biasa diberikan:

- Metotreksat dengan leukovorin (dosis tinggi)

- Doxorubicin (adriamisin)

- Cisplatin

- Cyclophosphamide (sitoksan)

- Bleomycin.

35
Angka harapan hidup penderita bisa mencapai 60% apabila kanker belum menyebar ke paru-

paru.

Untuk penderita yang berhasil didiagnosis biasanya mampu bertahan hidup selama 5 tahun

dengan angka harapan hidup sebesar 75%.

Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna mempunyai kesamaan pengobatan

dengan osteosarkoma.

KondrosarkomaKanker jenis ini harus dilakukan dengan pembedahan dan tidak bisa

diatasi dengan terapi penyinaran ataupun kemoterapi. Amputasi lengan dan tungkai

dilakukan hanya bila kanker sudah masuk dalam stadium yang parah.

Jika seluruh tumor berhasil diangkat maka penderita mempunyai angka harapan hidup lebih dari

75%.

Tumor Ewing (Sarkoma Ewing)Jika hasil diagnosa menunjukkan adanya tumor Ewing

maka akan dilakukan diagnosa lebih lanjut untuk menentukan titik lokasi dan penyebaran

dari tumor.

Diagnosa yang akan dilakukan diantaranya :

1. Akan dilakukan rontgen pada tulang kerangka tubuh.

2. Akan dilakukan rontgen dada.

3. Akan dilakukan CT scan pada dada.

4. Akan dilakukan skening tulang.

5. Akan dilakukan biopsi tumor.

36
Setelah melakukan diagnosa, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengobatan yang

bisa mengkombinasikan beberapa terapi yang terdiri dari :

Kemoterapi. Kemoterapi yang diberikan misalnya daktinomisin, vinkristin, etoposid,

siklofosfamid ,doksorubisin, ifosfamid.

Terapi penyinaran tumor.

Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor.

Prognosis, namun tergantung dari titik lokasi tumor dan penyebarannya.

Limfoma Tulang Maligna (Sarkoma Sel Retikulum)Pengobatan untuk limfoma tulang

maligna pada umumnya dilakukan dengan pengangkatan tumor atau kombinasi dari

terapi penyinaran dan kemoterapi. Amputasi hanya dilakukan ketika sudah dalam

keadaan yang sangat parah.

Limb Salvage

Ada juga teknik baru yaitu limb salvage. Teknik pengobatan ini dilakukan dengan cara

menyambung kaki penderita tumor dengan kaki pasien lain yang baru meninggal.

Teknik terapi ini mempunyai kemungkinan keberhasilan sebesar 80% dan sudah mulai

diterapkan di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Langkah-langkahnya adalah dengan menjalani terapi kemoterapi terlebih dahulu lalu

mengangkat tumor ganas. Tulang harus diganti bila kondisinya memang menunjukkan bahwa

tulang harus diganti.

37
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

1. Identitas

Identitas klien

( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan,

pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis )

Identitas penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan,status, agama, hubungan dengan klien )

2. Riwayat keperawatan

a. Keluhan utama

Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya klien ke rumah sakit.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya

membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi

terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan

bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya

kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

c. Riwayat penyakit dahulu

38
Riwayat penyakit dahulu perlu dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah

dialami sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan proses

keperawatan.

d. Riwayat penyakit keluarga

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada

hubungannya dengan penyakit herediter.

3. Pola aktivitas sehari hari\

a. Aktivitas /Istirahat

kelemahan dan atau keletihan.

Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.

Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.

Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi

b. Sirkulasi

palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.

Perubahan pada TD.

c. Integritas Ego

Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres

(misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan

religious/spiritual).

Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia, lesi, cacat,

pembedahan.

39
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak

bermakna, rasa bersalah, kehilangan.

d. Eliminasi

Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi. Perubahan

eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria,

sering berkemih.

e. Makanan/Cairan

Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan

pengawet).

Anoreksia, mual/muntah.

Intoleransi makanan.

Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa

otot.

f. Neurosensori

Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan sampai nyeri berat

(dihubungkan dengan proses penyakit)

g. Pernafasan

Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan

asbes.

h. Keamanan

Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.

pemajanan matahari lama/berlebihan.

i. Seksualitas

40
Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat

kepuasaan.

Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.

Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital.

j. Interaksi Social

Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.

Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau

bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.

4. Observasi dan Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : baik, kurang, atau lemah.

b. Tanda tanda vital ( TD,Suhu,Nadi,Pernafasan )

c. Pemeriksaan fisik

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya

pelebaran vena

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan

yang terbatas

Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit

Mungkin hebat atau dangkal

Sering hilang dengan posisi flexi

Anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak

mampu menahan objek berat.

41
d. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus

limferegiona

48
3.2 DIANGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa 1 : Nyeri ( akut ) berhubungan dengan fraktur Femur ditandai dengan klien mengatakan 2 jam yang lalu patah tulang paha kanan,

hasil pemeriksaan perawat bengkak paha kanan dan ujung jari kaki kanan terasa kesemutan, pasien tampak kesakitan. : P : fraktur

femur, Q :- R : paha sebelah kanan, S : 3 ( 0 4 ), T : -

Patient Out Come Intervention Rationale Implementation Evaluation

Dalam waktu 30 1. Observasi - Karakteristik nyeri dapat 1. Mengobsrvasi - Nyeri positif.

menit 1 jam karakteristik nyeri, membantu menentukan karakteristik nyeri, - Skala nyeri 3 (0 4).

setelah dilakukan lokasi, kualitas, dan intervensi selanjutnya. lokasi, kualitas, dan - Tanda-tanda vital :T :

tindakan factor pencetus. factor pencetus. 37 oC, P : 98 x/menit, R

keperawatan nyeri ( 10.30 am ) : 26 x/menit, BP : 110/70

( akut ) dapat 2. Observasi tanda-tanda - Tanda-tanda vital dapat 2. Mengobsrvasi tanda- mmHg.

teratasi dengan vital. menunjukan perubahan tanda vital ( T, P, R, ( 11.30 am )

kriteria: status kesehatan klien. BP)

- Klien ( 07.30 am )

mengungkapkan 3. Jelaskan pada klien - Keluhan klien dapat 3. Menjelaskan kepada

49
nyeri berkurang penyebab nyerinya. memberi informasi rasa klien penyebab

- Ekspresi wajah nyeri yang dialaminya. nyerinya.

klien tidak ( 10.30 am )

tampak kesakitan 4. Ajarkan dan anjur-kan - Tehnik relaksasi dan 4. Mengajarkan dan

- Skala nyeri 1 klien melakukan distraksi dapat menganjurkan klien

(0 4) tehnik relaksasi dan membantu mengurangi melakukan tehnik

- Tanda-tanda vital distraksi. respon nyeri yang relaksasi seperti tarik

dalam batas dialami klien. nafas dalam dan

normal: distraksi seperti

T : 36 37 oC mendengarkan musik.

P : 60 80 x/menit ( 11.00 am )

R : 16 24 x/menit 5. Ciptakan lingkungan - Lingkungan yang tenang 5. Menciptakan

BP : 120/80 mmHg yang tenang dan dan nyaman membantu lingkungan yang

nyaman. klien untuk rileks tenang dan nyaman

sehingga respon seperti mengganti

nyerinya dapat sprei.

50
berkurang. ( 07.30 am )

6. Berikan obat analgesic - Untuk menangani nyeri 6. Memberikan obat

sesuai order Dokter. yang dirasakan klien. analgesic sesuai order

Dokter ( ketorolac 1

ampul, encer 9 cc

Diagnosa 2 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur tulang femur ditandai dengan bengkak paha kanan.

