Anda di halaman 1dari 19

KRISIS HIPERTENSI

BAB I

PENDAHULUAN

Krisis Hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh


tekanan darah yang sangat tinggidengan kemungkinan akakn timbulnya atau telah
terjadi kelainan organ target.Pada umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien
hipertensi yang tidak atau lalali memakan obat antihipertensi.

Krisis hipertensi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni hipertensi


emergensi dan hipertensi urgensi. Sebagian besar ahi mendefinisikan hipertensi
emergensi sebagai situasi yang membutuhkan penurunan tekanan darah segera
dengan menggunakan obat parenteral akibat adanya kerusakan organ target yang
akut dan bersifat progresif, sedangakan hipertensi urgensi merupatan suatu situasi
dengan peningkatan tekanan darah yang nyata tetapi tanpa disertai gejala klinis
yang berat atau kerusakan organ target yang progresif, namun tekanan darah tetap
perlu diturunkan dalam hitungan jam dengan menggunakan obat oral. Pasien
dewasa muda dengan hipertensi perlu dicurigai mengalami hipertensi
renovaskular meskipun keadaan ini dapat disebabkan oleh faktor lain.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
massyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus
bertambah: terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang
menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Maalaysia
29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi berkisar 6-15%.

Pemderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh


kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi
berlanjut menjadi krisis hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70
tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan
darah normal tanpa penyebab sebelumnya.Pengobatan yang baik dan teratur dapat
mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1%.

KKS INTERNA 1
KRISIS HIPERTENSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Krisis Hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi
kalainan organ target.

Krisis hipertensi dapat diklasifikan berdasarkan perioritas pengobatan,


sebagai berikut:

1. Hipertensi Emergensi ditandai dengan tekanan darah diastolik > 120 mmHg,
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yang disebabkan oleh 1 atau lebih
penyakit atau kondisi akut. Keterlambatan pengobatan akan menyebabkan
timbulnya kematian. Tekanan darah harus diturunkan sampai batas tertentu
dalam 1 sampai beberapa jam.
2. Hipertensi urgensi ditandai dengan tekanan darah diastolik > 120 mmHg dan
dengan tanpa kerusakan atau komplikasi minimal dari organ sasaran. Tekanan
darah harus diturunkan dalam waktu 24 jam sampai batas yang aman
memerlukan terapi parenteral.

2.2 Etiologi

Faktor penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum


dipahami.Peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi
faskular dipercaya menjadi penyebab. Peningkatan tekanan darah yang mendadak
ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol kemudian
berdampak pada kerusakan faskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi
auto regulasi.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya krisis


hipertensi yaitu:

1. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi.

KKS INTERNA 2
KRISIS HIPERTENSI

2. Obesitas : terkait dengan lefel insulin yang tinggi yang mengakibatkan


tekanan darah meningkat.

3. Stress lingkungan
4. Hilangnya eksistensi jaringan dan atreisklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.

Faktor Resiko Krisis Hipertensi :

Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
Kehamilan
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
Pengguna NAPZA
Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi, seperti : Luka bakar,
trauma kepala, penyakit vascular/kolagen.

2.3 Patofisiologi

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke


seljugularis.Dari sel jugalaris ini bisa meningkatkan tekanan darah. Danapabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eskresi pada renin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung. Aliran
darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila
mean arterial pressure (MAP) 120mmHg- 160mmHg, sedangkan pada penderita
hipertensi baru dengan MAP diantara 60-120mmHg. Pada keadaan hiperkapnia
autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125mmHg sehingga
perubahan sedikit saja dari tekanan darah menyebabkan asidosis otak
akanmempercepat timbulnya odema otak. Tekanan darah yang sangat tinggi

KKS INTERNA 3
KRISIS HIPERTENSI

terutama yang meningkat dalam waktu singkat menyebabkan gangguan atau


kerusakan gawat pada target organ.

