Anda di halaman 1dari 10

Keajaiban ASI: Its Amazing!!!

oleh: Ariani, dr.

A. Keajaiban ASI Bagi Bayi


Ibu, ketika perintah menyusui diturunkan dalam Al-Qur,an, ilmu pengetahuan saat
itu belum bisa menginformasikan secara rinci mengenai komposisi ASI dan berbagai
manfaatnya. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan, berbagai penelitian telah
dilakukan, dan akhirnya terkuaklah berbagai hikmah dari perintah menyusui.
1. Makanan yang paling ideal bagi bayi manusia
Allah SWT telah memelihara dan memberi makan buah hati Ibu selama
9 bulan di dalam rahim. Setelah itu, Allah merancang menyusui untuk memelihara
bayi di tahun-tahun pertama kehidupan. Air susu Ibu adalah makanan terbaik dan
paling sesuai yang pernah ada untuk bayi manusia. Yang lebih menarik lagi adalah
ASI sangat individual dan spesial karena komposisinya berbeda untuk tiap anak.
Susu setiap jenis mamalia berbeda dan bersifat spesifik untuk tiap spesies,
yaitu disesuaikan dengan keperluan, laju pertumbuhan dan kebiasaan
menyusuinya. Misalnya ikan paus yang hidup dalam lingkungan yang sangat
dingin dan waktu menyusuinya singkat, kadar lemak dalam susunya bisa
mencapai 50, sedangkan kelinci yang menyusui anaknya hanya sekali sehari,
susunya mengandung kurang lebih 10% protein. Bayi manusia akan mencapai 2
kali berat lahirnya dalam waktu sekitar 6 bulan, sedangkan anak sapi hanya
memerlukan waktu 6 minggu, sehingga dapat dimengerti bahwa komposisi ASI
dan susu sapi pastilah berbeda. ASI dalam satu spesies pun berbeda. ASI seorang
Ibu bisa berbeda dengan ASI Ibu yang lain. Jika ASI sesama hewan saja berbeda
dan ASI tiap Ibu berbeda, maka bagaimana bisa ASI manusia sama dengan ASI
hewan?
Air susu berubah kualitas dan kuantitasnya seiring dengan berubahnya
umur bayi. Kebutuhan bayi berbeda pada umur yang berbeda. Bahkan selama satu
kali (periode) menyusui, komposisi air susu berubah. Ketika ia mulai menghisap,
bayi akan menerima susu awal (foremilk). Saat acara menyusui berlanjut, susu
lanjutan (hindmilk) akan dilepaskan. Luar biasa!
2. Mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan
Akhir-akhir ini banyak dilaporkan kasus-kasus gizi buruk pada anak balita
dari berbagai provinsi di Indonesia. yang lebih memprihatinkan adalah bahwa
11,7% dari gizi buruk itu terdapat pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Hal ini
tidak akan terjadi andai saja semua bayi diberikan ASI sampai berusia 6 bulan.
Karena ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan. Bahkan sampai 12
bulan, ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai 60-70%. Di atas satu tahun, ASI
memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi.
3. Menurunkan angka kejadian infeksi
Pemberian ASI sampai 2 tahun dapat menurunkan angka kematian anak
akibat berbagai penyakit infeksi, diantaranya penyakit diare dan infeksi saluran
pernafasan akut. Berbagai fakor perlindungan ditemukan di dalam ASI, termasuk
IgA (Iminoglobulin A) sekretori (sIgA). Saat menyusui, IgA sekretori akan
berpengaruh terhadap paparan mikroorganisme pada saluran cerna bayi dan
membatasi masuknya bakteri ke dalam aliran darah melalui mukosa (dinding)
saluran cerna.
