PENDAHULUAN
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang
masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan atau kebidanan.
Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dan kebidanan dalam mengembangkan
profesionalisme selama memberi pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi
memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi. Sikap
etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin dalam setiap langkahnya,
termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul.
Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya menjadi
bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan atau
PEMBAHASAN
1. Tanggung Jawab
Menempatkan kebutuhan pasen di atas kepentingan sendiri. Melindungi hak pasen untuk
memperoleh keamanan dan pelayanan yang berkualitas dari perawat. Selalu meningkatkan
Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah kepada kewajiban yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan pekerjaan secara professional. Manajer dan para staf harus memahami
dengan jelas tentang fungsi tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing perawat dan
bidan serta hasil yang ingin dicapai dan bagaimana mengukur kualitas kinerja stafnya. Perawat
yang professional akan bertanggung jawab atas semua bentuk tindakan klinis keperawatan atau
Tanggung jawab diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja yang ditampilkan guna
memperoleh hasil pelayanan keperawatan atau kebidanan yang berkualitas tinggi. Yang perlu
diperhatikan dari pelaksanaan tanggung jawab adalah memahami secara jelas tentang uraian
tugas dan spesifikasinya serta dapat dicapai berdasarkan standar yang berlaku atau yang
disepakati. Hal ini berarti perawat mempunyai tanggung jawab yang dilandasi oleh komitmen,
dimana mereka harus bekerja sesuai fungsi tugas yang dibebankan kepadanya.
Untuk mempertahankannya, perawat dan bidan hendaknya mampu dan selalu melakukan
introspeksi serta arahan pada dirinya sendiri (self-directed), merencanakan pengembangan diri
secara kreatif dan senantiasa berusaha meningkatkan kualitas kinerjanya. Hal ini diperlukan agar
kinerja klinis mereka, guna memenuhi kepuasan pasen dan dirinya sendiri dalam pekerjaannya.
Mencatat respon dan perkembangan pasen dengan lengkap dan benar merupakan salah satu
2. Akontabilitas
dilakukan merupakan satu aturan profesional. Oleh karena itu pertanggungjawaban atas hasil
asuhan keperawatan atau kebidanan mengarah langsung kepada praktisi itu sendiri. Pada tingkat
pelaksana sebagai perawat harus memiliki kewenangan dan otonomi (kemandirian) dalam
pengambilan keputusan untuk tindakan yang akan mereka lakukan. Manajer ruangan (KARU)
Selanjutnya, setiap perawat sebagai anggota tim bertanggung jawab terhadap penugasan yang
dilimpahkan kepadanya. Oleh karena itu, setiap perawat harus faham terhadap
pertanggungjawaban atas tugas yang dibebankan kepadanya. Kepala ruangan wajib melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dari srafnya. Perawat professional harus dapat
keperawatan atau kebidanan kepada pasen. Kepekaan diperlukan terhadap hasil setiap tindakan
yang dilakukannya, karena berhubungan dengan tanggung jawab, pendelegasian, kewajiban dan
kredibilitas profesinya.
Akontabilitas profesional mempunyai beberapa tujuan :
(1) Perawat dan bidan harus mempertanggungjawabkan tindakannya kepada pasien, manajer dan
(2) Mereka bertanggungjawab terhadap tindakan yang diambil untuk pasen dan keluarganya,
(4) Menerapkan dan mempertahankan standar yang telah ditetapkan dan yang dikembangkan oleh
organisasi.
(6) Memastikan ruang lingkup dalam proses pengambilan keputusan secara jelas.
Keperawatan berpandangan bahwa manusia dan kemanusiaan merupakan titik sentral setiap
upaya pembangunan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Bertolak dari pandangan ini disusun paradigma keperawatan
yang terdiri atas empat konsep dasar yakni manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan
1. Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pribadi yang utuh dan unik,
Dalam kehidupannya manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi termasuk
kebutuhan pengakuan harkat dan martabat untuk mencapai keseimbangan sesuai dengan tahap-
tahap pertumbuhan perkembangan. Manusia Indonesia adalah manusia yang beriman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
merupakan sumber daya pembangunan yang berhak memiliki kemampuan untuk hidup sehat
guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Selain itu manusia Indonesia merupakan
manusia yang memiliki berbagai kultur yang bersifat unik dan memiliki berbagai keyakinan
tentang sehat, sehingga akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap upaya pemenuhan
kebutuhan dasar.
2. Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi dinamis manusia dalam rentang sehat sakit yang merupakan hasil
dinamis yang memungkinkan individu untuk menyesuaikan diri sehingga dapat berfungsi secara
optimal guna memenuhi kebutuhan dasar melalui aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat
tumbuh kembangnya.
Sehat sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum adalah hak dan tanggung jawab setiap
individu yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia. Berkaitan dengan hal
tersebut maka harus dipertahankan dan ditingkatkan melalui upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Sakit merupakan keadaan yang tidak seimbang antara bio-psiko-sosio-spiritual
sebagai respon tubuh terhadap interaksinya dengan lingkungan, baik lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal. Respon ini menyebabkan terganggunya individu untuk berfungsi optimal
dalam pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan tingkat tumbuh kembang. Respon yang tidak
adekuat terhadap lingkungan dapat disebabkan oleh karena ketidaktahuan, ketidakmampuan dan
ketidakmauan. Kondisi manusia dalam rentang sehat sakit merupakan bidang garapan
keperawatan.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, baik faktor dari
dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal). Lingkungan internal meliputi aspek-aspek
genetika, struktur dan fungsi tubuh, dan psikologis, sedangkan lingkungan eksternal meliputi
lingkungan sekitar manusia baik lingkungan fisik, biologis, sosial, kultural, dan spiritual.
Lingkungan internal dan eksternal akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia termasuk
persepsinya tentang sehat sakit, cara-cara memelihara dan mempertahankan kesehatan serta
menanggulangi penyakit.
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai hubungan yang dinamis dengan lingkungannya dan
tidak dapat dipisahkan dari lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk merespon
4. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
baik sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
langsung diberikan kepada klien/pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan
standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawabnya.
dalam pelayanan kesehatan, dapat bersifat independen dan interdependen serta dilaksanakan
dengan berorientasi kepada kebutuhan objektif klien. Perawat sebagai tenaga profesional yang
mempunyai kemampuan baik intelektual, teknikal, interpersonal dan moral bertanggung jawab
Kerangka konsep dan dimensi moral dari suatu tanggung jawab dan akontabilitas dalam praktek
klinis keperawatan dan kebidanan didasarkan atas prinsip-prinsip etika yang jelas serta
diintegrasikan ke dalam pendidikan dan praktek klinis. Hubungan perawat dengan pasien
dipandang sebagai suatu tanggung jawab dan akuntabilitas terhadap pasien yang pada
hakekatnya adalah hubungan memelihara (caring). Elemen dari hubungan ini dan nilai-nilai
etiknya merupakan tantangan yang dikembangkan pada setiap sistem pelayanan kesehatan
dengan berfokus pada sumber-sumber yang dimiliki. Perawat harus selalu mempertahankan
filosofi keperawatan yang mengandung prinsip-prinsip etik dan moral yang tinggi sebagaimana
perilaku memelihara dalam menjalin hubungan dengan pasien dan lingkungannya. Sebagai
contoh, ketika seorang perawat melakukan kesalahan dalam memberikan obat kepada pasen, dia
harus secara sportif (gentle) dan rendah hati (humble) berani mengakui kesalahannya. Pada kasus
ini dia harus mempertanggungjawabkan kepada: (1) pasien sebagai konsumen, (2) dokter yang
mendelegasikan tugas kepadanya, (3) Manajer Ruangan yang menyusun standar atau pedoman
praktek yang berhubungan dengan pemberian obat (4) Direktur Rumah Sakit atau Puskesmas
yang bertanggung jawab atas semua bentuk pelayanan di lingkungan organisasi tersebut.
Perawat dihadapkan pada suatu situasi untuk mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan dasar
seseorang tidak terpenuhi dan berbagai upaya untuk membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan dasar. Hal ini dilakukan dalam proses interaksi perawat/klien. Oleh karena objeknya
adalah manusia dalam segala tingkatannya, dan manusia adalah makhluk hidup yang sampai saat
ini belum semua aspeknya terungkap melalui ilmu pengetahuan, berarti pula perawat senantiasa
dihadapkan pada kondisi pekerjaan yang penuh dengan risiko. Oleh karenanya, perawat dituntut
pada tingkat kemampuan profesional agar ia mampu memberikan pelayanan yang berkualitas
dan memuaskan.