2.4 Mekanisme Autoregulasi

Autoregulasi merupakan penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap


kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi
terhadap aliran darah dengan berbagai tingkatan perubahan kontraksi/dilatasi
pembuluh darah. Bila tekanan darah turun maka akan terjadi vasodilatasi dan jika
tekanan darah naik akan terjadi vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran
darah otak masih tetap pada flaktuasi Mean Atrial Pressure (MAP) 60-70 mmHg.
Bila MAP turun dibawah batas autoregulasi, maka otak akan mengeluarkan
oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah yang
menurun. Bila mekanisme ini gagal, maka akan terjadi iskemik otak dengan
manifestasi klinis seperti mual, menguap, pingsan, dan sinkop.

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis krisis hipertensi berhubungan dengan kerusakan organ


target yang ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda setiap pasien.
Sakit kepala , perubahan tingkat kesadaran dan atau tanda neurologi fokal bisa
terjadi pada pasien dengan hipertensi ensefalopati. Pada pemeriksaan fisik pasien
bisa saja ditemukan retinopati dengan perubahan arteriola, perdarahan dan
eksudasi maupun papilledema. Pada sebagian pasien yang lain manifestasi
kardiovaskular bisa saja muncul lebih dominan seperti: angina, akut miokardial
infark atau gagal jantung kiri akut. Dan beberapa pasien yang lain gagal ginjal
akut dengan oliguria dan atau hematuria bisa saja terjadi.

KKS INTERNA 4
KRISIS HIPERTENSI

1. Bidang neurologi:
Sakit kepala, hilang/ kabur penglihatan, kejang, defisit neurologis fokal,
gangguankesadaran (somnolen, sopor, coma).
2. Bidang mata:
Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina, edema papil.
3. Bidang kardiovaskular
Nyeri dada, edema paru.
4. Bidang ginjal:
Azotemia, proteinuria, oligouria.
5. Bidang obstetri
Preklampsia dg gejala berupa gangguan penglihatan, sakit kepala hebat,
nyeriabdomen kuadran atas.

Tabel 01. Hipertensi Emergensi

Hipertensi berat dengan tekanan darah >180/120 mmHg disertai dengan satu atau
lebih kondisi akut berikut:

1. Perdarahan intra kranialatau perdarahan subaraknoid


2. Hipertensi ensefalopati
3. Diseksi Aorta akut
4. Oedem paru akut
5. Eklamsi
6. Feokhromositoma
7. Funduskopi KW III atau IV
8. Insufisiensi ginjal akut
9. Infark miokard akut
10. Sindrom kelebihan katekolamin yang lain: sindrom withdrawal obat
anti hipertensi.

Tabel 02. Hipertensi Urgensi

KKS INTERNA 5
KRISIS HIPERTENSI

Hipertensi berat dengan tekanan darah >180/120 mmHg, tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada table 01.

1. Funduskopi KW I atau KW II
2. Hipertensi post operasi
3. Hipertensi tak terkontrol/tanpa diobati pada perioperative

2.6 Diagnosis

Kemampuan membedakan antara hipertensi emergensi dan urgensi harus


dapat dilakukan dengan cepat dan segera agar dalam penatalaksanaan tidak
terlambat yang berakibat peningkatan angka morbiditas dan mortalitas pasien.

Catatan riwayat penyakit harus dilaporkan untuk mengetahui kegawatan


hipertensi, obat-obatan yang diminum terakhir baik yang diresepkan oleh dokter
maupun tidak terutama obat-obatan monoamine oxidase inhibitors, kokain,
amfetamin dan phencyclidine.Riwayat penyakit yang menyertai dan penyakit
kardiovaskular atau ginjal penting dievaluasi.Tanda-tanda neurologik harus
diperiksa seperti sakit kepala dan kejang.

Pemeriksaan laboratorium seperti hitung jenis, elektrolit, kreatinin dan


urinalisa harus disertakan pada pasien hipertensi krisis. Foto Thorax, EKG dan
CT-scan kepala sangat penting diperiksa untuk pasien-pasien dengan sesak nafas,
nyeri dada atau perubahan neurologis. Pada keadaan gagal jantung kiri dan
hipertrofi ventrikel kiri pemeriksaan ekokardiografi perlu dilakukan. Berikut ini
adalah bagan alur pendekatan diagnostik :

2.7 Penatalaksanaan

1. Hipertensi Urgensi

KKS INTERNA 6
KRISIS HIPERTENSI

A. Penatalaksanaan Umum

Manajemen penurunan tekanan darah pada pada pasien dengan hipertensi


urgensi tidak membutuhkan obat-obatan parenteral. Pemberian obat-obatan oral
aksi cepat akan memberi manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam
awal (Mean Arterial Pressure) MAP dapat diturunkan tidak lebih dari 25%. Pada
fase awal goal standar penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai 160/110
mmHg.

Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral maupun oral bukan tanpa


resiko dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian loading dose obat oral anti-
hipertensi dapat menimbulkan efek akumulasi dan pasien akan mengalami
hipotensi saat pulang ke rumah.. Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral
merupakan pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.

B. Obat-obatan spesifik untuk hipertensi urgensi

1. Captopril adalah golongan Angiotensin-converting enzyme (ACE)


Inhibitor dengan onset mulai 15-30 menit. Captopril dapat diberikan 25
mg sebagai dosis awal kemudian tingkatkan dosisnya 50-100 mg setelah
90-120 menit kemudian. Efek yang sering terjadi yaitu batuk, hipotensi,
hyperkalemia, angioedema, dan gagal ginjal (khusus pada pasien dengan
stenosis pada arteri renal bilateral).
2. Nicardipine adalah golongan calcium channel blocker yang sering
digunakan pada pasien dengan hipertensi urgensi. Efek Samping yang
sering trjadi seperti palpitasi, berkeringat dan sakit kepala.
3. Labetolol adalah gabungan antara 1 dan -adrenergic blocking dan
memiliki waktu kerja mulai antara 1-2 jam.Dalam penelitian labetolol
memiliki dose range yang sangat lebar sehingga menyulitkan dalam
penentuan dosis. Secara umum labetolol dapat diberikan mulai dari
dosis 200 mg secara oral dan dapat diulangi setiap 3-4 jam kemudian.
Efek samping yang sering muncul adalah mual dan sakit kepala.
4. Clonidin adalah obat-obatan golongan simpatolitik sentral (2-
adrenergic receptor agonist) yang memiliki onset kerja antara 15-30

KKS INTERNA 7
KRISIS HIPERTENSI

menit dan puncaknya antara 2-4 jam. Dosis awal awal bisa diberikan
0,1-0,2 mg kemudian berikan 0,05-0,1 setiap jam sampai tercapainya
tekanan darah yang diinginkan, dosis maksimal 0,7 mg. Efek samping
yang paling sering adalah sedasi, mulut kering dan hipotensi ortostatik.
5. Nifedipine adalah golongan calcium channel blocker yang memiliki
pucak kerja antara kerja antara 10-20 menit. Nifedipine kerja cepat tidak
dianjurkan oleh FDA untuk terapi hipertensi urgensi karena dapat
menurunkan tekanan darah yang mendadak dan tidak dapat
diprediksikan sehingga berhubungan dengan kejadian stroke.

2 . Hipertensi Emergensi

A . Penatalaksanaan Umum

Prinsip penanganan hipertensi emergensi ditentukan pada organ mana yang


terlibat.Penanganan dilakukan dengan pemeberian obat-obatan secara
parenteral.Ideal rate penurunan tekanan darah masih belum cukup jelas.
Penurunan mean arterial pressure 10% pada 1 jam awal dan 15% dalam 2 3 jam
berikutnya. Penurunan tekanan darah secara cepat dan berlebihan akan
mengakibatkan jantung dan pembuluh darah otak mengalami hipoperfusi.