Berbagai penelitian juga melaporkan bahwa ASI dapat mengurangi
kejadian dan beratnya penyakit diare, infeksi saluran nafas, radang telinga tengah
(otitis media), radang selaput otak (meningitis), infeksi saluran kemih, dan infeksi
radang usus halus dan usus besar yang terjadi karena jaringan kekurangan oksigen
atau pada terapi antibiotik (Necrotizing Enterocolitis)
Air Susu Ibu memberikan perlindungan kepada bayi melalui beberapa
mekanisme, antara lain memperbaiki pertumbuhan mikroorganisme non patogen
(tidak berbahaya), mengurangi pertumbuhan mikroorganisme patogen saluran
cerna, merangsang perkembangan barier (pembatas) mukosa saluran cerna dan
salurannafas, faktor spesifik (IgA sekretori, zat kekebalan), mengurangi reaksi
inflamasi (peradangan) dan sebagai imunomodulator (perangsang kekebalan).
Itulah sebabnya bayi yang diberi ASI manusia lebih tahan penyakit dari pada bayi
yang diberi ASI hewan.
4. Penting untuk tumbuh kembang anak yang optimal
Tahukah Ibu, agar dapat berjalan optimal, anak mempunyai tiga
kebutuhan dasar untuk dipenuhi ?.Tiga kebutuhan tersebut, yaitu :
a. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
Meliputi kebutuhan akan nutrisi yang tepat dan seimbang. Di dalamnya
termasuk perawatan kesehatan dasar, pakaian, perumahan, hygiene dan
sanitasi lingkungan, olahraga serta rekreasi.
b. Kebutuhan kasih sayang/emosi (asih)
Yaitu kebutuhan terhadap emosi, antara lain : kasih sayang orang tua, rasa
aman, harga diri, kebutuhan akan sukses, mandiri, dorongan, kebutuhan
mendapatkan kesempatan dan rasa aman, serta rasa memiliki.
c. Kebutuhan stimulasi (asah)
Yang dimaksud stimulasi di sini adalah perangsangan yang datang dari
lingkungan luar anak antara lain latihan atau bermain, kontak mata, dan
komunikasi verbal. Melalui bermain, anak bisa belajar mengendalikan dan
mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan emosi dan pikiran sehingga anak
mendapat pengalaman hidup.
Proses menyusui memenuhi tiga kebutuhan dasar yang diperlukan
tersebut. Pemenuhan kebutuhan emosi (asih) dapat dipenuhi dengan cara
melakukan kontak sedini mungkin bayi dan Ibu (inisiasi menyusui dini).
Keadaan ini akan menimbulkan kontak fisik (kontak kulit), psikis (kontak
mata), suara dan penciuman sedini mungkin yang turut memegang peran
penting terhadap keberhasilan menyusui.
Dengan mendekap bayi pada saat menyusui, mengajaknya berbicara
dengan penuh kasing sayang, Ibu sudah memenuhi kebutuhan bayi akan
stimulasi (asah), dan secara tidak langsung juga berdampak pada pemenuhan
kebutuhan psikologis Ibu. Sedangkan kebutuhan asuh terpenuhi melalui
kandungan nutrisi dalam ASI. Nutrisi yang adekuat sangat diperlukan untuk
pertumbuhan seseorang. Dan ASI adalah cairan biologis kompleks yang
mengandung semua nutrien yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak.
ASI disesuaikan dengan keperluan, laju pertumbuhan bayi, dan kebiasaannya
menyusu.
ASI mengandung hormon dan faktor pertumbuhan (growth factor) yang
sesuai agar pertumbahan badan ideal. Berbeda dengan kandungan susu
formula yang memerlukan pengenceran dengan kadar tertentu yang berbeda-
beda untuk setiap anak. Jika terlalu cair, dapat menyebabkan bayi kekurangan
gizi sehingga pertumbuhannya terhambat. Sebaliknya, jika penganceran
terlalu pekat, dapat memicu obesitas (kegemukan). Dua kasus ini sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Bayi ASI pada umumnya lebih ringan/ideal daripada bayi yang mendapat
susu formula. Hal ini karena ASI mengandung leptin yang merupakan
hormon pengatur nafsu makan/asupan makanan dan metabolisme energi.
Suatu penelitian jangka panjang dilakukan terhadap pertumbuhan bayi
yang mendapat ASI ekslusif dan bayi yang mendapat susu formula, hasilnya
didapatkan berat badan bayi yang mendapatkan ASI lebih ringan dibanding
bayi yang mendapat susu formula sampai usia 6 bulan. Hal ini bukan berarti
bahwa berat badan yang lebih besar pada bayi yang mendapat susu formula
lebih baik dibanding bayi yang mendapat ASI. Kurva pertumbuhan yang
normal adalah kurva bayi yang mendapat ASI. Berat berlebih pada bayi yang
mendapat susu fomula justru menandakan terjadinya kegemukan. Hal ini tidak
baik untuk kesehatan.