Sebagaimana dikemukakan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan atas ilmu dan kiat keperawatan: Hal ini bermakna bahwa pelayanan keperawatan
yang profesional hanya dapat dimungkinkan bila tenaga keperawatan yang bertanggung jawab
pengetahuan yang mendalam dan sistematis, keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui
latihan lama dan teliti, serta pelayanan/asuhan pada yang memerlukan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat moral yang
diyakini, yaitu etika profesi. Di Indonesia, kategori pendidikan yang menghasilkan tenaga
keperawatan profesional diperoleh dari jenjang pendidikan tinggi yang ada saat ini yaitu
Akademi Keperawatan (jenjang Diploma III) dan program pendidikan sarjana keperawatan/Ners.
Undang-undang No. 23 Tahun 1992 telah memberikan pengakuan secara jelas terhadap tenaga
keperawatan sebagai tenaga profesional sebagaimana pada Pasal 32 ayat (4), Pasal 53 ayat (1)
dan ayat (2). Selanjutnya, pada ayat (4) disebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi
dan hakhak pasien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah. Sampai saat ini, peraturan tentang standar profesi belum ada. Dengan demikian,
standar praktik keperawatan yang ada di sebagian rumah sakit hanya bersifat mengikat ke dalam,
tetapi tidak ke luar secara hukum belum dapat dipertanggungj awabkan (karena akan ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah). Oleh karena itu, tenaga keperawatan yang saat ini bekerja di
tatanan pelayanan tidak memiliki standar baku sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan
keperawatan.
Kode etik keperawatan sebagai norma moral yang mengandung nilai luhur dijunjung tinggi oleh
MALPRAKTEK MEDIK
Akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap dokter dengan dakwaan melakukan malpraktek
makin meningkat dimana-mana, termasuk di negara kita. Ini menunjukkan adanya peningkatan
kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan haknya. Disisi lain para
dokter dituntut untuk melaksanakan kewajiban dan tugas profesinya dengan hati-hati dan penuh
tanggung jawab. Seorang dokter hendaknya dapat menegakkan diagnosis dengan benar sesuai
dengan prosedur, memberikan terapi dan melakukan tindakan medik sesuai standar pelayanan
Di Negara-negara maju tiga besar dokter spesialis menjadi sasaran utama tuntutan
ketidaklayakan dalam praktek, yaitu spesialis bedah (ortopedi, plastic dan syaraf), spesialis
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim di pergunakan dalam mengobati pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama. Yang dimaksud dengan kelalaian
disini adalah sikap kekurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap
hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan
sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula dengan
sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya. Ini
berdasarkan prinsip hukum De minimis noncurat lex, yang berarti hukum tidak mencampuri
hal-hal yang dianggap sepele. Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi,
mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini diklasifikasikan sebagai kelalaian
Jadi malpraktek medik merupakan kelalaian yang berat dan pelayanan kedokteran di
bawah standar.
Misalnya melakukan pembedahan dengan niat membunuh pasiennya atau adanya dokter yang
histerektomi dan sebagainya), yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, jadi semata-mata untuk
mengeruk keuntungan pribadi. Memang dalam masyarakat yang menjadi materialistis, hedonistis
dan konsumtif, dimana kalangan dokter turut terimbas, malpraktek diatas dapat meluas.
- Dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang sudah berlaku umum dikalangan profesi
kedokteran
- Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan dengan tidak hati-hati
Jika dokter hanya melakukan tindakan yang bertentangan dengan etik kedokteran, maka ia
hanya telah melakukan malpraktek etik. Untuk dapat menuntut penggantian kerugian kerena
Dalam hukum terdapat suatu kaedah yang berbunyi Res Ipsa Loquitur, yang berarti faktanya
telah berbicara, misalnya terdapatnya kain kasa yang tertinggal di rongga perut pasien, sehingga
menimbulkan komplikasi pasca bedah. Dalam hal ini maka dokter lah yang harus membuktikan
Kelalaian dalam arti perdata berbeda dengan arti pidana. Dalam arti pidana (kriminil),
kelalaian menunjukkan kepada adanya suatu sikap yang sifatnya lebih serius, yaitu sikap yang
sangat sembarangan atau sikap sangat tidak hati-hati terhadap kemungkinan timbulnya resiko
yang bisa menyebabkan orang lain terluka atau mati, sehingga harus bertanggung jawab terhadap
Contoh Kasus
Seorang dokter memberi cuti sakit berulang-ulang kepada seorang tahanan, padahal orang
tersebut mampu menghadiri sidang pengadilan perkaranya. Dalam hal ini dokter terkena
pelanggaran Kode Etik Kedokteran (KODEKI) Bab-I pasal 7 dan KUHP pasal 267.
Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
KUHP pasal 267 Dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang
adanya atau tidak adanya penyakit, kelemahan atau cacat, dihukum dengan hukuman penjara
selama 4 tahun.
seorang penderita gawat darurat dirawat di suatu rumah sakit dan ternyata memerlukan
tersebut bertentangan dengan lafal sumpah dokter, KODEKI Bab II pasal 10 dan KUHP pasal
Barang siapa yang dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan seseorang dalam
hukum yang berlaku baginya atau karena suatu perjanjian, dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-KUHP pasal 306
(2) jika salah satu perbuatan tersebut berakibat kematian, maka bersalah dihukum dengan
uang panjar untuk rumah sakit, maka rumah sakitlah yang terkena pasal-pasal KUHP 304 dan
Jadi walaupun kesadaran hukum meningkat akhir-akhir ini, namun untuk menegakkan
tentunnya, bahwa unsur-unsur penegak hukum kadang kala belum siap menangani kasus-kasus
yang diajukan, karena terbatasnya pengetahuan dalam bidang medik dan belum adanya
dilakukan oleh seorang dokter dalam menjalankan profesinya, akan tetapi sanksi bila terjadi
Dalam etik sebenarnya tidak ada batas-batas yang jelas antara boleh atau tidak, oleh karena
Di negara-negara maju terdapat Dewan Medis (Medical Council) yang bertugas melakukan
etik kedokteran.
Di Negara kita IDI telah mempunyai Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), baik
di tingkat pusat maupun di tingkat cabang. Walaupun demikian, MKEK ini belum lagi
Masih banyak kasus yang keburu diajukan ke pengadilan sebelum ditangani oleh MKEK.
Oleh karena fungsi MKEK ini belum memuaskan, maka pada tahun 1982 Departeman Kesehatan
membentuk Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran (P3EK) yang terdapat pula di
Tugas P3EK ialah menangani kasus-kasus malpraktek etik yang tidak dapat ditanggulangi
oleh MKEK, dan memberi pertimbangan serta usul-usul kepada pejabat berwenang.Jadi instansi
pertama yang akan menangani kasus-kasus malpraktek etik ialah MKEK cabang atau wilayah.
Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh MKEK dirujuk ke P3EK Propinsi dan jika P3EK
Propinsi tidak mampu menanganinya maka kasus tersebut diteruskan ke P3EK Pusat.
Begitu juga kasus-kasus malpraktek etik yang dilaporkan kepada propinsi, diharapkan
dapat diteruskan lebih dahulu ke MKEK Cabang atau Wilayah. Dengan demikian diharapkan
maka kasusnya diteruskan kepada pengadilan. Dalam hal ini perlu dicegah bahwa oleh karena
kurangnya pengetahuan pihak penegak hukum tentang ilmu dan teknologi kedokteran
menyebabkan dokter yang ditindak menerima hukuman yang dianggap tidak adil.
BAB III
PENUTUP
Perawat dihadapkan pada suatu situasi untuk mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan
dasar seseorang tidak terpenuhi dan berbagai upaya untuk membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan dasar. Hal ini dilakukan dalam proses interaksi perawat/klien. Oleh karena objeknya
adalah manusia dalam segala tingkatannya, dan manusia adalah makhluk hidup yang sampai saat
ini belum semua aspeknya terungkap melalui ilmu pengetahuan, berarti pula perawat senantiasa
dihadapkan pada kondisi pekerjaan yang penuh dengan risiko. Oleh karenanya, perawat dituntut
pada tingkat kemampuan profesional agar ia mampu memberikan pelayanan yang berkualitas
dan memuaskan.
yang didasarkan atas ilmu dan kiat keperawatan: Hal ini bermakna bahwa pelayanan
keperawatan yang profesional hanya dapat dimungkinkan bila tenaga keperawatan yang
ditandai dengan pengetahuan yang mendalam dan sistematis, keterampilan teknis dan kiat yang
diperoleh melalui latihan lama dan teliti, serta pelayanan/asuhan pada yang memerlukan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat
http://www.bascommetro.com/2009/04/konsep-etika-keperawatan.html
http://www.scribd.com/doc/29336140/ETIKA-KEPERAWATAN
http://denipurnama.blogspot.com/2009/02/etika-keperawatan.html
http://hakikatbintang.blogspot.com/2007/04/malpraktek-medik.html