PENATALAKSANAAN GOUT
OLEH
KELOMPOK V
NURUL MAGHFIRAH
SALMIA
MIRA ARIANA
NURUL MUHLISA
RIRIN RAHMATIA
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini sering sekali terjadi penyakit asam urat terutama pada usia
lanjut. Tetapi tidak hanya pada usia lanjut, pada usia muda pun bisa. Dalam
bahasa kedokteran asam urat dikenal dengan istilah Gout. Gout adalah
kerusakan metabolic yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi serum asam
urat dan deposit kristal asam urat dalam cairan sinovial dan disekitar jaringan
sendi. Gout juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan metabolisme purin
herediter yang menyebabkan peningktn asam urat yang terakumulasi dalam
jaringan tubuh dan sendi.
Asam urat (AU) telah diidentifikasi lebih dari 2 abad yang lalu, namun
beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan
baik. Selama beberapa tahun hiperurisemia telah diidentifikasi bersama-sama atau
dianggap sama dengan gout, namun sekarang asam urat telah diidentifikasi
sebagai marker untuk sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik. Gout
merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout
adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia).
Gout merupakan keompok keadaan heterogenous yang berdasarkan defek
genetic pada metaboisme purin (hiperurisemia). Pada keadaan ini bisa terjadi over
sekresi asam urat atau defek renal yang mengakibatkan sekresi asam urat atau
kombinasi keduanya. Gangguan asam urat ditandai dengan suatu serangan tiba-
tiba di daerah persendian. Saat bangun tidur, misalnya, ibu jari kaki dan
pergelangan kaki terasa terbakar, sakit dan membengkak. Bahkan selimut yang di
gunakan terasa seperti batu yang membebani kaki. Seperti itulah gejala asam urat
alias arthritis gout.
Gangguan asam urat disebabkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam
darah. Tingginya asam urat dalam darah menyebabkan terjadinya penumpukan
kristal di daerah persendian sehingga menimbulkan rasa sakit. Selain rasa sakit di
persendian, asam urat juga menyerang ibu jari kaki, dapat membentuk tofi atau
endapan natrium urat dalam jaringan di bawah kulit, atau bahkan menyebabkan
terbentuknya batu ginjal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didalam makalah ini akan dibahas tentang
penatalaksanaan dari Gout.
B. Tujuan
Untuk Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala
klinis, diagnosa, penatalaksanaan/terapi dari GOUT.
C. Manfaat
Untuk memberikan informasi ilmiah kepada sesama tenaga farmasi
khususnya dan masyarakat secara umum tentang penatalaksaan GOUT.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Gout
Penyakit asam urat (gout) sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu dan
menjadi salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Diperkirakan bahwa
penyakit asam urat terjadi pada 840 orang setiap 100.000 orang. Penyakit asam
urat sangat berhubungan dengan hiperurisemia akibat kelebihan produksi dari
asam urat dan dipengaruhi oleh tingginya masukan makanan yang kaya akan asam
nukleat, seperti jeroan, kacang-kacangan, makanan hasil laut, dan makanan hasil
fermentasi.
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, suatu produk
sisa yang tidak mempunyai peran fisiologi.Manusia tidak memiliki urikase yang
dimiliki hewan, suatu enzim yang menguraikan asam urat menjadi alantoin yang
larut dalam air. Asam urat yang terbentuk setiap hari di buang melalui saluran
pencernaan atau ginjal.