Penelitian lain mempelajari dampak jangka panjang pemberian ASI pada
saat bayi terhadap panjang badan saat kanak-kanak dan dewasa. Dari
penelitian Kohort Boyd-Orr ini didapatkan hasil bahwa anak yang mendapat
ASI pada masa bayinya lebih tinggi dibandingkan mereka yang mendapat
susu formula.
Para ahli perkembangan menggunakan istilah the Golden Age untuk
masa 3 tahun pertama. Masa ini merupakan masa yang sangat penting, tidak
hanya pada pertumbuhan seseorang, tetapi juga pada perkembangan
kecerdasan dan keterampilan motorik, mental, sosial dan emosional. Pada
masa ini terjadi mielinisasi (pembentukan selaput saraf), pertumbuhansel saraf
dan sinaps (sambungan antar saraf) yang pesat, sehingga terbentuk jaringan
otak yang kompleks. Periode kritis pertumbuhan otak terjadi pada 3 bulan
menjelang kelahiran sampai 3 tahun pertama kehidupan. Ini merupakan masa
yang sangat penting. Masa ini disebut juga sebagai windows of opportunity.
Dari segi gizi, pada masa kritis tersebut anak harus mendapat gizi esensial
yang memadai. Dari penelitian terakhir ditemukan ASI mengandung
LCPUFAs (Arachidonic Acid/AA dan Docosahexanoic Acid/DHA) dalam
jumlah yang memadai untuk pertumbuhan otak anak.
Suatu penelitian di Honduras memperlihatkan bayi yang mendapat ASI
ekslusif selama 6 bulan dapat merangkak dan duduk lebih dahulu dibanding
mereka yang mendapat makanan pendamping pada usia 4 bulan. Dari
berbagai penelitian yang pernah dilakukan, anak yang mendapat ASI jauh
lebih matang, lebih asertif dan memperlihatkan progresifitas yang lebih baik
pada skala perkembangan dibanding mereka yang tidak mendapat ASI.
5. Mencegah Kanker pada Anak
Menurut pakar ASI dr. Utami Roesli, IBCLC , ASI dapat mencegah
penyakit kanker pada anak, diantaranya Lymphoma Maligna (kanker kelenjar
getah bening) Hodgkin, Leukimia (kanker darah, Neuroblastoma (tumor otak).
Pada penelitian didapatkan, penyakit-penyakit kanker tersebut 6 8 x lebih
sering pd anak yang diberikan susu formula. ( Davis 1998,Benner 2001,Daniels
2002, Svanborg 2003) . . Penelitian terbaru imenemukan kerusakan genetik
tingkat signifikan pada bayi berusia 9 sampai 12 bulan yang tidak diberi
ASI.
Menurunkan resiko terjadinya penyakit cardiovascular (jantung dan
pembuluh darah) di kemudian hari
Leptin pada ASI akan mencegah terjadinya obesitas di usia dini. Selain
leptin, ASI juga mengandung adiponektin yang berfungsi mencegah terjadinya
penebalan pembuluh darah (aterosklerosis) dan radang. Kedua hormon ini dapat
mengurangi resiko anak dari penyakit jantung dan pembuluh darah di kemudian
hari. Karena obesitas dan aterosklerosis merupakan faktor resiko terjadinya
cardiovascular di kemudian hari.
Menurunkan angka kejadian Diabetes Melitus (kencing manis) dan
Sindroma Metabolik
ASI dapat mengurangi diabetes melitus tipe 1 (ditandai dengan tidak ada
atau kurangnya hormon insulin dan meningkatnya kadar gula darah), DM tipe 2
(ditandai dengan tingginya insulin karena terjadi resistensi insulin), dan Sindroma
Metabolik (yang ditandai dengan kegemukan, tekanan darah tinggi, dan gangguan
kadar lemak darah).
