Anda di halaman 1dari 4

BAB III

DASAR TEORI

3.1. Peledakan

Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan)

dengan menggunakan bahan peledak atau Proses terjadinya ledakan. Peledakan

memberikan dampak yang penting pada perancangan dinding pit (pit wall) dan

rancangan kemiringan lereng (slope design), kerusakan akibat peledakan yang

berlebihan dapat meluas hingga ke dinding batuan akibatnya rancangan dinding

galian tidak tercapai dan sudut muka lereng menjadi lebih curam dari desain yang

telah direncanakan. Faktor- faktor yang harus diperhatikan dalam proses peledakan

yaitu karakteristik massa batuan, karakteristik bahan peledak dan metode peledakan

yang digunakan.

3.2. Pengontrolan pada peledakan

Variabel-variabel yang mempengaruhi parameter peledakan dapat dibagi

menjadi kelompok yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.

3.2.1. Faktor yang dapat dikontrol

Yang dimaksud dapat dikontrol adalah yang dapat diubah dengan trial and

error tergantung dari karakteristik vibrasinya. Faktor yang dapat dikontrol antara lain:

tipe bahan peledak, muatan per delay, delay interval, arah peledakan, burden,

spacing, dan specific charge.

3.2.2. Faktor yang tidak dapat dikontrol

Yang dimaksud dalam faktor yang tidak dapat dikontrol adalah geologi, sifat

18
dan kekuatan material, struktur batuan, cuaca, air (kadang-kadang dapat dikontrol),

dll.

3.3. Geometri Peledakan

Geometri Peledakan yang akan mempengaruhi hasil peledakan batuan dapat

dinyatakan seperti pada gambar (Gambar 3.3). Sedangkan geometri peledakan terdiri

dari:

Gambar1. 3.3. Geometri peledakan menurut R. Flash

a.. Panjang Stemming

Stemming yang pendek akan menyebabkan terjadinya flyrock, overbreak

pada bagian permukaan dan juga akan menimbulkan airblast.

b. Subdrilling

Bila jarak subdrilling terlalu besar maka akan menghasilkan efek getaran

19
tanah dan sebaliknya bila subdrilling terlalu kecil maka akan mengakibatkan

problem tonjolan pada lantai jenjang (toe) karena batuan tidak akan terpotong

sebatas lantai jenjangnya.

c. Pengisian Bahan Peledak (handak)

Bila pengisian ANFO terlalu banyak maka jarak stemming semakin kecil

sehingga akan mengakibatkan terjadinya flyrock dan airblast, sedangkan bila

pengisian ANFO kurang maka jarak stemming semakin besar sehingga akan

menyebabkan boulder dan backbreak pada dindingjenjang.

d. Diameter Lubang Tembak

Didalam menentukan diameter lubang tembak tergantung dari volume

massa batuan yang akan dibongkar, tinggi jenjang, tingkat fragmentasi yang

diinginkan. Untuk diameter lubang tembak yang terlalu kecil, maka faktor

energi yang dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk

membongkar batuan yang akan diledakkan, sedang jika lubang tembak terlalu

besar maka lubang tembak tidak cukup untuk menghasilkan fragmentasi yang

baik, terutama pada batuan yang banyak terdapat kekar dengan jarak

kecepatan yangtinggi. Hal ini berhubungan dengan stemming, dimana lubang

tembak yang besar maka panjang stemming juga akan semakin besar

dikarenakan untuk mengihindari getaran dan fly rock, sedangkan jika

menggunakan lubang tembak yang kecil maka panjang stemming dapat

dikurangi.

20
e. Kedalaman Lubang Tembak

Kedalaman lubang tembak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang

yang diterapkan dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka

hendaknya kedalaman lubang tembak harus lebih besar dari tinggi jenjang.

f. Kemiringan Lubang Tembak

Lubang tembak yang dibuat tegak, maka bagian lantai jenjang akan

menerima gelombang tekan yang besar, sehingga menimbulkan tonjolan pada

lantai jenjang. Hal ini dikarenakan gelombang tekan sebagian akan

dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi diteruskan pada bagian

bawah lantai jenjang (Gambar 2.3.3). Lubang tembak miring akan membentuk

bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya

batuan karena gelombang tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang

tekan yang diteruskan pada lantai jenjang lebih kecil.

Gambar2. 3.3. Pengaruh arah lubang tembak

21

Anda mungkin juga menyukai