Patient Out Come Intervention Rationale Implementation Evaluation

Dalam waktu 2 3 1. Observasi tingkat - Tingkat kemampuan klien 1. Mengobservasi kemampuan - Klien belum bisa

hari perawatan kemampuan klien beraktivitas menunjukkan klien beraktivitas dengan menggerakan pahanya

dirumah sakit beraktivitas. kemandiriran klien. cara menganjurkan klien yang di immobilisasi.

hambatan mobilitas makan sendiri. - Klien kategori 2

51
fisik dapat teratasi ( 07.00 am ) ( sebagian aktivitasnya

dengan criteria : - Kebutuhan dasar klien 2. Membantu klien dalam dibantu oleh perawat

- Klien mampu 2. Bantu klien dalam yang terpenuhi dapat melakukan ADL dan dan keluarga ).

menggerakan pasif pemenuhan sebagian mempercepat kesembuhan. personal hygine seperti ( 11.30 am

bagian yang di ADL. memandikan. )

imobilisasi. ( 07.00 am )

- Klien mampu - ROM pasif dapat 3. Mengjarkan dan

memenuhi ADL dan mempercapat proses menganjurkan klien

personal hygienenya 3. Ajarkan dan anjur-kan penyembuhan dan melakukan ROM pasif di

secara mandiri. klien melakukan ROM mencegah terjadinya tempat tidur. Misalnya

- Kategori klien I pasif di tempat tidur. kontraktur atau kekakuan dengan cara menggerakkan

(13) sendi. tangan ditempat tidur.

( 10.00 am )

4. Mendekatkan barang-

- Barang yang mudah barang yang diperlu-kan

4. Dekatkan barang dijangkau oleh klien akan klien misal handphone.

52
barang yang diperlu- mencegah resiko cidera ( 07.30 am )

kan klien. bertambah. 5. Mengikut sertakan keluarga

dalam memenuhi kebutuhan

- Keluarga membantu dasar klien misalnya gosok

5. Ikut sertakan keluarga memenuhi kebutuhan dasar gigi.

dalam memenuhi klien. ( 11.00 am )

kebutuhan dasar klien

53
Diagnosa 3 : Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah (cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)

ditandai dengan perubahan pulsasi nadi perifer yang melemah, lokasi daerah trauma teraba dingin, terasa kesemutan, dan nyeri.

Patient outcome Intervensi rasional implementasi evaluasi

Setelah dilakukan 1. Dorong klien 1. Meningkatkan 1.Mendorong klien untuk secara 1. klien mengatakan kaki

tindakan tidak terjadi untuk secara rutin sirkulasi darah dan rutin melakukan latihan dengan terasa kesemutan

gangguan perfusi jaringan melakukan latihan mencegah kekakuan menemani pasien saat melakukan 2. polse dorsalis pedis

perifer, dengan kriteria : menggerakkan sendi latihan, seperti menggerakkan tidak teraba.

Pasien dapat jari/sendi distal jari/sendi distal cedera 3. klien tidak dapat

mempertahankan perfusi cedera melakukan latihan gerak.

jaringan dibuktikan oleh:

2. Hindarkan 2. Mencegah stasis vena 2.Menghindarkan restriksi sirkulasi

1. Terabanya nadi, restriksi sirkulasi dan sebagai petunjuk akibat tekanan bebat/spalk yang

2. kulit hangat/kering, akibat tekanan perlunya penyesuaian terlalu ketat dengan

3. sensasi normal, bebat/spalk yang keketatan bebat/spalk melonggarkan balutan yang

4. tanda vital stabil terlalu ketat terlalu ketat dan memperhatikan

54
BP : 120/80 mmHg CRT saat membalut kembali.

T : 36-370 C

P : 60-100x/m

R : 16-20x/m 3. Pertahankan letak 3. Meningkatkan 3.Mempertahankan letak tinggi

5. haluaran urine tinggi ekstremitas drainase vena dan ekstremitas yang cedera kecuali

adekuat yang cedera menurunkan edema ada kontraindikasi adanya

kecuali ada kecuali pada adanya sindroma kompartemen seperti

kontraindikasi keadaan hambatan posisi kaki yang lebih tinggi dari

adanya sindroma aliran arteri yang pada posisi jantung.

kompartemen. menyebabkan

penurunan perfusi.

4. Berikan obat 4. Mungkin diberikan 4.Memberikan obat antikoagulan

antikoagulan sebagai upaya (warfarin) bila diperlukan.

55
(warfarin) bila profilaktik untuk

diperlukan menurunkan trombus

vena.

