PENYAKIT PARKINSON
Disusun oleh:
Cokorda Gede Bagus Pradnyana Sanjaya, S.Ked (16710021)
I Made Mega Kencana, S.Ked (16710034)
Pembimbing:
dr. Utoyo Sunaryo, Sp.S
dr. Intan Sudarmadi, Sp.S
Mengetahui,
Dokter Pembimbing Dokter Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala Berkat dan Karunia-Nya tinjuan kepustakaan yang berjudul Penyakit
Parkinson ini dapat diselesaikan. Tinjuan kepustakaan ini merupakan tugas
kepaniteraan klinik dari SMF Saraf di RSUD dr. Moh. Saleh Probolinggo.
Dalam menyelesaikan tinjuan kepustakaan ini, tentu tak lepas dari bantuan
berbagai pihak, maka tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Utoyo Sunaryo, Sp.S sebagai kepala bagian kepaniteraan klinik SMF
Saraf di RSD dr. Moh. Saleh Probolinggo.
2. dr. Intan Sudarmadi, Sp.S sebagai pembimbing kepaniteraan klinik SMF
Saraf di RSD dr. Moh. Saleh Probolinggo.
3. Teman teman sejawat dan berbagai pihak yang telah membantu
menyelesaikan tinjuan kepustakaan ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tinjuan
kepustakaan ini, namun penulis sadar bahwa tinjuan kepustakaan ini masih jauh
dari sempurna, sehingga kritik dan saran akan selalu saya terima dengan senang
hati demi mencapai kesempurnaan. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Parkinson atau yang biasa disebut dengan sindrom Parkinson
mencakup berbagai kondisi dengan beragan etiologi dengan gejala klinik yang
serupa atau hampir serupa. Kriteria untuk mengklasifikasikannya ke dalam
sindrom Parkinson adalah rigiditas, tremor dan bradikinesia. Gejala gejala ini
dapat pula dicetuskan oleh penyakit neurologis yang krois bahkan oleh karena
penggunaan obat obat tertentu. Johnson dan kawan kawan telah mengemukakan
bahwa apabila ditemukan 2 dari 4 gejala berikut sekurang kurangnya maka
diagnosis penyakit Parkinson apat ditegakkan.11
2.2 Epidemiologi
Penyakit Parkinson merupakan salah satu kelumpuhan yang paling
umum di Amerika Serikat. Penyakit tersebut terjadi pada satu dari setiap
seratus orang yang berusia lebih dari 60 tahun dan lebih mempengaruhi pria
daripada wanita. Secara kasar 60.000 kasus baru didiagnosis tiap tahun di
Amerika Serikat, dan insidensnya diprediksikan akan meningkat seiring
pertambahan usia populasi. Penyakit Parkinson menyerang penduduk dari
berbagai etnis dan status sosial ekonomi. Penyakit Parkinson diperkirakan
menyerang 876.665 orang Indonesia dari total jumlah penduduk sebesar
238.452.952. Total kasus kematian akibat penyakit Parkinson di Indonesia
menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan prevalensi
mencapai 1100 kematian pada tahun 2002.6
2.3 Etiologi11
Sekitar 90% kasus Parkinsonisme merupakan Parkinson disease (PD).
Sebagian besar PD adalah sporadik tanpa etiologi yang jelas dan sekitar 5-10 %
kasus memiliki etiologi genetik. Bentuk genetik PD lebih banyak ditemukan pada
PD yang onsetnya pada usia muda. Kombinasi berbagai faktor seperti toksin,
4
2.4 Patofisiologi12
Patofisiologi Parkinson juga dapat digambarkan berupa meningkatnya jalur
Indirect pada basal ganglia. Diketahui bahwa ada 2 jalur pada basal ganglia yaitu
direct pathway dan indirect pathways. Dopamine bekerja untuk mengaktivasi
direct pathway dan menghambat indirect pathway, sedangkan pada Parkinson
tidak terjadi mekanisme tersebut.