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat
darah diatas normal. Secara biokomiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan
asam urat di serum yang melewati ambang batasnya. Batasan hiperurisemia secara
ideal yaitu kadar asam urat diatas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada
populasi normal.Namun secara pragmatis dapat digunakan patokan kadar asam
urat >7 mg% pada laki-laki, dan >6 mg% pada perempuan, berdasarkan berbagai
studi epidemologi selama ini. Keadaan hiperurisemia akan beresiko timbulnya
arthritis gout, nefropati gout, atau batu ginjal. Secara garis besar hiperurisemia
dapat disebabkan karena 3 faktor, yaitu:
1. Peningkatan Produksi
Peningkatan produksi asam urat terutama bersumber dari makanan tinggi
DNA (dalam hal ini purin). Makanan yang kandungan DNAnya tinggi antara lain
hati, timus, pankreas, ginjal. Kondisi lain penyebab hiperurisemia adalah
meningkatnya proses penghancuran DNA tubuh. Yang termasuk kondisi ini antara
lain: kanker darah (leukemia), pengobatan kanker (kemoterapi), kerusakan otot.
2. Penurunan pembuangan asam urat
Lebih dari 90% penderita hiperurisemia menetap mengalami gangguan
pada proses pembuangan asam urat di ginjal. Penurunan pengeluaran asam urat
terutama disebabkan oleh kondisi asam darah meningkat (Ketoasidosis DM,
kelaparan, keracuanan alkohol, keracunan obat aspirin dll). Selain itu, penggunaan
beberapa obat (contohnya Pirazinamid-salah satu obat dalam paket terapi TBC)
dapat bepengaruh dalam menghambat pembuangan asam urat.
3. Kombinasi Keduanya
Konsumsi alkohol mempermudah terjadinya hiperurisemia, karena alkohol
meningkatkan produksi serta menurunkan pembuangan asam urat. Minuman
beralkohol contohnya Bir, terkandung purin yang tinggi serta alkoholnya
merangsang produksi asam urat di hati. Pada proses pembuangan, hasil
metabolisme alkohol menghambat pembuangan asam urat di ginjal.
Sedangkan gout (pirai) adalah penyakit yang sering ditemukan, merupakan
kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat
pada jaringan, akibat gangguan metabolism berupa hiperurisemia. Manifestasi
klinik deposisi urat meliputi arthritis gout, akumulasi kristal di jaringan yang
merusak tulang (tofus), batu urat, dan nefropati gout.
B. Epidemiologi
Prevalensi hiperurisemia kira-kira 2,6-47,2% yang bervariasi pada
berbagai populasi. Sedangkan prevalensi gout juga bervariasi antara 1-15,3%.
Pada suatu studi didapatkan insidensi gout 4,9% pada kadar asam urat darah >9
mg/dL, 0,5% pada kadar 7-8,9%, dan 0,1% pada kadar <7 mg/dL. Insidensi
kumulatif gout mencapai angka 22% setelah 5 tahun, pada kadar asam urat >9
mg/dL.
Suatu penelitian di Jepang yang menganalisa data sekunder dari data
administrasi menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi hiperurisemia
dalam 10 tahun masa penelitian. Jika distratifikasi berdasarkan umur, prevalensi
meningkat pada kelompok usia lebih dari 65 tahun pada kedua jenis kelamin. Pada
kelompok kurang dari 65 tahun prevalensi hiperusemia pada laki-laki 4 kali lebih
tinggi dibandingkan perempuan. Pada usia lebih dari 65 tahun rasio hipeurisemia
karena perbedaan gender tersebut menyempit menjadi 1:3 (wanita:pria) dengan
gout dan/atau hiperurisemia. Besarnya angka kejadian hiperusemia pada
masyarakat Indonesia belum ada data yang pasti. Prevalensi hiperurisemia pada
penduduk di Jawa Tengah adalah sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada
perempuan.
Insiden gout meningkat dengan usia, memuncak pada usia 30 sampai 50
tahun, dengan kejadian tahunan berkisar dari 1 dalam 1.000 untuk pria berusia
antara 40 hingga 44 tahun dan 1,8 banding 1.000 bagi mereka yang usia 55-64
tahun. Tingkat terendah gout yaitu pada wanita muda, kira-kira 0,8 kasus per
10.000 pasien.