5. Pantau kualitas 5. Mengevaluasi 5.Memantau kualitas nadi perifer,

nadi perifer, aliran perkembangan aliran kapiler, warna kulit dan

kapiler, warna masalah klien dan kehangatan kulit distal cedera,

kulit dan perlunya intervensi bandingkan dengan sisi yang

kehangatan kulit sesuai keadaan klien normal.

distal cedera,

bandingkan

dengan sisi yang

normal.

56
Diagnosa 4 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker

Patient out come Intervention Rationale Implementation Evaluation

Setelah dilakukan tindakan 1. Catat asupan 1. mengidentifikasi 1. mencatat asupan 1. Mengalami peningkatan

keperawatan selama kurang makanan setiap hari kekuatan atau makanan pasien berat badan

lebih 3 hari, kebutuhan 2. Ukur tinggi, berat defisiensi nutrisi. setiap hari. 2. Menghabiskan makanan

nutrisi pasien dapat terpenuhi badan secara 2. mengidentifikasi 2. Mengukur tinggi, satu porsi setiap makan

dengan kriteria hasil: berkala. keadaan malnutrisi berat badan pasien 3. Tidak ada tanda tanda

- penambahan berat badan 3. Beri diet TKTP dan protein kalori secara berkala. kekurangan nutrisi

- bebas tanda malnutrisi asupan cairan khususnya bila 3. Berikan diet TKTP

- nilai albumin dalam adekuat berat badan dan dan asupan cairan

batas normal ( 3,5 5,5 4. Pantau hasil pengukuran adekuat.

g% ) pemeriksaan antropometrik 4. Memantau hasil

laboratorium sesuai kurang dari normal pemeriksaan

indikasi 3. memenuhi laboratorium sesuai

kebutuhan indikasi.

57
metabolik jaringan.

Asupan cairan

adekuat untuk

menghilangkan

produk sisa.

4. membantu

mengidentifikasi

derajat malnutrisi

58
Diagnosa 5 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer ditandai dengan kerusakan kulit, taruma jaringan

lunak, prosedur invasif/traksi tulang pasca operasi

Patient outcome intervensi rasional implementasi Evaluasi

Setelah dilakukan 1.Kaji tanda-tanda 1. Mengetahui keadaan 1. Mengkaji tanda-tanda vital 1. Tidak terdapat tanda-tanda

tindakan keperawatan vital dan tanda- umum pasien dan dan tanda-tanda infeksi

tidak terjadi tanda peradangan dugaan adanya infeksi. peradangan lokal pada 2. Hasil pemeriksaan lab

adanya infeksi dengan lokal pada luka. luka seperti: Temp, Resp, normal (LED,Leukosit,dll)

kriteria hasil tidak Puls, BP, rubor, tumor, 3. Tanda-tanda vital normal

ditemukan tanda-tanda kalor,dolor, fungsio laisa.

infeksi seperti : 2. Meminimalkan infeksi

1. Rubor, 2.Ganti balutan luka sekunder dari alat 2. Mengganti balutan luka

2. Tumor, secara septik yang digunakan secara septik aseptik

3. Dolor, aseptik setiap hari setiap hari

4. Kolor 3. Mencegah infeksi

59
5. Fungsio laisa 3.Lakukan perawatan sekunder dan

6. Luka bersih, pen steril dan mempercepat 3. Melakukan perawatan pen

7. Kering perawatan luka penyembuhan luka. steril dan perawatan luka

8. Tidak berbau. sesuai protocol. sesuai protocol.

Dan tanda-tanda vital 4. Antibiotika spektrum

yang normal : 4.Kolaborasi luas atau spesifik

Temp : 36-370 C pemberian dapat digunakan

Resp : 16-24x/m antibiotika dan secara profilaksis,

Puls : 60-100x/m toksoid tetanus mencegah atau 4. Berkolaborasi pemberian

BP : 120/80 mmHg sesuai indikasi. mengatasi infeksi. antibiotika dan toksoid

Toksoid tetanus untuk tetanus sesuai indikasi.

mencegah infeksi

tetanus

5. Leukositosis biasanya

terjadi pada proses

60
5.Analisa hasil infeksi, anemia dan

pemeriksaan peningkatan LED

laboratorium dapat terjadi pada

(Hitung darah osteomielitis. 5. Menganalisa hasil

lengkap, LED, pemeriksaan laboratorium

Kultur dan seperti hitung darah

sensitivitas lengkap, LED, Kultur dan

luka/serum/tulang) sensitivitas

luka/serum/tulang

61
Diagnosa 6 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup) ditandai dengan adanya

perubahan warna dan turgor serta bentuk kulit.