Penelitian yang dilakukan pada anak berusia 0-14 tahun menunjukkan
resiko menderita DM tipe I pada anak yang mendapat susu formula 11,3 kali lebih
besar dibandingkan anak yang mendapat ASI eksklusif.
Penelitian oleh Petitt (1997) mempelajari hubungan antara menyusui
dengan penyakit DM tipe 2 pada masyarakat Indian Prima. Orang yang mendapat
ASI eksklusif mempunyai resiko lebih kecil terkena DM Tipe 2 dibandingkan
mereka yang hanya mendapat susu botol.
Seperti disinggung sebelumnya, ASI dapat mencegah terjadinya obesitas.
Obesitas dapat menyebabkan hiperinsulinemia (kelebihan hormon insulin dalam
darah) dan resistensi insulin. Kajian terhadap 61 penelitian (mencakup 298.900
subyek) tentang hubungan menyusui dengan obesitas pada usia 1-17 tahun
memperlihatkan penurunan kejadian obesitas pada anak yang mendapat ASI saat
bayi. Kries, dkk (1999) juga mendapatkan efek protektif ASI terhadap risiko
obesitas pada anak usia 5-6 tahun. Penurunan angka kejadian obesitas sebanding
dengan lamanya pemberian ASI
6. Penting untuk kecerdasan anak.
Berbagai faktor yang mendukung antara lain terdapat nutrisi dalam ASI
yang diperlukan dalam otak antara lain :
a. Karbohidrat :
Karbohidrat utama di dalam ASI dalah laktosa. Laktosa akan dirubah
menjadi galaktosa. Galaktosa penting untuk membentuk galaktolipid yang
penting dalam perkembangan otak.
b. Lemak:
ASI merupakan sumber utama asam lemak esensial terutama Arachidonic
Acid (AA) dan Docosahexanoid Acid (DHA) yang sangat diperlukan untuk
perkembangan otak. Kandungan kedua zat tersebut sangat tinggi pada hari-
hari pertama sampai minggu-minggu pertama setelah melahirkan. AA dan
DHA sangat penting dalam proses penerimaan rangsang dan penghantaran
listrik di sel-sel saraf. Selain itu DHA ditemukan dalam jumlah yang banyak
di mata, dan penting untuk fungsi penglihatan.
ASI juga mengandung kolin dalam jumlah yang sangat tinggi. Kolin
berperan dalam pembentukan fosfolipid di dinding sel saraf, metabolisme
saraf, dan kerja neurotransmiter.
c. Protein dan Asam Amino:
Selain itu, ASI mengandng taurin, tirosin dan triptopan. Ketiga ini adalah
asam amino yang diperlukan dalam perkembangan otak. Taurin merupakan
asam amino bebas yang terdapat dalam jumlah besar di jaringan saraf,
jaringan otak yang sedang berkembang dan saraf mata. Taurin berperan
sebagai neurotransmitter, mengatur aktivitas sel saraf, menstabilkan dinding
sel saraf dan antioksidan. Tirosin dan triptopan berperan dalam pembentukan
neurotransmitter. Neurotransmitter yang dibentuk oleh triptopan adalah
serotonin dan melatonin. Adapun tirosin membentuk noradrenalin dan
dopamin.
d. Mineral:
Zat besi dalam ASI lebih rendah dibandingkan susu sapi maupun formula
yang difortifikasi (ditambahkan) zat besi. Akan tetapi penyerapan zat besi di
usus bayi yang mendapat ASI 5 kali lebih tinggi dibandingkan penyerapan
besi yang terkandung dalam susu sapi. Keuntungannya adalah bayi ASI jarang
menderita kekurangan zat besi.
Zat besi sangat penting dalam produksi dan pemeliharaan mielin (selaput
sel saraf), aktivitas sel saraf. Sehingga kekurangan zat besi dapat
menyebabkan gangguan pembentukan mielin neurotansmitter (suatu zat yang
dilepaskan ujung saraf sebelum sambungan antar syaraf dan menyeberangi
celah sambungan untuk menghambat atau merangsang sel sasaran)
Konsentrasi Yodium dalam ASI 4 kali lebih tinggi dari yang dIbutuhkan
oleh seorang bayi. Yodium merupakan mineral penting untuk pembentukan
hormon tiroid yatiu triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Hormon ini
berperan penting dalam proses awal pertumbuhan dan perkembangan
berbagai organ termasuk otak, serta mengatur metabolisme sel otak.