C. Etiologi
Penyebab pasti gout masih belum diketahui. Gout mempengaruhi laki-laki
sekitar tujuh sampai sembilan kali lebih sering daripadawanita.Penyebab
hiperurisemia sebagai suatu proses metabolik yang bisa menimbulkan manifestasi
gout, dibedakan menjadi penyebab primer pada sebagian besar kasus, penyebab
sekunder dan idiopatik. Penyebab primer berarti tidak penyakit atau sebab lain,
berbeda dengan kelompok sekunder yang didapatkan adanya penyebab yang lain,
baik genetik maupun metabolik. Pada 99% kasus gout dan hiperurisemia dengan
penyebab primer, ditemukan kelainan molekuler yang tidak jelas (undefined)
meskipun diketahui adanya mekanisme undersecretion pada 80-90% kasus dan
overproduction pada 10-20% kasus. Sedangkan kelompok hiperurisemia dan gout
sekunder, bisa melalui mekanisme overproduction dan mekanisme
undersecretion. Faktor Risiko Gout yaitu;
1. Herediter (genetik) atau pun riwayat keluarga. Diturunkan secara herediter
dalam keluarga.
2. Sex. Lebih umum pada pria. Pada wanita umumnya saat menopause.
3. Usia. Sekitar usia 20-40an. Paling menyerang pada usia 40 tahunan. Sangat
jarang menyerang anak-anak.
4. Aktivitas korteks adrenal. Kortikosteroid berpengaruh terhadap timbulnya
serangan gout. Ketika korteks terstimulasi untuk melakukan produksi
berlebih (misalnya oleh ACTH, atau trauma surgical), steroid akan
terkumpul akibat stimulasi tersebut dan muncul serangan gout.
5. Perubahan vaskular. Ekstremitas yang terserang gout menunjukkan
kenaikan aliran dan amplitudo darah dan menimbulkan nyeri hebat.
Misalnya pada pasien hipertensi.
6. Penurunan urinary 17-ketosteroid. Terbentuk dari metabolisme
adrenokortikal dan androgen testikular. Penurunan di bawah 3 mg/24 jam
dapat menimbulkan gout.
7. Obesitas. Penyakit gout diakibatkan karena adanya hiperurisemia dalam
tubuh, dimana pengaruh dari nutrisi dari pasien mempengaruhi terjadinya
penyakit ini jika pasien banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
purin dan mengandung protein yang tinggi maka akan semakin rentan
8. Konsumsi alkohol. Bir bukan hanya berisi alkohol tetapi juga purin.
Standard bir selain mengandung alkohol, juga mengandung 8 mg purin per
100 ml.
9. Fungsi ginjal menurun. Kadar asam urat menjadi sangat tinggi jika ginjal
tidak dapat membuangnya melalui air kemih.
D. Patofisiologi
Pada manusia, asam urat adalah produk akhir dari degradasi purin. Fungsi
fisiologisnya tidak diketahui sehingga dianggap sebagai sampah. Cadangan urate
meningkat beberapa kali pada individu yang mengalami gout. Akumulasi berlebih
ini bisa muncul baik dari overproduksi atau sekresi yang kurang. Purin yang
merupakan sumber asam urat berasal dari tiga sumber: purine dari makanan,
perubahan asam nukleat jaringan menjadi nukleotida purine, dan sintesis de nouvo
basa purin
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolisme purin yang akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus
dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang
diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
Purin dalam tubuh yang menghasilkan asam urat, berasal dari tiga sumber:
purin dari makanan, konversi asam nukleat dari jaringan, pembentukan purin dari
dalam tubuh. Ketiga-tiganya masuk dalam lingkaran metabolisme menghasilkan
diantaranya asam urat.
G. Penatalaksanaan Terapi
1. Tujuan Terapi dan Strategi Terapi
a. Tujuan Terapi
Tujuan pengobatan gout adalah untuk menghentikan serangan akut,
mencegah serangan berulang dari artritis gout, mencegah komplikasi yang
berhubungan dengan deposit kristal urat kronis di jaringan.
b. Strategi Terapi
1) Meredakan radang sendi (dengan obat-obatan dan istirahat sendi yang
terkena).
2) Pengaturan asam urat tubuh (dengan pengaturan diet dan obat-obatan).
2. Terapi Non Farmakologi
Kontraindikasi
dengan NSAID
Ya Tidak
Respon tidak
1 >1 adekuat
Celecoxib 200 mg 2 kali sehari COX-2 selektif NSAID lebih baik untuk manula dan pasien dengan sejarah
gastropati atau pendarahan. Efek yang tidak dikehendaki pada ginjal dan
hati seperti NSAID lainnya
Asetaminofen 500-1000 mg 4 kali sehari Untuk nyeri saja, bukan antiinflamatori. Pemilihan analgetik berdasarkan
tingkat nyeri dan toleransi/pilihan pasien. Batasi dosis total asetaminofen
Atau sampai 4000 mg sehari (2000 mg sehari untuk peminum berat alcohol)
dengan atau tanpa kodein. Kemungkinan membutuhkan opioid yang lebih
Asetaminofen dengan 30 mg kodein 1-2 tab setiap 4 jam prn
kuat untuk nyeri yang susah disembuhkan.
Kantong es. Dibungkus handuk Dapat mengurangi nyeri, mencegah kontak langsung es dengan kulit untuk
mencegah es burn; Hindarkan pada pasien PVD
Istirahat di tempat tidur. Hindari latihan fisik Akan membantu mengurangi nyeri pada hari-hari pertama
Prednison 20-50 mg sehari secara peroral dengan penurunan Pemakaian meningkat pada manula dan pasien dengan kontra indikasi
secara berangsur angsur sampai 7 hari atau NSAID
Triamcinolone 60 mg IM ulang dalam 1-4 hari atau Terutama berguna untuk kondisi multiple sendi
Metil prednisolone 40 mg/sehari IV berangsur turun dlm 7 hari Pakai dengan hati-hati pada asien dengan diabetes atau gagal jantung.
Jangka pendek relative aman, tetapi terlalu cepat menurunkan dosis dapat
menyebabkan terserang arthritis kembali
Kortikosteroid intra articular: Rute pemberian kortikosteroid paling baik untuk monoarthritis, akan tetapi
membutuhkan operator berpengalaman, terutama untuk sendi kecil atau
Prednisolon sodium fosfat 4-20 mg IA atau dalam
Berikan dengan bagian yang sama lidokain1% untuk efek analgetik yang
Triamsinolon diasetat 2-40 mg IA
cepat
Dosis berdasarkan pada ukuran sendi (misalnya 2-5 mg untuk jari, kurang
lebih 25mg untuk lutut)
Kontra indikasi : sendi infeksi (tapis dengan WBC count dan gram stain
dari cairan synovial, diikuti dengan kultur), prostetik sendi, gangguan
pendarahan.
Efek yang tidak dikehendaki kebocoran periarticular menyebabkan atrofi
dari jaringan subkutan dan pigmentasi kulit local. Hindari pengulangan
injeksi dalam 3 bulan.
TERAPI LINI KE TIGA
Kolkisin peroral 0,5 0,6 mg 3 atau 4 kali sehari (dosis rendah) Dosis tinggi lebih efektif tetapi biasanya tidak dapat ditoleransi (diare
parah); dosis rendah berguna untuk pasien
Kolkisin peroral 0.5 mg setiap jam sampai simtom hilang atau Yang tidak dapat memekai NSAID atau dapat serangan ringan. Hati hati
timbul efek samping (dosis tinggi); total dosis maksimum 4-6 mg untuk pasien manula dan pasien dengan penyakit hati.Pemakaian intravena
kolkisin makin dibatasi karena toksisitas sistemik. Pemakaian dibatasi
hanya oleh yang ahli dan situasi tertentu (contoh, tatalaksana pre dan post
operasi)
b. Gout kronik (HIPERURISEMIA)
GOAL OF URATE-LOWERING THERAPY
Tujuan umum untuk menurunkan konsentrasi SUA adalah eliminasi
Serangan gout kronik kristal urat Dari jaringan lunak. Konsentrasi SUA pada
pasien yang memiliki klinis Asam urat harus diturunkan sampai 6mg / dL atau
kurang, yang ada di bawah Titik jenuh untuk MSU. Karena beberapa pasien terus
Memiliki serangan artritis gouty bahkan ketika SUA adalah 6mg / dL atau kurang,
Pedoman BSR / BHPR menyatakan bahwa tujuannya kurang dari 5 mg / dL Pada
pendapat ahli.(Perubahan 1-mg / dL SUA setara Menjadi sekitar 60 mol / L
perubahan pada unit SI.).
URIC ACID URINE QUANTIFICATION
Ekskresi asam urin urin dapat ditentukan dengan mengukur urin dalam 24
jam untuk memastikan apakah pasien terlalu banyak mengeluarkan asam urat.
Secara teori, sebuah apabila terlalu banyak keluaran asam urat Harus diobati
dengan obat yang menghambat produksi urat Asam (mis., Inhibitor xanthine
oxidase [XO]), dan underexcretor asam urat Harus diobati dengan obat yang
meningkatkan ekskresi asam urat. Karena kedua kelompok pasien biasanya
merespons Penghambat Xantin Oxidase , obat-obatan seperti allopurinol telah
menjadi lini pertama Agen untuk pengobatan hiperurisemia. Kelebihan asam urat
dapat diidentifikasi dengan menggunakan asam urat Kreatinin (atau ClCr)
berdasarkan serum spot pagi hari pada Sampel urin.
Terapi ini dilakukan setelah serangan pertama, pada periode bebas gejala
dan terdapat kemungkinan kambuh. Dilakukan jika pasien mengalami 2 kali
serangan atau lebih tiap tahunnya dengan kadar asam urat normal atau dengan
sedikit kenaikan.
Kolkisin dosis 0,5- 0,6 mg efektif pada terapi pencegahan untuk pasien
tanpa adanya tophi atau normal atau sedikit kenaikan konsentrasi asam urat dalam
darah. Jika konsentrasi asam urat dalam serum berada dalam rentang normal dan
pasien bebas gejala dalam 1 tahun maka penggunaan kolkisin sebagai terapi
pencegahan dapat dihentikan. Pasien harus diberi nasehat bahwa setelah
penghentian terapi kemungkinan akan terjadi kekambuhan serangan akut.
Pasien dengan sejarah kekambuhan dan peningkatan konsentrasi asam urat
secara signifikan dapat diterapi dengan uric-acid lowering therapy untuk
menurunkan kadar asam urat dalam darah hingga< 6 mg /dl, atau lebih baik jika <
5 mg/dl. Untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah dapat dilakukan dengan
mengurangi sintesis asam urat (dengan Xantin Oksidase Inhibitor), atau dengan
meningkatkan ekskresi asam urat lewat ginjal (dengan Uricosuric). Kolkisin
kadang diberikan pada awal bulan ke 6 sampai ke 12 selama pasien menjalani uric
acid-lowering therapy.
1. Xantin Oksidase inhibitor
Allopurinol adalah obat yang direkomendasikan di USA untuk
menghambat sintesis asam urat. Mekanisme aksinya adalah allopurinol dan
metabolitnya oxipurinol memblok tahapan akhir dari sintesis asam urat dengan
cara menghambat enzim Xantin oxidase, yaitu enzim yang mengubah xantin
menjadi asam urat. Selain itu, allopurinol juga meningkatkan ekskresi asam urat
melalui ginjal dengan cara mengubah asam urat menjadi prekusor oxipurine, hal
ini mengurangi pembentukan batu asam urat dan nefropati.