B . Penatalaksaan khusus untuk hipertensi emergensi

Neurologic emergency. Kegawat daruratan neurologi sering terjadi pada


hipertensi emergensi seperti hypertensive encephalopathy, perdarahan
merekomendasikan penurunan tekanan darah >180/105 mmHg pada
hipertensi dengan perdarahan intracranial dan MAP harus dipertahankan di
bawah 130 mmHg. Pada pasien stroke iskemik tekanan darah harus
dipantau secara hati-hati 1-2 jam awal untuk menentukan apakah tekanan
darah akan menurun secara spontan. Secara terus-menerus MAP
dipertahankan >130 mmHg.
Cardiac Emergency. Kegawat daruratan yang utama pada jantung seperti
iskemik akut pada otot jantung, edema paru dan diseksi aorta. Pasien
dengan hipertensi emergenci yang melibatkan iskemik pada otot jantung
lah dilakukan, bahwa nitroglycerin terbukti dapat meningkatkan aliran

KKS INTERNA 8
KRISIS HIPERTENSI

darah pada arteri coroner.. Pada keadaan diseksi aorta akut pemberian
obat-obatan -blocker (labetalol dan esmolol) secara IV dapat diberikan
pada terapi awal, kemudian dapat dilanjutkan dengan obat-obatan
vasodilatasi seperti nitroprusside.
Kidney Failure. Acute kidney injury bisa disebabkan oleh atau merupakan
konsekuensi dari hipertensi emergensi. Acute kidney injury ditandai
dengan proteinuria, hematuria, oliguria, atau anuria. Pemberian
nitroprusside IV telah digunakan secara luas namun nitroprusside sendiri
dapat menyebabkan keracunan sianida atau tiosianat. Pemberian
fenoldolam secara parenteral dapat menghindari potensi keracunan sianida
akibat dari pemberian nitroprusside dalam terapi gagal ginjal.
Hyperadrenergic state. Hipertensi emergensi dapat disebabkan karena
pengaruh obat-obatan seperti katekolamin, klonidin dan penghambat
monoamine oksidase. Penghambat monoamine oksidase dapat
mencetuskan timbulnya hipertensi atau klonidin yang dapat menimbulkan
sindrom withdrawal. Pada orang-orang dengan kelebihan zat seperti
pheochromocytoma, tekanan darah dapat dikontrol dengan pemberian
sodium nitroprusside (vasodilator arteri) atau phentolamine IV (ganglion-
blocking agent). Golongan -blockers dapat diberikan sebagai tambahan
sampai tekanan darah yang diinginkan tercapai.

KKS INTERNA 9
KRISIS HIPERTENSI

Gambar 01. Penatalaksanaan Hipertensi Emergensi

2.8 Prognosis

Sebelum ditemukannya obat anti-hipertensi yang efektif harapan hidup


penderita hipertensi maligna kurang dari 2 tahun, dengan penyebab kematian
tersering adalah stroke, gagal ginjal dan gagal jantung.Kematian disebabkan oleh
uremia (19%), gagal jantung kengestif (13%), cerebro vascular accident (20%),

KKS INTERNA 10
KRISIS HIPERTENSI

gagal jantung kongertif disertai uremia (48%), infark miokard (1%) dan diseksi
aorta (1%).Prognosis menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat yang efektif
dan penanggulangan yang tepat pada dekade terakhir.

KKS INTERNA 11
KRISIS HIPERTENSI

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo. W, aru.2014.BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM.Edisi


6.Vol.2.Jakarta:Interna Publishing.
2. Aram CV.JNC 7 Prevention,Detection,Evaluation and Treatment of Blood
High Pressure.National Institute Of Health.2003
3. file:///C:/DOCUME~1/pc14/LOCALS~1/Temp/1_06_209Penatalaksanaan
%20Terkini%20Krisis%20Hipertensi
%20Preoperatif.pdf.diakses9Febuari2015.
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1999/1/fisiologi-abdul
%20majid.pdf.diakses9febuari2015.

KKS INTERNA 12
KRISIS HIPERTENSI

BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Artina Simamora
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Kawin : Menikah
Agama : Protestan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Pertemuan no 19 kec. Medan perjuangan kota medan
Suku : Batak

ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : sakit kepala
Telaah :
- Hal ini dialami os 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Dan memberat
dalam 1 hari ini, sakit kepala tidak berhubungan dengan aktivitas berat,
nyeri pada otot tidak dijumpai, serta sakit kepala tidak disertaidengan rasa
berputar-putar.
- Lemah anggota gerak tubuh sebelah tidak dijumpai.
- Mual dan muntah tidak dijumpai
- Riwayat hipertensi selama 1 tahun dijumpai dan minum obat tidak teratur
- Demam tidak dijumpai, batuk tidak dijumpai, sesak nafas tidak dijumpai,
BAK sedikit disangkal oleh os. BAK keruh tidak dijumpai, BAK nyeri
tidak dijumpai, BAK keluar batu tidak dijumpai, BAK berdarah tidak
dijumpai.BAB berdarah tidakdijumpai, BAB berlendir tidak dijumpai,
BAB berwarna hitam tidak dijumpai.
RPT : hipertensi selama1 tahun yang lalu.
RPO : tidak jelas

KKS INTERNA 13
KRISIS HIPERTENSI

VITAL SIGN (STATUS PRESENS)


Keadaan Umum : Compos Mentis
Tekanan Darah : 200/120 mmHg
Nadi : 106 x/i
Pernapasan : 22x/i
Suhu : 36,6C
Ikterus : (-/-)
Anemis : (-/-)
Sianosis : (-/-)
Dyspnoe : (-/-)
Oedema : (-/-)
BB : 60 kg
TB : 160 cm
IMT : 23,4 kg/m2
Kesan : Normoweight
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
- Mata : Konjungtiva palperbra inferior anemis (-/-), Sklera ikterik
(-/-), Refleks Cahaya (+/+), Pupil isokor
- T/H/M : Dalam batas normal
- Leher : Trakea medial, pembesaran KGB (-), TVJ R-2 cmH2O
Thoraks Depan
o Inspeksi : Normochest, simetris fusiformis
o Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
o Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
o Auskultasi : SP: Vesikuler ; ST: -
- Batas Paru Hati
o Batas paru hepar relative: ICR V
o Batas paru hepar absolute: ICR IV

KKS INTERNA 14
KRISIS HIPERTENSI

- Batas Jantung
o Batas jantung atas: ICR III Sinistra
o Batas jantung kanan: linea parasternalis dextra
o Batas jantung kiri: ICR V, 1 cm medial LMCS
- Jantung : HR: 106 x/i, regular, gallop (-), murmur (-), suara katup
M1>M2, P2>P1, A2>A1, A2>P2
Thoraks Belakang
- Inspeksi : Normochest, simetris fusiformis
- Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : SP: Vesikuler ; ST: -
Abdomen
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba, nyeri tekan (-) pada
epigastrium
- Perkusi : Tymphany
- Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Pinggang : Tapping pain (-/-)
Inguinal : Pembesaran KGB (-)
Genitalia : Tidak dijumpai kelainan
Ekstremitas Superior : Oedema (-)
Ekstremitas Inferior : Oedema (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM IGD Tanggal 13 Januari 2015


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 7500 4000-10000 uL
RBC 4,53 4-5 10^6/uL

KKS INTERNA 15
KRISIS HIPERTENSI

HGB 12,5 12-14 gr/dl


HCT 37,9 36,0-42,0 %
MCV 83,9 80,0-97,0 fL
MCH 27,6 27,0-33,7 pg
MCHC 33,2 31,5-35,0 dL
PLT 275000 150000-400000 uL
RDW-CV 13,4 10,0-15,0 %
Glukosa Adrandom 160 <140 mg/dl
Ureum 24 10-50 mg/dl
Creatinin 0,59 0,6-1,2 mg/dl
Uric Acid 6,8 3,5-7,0 mg/dl
SGOT 19 0-40 U/I
SGPT 14 0-40 U/I
Akaline Phospatase 104 30-142 U/I
Bilirubin Total 0,26 0,00-1,20mg/dl
Direct Bilirubin 0,09 0,05-0,3 mg/dl
Troponin T Negative Negative <0,03
CKMB 26 < 24 U/I

RESUME:
- Hal ini dialami os 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Dan memberat
dalam 1 hari ini, sakit kepala tidak berhubungan dengan aktivitas berat,
nyeri pada otot tidak dijumpai, serta sakit kepala tidak disertaidengan rasa
berputar-putar.
- Mual dan muntah tidak dijumpai
- Riwayat hipertensi selama 1 tahun dijumpai dan minum obat tidak teratur
- Demam tidak dijumpai, batuk tidak dijumpai, sesak nafas tidak dijumpai,
BAK sedikit disangkal oleh os. BAK keruh tidak dijumpai, BAK nyeri
tidak dijumpai, BAK keluar batu tidak dijumpai, BAK berdarah tidak
dijumpai.BAB berdarah tidakdijumpai, BAB berlendir tidak dijumpai,
BAB berwarna hitam tidak dijumpai.

DIAGNOSIS BANDING
- Hipertensi urgency
- Hipertensi emergency

KKS INTERNA 16
KRISIS HIPERTENSI

DIAGNOSIS SEMENTARA
- Hipertensi urgency
TERAPI:
- Bed Rest
- Diet rendah garam
- IVFD RL20 gtt/i makro
- Inj. Furosemid / 8 jam
- Captopril 2x25 mg

FOLLOW UP
Tanggal 14-15 Januari 2015
S : sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), nyeri pinggang (+)
O :
Sensorium : Compos mentis
Tekanan Darah : 170-160/90 mmHg
Nadi : 80-90 x/i
RR : 20 x/i
Temperature : 36,5-36,7C
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher : TVJ R-2 cmH20, pembesaran KGB (-)
Thorax : SP: Vesikuler ; ST: -
Abdomen : Soepel, H/L/R tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-)
Ekstremitas: Superior dan Inferior dalam batas normal
A :
- Hipertensi stg 2
P :
- Bed Rest
- Diet rendah garam
- IVFD RL 20 gtt/i makro
- Captopril 2x25 mg

KKS INTERNA 17
KRISIS HIPERTENSI

- Amlodipin 1x 10 mg

R : lipid profile, RFT, Foto Thoraks, Konsul Ginjal Hipertensi,KGD


Puasa, KGD 2 JPP, Foto Lumbosacral.

Tanggal 16-17 Januari 2015


S : sakit kepala (-), mual (-), muntah (-),nyeri pinggang(+), batuk(+)
O :
Sensorium : Compos mentis
Tekanan Darah : 150-140/90 mmHg
Nadi : 90-80 x/i
RR : 18-20 x/i
Temperature : 36,5-36,9C
Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher : TVJ R-2 cmH20, pembesaran KGB (-)
Thorax : SP: Vesikuler ; ST: -
Abdomen : Soepel, H/L/R tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-)
Ekstremitas: Superior dan Inferior dalam batas normal
A :
- Hipertensi stg 2 + Spondilosis Lumbalis
P :
- Bed Rest
- Diet Rendah Garam
- IVFD RL 20 gtt/i makro (aff)
- Valsartan 1x80 mg
- Amlodipin 1x10 mg
- Natrium Diklofenac 2x50 mg
- B Complek tab 1x1
- R : Fisioterapi, tanggal 17 Januari 2015Pasien Berobat jalan ke poli
Nefrologi.

KKS INTERNA 18
KRISIS HIPERTENSI

- Obat PBJ: Captopril 2x25 mg


Amlodipin 1x10 mg
Natrium Diklofenac 2x50 mg
B Comp 1x1

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PK Tanggal 15 Januari 2015


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
KGD Puasa 83 60-110 mg/dl
KGD 2 Jam PP 102 <140 mg/dl
LIPID PROFILE
Kolesterol Total 232 140-200 mg/dl
Trigliserida 158 10-190 mg/dl
HDL-Kolesterol 48 35-55 mg/dl
LDL-Kolesterol 153 <190 mg/dl

PEMERIKSAAN FOTO THORAX PA Tanggal 15 Januari 2015


Hasil: Jantung membesar (CTR 54 %), Corakan Bronkovaskular baik.
Kesan: Cardiomegali

PEMERIKSAAN FOTO LUMBOSACRAL Tanggal 15 Januari 2015


Hasil: Kedudukan tulang-tulang baik, Bentuk caput vertebra lembal baik, Tidak
tampak fraktur atau dekstruksi, Tampak osteofit pada Lumbal 1-5.
Kesan: Spondilosis Lumbalis.

KKS INTERNA 19

Anda mungkin juga menyukai