Patient outcome intervensi rasional implementasi Evaluasi

Setelah dilakukan 1. Pertahankan tempat 1. Menurunkan risiko 1. Mempertahankan tempat 1. Pasien tidak merasakan

tindakan keperawatan tidak tidur yang nyaman kerusakan/abrasi kulit tidur yang nyaman dan gatal lagi

terjadi gangguan integritas dan aman (kering, yang lebih luas aman, kering, bersih, alat 2. Nyeri berkurang

kulit dengan kriteria hasil : bersih, alat tenun tenun kencang, bantalan 3. Pasien mengatakan lebih

kencang, bantalan bawah siku, tumit. merasa nyaman

1. Pasien tidak merasakan bawah siku, tumit). 4. Pertumbuhan jaringan

gatal, 2. Masase kulit baru/granulasi luka

2. nyeri, terutama daerah 2. Meningkatkan sesuai dengan waktunya

3. lebih merasa nyaman, penonjolan tulang sirkulasi perifer dan

4. pertumbuhan jaringan dan area distal meningkatkan 2. Melakukan masase ringan

baru pada luka sesuai bebat/gips. kelemasan kulit dan pada kulit terutama daerah

62
dengan waktunya. otot terhadap tekanan penonjolan tulang dan area

yang relatif konstan distal bebat/gips.

pada imobilisasi

3. Mencegah gangguan

3. Lindungi kulit dan integritas kulit dan

gips pada daerah jaringan akibat

perianal kontaminasi fekal

3. Melindungi kulit dan gips

4. Menilai pada daerah perianal

perkembangan

masalah klien

4. Observasi keadaan

kulit, penekanan

gips/bebat terhadap

kulit, 4. Mengobservasi keadaan

insersipen/traksi. kulit, penekanan gips/bebat

63
terhadap kulit,

insersipen/traksi.

64
Diagnosa 7: Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem

pendukung tidak adekuat

Patient out come Intervention Rationale Implementation Evaluation

Setelah dilakukan tindakan 1. Motivasi pasien 1. memberikan 1. memberikan motivasi dan 1. Mengemukakan

keperawatan selama 24 dan keluarga kesempatan pada dukungan kepada keluarga perasaanya dengan

jam mekanisme koping untuk pasien untuk dan pasien kata-kata

pasien efektif dan mengungkapkan mengungkapkan rasa

berpartisipasi aktif dalam perasaan takut serta kesalahan

aturan pengobatan dengan konsep tentang

criteria hasil : diagnosis

- Pasien tampak rileks 2. membina hubungan 2. menyiapkan lingkungan

- Melaporkan saling percaya dan yang nyaman yaitu

berkurangnya ansietas 2. Berikan membantu pasien terhindar dari keributan 2. Mengidentifikasi

- Mengungkapkan lingkungan yang untuk merasa diterima dan membatasi jumlah kemampuan yang

perasaan mengenai nyaman dimana dengan kondisi apa pengunjung dimiliki pasien

perubahan yang pasien dan adanya

65
terjadi pada diri klien keluarga merasa

aman untuk 3. memberikan

mendiskusikan keyakinan bahwa 3. mempertahankan kontak

perasaan atau pasien tidak sendiri dengan pasien dan

menolak untuk atau ditolak. menyentuh pasien saat

berbicara. berbicara

3. Pertahankan 3. Keluarga mampu

kontak sering 4. dapat menurunkan membuat keputusan

dengan pasien ansietas dan 4. memberikan penjelasan tentang pengobatan

dan bicara memungkinkan tentang prognosis dan pasien

dengan pasien membuat informasi yang akurat

menyentuh keputusan atau pilihan kepada pasien.

pasien. sesuai realita

4. Berikan

informasi

akurat, konsisten

66
mengenai

prognosis.