Kelainan utama pada penyakit Parkinson yang idiopatik maupun pada
postensefalitik adalah hilangnya sel-sel berpigmen di substansia nigra dan nukleus
berpigmen lainnya (locus ceruleus, nukleus motorik dorsalis vagus). Dengan
berkurang atau hilangnya sel-sel neuron dopaminergik di substansia nigra, akan
mengakibatkan hilangnya neuron dopaminergic nigro-striatum.
Dalam keadaan normal, neuron ini memproduksi Dopamin. Dopamin
merupakan neurotransmitter yang berperan dalam transmisi sinyal untuk kontrol
dan koordinasi gerakan motorik halus. Kerusakan sel-sel neuron substansia nigra
menyebabkan berkurangnya produksi dopamin sehingga akan mengganggu fungsi
motorik.
Penyebab kerusakan belum jelas diketahui. Diduga terdapat 4 mekanisme
kematian sel yang menimbulkan degenerasi neuron yaitu stress oksidatif, toksin
dari lingkungan, predisposisi genetik dan percepatan penuaan. Pada stress
oksidatif diduga menyebabkan kematian sel neuron secara langsung.
Toksin lingkungan seperti Sianida, CO, pestisida, obat neuroleptik
menyebabkan gangguan metabolisme sel neuron dopaminergik secara selektif
5
sehingga pada akhirnya menimbulkan degenerasi sel. Terdapat beberapa gen yang
diduga berhubungan dengan penyakit ini yaitu gen yang mengkode protein
parkin pada kromosom 6. Mutasi pada gen tersebut menyebabkan Parkinsonism
secara autosomal resesif. Onset terjadi sebelum usia 40 tahun dan progresivitas
berjalan lambat. Selain itu terdapat juga gen untuk protein alphasynuclein pada
kromosom 4 yang diduga berhubungan dengan terjadinya penyakit Parkinson.
Pada penyakit Parkinson, terjadi percepatan degenerasi neuron dopaminergik
oleh sebab yang belum diketahui sehingga menimbulkan gejala klinik. Berbagai
keadaan tersebut menimbulkan destruksi sel-sel neuron melanin penghasil
dopamin pada pars kompakta substansia nigra sehingga secara makroskopis
terhadi depigmentasi. Secara mikroskopis, terjadi pengurangan jumlah sel neuron
melanin, dimana sel-sel yang tersisa mengandung badan-badan inklusi eosinofilik
di sitoplasma yang dikelilingi oleh halo sehingga disebut sebagai Lewy bodies.
Gejala-gejala motorik yang terjadi pada penyakit Parkinson disebabkan oleh
gangguan dalam sirkuit motorik ganglia basalis talamokortikal. Sinyal-sinyal
dari korteks cerebri akan diproses melalui ganglia basalis-talamokortikal dan
kembali ke area yang sama melalui mekanisme feedback. Ada dua jalur di jaras
tersebut, yaitu jalur direk dan jalur indirek. Pada jalur direk, striatum secara
langsung menghambat globus palidus pars interna dan substansia nigra pars
reticulata. Pada jalur indirek, inhibisi oleh striatum ke glonbus palidus pars interna
dan substansia nigra pars reticulata terjadi melalui hambatan ke globus palidus
pars externa dan nucleus subtalamus.
Jaras nigro-striatal ini berperan penting dalam mengatur fungsi gerakan halus.
Untuk fungsi yang normal, perlu ada keseimbangan antara komponen
dopaminergik yang menghambat dengan sistem kolinergik yang mengeksitasi.
Dopamin disekresikan dari neuron-neuron nigrostriatal (substansia nigra pars
kompakta) untuk mengaktivasi jalur direk dan menghambat jalur indirek.