Kekurangan hormon tiroid menyebabkan gangguan otak minimal hingga
retardasi mental (keterbelakangan mental) yang berat serta tubuh pendek.
Selain itu ASI mengandung vitamin B12 yang dipelukan dalam
metabolisme jaringan saraf dan pembentukan DNA. Faktor nutrisi ini sangat
penting, karena nutrisi dalam kandungan dan setelah lahir dapat menyebabkan
perubahan struktur dan fungsi otak.
Dari suatu analisis yang dilakukan pada 11 penelitian, pada tahun 1999,
diperoleh hasil bahwa bayi yang mendapat ASI mempunyai IQ 3,2 point lebih
tinggi dibanding bayi yang mendapat susu formula. Setelah itu, suatu
penelitian di Selandia Baru melaporkan IQ lebih tinggi 1,5-4,5 poin pada bayi
diberikan ASI selama 8 bulan dibandingkan bayi yang mendapat susu
formula. Sejumlah 3.880 anak Australia diikuti sejak lahir untuk menentukan
pola pemberian ASI dan perkembangan kognitif anak selanjutnya. Anak-anak
yang mendapat ASI selama enam bulan atau lebih mendapat skor 8,2 poin
lebih tinggi untuk anak perempuan dan 5,8 poin lebih tinggi untuk anak laki-
laki dalam tes kosa kata, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak pernah
diberi ASI
Bayi yang mendapat ASI 4-6 bulan lebih jarang mengalami keterlambatan
perkembangan bicara dan motorik. Pada bayi prematur pun pemberian ASI
menghasilkan perbedaan IQ sebanyak 5,18 poin lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang mendapat susu formula. Perbedaan IQ ini dipengaruhi oleh
lamanya pemberian ASI. Bila ASI diberikan hanya 4-7 minggu, maka tidak
ada perbedaan kecerdasan. Penelitian di Australia menunjukkan bahwa IQ
akan meningkat bila ASI diberikan lebih dari 6 bulan. Selain itu, ASI sering
dihubungkan dengan peningkaan perkembangan neurokognitif anak, terutama
pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan bayi yang mendapat ASI
lebih lama.
Semakin lama diberi, semakin cerdas
Penelitian Angelsen dkk. (2001) memperlihatkan bayi yang mendapat ASI
kurang dari 3 bulan memiliki IQ yang lebih rendah dibanding bayi yang
mendapat ASI 6 bulan atau lebih. Pemberian ASI yang lebih lama memberi
keuntungan pada perkembangan kognitif anak. Penelitian lain yang dilakukan
secara prospektif terhadap bayi prematur yang mendapatkan ASI memperlihatkan
hasil tes IQ (usia 7-8 tahun) dengan poin 8,3 lebih tinggi dibanding bayi prematur
yang mendapat susu formula. Penelitian prosfektif selama 18 tahun dilakukan di
Selandia Baru (2001) juga menunjukkan hasil serupa, peningkatan pencapaian
akademik dan kognitif yang lebih tinggi pada anak yang mendapat ASI selama 8
bulan atau lebih dibanding mereka yang mendapat susu formula.
Selain nilai nutrisi dalam ASI, Ikatan batin yang lebih erat antara Ibu dan
bayi selama menyusui dan keikhlasan Ibu selama menyusui juga merupakan
faktor penting yang mempengaruhi kecerdasan emosi (Emotional Quotient) dan
kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) anak.
Tidak menimbulkan alergi
Air Susu Ibu tidak mengandung lactoglobulin. Bagian inilah dari susu
sapi atau susu formula yang bisa menyebabkan reaksi alergi. Selain itu, ASI
dapat mengurangi dan melindungi bayi dari penyakit alergi. Banyak ahli yang
menganjurkan agar bayi dari keluarga yang memiliki alergi hanya mendapatkan
ASI tanpa tambahan selama 6 bulan (ASI eksklusif).