Allopurinol banyak digunakan sebagai drug of choice untuk menurunkan
kadar asam urat pada pasien underexcretors dan overproducers. Allopurinol
spesifik digunakan untuk pasien dengan kategori :
a. Pasien yang mengalami Overproducers (Underexcretors) asam urat
b. Pasien dengan recurrence Tophaceous deposit atau batu asam urat
c. Pasien dengan komplikasi gagal ginjal (Dosis diturunkan)
Dosis terapi adalah 100 mg/hari 300mg/hari selama 1 minggu kemudian
dinaikkan sesuai kebutuhan sampai kadar asam urat 6 mg/dl. Kadar asam urat
dalam darah dapat dicek tiap seminggu sekali. Untuk pasien dengan komplikasi
tophaceous gout, diberikan dosis 400 mg/ hari- 600 mg/ hari. Dosis maksimum
yang direkomendasikan adalah 800 mg/dl. Dosis normal 300 mg/hari untuk pasien
dengan fungsi ginjal normal dan diturunkan sampai 200 mg/hari untuk pasien
dengan CrCl 60 ml/min dan diturunkan lagi sampai 100mg/hari untuk pasien
dengan CrCl 30 ml/min.
Pada 5% pasien penggunaan allopurinol tidak dapat ditoleransi efek
sampingnya. Efek samping ringan pada penggunaan allopurinol adalah skin rash,
leukopenia, gangguan GI, sakit kepala, dan urtikaria. Efek samping berat yang
terjadi adalah rash berat, hepatitis, interstitial nephritis, dan eosinofilia. Reaksi
hipersensitivitasdapat terjadi pada dosis 200-400 mg/hari. Dan terjadi biasanya
pada penderita gangguan ginjal. Dibawah ini adalah protokol untuk pasien yang
tidak bisa mentoleransi atau pasien yang mengalami desensitisasi.
2. Uricosuric Drug
Obat Uricosuric meningkatkan ekskresi asam urat dengan cara
penghambatan reabsorbsi asam urat pada tubulus postsecretory ginjal. Gout dapat
dicegah dengan cara penurunan konsentrasi asam urat dalam darah hingga <5
mg/dl. Obat yang biasanya digunakan adalah probenesid dan sulfinpirazon.Obat
uricosuric ini masih digunakan di Eropa, tapi belum disetujui di Amerika. Terapi
dengan agen uricosuric dimulai dengan dosis rendah untuk menghindari uricosuria
atau kemungkinan terbentuknya batu asam urat.
Probenesid diberikan pada dosis inisial 250 mg dua kali sehari untuk 1
minggu. Kemudian ditingkatkan sampai 500 mg 2x sehari sampai kadar asam urat
dalam darah kurang dari 6 mg/dl, atau dosis ditingkatkan sampai 2 g (dosis
maksimal). Sedangkan sulfinpirazone diberikan 50 mg dua kali sehari 3-4 hari
kemudian ditingkatkan 100 mg 2 kali sehari dan ditingkatkan 100 mg tiap minggu
sampai dosis maksimal 800 mg/hari.
Efek samping yang sering muncul karena penggunaan urosuric adalah
iritasi GI, rash dan hipersensitif, acute gouty arthritis, dan terbentuknya batu.
Uricosuric berinteraksi dengan aspirin yang dapat menyebabkan kegagalan terapi.
Probenecid dapat menghambat sekresi tubular asam asam organik, sulfonamide,
danindomethacin.Sulfinpirazone dapat beraksi seperti agen antiplatelet, karena
struktur kimianya mirip dengan phenylbutazone sehingga penggunaannya harus
sangat hati hati pada pasien yang menerima terapi antikoagulan dan pasien yang
menderita peptic ulcer. Sulfinpirazone mungkin dapat menyebabkan juga blood
dyscrasia, sehingga penggunaannya perlu juga memonitor blood count secara
periodik.