67
Diagnosa 8: Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran

Patient out come Intervention Rationale Implementation Evaluation

Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan dengan 1. membantu dalam 1. Mendiskusikan 1. Memperlihatkan

keperawatan selama 2x24 jam orang terdekat memastikan kepada orang terdekat kepercayaan diri

pasien dapat mengungkapan pengaruh diagnosis masalah untuk tentang pengaruh pada kemampuan

perubahan pemahaman dalam dan pengobatan memulai proses diagnosis dan yang dimiliki pasien

gaya hidup tentang tubuh, terhadap pemecahan pengobatan terhadap

perasaan tidak berdaya, putus kehidupan pribadi masalah. kehidupan pribadi

asa dan tidak mampu dengan pasien dan pasien.

criteria : keluarga.

- Mulai mengembangkan 2. Motivasi pasien 2. Memberikan motivasi

mekanisme koping untuk dan keluarga untuk 2. membantu dalam kepada keluarga dan 2. Memperlihatkan

menghadapi masalah mengungkapkan pemecahan masalah pasien dalam bentuk penerimaan

secara efektif. perasaan tentang dukungan terhadap perubahan citra diri

efek kanker atau kondisi fisik pasien

68
pengobatan.

3. Pertahankan 3. menunjukkan rasa 3. Memberikan kontak

kontak mata empati dan menjaga mata selama

selama interaksi hubungan saling berinteraksi dengan

dengan pasien dan percaya dengan pasien dan keluarga

keluarga dan pasien dan dan memberikan

bicara dengan keluarga. sentuhan.

menyentuh pasien

69
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker adalah ketika kontrol yang normal ini dari sel-sel hilang dan sel-sel

mulai tumbuh dan membelah diluar kontrol. Sel-sel juga menjadi abnormal dan telah

merubah fungsi-fungsi pada pasien-pasien dengan kanker. Kanker biasanya dinamakan

berdasarkan pada tipe dari sel yang dipengaruhi. Penyebab pasti terjadinya kangker

tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkanbahwa peningkatan

suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian kangker tulang.

Manifestasi kangker tulang diantarannya bisa menyebabkan fraktur patologik yang

artinnya adalah fraktur akibat lemahnya struktur tulang oleh proses patologik, seperti

neoplasia, osteomalasia, osteomielitis, dan penyakit lainnya. Dari fraktur tersebut bisa

menimbulkan komplikasi sindrom kompartement yang merupakan masalah yang terjadi

saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan.

Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang

membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun

peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan

berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk).

Penyakit kanker tulang dapat dicegah seperti halnya penyakit lain. Pencegahan

penyakit kanker tulang ada beberapa cara yang dapat dilakukan sejak dini, yaitu;

70
1. Melakukan penguatan terhadap tulang dengan cara memanen viamin D dengan

cara berjemur vsebelum pukul 10 pagi dibawah sinar matahari langsung.

2. Mengembangkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang

seimbang, empat sehat lima sempurna. Terutama makanan yang mengandung

kalsium alami dengan jumlah yang cukup.

3. Olahraga yang teratur dapat menguatkan tulang karena banyak bergerak akan

membuat komposisi tulang menjadi lebih padat. Lari dan senam adalah olahraga

yang direkomendasikan baik untuk tulang.

4. Hindari makanan yang mengandung zat karsiogenik atau mengandung zat yang

dapat menyebababkan kanker.

5. Tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol.

4.2 Saran

Kanker tulang memang sangat berbahaya, tetapi kanker tulang masih dapat

dicegah mulai dini seperti yang telah dijelaskan diatas diantaranya dengan pilihan

makanan sehat dan aktivitas fisik dapat membantu mengurangi risiko kanker. Olahraga

yang teratur dapat menguatkan tulang karena banyak bergerak akan membuat komposisi

tulang menjadi lebih padat. Hindari makanan yang mengandung zat karsiogenik atau

mengandung zat yang dapat menyebababkan kanker.

71

Anda mungkin juga menyukai