Menurunkan resiko gigi berlubang
Bayi yang diberi susu formula lebih beresiko memiliki gigi berlubang
(caries dentis). Hal ini karena pemberian susu formula dengan botol atau dot,
terutama pada malam hari menjelang tidur, menyebabkan gigi lebih lama kontak
dengan sisa-sisa susu formula. Sisa-sisa susu akan terurai menjadi senyawa-
senyawa asam yang dapat merusak gigi.
Efek psikologis positif
Proses menyusui akan memperkuat ikatan batin antara Ibu dan anak.
Ikatan batin yang erat, mesra dan selaras yang diciptakan lebih awal dan lebih
permanen sangat penting karena akan memberikan efek psikologis positif, antara
lain :
1. Turut menentukan perilaku anak di kemudian hari
2. Menstimulasi perkembangan otak anak
3. Merangsang perhatian anak terhadap dunia luar
4. Menciptakan kelekatan (attachment) antara Ibu dan anak
5. Meningkatkan rasa kepercayaan diri anak
Mudah dicerna, diserap secara efisien
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI
berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3.5-4.5%. Walaupun kadar
lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam
ASI terlebih dahulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase
yang terdapat di dalam ASI. Saat bayi dilahirkan, lambung bayi belum
menghasilkan semua enzim yang dIbutuhkan untuk mencerna lemak susu. Lipase
di dalam ASI diperlukan untuk menyempurnakan pencernaan lemak di dalam
lambung bayi. Lipase dalam ASI ini disebut bile-salt stimulated lipase karena
mulai bekerja di dalam usus bersamaan dengan tersedianya garam-empedu
tersebut. Lipase tidak aktif di payudara atau di dalam lambung sebelum ASI
bercampur dengan empedu. Subhanallah!
Lemak yang terdapat di dalam ASI akan dicerna lebih sempurna dan
digunakan lebih efisien oleh tubuh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi
atau susu formula. Bedanya bisa terlihat pada tinja bayi. Tinja bayi yang diberi
susu formula berbeda dengan tinja bayi yang diberi ASI. Hal ini dikarenakan susu
formula dan susu lainya tidak mengandung enzim agar penyerapan makanan
efektif dan efesien. Sehingga di dalam tinja bayi yang diberi kedua jenis susu
tersebut , terdapat banyak sisa susu yang tidak dapat diserap oleh tubuh bayi.
Selain itu ASI mengandung asam lemak essensial yaitu asam linoleat
(Omega 6) dan asam Linolenat (Omega 3). Disebut essensial karena tubuh
manusia tidak dapat membentuk kedua asam ini dan harus diperoleh dari
konsumsi makanan. Keduanya sangat penting untuk pertumbuhan otak anak.
Pada Bayi dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) yang diberi susu formula
yang kurang mengandung asam lemak esensial ternyata menunjukkan kurang
optimalnya perkembangan mental dan penglihatannya.
Karbohidrat dalam ASI adalah laktosa,yang kadarnya paling tinggi
dibandingkan susu mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah diurai menjadi glukosa
dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa
saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain, yaitu
mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobacillus
bifidus yang dikenal sebagai bakteri baik di dalam saluran pencernaan manusia.
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar
0.9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibandingkan
kasein.
Ginjal bayi yang baru lahir belum dapat mengkonsentrasikan air kemih
dengan baik, sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral yang
rendah. Asi mengandung garam dan mineral yang lebih rendah dibandingkan
dengan susu sapi.
Kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi dibandingkan ASI, tetapi kadar
fosfornya jauh lebih tinggi, sehingga mengganggu penyerapan kalsium dan juga
magnesium. SehinggaBayi yang mendapat susu sapi atau susu formula yang tidak
dimodifikasi dapat menderita kejang otot karena kekurangan kalsium
(hipokalsemi).
Menurunkan angka kematian bayi
Keadaan balita di Indonesia sangat mengenaskan. Tiap 2,5 menit 1 balita
di Indonesia meninggal. Artinya 430 balita setiap hari meninggal . Kalo kita
ibaratkan, tiap hari terjadi kecelakaan pesawat, satu pesawat jumbo jet yang
isinya balita dan semua penumpang meninggal dunia.
Keadaan bayi (anak yang berusia di bawah 1 tahun), tak kalah tragis.
Setiap jam 10 bayi meninggal. Artinya 240 bayi meninggal setiap harinya. Atau
setiap enam menit satu bayi meninggal dunia.Mengerikan, bukan ?
Bagaimana menyelamatkannya ?
Penelitian di Ghana terhadap 10.947 bayi lahir antara Juli 2003 dan Juni
2004 disusui. Ternyata bila mulai menyusu dalam 1 jam pertama 22% dapat
diselamatkan. Jika bayi mulai disusui sejak hari pertama 16% dapat diselamatkan.
Kemungkinan kematian meningkat secara bermakna setiap hari pemulaan
menyusu ditangguhkan. Namun masalahnya di Indonesia, hanya 29% Ibu yang
memberi ASI, dan 17% yang menyusui ekslusif.
Mencegah kejadian maloklusi
Maloklusi adalah keadaan dimana rahang atas dan bawah tidak sejajar
ketika mulut menutup.Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah kebiasaan
lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan dot atau botol.

B. Keajaiban ASI Bagi Ibu


1. Mencegah perdarahan setelah melahirkan
Hisapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin.
Oksitosin ini membantu pengecilan rahim setelah melahirkan
2. Menurunkan resiko kanker payudara, kanker indung telur dan osteoporosis
Kasus kanker payudara pada Ibu yang menyusui lebih rendah
dibandingkan dengan Ibu yang tidak menyusui. Ada suatu penelitian yang
menunjukkan bahwa menyusui bayi selama 3 bulan memberi perlindungan
terhadap kanker payudara sebelum menopause. Risikonya menurun 50%. Selain
itu, menyusui juga melindungi Ibu dari resiko kanker indung telur.
Seorang Ibu yang menyusui, mempunyai resiko terkena osteoporosis yang
lebih kecil dibandingkan dengan Ibu yang tidak menyusui. Walaupun kadar
kalsium di dalam tubuh Ibu yang menyusui memang menurun selama menyusui,
tetapi mineralisasi tulang akan segera membaik setelah enam bulan penyapihan
sehingga kadar kalsiumnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
menyusui. Subhanallah. Bahkan penelitian terbaru mengatakan, cadangan kalsium
Ibu cukup untuk menyusui selama 2 tahun.
Sebuah kajian menunjukkan, wanita yang tidak pernah menyusui memiliki
resiko patah tulang panggul dua kali lebih besar daripada wanita yang belum
menyusui. Menyusui selama 9 bulan untuk setiap anak dapat menurunkan risiko
patah tulang panggul kali dibandingkan mereka yang tidak menyusui. Patah
tulang panggul membuat seseorang tidak bisa duduk apalagi berjalan. Dan
diperlukan operasi yang sangat mahal dan rumit untuk mengobatinya.
3. Mengatur kehamilan
Menyusui secara eksklusif selama enam bulan bisa menjadi KB alamiah,
dalam istilah kedokteran disebut LAM (Lactating Amenorrhae Methode). Hal ini
disebabkan selama menyusui seorang Ibu memiliki hormon prolaktin lebih tinggi.
Hormon ini berfungsi menekan sintesis (pelepasan) hormon yang merangsang
pelepasan sel telur (ovum) oleh indung telur (ovarium), sehinga ovarium tidak
dihasilkan dan haid tertunda. Maka, secara tidak langsung, laktasi mengatur
kehamilan.
4. Membantu mengembalikan bentuk badan Ibu dan mencegah obesitas
Menyusui membantu tubuh untuk pulih lebih cepat setelah proses
melahirkan. Homon-hormon yang dikeluarkan tubuh Ibu setiap kali Ibu menyusui
akan membantu membugarkan kembali otot-otot Ibu. Selain itu, Ibu akan
mengalami penurunan berat badan yang lebih cepat jika Ibu menyusui. Karena
menyusui menggunakan cadangan lemak yang tersimpan selama hamil. Pada
sebuah kajian, wanita yang menyusui selama paling sedikit enam bulan
mengalami penurunan rata-rata 4 kg lebih banyak dalam tahun pertama kehidupan
dibandingkan wanita yang tidak menyusui.
5. Mengurangi depresi setelah melahirkan
Menyusui membantu Ibu relaks dan merasa tenang, begitu susu mulai
mengalir, hormon-hormon di tubuh Ibu mulai mengalir. Hormon-hormon
membantu Ibu untuk relaks dan menikmati proses menyusui. Selain itu menyusui
menjalin bounding antara Ibu dan buah hati. Banyak wanita yang merasakan
kenikmatan yang besar saat menyusui. Dan banyak juga yang merasa bangga dan
percaya diri ketika melihat bayinya tumbuh kuat dan sehat hanya dengan
meminum air susunya.

C. Keajaiban ASI Bagi keluarga


1. Menghemat Pengeluaran
Pemberian ASI pada bayi memiliki dua aspek ekonomis yang
menguntungkan, antara lain :
Tidak memerlukan dana khusus untuk dapat memanfaatkan ASI. Sebagai
rician, apabila bayi diberi ASI selama enam bulan saja, akan terjadi penghematan
senilai 4,4 triliun! Nilai ini berdasarkan perhitungan bila terdapat 5 juta bayi di
Indonesa yang mendapatkan susu formula sebanyak 44 kaleng susu selama 6
bulan. Itu pun dengan perkiraan harga susu per kalengnya paling murah, yaitu
20.000 rupiah.
Bayi yang diberi ASI lebih jarang menderita sakit sehingga tidak perlu
mengeluarkan dana untuk berobat.
2. Praktis, higienis
ASI lebih mudah diperoleh dan memiliki suhu tubuh yang sesuai dengan
kondisi pencernaan dalam tubuh sehingga tidak memerlukan persiapan khusus
dalam pemberiannya. Menyusui dapat diberikan kapan saja dan dimana saja.
Tidak perlu botol, dot, alat sterilisasi, dan tidak memerlukan bantuan orang lain.
3. Memotivasi orang lain untuk menyusui
Seorang anak perempuan yang dulunya disusui, kemungkinan besar akan
menyusui anaknya. Pada tahun 1990, dilakukan sebuah survey tentang pemberian
makan kepada bayi di Inggris oleh Social Survey of the Office of population
Censuses and Surveys . Para Wanita ditanya tentang cara yang mereka pilih untuk
memberi makan bayinya serta alasannya. Hasilnya, Sejumlah 75% wanita yang
disusui memilih menyusui bayi mereka. Sekitar 70 % wanita yang disusui dan
diberi susu botol juga memilih untuk menyusui. Sebaliknya hanya 48% dari
wanita yang dulunya diberi susu botol yang memutuskan untuk menyusui. Dan
74% wanita yang masih menyusui pada minggu keenam adalah wanita yang
dulunya disusui.
4. Jika Ibu menyusui, maka kemungkinan orang-orang di sekitar Ibu juga
akan menyusui.
Sejumlah 84% wanita yang mengatakan bahwa sebagian besar teman
mereka menyusui, merencanakan untuk menyusui. Karena jika seorang wanita
melihat wanita lain sedang menyusui bayinya, seringkali gambaran ini tertanam di
benaknya dan mempengaruhi perasaannya mengenai cara menyusui bayinya
kelak.
Jadi, perjuangan Ibu untuk tetap menyusui bisa menjadi inspirasi dan amal
jariah yang akan mengalir pahalanya terus menerus, Insya Allah.

D. Keajaiban ASI Bagi Negara


Bila para Ibu menyusui anaknya, hal ini akan memberikan beberapa dampak
positif bagi negara, antara lain:
1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Berbagai faktor proteksi dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin
status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun
2. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Biaya yang diperlukan untuk perawatan anak di rumah sakit akan
berkurang, karena anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit
dibandingkan anak yang mendapat susu formula
3. Mengurangi devisa untuk pembelian susu formula
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua Ibu menyusui,
diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar 8,6 milyar yang seharusnya dipakai
untuk membeli susu formula.
4. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang diberi ASI insya Allah lebih cerdas, lebih soleh, sehingga
kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin

Anda mungkin juga menyukai