Uricosuric terapi dikontraindikasikan dengan pasien yang mempunyai
gangguan ginjal (CrCl 50 ml/ menit), mempunyai riwayat batu ginjal, dan pasien
yang overproducer asam urat, pada kondisi ini obat yang diberikan adalah
allopurinol.
3. Micellaneous Agent
Beberapa pengobatan lain yang juga efektif dalam mengobati gout adalah
Benzbromarone, Oxypurinol suatu metabolit allopurinol, Uricase, dan Febuxostat.
Selain itu juga dapat menggunakan lipid-lowering agent yaitu fenofibrat yang
meningkatkan klirens hypoxantine dan xantine sehingga mereduksi kadar usam
urat dalam darah.
Losartan (Angiotensin II reaseptor antagonis) dapat mereduksi kadar asam
urat dalam darah. Losartan menghambat reabsorbsi asam urat pada renal tubular
dan meningkatkan ekskresi asam urat.
c. Asymptomatichyperuricemia
Ditandai Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Dalam Darah Akan
Tetapi Tidak Terdapat Gejala Dan Tanda Depotion Disease(Arthritis, Tophi, Dan
Urolithiasis). Terapinya Hanya Menggunakan Terapi Supportif Dan Tidak
Menggunakan Obat. Terapi Suportifnya Antara Lain, Mengatur Pengeluaran Urin
(Untuk Mencegah Terbentuknya Batu Asam Urat), Menghindari Makan Makanan
Tinggi Purin, Dan Secara Berkala Memonitor Kadar Asam Urat Dalam Darah
(Larry, 2001).
Hypoxanthine
Allopurinol Xanthine
inhibit
Xanthine oxidase
Uric acid
Probenesid Increase
Sulphinpyrazone
Excess
Arthropathy,
Urinary excretion Tissue deposite Nephropathy,
of urat crystal Urate Stone,
Tophy
Phagocytosis Kolkisin
inhibit
Lactic acid
Tissue pH
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gout adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh
secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui
ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout
terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya yang
tinggi.
Sekitar 90 persen pasien gout primer adalah laki-laki yang umumnya
berusia lebih 30 tahun, sementara gout pada wanita umumnya terjadi setelah
menopause.
Gout bergantung pada factor penyebab terjadinya hiperurisemia. Diet
tinggi purin, minum alcohol, dan sejumlah obat-obatan dapat meghambat ekskresi
asam urat oleh ginjal sehingga dapat menyebabkan serangan gout. Yang termasuk
diantaranya adalah aspirin dosis rendah (< 1-2 gram/hari).
Tahap penatalaksanaan pasien gout : mengontrol asupan makanan, olahraga,
dan pengobatan medis (farmakologi) yang tergantng pada stadium penyakit yaitu :
a. Gout Akut
Tujuan : menghiangkan nyeri dan keradangan
Dengan : Kolkisin, OAINS, dan Kortikosteroid
b. Gout Interkritik
Tujuan : menurunkan asam urat darah dan mencegah kekambuhan
Dengan : Allopurinol, urikosurik, febuxos, kolkisin (mencegah
kekambuhan)
c. Gout Kronis dengan pembentukan tofus. Pengobatannya sama dengan
stadium interkritik
DAFTAR PUSTAKA
Ernst, M. E., Clark, E. C., Hawkins, D. W., 2008, Gout and Hyperuricemia, dalam
DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G.,
Posey, L. M., (Eds.), Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach,
7th Ed., 1539 1550, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.
Kurniari, P.K., Kambayana G., Putra R.T., 2011, Hubungan Hiperurisemia dan
Fraction Uric Acid Clearance di Desa Tenganan Pegringsingan
Karangasem Bali, Divisi Rematologi, Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam
FK Unud/RSUP Sanglah, Bali.