Gejala Parkinson timbul bila terdapat disproporsi fungsional antata kedua
komponen (inhibisi dan eksitasi) dimana hasil akhirnya terjadi penurunan
dopamin di striatum sehingga terjadi peningkatan efek inhibisi ke globus palidus
secara direk maupun indirek. Peningkatan efek inhibisi di jalur talamokortikal
6
Gambar 2.1: Lewy Body di sitoplasma dari sel neuron substansia nigra
2.6 Klasifikasi
Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi
harus diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang
etiologi, prognosis dan penatalaksanaannya.
1. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans
8
1. Rigiditas
Mungkin hanya terbatas pada satu kelompok otot dan terutama
unilateral atau dapat menyebar dan bilateral. Parkinsonisme menurunkan
kekuatan dan menurunkankecepatan otot, dan merupakan faktor utama
dalam terjadinya deformitas akibat sindrom ini. Gejala pasif yang
melibatkan ekstrimitas atau trunkus mengalami resistensi traffylike yang
relatif stabil melalui kisaran gerakan. Parkinsonisme telah dibandingkan
dengan pipa saluran yang ditekuk sehingga kadang disebut rigiditas pipa
saluran. Catches sering timbul selama gerakan pasif, menyebabkan
karakter roda pedati atau rachetlike pada rigiditas yang disebut rigiditas
roda pedati. Otot fleksor maupun ekstensor berkontraksi kuat(tonus
meningkat), mengindikasikan adanya gangguan kontrol pada kelompok
otot yang bersebrangan.
Jika rigiditas melibatkan trunkus, rigiditas itu bertanggungjawab
terhadap gaya berjalan dan masalah posisi tubuh akibat Parkinson. Pasien
membungkuk ketika mereka berdiri sehingga dagu maju jauh ke depan
daripada ibu jarinya. Mereka berjalan sambil menyeret kakinya terburu-
buru, langkah yang semakin cepat bila tersandung ke depan dan mencoba
untuk cepat mengembalikan kaki mereka pada keadaan semula (festinating
gait).14,15,16
2. Tremor
Akibat Parkinsonisme timbul pada saat istirahat dan disebut tremor
istirahat. Ketika otot menegang untuk melakukan tindakan yang bertujuan,
biasanya tremor akan berhenti. (sekitar sepertiga pasien mengalami tremor
10
yang hebat bersamaan dengan tremor istirahat, namun seperti yang telah
disebutkan, tremor hebat biasanya berkaitan dengan disfungsi serebelum).
Tremor yang melibatkan tangan dijelaskan sebagai pill rolling dan
mengakibatkan gerakan ritmis ibu jari pertama dan kedua. Tremor adalah
akibat dari kontraksi bergantian yang regular (4 hingga 6 siklus per detik)
pada otot yang berlawanan. Tremor sepertinya akan memburuk jika pasien
lelah, di bawah tekanan emosi, atau terfokus pada tremor. Dasar tremor
tidak jelas. Degenerasi ganglia basalis menyebabkan hilangnya pengaruh
inhibitor dan menigkatkan timbal balik berbagai sirkuit yang berakibat
dalam osilasi. Tidak semua pasien memiliki tremor yang jelas. Bila pasien
secara tidak sengaja mengalami kejadian serebrovaskular (CVA, stroke)
dan timbul hemiplegia, tremor akan hilang pada bagian yang paralisis.
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian
sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi
serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada
tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju,
langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga
penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi
tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil,
refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.14
3. Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif
misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat
mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi
lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta
mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti
topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah
sehingga ludah sering keluar dari mulut.14,15,16
4. Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa
kasus hal ini merupakan gejala dini, berjalan dengan langkah kecil
menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut
11
2.8 Diagnosis
Diagnosis penyakit Parkinson yang akurat bergantung pada pemeriksaan
klinis dan tinjauan menyeluruh tentang sejarah pasien. Ketidakpastian tes
laboratorium atau pencitraan yang tersedia untuk mengkonfirmasi Diagnosis
sampai post-mortem. Ada tingkat kesalahan yang tinggi dalam diagnosis penyakit
Parkinson (24-35% kasus terdiagnosis positif palsu) karena kurangnya tes
laboratorium atau pencitraan definitif untuk memastikan diagnosa. Bukti
menunjukkan bahwa tingkat kesalahan adalah 47% di perawatan primer
dibandingkan dengan 6-8% pada perawatan tersier dan, karena itu, jika penyakit
Parkinson dicurigai pasien harus dirujuk (Sebaiknya tidak diobati) ke klinik
gangguan pergerakan untuk diagnosa.3
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada setiap kunjungan penderita:
1. Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk
mendeteksi hipotensi ortostatik.
13
3. Laboratorium
Gula darah puasa dan 2 jam pp, kolesterol total, HDL, LDL, Trigliserida,
BUN, Kreatinin, Albumin.
4. Foto X-Ray Thorax
5. Elektrokardiografi
2.10 Penatalaksanaan
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif yang berkembang
progresif dan penyebabnya tidak diketahui, oleh karena itu strategi
penatalaksanaannya adalah 1) terapi simtomatik, untuk mempertahankan
independensi pasien, 2) neuroproteksi dan 3) neurorestorasi, keduanya untuk
menghambat progresivitas penyakit Parkinson. Strategi ini ditujukan untuk
mempertahankan kualitas hidup penderitanya.
1. Terapi farmakologik9,10
a. Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit Parkinson. Di
dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah
menjadi dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino
dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari
L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di
sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena
mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen.
Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu
mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik.
16
2. Terapi pembedahan9,10
20
3. Non Farmakologik6
a. Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya,
misalnya pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh.
Menimbulkan rasa simpati dan empati dari anggota keluarganya sehingga
dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.
b. Terapi rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta
mengatasi masalah-masalah sebagai berikut: Abnormalitas gerakan,
Kecenderungan postur tubuh yang salah, Gejala otonom, Gangguan
perawatan diri (Activity of Daily Living ADL), dan Perubahan psikologik.
Latihan yang diperlukan penderita Parkinson meliputi latihan fisioterapi,
okupasi, dan psikoterapi.
Latihan fisioterapi meliputi : latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan
ekstensi trunkus, latihan frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki
pada tanda-tanda di lantai, latihan isometrik untuk kuadrisep femoris dan
otot ekstensor panggul agar memudahkan menaiki tangga dan bangkit dari
kursi.
Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian
lingkungan tenpat tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai
bermacam strategi, yaitu :
1) Strategi kognitif : untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara
jelas dan tidak cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal
maupun visual dan hanya melakukan satu tugas kognitif maupun
motorik.
2) Strategi gerak : seperti bila akan belok saat berjalan gunakan tikungan
yang agak lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila ingin
memungut sesuatu dilantai.
3) Strategi keseimbangan : melakukan ADL dengan duduk atau berdiri
dengan kedua kaki terbuka lebar dan dengan lengan berpegangan
22
2.11 Prognosis
Dubia ad malam
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala Parkinson,
sedangkan perjalan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena Parkinson, maka penyakit ini akan menemani pasien sepanjang hidup.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progres hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan
dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasen
berbeda-beda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala
berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping
pengobatan terkadang dapat sangat parah.
Penyakit Parkinson sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang
fatal, tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pasien
penyakit Parkinson pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak
menderita penyakit Parkinson. Pada tahap akhir, penyakit Parkinson dapat
menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat
menyebabkan kematian.6
Progresifitas gejala pada penyakit Parkinson dapat berlangsung 20 tahun
atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada
cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing
23
individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakan pasien dapat hidup produktif
beberapa tahun setelah diagnosis.
2.12 Komplikasi
Komplikasi yang terkait dengan penyakit Parkinson biasanya
menyebabkan penurunan harapan hidup dari pada penyakit itu sendiri. Penyakit
Parkinson dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumonia, dan jatuh
yang menyebabkan luka parah atau kematian.7
24
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA