Anda di halaman 1dari 58

SISTEM KENDALI TRANSFER BENCH

MENGGUNAKAN PLC SIEMENS S7-300 PADA SECTION


MILL PT. KRAKATAU WAJATAMA CILEGON, BANTEN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktik dan Salah
Satu Syarat Menempuh Sarjana Strata 1 (S1)

Disusun oleh:
Ririn Ariningsih
3332121470

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
2016

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur tak lupa saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kerja praktik
dengan judul Sistem Kendali Transfer Bench Menggunakan PLC Siemens S7-300
Pada Section Mill PT. Krakatau Wajatama Cilegon, Banten.
Laporan ini disusun sebagai hasil kerja praktik yang telah dilaksanakan di
Section Mill PT. Krakatau Wajatama Cilegon Banten yang merupakan salah satu
syarat akademis untuk kelulusan mata kuliah Kerja Praktik (KP) di Jurusan Teknik
Elektro Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam melakukan kerja praktik hingga penyusunan laporan ini, penulis
mendapatkan banyak bantuan berupa data tertulis, proses penyusunan laporan
maupun dukungan moril. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan Petunjuk dan Rahmat-Nya.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moril serta materiil
dalam pelaksanaan kerja praktik dan pembuatan laporan.
3. Bapak Dr. Supriyanto, S.T., M.Sc. Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Rocky Alfanz, S.T., M.Sc. Selaku koordinator kerja praktik di Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Dr. Romi Wiryadinata, S.T., M.Eng. Selaku dosen pembimbing kerja
praktik penulis.
6. Bapak Syamsul Hidayat selaku KASI Instrumen PT. Krakatau Wajatama,
yang membimbing dan memberikan arahan konsentrasi pada laporan kerja
praktik ini.
7. Bapak Safarudin Selaku KARU Instrumen PT. Krakatau Wajatama yang juga
memberikan informasi tentang PT. Krakatau Wajatama
8. Mas Dikki, Mas Okta, Mas Imam Selaku karyawan PT. Krakatau Wajatama
dan teman selama penulis menjalani kerja praktik di pabrik.
9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

iv
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan tidak
luput dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang
membangun untuk ke depannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
orang yang membaca dan menjadi motivasi untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.

Cilegon, Mei 2016

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tema Judul dan Batasan Masalah 1
1.2 Latar Belakang 1
1.3 Tujuan Praktik 2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 2
1.5 Sistematika Penulisan 2
BAB II TINJAUAN UMUM PT KRAKATAU WAJATAMA
2.1 Gambaran Umum PT Krakatau Wajatama 4
2.2 Bidang Usaha 6
2.2.1 Pasar 7
2.2.2 Struktur Organisasi 8
2.3 Visi dan Misi Perusahaan 8
2.4 Waktu Kerja 9
2.5 Logo Perusahaan 10
2.6 Gambaran Divisi Penjamin dan Pengendalian Kualitas 10
2.7 Gambaran Divisi Perawatan 11
2.8 Gambaran Divisi Teknologi dan pengembangan Usaha 12
BAB III DASAR TEORI
3.1 Transfer Bench 14
3.2 Bagian-Bagian Sistem 15
3.3 Programmable Logic Control 18
3.3.1 Fungsi PLC (Programmable Logic Control) 19

vi
3.3.2 Perangkat Keras PLC 20
3.3.3 Kelebihan PLC 22
3.3.4 Kekurangan PLC 22
3.4 Simatic Manager Ladder Logic untuk Pemograman S7-300 23
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Prinsip Kerja Transfer Bench 25
4.2 Program PLC 27
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 38
5.2 Saran 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Informasi Pabrik Baja Tulangan 6


Gambar 2.2 Informasi Pabrik Baja Profil 6
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Krakatau Wajatama 8
Gambar 2.4 Logo Lama PT. Krakatau Wajatama 10
Gambar 2.5 Logo Baru PT. Krakatau Wajatama 10
Gambar 3.1 Production Flow Chart Section Mill dan Bar Mill 14
Gambar 3.2 Area Transfer Bench 15
Gambar 3.3 PLC Ingelectric Menggunakan Sistem M 16
Gambar 3.4 PLC Siemens S7-300 16
Gambar 3.5 Diagram Blok Pemasangan Drive pada Motor 17
Gambar 3.6 Drive motor 17
Gambar 3.7 Rotary Encoder yang Digunakan pada Motor 18
Gambar 3.8 Tombol-Tombol untuk Mengoperasikan Transfer Bench 18
Gambar 3.9 Tipe Blok Pemograman PLC pada Simatic Manager 24
Gambar 3.10 Bahasa Pemograman PLC 24
Gambar 4.1 Diagram Blok Sistem Transfer Motor 26
Gambar 4.2 Ilustrasi Gambar dari Transfer Motor 26
Gambar 4.3 Network 1 pada FB 2 untuk pengaturan auto manual 27
Gambar 4.4 Network 2 pada FB 2 untuk pengaturan auto manual 28
Gambar 4.5 Network 3 pada FB 2 untuk pengaturan auto manual 28
Gambar 4.6 Network 2 pada FB 2 untuk pengaturan auto manual 29
Gambar 4.7 Network 5 pada FB 2 untuk pengaturan auto manual 29
Gambar 4.8 Network 6 pada FC 2 untuk pengaturan auto 1 cycle sequence 30
Gambar 4.9 Network 7 pada FC 2 untuk pengaturan auto 1 cycle sequence 30
Gambar 4.10 Network 8 pada FC 2 untuk pengaturan auto 1 cycle sequence 31
Gambar 4.11 Network 9 pada FC 2 untuk pengaturan auto 1 cycle sequence 32
Gambar 4.12 Network 10 pada FC 2 untuk pengaturan auto 1 cycle sequence 33
Gambar 4.13 Network 11 pada FC 2 untuk pengaturan auto 1 cycle sequence 34

viii
Gambar 4.14 FC 2 untuk pengaturan auto cycle sequence pada (a) Start Transfer, (b)
Brake 35
Gambar 4.15 Network 14 pada FC 2 untuk pengaturan auto 1 cycle Sequence 36
Gambar 4.16 Network 15 pada FC 2 untuk pengaturan auto 1 cycle sequence 37
Gambar 4.17 Network 16 pada FC 2 untuk pengaturan auto 1 cycle sequence 37

ix
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Variasi Produk PT. Krakatau Wajatama 7


Tabel 2.2 Pengaturan Jam Kerja Biasa (Non Shift) 9
Tabel 2.3 Pengaturan Jam Kerja Bergilir (Shift) 9
Tabel 3.1 Spesifikasi Motor Siemens 15

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tema Judul dan Batasannya


Kerja praktik bertujuan untuk memberi pengetahuan dan wawasan kepada
mahasiswa mengenai sistem teknologi yang berkaitan dengan Teknik Elektro di
dunia kerja. Selain itu juga untuk mengenal masalah dan cara penyelesaiannya
sesuai dengan kendala yang ada.
Pada penulisan laporan ini tema yang diangkat adalah Pengendalian PLC pada
Pabrik Section mill dengan judul Sistem Kendali Transfer Bench Menggunakan
PLC Siemens S7-300 Pada Section mill PT. Krakatau Wajatama Cilegon, Banten.
Adapun batasan masalah yang dibahas adalah:
1. Pengaturan kecepatan pada transfer bench
2. Prinsip kerja transfer bench
3. Kendali transfer bench menggunakan PLC SIMATIC S7-300

1.2 Latar Belakang


PT. Krakatau Wajatama bergerak di bidang produksi pencetakan baja billet
menjadi baja tulangan dan baja profil. Baja tulangan di produksi pada area bar mill
sedangkan baja profil diproduksi pada area section mill. Area Section mill yang
digunakan untuk memproses baja billet tempatnya sangat terbatas, maka untuk
memindahan batangan baja dari stand 3 menuju ke stand 5 membutuhkan mesin
transfer bench. Transfer bench memiliki dua kendali yaitu transfer motor forward
dan transfer motor backward. Mendorong batangan baja agar menuju roll table
menggunakan dog transfer. Dog transfer dihubungkan dengan sling atau tali baja
yang sudah terhubung oleh motor. Mengaktifkan motor pada transfer bench harus
melalui beberapa tahapan yaitu drive pada motor harus dalam keadaan on atau
sudah diaktifkan, motor drive akan aktif, setelah drive motor aktif maka tombol
emergency stop tidak ditekan atau tidak dalam keadaan open, sistem break sudah
siap maka transfer bench telah siap untuk digunakan. Mengendalikan transfer

1
2

bench maka menggunakan PLC Siemens SIMATIC S7-300 dan software yang
digunakan adalah SIMATIC MANAGER.

1.3 Tujuan Kerja Praktik


Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam kerja praktik ini adalah:
1. Memahami prinsip kerja Transfer Bench.
2. Mengetahui penerapan sistem kendali yang menggunakan PLC (Programmable
Logic Controller).
3. Mempelajari pemrograman PLC Simatic S7-300 secara umum.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Mata kuliah Kerja Praktik Industri memiliki bobot 2 SKS, mahasiswa dapat
melaksanakan pembelajaran di industri dan turut bekerja di industri. Waktu
pelaksanaan kerja praktik satu bulan. Waktu pelaksanaan yang diajukan adalah pada
1 Februari sampai 29 Februari 2016 di PT. Krakatau Wajatama, Cilegon.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika dalam penulisan ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang tema, judul, dan batasannya, latar belakang,
tujuan kerja praktik, waktu dan tempat pelaksanaan, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM PT. KRAKATAU WAJATAMA
Bab ini menjelaskan mengenai profil perusahaan PT. Krakatau Wajatama.
Seperti sejarah dan prospektur perusahaan, proses produksi, visi dan misi
perusahaan, struktur organisasi, fasilitas perusahaan.
BAB III DASAR TEORI
Pada bab ini dijelaskan tentang dasar teori dari kerja praktik yang telah
dilakukan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3

Bagian ini menjelaskan mengenai proses pengendalian Transfer Bench pada


area proses dari stand 1 sampai stand 4 menuju ke stand 5 menggunakan PLC
Siemens Simatic Manager pada Section mill PT. Krakatau Wajatama.
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
Dalam bab ini dijelaskan kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM PT. KRAKATAU WAJATAMA

2.1 Gambaran Umum PT. Krakatau Wajatama


Pada tahun 1960, Presiden Soekarno mencanangkan proyek besi baja trikora
untuk meletakkan dasar industri nasional yang tangguh. Sepuluh tahun kemudian
31 Agustus 1970, berdirilah PT. Krakatau Steel (Persero) yang memanfaatkan
kembali peralatan-peralatan dari proyek besi baja trikora itu yang membentuk
pabrik kawat baja, pabrik baja tulangan dan pabrik baja profil. Pada tahun 1977,
Persiden Suharto mulai meresmikan beroperasinya produsen baja terbesar di
Indonesia.
Perkembangan PT. Krakatau Steel sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
industri baja berlangsung cukup baik dan cepat. Kurung waktu kurang dari sepuluh
tahun, Perseroan sudah menambah berbagai fasilitas produksi seperti pabrik besi
spons, pabrik billet baja, pabrik batang kawat, serta fasilitas infrastruktur berupa
pusat pembangkit listrik, pusat penjernihan air, pelabuhan khusus Cigading dan
sistem telekomunikasi. Perkembangan ini, PT. Krakatau Steel (Persero) menjadi
satu-satunya perusahaan baja yang terpadu di Indonesia.
Perseroan terus mengembangkan produksi berbagai jenis baja untuk bermacam
keperluan, seperti baja lembaran panas, baja lembaran dingin dan batang kawat.
Saat ini, Krakatau Steel memiliki kapasitas produksi baja kasar sebesar 2,45 juta
ton per tahun untuk mendukung produksi baja tersebut. Dengan sepuluh anak
perusahaan PT. Krakatau Steel sanggup mendiversifiasi usahanya pada usaha-usaha
penunjang yang menghasilkan berbagai produk baja bernilai tambah tinggi (seperti
pipa spiral, pipa electric resistance welded (ERW), baja tulangan, baja profil),
menyediakan industri utilitas (air bersih, tenaga listrik), industri infrastruktur
(pelabuhan, kawasan industri), industri jasa teknik (konstruksi, rekayasa).
Teknologi informatika, serta menyediakan layanan kesehatan (rumah sakit).
Produk-produk baja Krakatau Steel ini tidak hanya ditunjukkan untuk memenuhi
kebutuhan baja nasional, tetapi juga dipasarkan secara internasional.

4
5

Kemampuan teknis Krakatau Steel yang tinggi sudah diakui menurut standar
internasional sejak dahulu kala. Bahkan pada 1973 Perseroan sudah memperoleh
sertifikat ASTM A252 dan AWWA C200, serta pada tahun 1977 memperoleh
sertifikat API 5L untuk produksi pipa spiral. Sertifikat ISO 9001 menjadi ISO
9001:2000 pada 2003. Sementara itu, SGS Internasional memberikan sertifikat ISO
14001 pada 1997 atas komitmen Perseroan pada kesadaran lingkungan dan
keselamatan kerja.
Pada 10 November 2010, di tengah kondisi pasar yang masih bergejolak, PT.
Krakatau Steel (Persero) berhasil menjadi perusahaan terbuka dengan
melaksanakan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dan
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2011, PT. Krakatau
Steel (Persero) Tbk. Membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 17,9 triliun dan
laba bersih Rp 1,02 triliun. Pada tahun 2011, Perseroan dan anak perusahaan dengan
aset senilai Rp 21,5 triliun memiliki 8.023 karyawan.
PT. Krakatau Steel menjadi bagian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sesuai
Keputusan Presiden No.44 tanggal 28 Agustus 1989. Perusahaan melakukan
perluasan dengan membentuk anak perusahaan yang terdiri dari:
1. PT. Krakatau Wajatama
2. PT. Krakatau Engineering
3. PT. Krakatau Tirta Industri
4. PT. Krakatau Daya Listrik
5. PT. Krakatau Bandar Samudra
6. PT. KHI Pipe Industries
7. PT. Krakatau Information Technology
8. PT. Krakatau Latinusa
9. PT. Krakatau Industrial Estate Company
10. PT. Krakatau Medika
6

2.2 Bidang Usaha


Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, perusahaan bergerak dalam
bidang produksi dan distribusi baja batangan yang terdiri dari 2 (dua) produk, yaitu
baja tulangan dan baja profil PT. Krakatau Wajatama mengelola dua pabrik, yaitu:
1. Bar mill (Pabrik Baja Tulangan ) yang beroperasi sejak 1976 dengan kapasitas
45.000 ton per tahun dan dikembangkan menjadi 180.000 ton pertahu. Produk
yang dihasilkan adalah plain bar (baja tulangan polos) dan deformed bar (baja
tulangan ulir).

Gambar 2.1 Informasi Pabrik Baja Tulangan

2. Section mill (Pabrik Baja Profil) yang beroperasi sejak 1978 dengan kapasitas
produksi 45.000 ton pertahun dan dikembangkan menjadi 150.000 ton per tahun
mulai Juli 1998. Produk yang dihasilkan yaitu Equal Angels (L), H Beam (H), I
Beam (I), Wide Flange (WF), dan Channel (U).

Gambar 2.2 Informasi Pabrik Baja Profil


7

2.2.1 Pasar
1. Pasar produk baja tulangan antara lain:
a. Pembangunan properti (Apartemen, Hotel, Mall, Real Estate)
b. Infrastruktur (Fly over, Jalan Tol, Pelabuhan, Bandara, Terminal Bis,
Irigasi)
c. Industri (Pergudangan dan Pabrik)
d. Utilities (Power plant, Substation, TPA, Irigasi)
e. Pertambangan, Oil and Gas (Pabrik dan Insfrastrukturnya)
2. Pasar produk baja profil antara lain:
a. Transmisi listrik
b. Industri (pergudangan dan pabrik) dan gedung
c. Tower atau menara seluler.

Table 2.1 Variasi Produk PT. Krakatau Wajatama


PRODUK UKURAN STANDAR
Deformed Bar D 10 ~36 ASTM A 615,706; DIN 488; JIS G
3112;NFA 35015/16; SNI 07 2052
Plain Bar P 8 ~ 36 JIS G 3112; SNI 07 2052

Equal Angels 60 x 60 ~ 150 x 150 ASTM A 36; BS 4360; DIN 17 100


JIS G 3101; SNI 07 2052
Channel 100 x 50 ~ 250 x 90 ASTM A 36; BS 4360; DIN 17 100
JIS G 3101; SNI 07 2052
Wide Flange 100 x 50 ~ 250 x 125 ASTM A 36; BS 4360; DIN 17 100
JIS G 3101; SNI 07 7178
H Beam 100 x 100 ~ 150 x 150 ASTM A 36; BS 4360; DIN 17 100
JIS G 3101
I Beam 100 x 50 ASTM A 36; BS 4360; DIN 17 100
JIS G 3101; SNI 07 0329
8

2.2.2 Struktur Organisasi

Direktur
Utama

Direktur Direktur Divisi


Komersial Keuangan Produksi
dan Umum

Sekretaris
Divisi Divisi
Perusahaan
Penjualan Divisi SDM Produksi
dan Umum
Satuan Divisi
Pengawas Divisi
Logistik Divisi Perawatan
Intern
Pembendaha
raan
Divisi Teknologi Divisi PPP
dan dan PHP
Divisi
Pengembangan
Akuntansi
Usaha Divisi PPP
dan SI
dan PHP

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Krakatau Wajatama

2.3 Visi dan Misi Perusahaan


Dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan, perlu ada arah yang menjadi
pedoman perusahaan. Visi Perusahaan sebagai berikut:
2015 : Menjadi pemain baja batangan yang terdepan di pasar domestik
2020 : Menjadi pemain baja batangan yang diperhitungkan di pasar regional
Sebagai anak perusahaan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Yang khusus
bergerak dalam memproduksi dan memasarkan baja batangan, maka PT. Krakatau
Wajatama tidak terlepas dari Misi yang diemban oleh induk perusahaan, yaitu: kami
adalah perusahaan penyedia steel long product untuk kebutuhan kontruksi,
infrastruktur, dan industri manufaktur.
Sedangkan Nilai Inti Perusahaan (Core Value), yaitu BESI:
1. Berkepribadian
2. Etos Kerja
9

3. Selaras
4. Improvement

2.4 Waktu Kerja


Waktu kerja adalah waktu bagi keseluruhan karyawan untuk melakukan
pekerjaan yang dapat dilaksanakan. Waktu kerja karyawan di PT. Krakatau
Wajatama terdiri atas:
a. Waktu kerja biasa (Non Shift) yakni 8 jam kerja per hari dengan pengaturan
pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Pengaturan Jam Kerja Biasa (Non Shift)


Hari Jam Kerja (WIB) Jam Istirahat (WIB)

Senin s/d Kamis 08:00 16:30 12:00 12:30

Jumat 08:00 17:00 11:45 12:25

b. Waktu kerja bergilir (Shift) diatur setiap 8 jam sehari, denga catatan shift pada
malam hari ditetapkan menjadi 7 jam kerja dengan 1 jam kerja dihitung sebagai
kelebihan jam kerja yang akan dikompensasikan dengan tunjangan shift.
Pembagiannya diatur dalam Tabel 2.3

Tabel 2.3 Pengaturan Jam Kerja Bergilir (Shift)


Shift Jam Kerja Jumlah Jam Perhitungan Jam Kerja (Jam)
(WIB) Kerja Termasuk Jam Kerja Kelebihan Jam
Istirahat Biasa Kerja
I 20:00 06:00 8 7 1

II 06:00 14:00 8 8 -

III 14:00 22:00 8 7 1


10

c. Waktu kerja lembur yaitu mempekerjakan karyawan melebihi waktu kerja


normal dengan membayar upah waktu kerja lembur dalam rangka
menyelesaikan pekerjaan dinas untuk kepentingan perusahaan atas perintah
tertulis dari pimpinannya.

2.5 Logo Perusahaan


Logo PT. Krakatau Wajatama awalnya bertuliskan huruf K dan W yang
menggambarkan singkatan dari nama perusahaan. Semenjak menjadi PT. Krakatau
Steel Tbk. logo perusahaan pun berganti.

Gambar 2.4 Logo Lama PT. Krakatau Wajatama

Gambar 2.5 Logo Baru PT. Krakatau Wajatama

2.6 Gambaran Divisi Penjamin dan Pengendalian Kualitas


Kadiv Penjamin dan Pengendalian Kualitas, mengkoordinasikan kegiatan
pengendalian mutu produk dan merencanakan serta melaksanakan audit mutu
pelaksana sistem manajemen mutu perusahaan, mengevaluasi dan menetapkan
langkah-langkah perbaikan untuk menyempurnakan pelaksanaan sistem
manajemen mutu.
11

1. Ahli Sistem Manajemen dan Quality Assurance


Merencanakan serta melaksanakan audit mutu pelaksanaan sistem
manajemen mutu perusahaan, mengevaluasi dan menetapkan langkah-langkah
perbaikan untuk menyempurnakan pelaksaaan sistem manajemen mutu
perusahaan (sistem dan prosedur atau prosedur manajemen atau prosedur kerja
atau work instruction) sehingga lebih efektif dan efisien.
2. Kadis Pengendalian Kualitas dan Pelayanan Teknik Pelanggan
Menyelenggarakan dan mengatur kegiatan pengendalian mutu produk
melalui pengendalian proses, inspeksi, pengujian laboratorium dan pelayanan
teknik pelanggan dalam usaha menghasilkan mutu yang memuaskan pelanggan.
3. Administrasi Divisi Penjamin dan Pengendalian Kualitas
Menangani kegiatan administrasi dan kesekretariatan divisi, meliputi
penanganan proses surat menyurat dan pengarsip.

2.7 Gambaran Divisi Perawatan


Kadiv Perawatan, mengkoordinasikan kegiatan penyelenggaraan perawatan
pencegahan dan perbaikan fasilitas dan prasarana produksi dengan efektif dan
efisien sehingga fasilitas dan prasarana produksi selalu siap handal dalam
melaksanakan program produksi yang telah ditetapkan.
1. Kadis Perawatan Mekanik
Menyelenggarakan dan mengatur kegiatan perawatan dan perbaikan sarana
mekanik untuk menunjang seluruh pabrik.
2. Kadis Perawatan Listrik
Menyelenggarakan dan mengatur kegiatan perawatan dan perbaikan sarana
listrik dan instrument untuk menunjang operasional seluruh pabrik.
3. Kadis Workshop dan Utility
Menyelenggarakan dan mengatur kegiatan operasional perbengkelan, water
treatment plant, crane dan perawatan sarana penunjang (utility).
4. Kadis Perencanaan Perawatan
Menyelenggarakan dan mengatur kegiatan perencanaan perawatan, inspeksi,
pencegahan, small service, major manajemen, overhaul, kebutuhan material
12

atau spare part untuk peralatan produksi dan penunjang langsung.


5. Administrasi Divisi Perawatan
Menangani kegiatan administrasi dan kesekretariatan divisi, meliputi
penanganan proses surat menyurat dan pengarsipan.

2.8 Gambaran Divisi Teknologi dan pengembangan Usaha


Kadiv Teknologi dan Pengembangan Usaha, mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan kegiatan penyusunan strategic blue print sesuai dengan Visi dan
Misi perusahaan, mengintegrasikan proses pengalian potensi pengembangan bisnis
korporasi yang sinergistik, serta mengkoordinasikan penyusunan Rencana Jangka
Panjang Perusahaan (RJPP).
Mengkoordinasikan kegiatan pengkajian perencanaan pengembangan, rekayasa
dan modifikasi fasilitas pabrik, pengembangan proses dan produk dalam usaha
memperbaiki kinerja proses, produk dan biaya yang bertujuan untuk meningkatkan
daya saing perusahaan.
1. Ahli Manajemen Proyek Strategis
Menyiapkan dan mengkoordinasikan strategic implementation formula dari
strategic blue print khususnya yang berkaitan dengan program atau proyek
pengembangan bisnis strategis.
2. Ahli Pengembangan Usaha dan Manajemen Resiko
Mengkoordinir implementasi pengembangan bisnis portofolio (growth, spin
off, akuisisi, merger, divestasi dan privatisasi), aliansi strategis dan sebagainya,
serta mengkoordinir perencanaan, persiapan, monitoring dan assement proyek
yang berskala besar atau strategis.
3. Ahli Teknik Industri
Menyelenggarakan dan mengatur kegiatan studi sehingga dapat
meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektifitas kerja secara keseluruhan.
4. Kadis Pengembangan dan Rekayasa
Menyelenggarakan dan mengatur kegiatan studi dan perencanaan
pengembangan, rekayasa dan modifikasi fasilitas pabrik dan prasarana, serta
13

pengembangan proses dan produk untuk memperbaiki kinerja biaya produksi,


khususnya efisiensi pemakaian bahan baku, energy dan roll.
5. Administrasi Divisi Teknologi dan Pengembangan Usaha
Menangani kegiatan administrasi dan kesekretariatan divisi, meliputi
penanganan proses surat menyurat dan pengarsipan.
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Transfer Bench


PT. Krakatau Wajatama merupakan anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel
Tbk. bergerak dibidang industri baja, dalam membentuk billet baja dan bloom yang
diambil dari PT. Krakatau Steel dan produksi dari China untuk dijadikan baja
tulangan dan baja profil. Terdapat dua wilayah untuk membentuk baja yaitu untuk
baja tulangan pada pabrik section mill dan baja profil pada pabrik bar mill. Pabrik
section mill merupakan pabrik pengolahan bloom baja menjadi baja profil. Terdapat
beberapa area pada pabrik section mill yaitu reheating furnace, roughing mill, two
high mill, universal mill, finishing mill, cooling bed, roller straightener. Sedangkan
transfer bench terdapat diantara area universal mill dengan finishing mill.

Gambar 3.1 Production Flow Chart Section mill dan Bar mill

14
15

Transfer Bench adalah alat untuk memindahkan baja dari roll table stand 4
(edging stand) menuju ke roll table stand 5 (finishing stand) . Supaya baja bergerak
menuju roll table stand 5 maka dog transfer yang berbentuk baja dengan panjang
tertentu akan mendorong baja karena telah dihubungkan oleh reducer atau gearbox
yang telah tersambung oleh motor tiga fasa yang telah diperintahkan oleh operator
melalui PLC. Motor dihubungkan oleh drive motor untuk meng-inverter tegangan
AC yang dimiliki oleh motor. Sedangkan rotary encoder yang terpasang pada
motor digunakan untuk menghasilkan nilai pulsa perputaran untuk menghitung
jumlah putaran yang terjadi saat memindahkan baja menuju ke stand 5.

Gambar 3.2 Area Transfer Bench

3.2 Bagian-Bagian Sistem


Sistem kendali pada Transfer Bench menggunakan PLC Siemens S7-300
melibatkan beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut adalah:
1. Motor Siemens 380 volt
Motor ini berfungsi untuk menggerakan dog transfer yang terhubung oleh
tali baja sehingga baja dari roll table forward dapat bergerak menuju roll table
backward. Spesifikasi motor yang digunakan yaitu:
Tabel 3.1 Spesifikasi Motor Siemens
Motor Siemens, made in Germany
V I Kw Cos Hz Rpm min. Rpm max.
380 V 55 A 22 0,69 50 725 1875
16

2. PLC Siemens S7-300


Untuk memudahkan pengendalian sistem pada transfer bench maka
digunakan PLC (Programmable Logic Control). Awalnya PLC yang digunakan
pada motor transfer bench menggunakan PLC lama yaitu PLC Ingelectric atau
PLC dengan sistem M, yang masih menggunakan bahasa pemograman yang
cenderung rumit. Bahkan perawatan dan mesinnya sudah tidak lagi diproduksi.
Oleh karena itu PLC sistem M di jembatani oleh PLC Siemens S7-300 agar
memudahkan pengoperasiannya. Keluaran analog referensi untuk transfer
bench berkisar antara 0 V sampai 10 V.

Gambar 3.3 PLC Ingelectric Menggunakan Sistem M

Gambar 3.4 PLC Siemens S7-300

3. Drive motor
Drive motor merupakan sebuah alat pengatur kecepatan motor dengan cara
mengubah nilai frekuensi dan tegangan yang masuk ke motor. Pengaturan nilai
frekuensi dan tegangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kecepatan putaran
17

dan torsi motor yang di inginkan atau sesuai dengan kebutuhan. Secara
sederhana prinsip dasar inverter untuk dapat mengubah frekuensi menjadi lebih
kecil ataupun menjadi lebih besar yaitu dengan mengubah tegangan AC menjadi
tegangan DC kemudian dijadikan tegangan AC lagi dengan frekuensi yang
berbeda atau dapat diatur.

Gambar 3.5 Diagram Blok Pemasangan Drive pada Motor

Gambar 3.6 Drive Motor

4. Rotary Encoder
Rotary Encoder umumnya menggunakan sensor untuk menghasilkan serial
pulsa yang dapat diartikan menjadi gerakan, posisi dan arah dari perputaran
18

motor untuk menghitung jumlah putaran yang terjadi pada saat memindahkan
baja menuju stand 5 .

Gambar 3.7 Rotary Encoder yang Digunakan pada Motor

5. Panel Kendali
Digunakan untuk memudahkan pengoperasian transfer bench oleh
operator.

Gambar 3.8 Tombol-Tombol untuk Mengoperasikan Transfer Bench

3.3 Programmable Logic Control


PLC yaitu piranti elektronik bentuk khusus dari mikroprosesor berbasis
controller menggunakan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan instruksi
dan untuk mengimplementasikan fungsi seperti logika, pencacah, pewaktu,
aritmatika dan fungsi lainnya untuk mengendalikan mesin dan proses yang
diinginkan oleh penggunanya. Kombinasi dari data masukkan dan keluaran
19

mengacu kepada program logikanya. Beberapa kombinasi logika digunakan untuk


menghasilkan perencanaan kendali atau program. Perencanaan kendali atau
program disimpan dalam memory, dan pada periode waktu tertentu program
tersebut di-scan oleh prosesor, menggunakan mikroprosesor, untuk
memperhitungkan perintah sequential. Periode untuk mengevaluasi program dari
PLC disebut sebagai scan time. Maka langkah kerja dari PLC yang dilakukan adalah
memonitor masukkan (variabel keadaan), melakukan evaluasi sesuai dengan hukum
logika kendali yang telah diprogram, kemudian menghasilkan keluaran kendali
untuk dihubungkan dengan peralatan keluaran dan kemudian berulang sesuai
dengan scan time yang ada. Berdasarkan namanya konsep PLC adalah:
1. Programmable, menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk
menyimpan program yang telah dibuat dan dengan mudah dapat diubah fungsi
maupun kegunaannya.
2. Logic, menunjukkan kemampuan dalam memproses masukkan secara aritmatik
dan logika (ALU), yaitu melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan,
mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR dan lain sebagainya.
3. Controller, menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan dan mengatur
proses sehingga menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3.3.1 Fungsi PLC (Programmable Logic Control)


1. Sequential Control
PLC memproses masukkan sinyal biner menjadi keluaran yang digunakan
untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan, PLC menjaga agar semua
langkah proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
2. Monitoring Plant
PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya
temperature, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang
diperlukan sehubungan dengan proses yang dikendalikan (misalnya nilai sudah
melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada operator.
3. Shutdown System
20

Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukkan proses yang
dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal
masukkan tersebut sesuai dengan program yang tersimpan dalam memori lalu
menghasilkan sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator atau peralatan
lainnya.

3.3.2 Perangkat Keras PLC


Perangkat utama dalam PLC adalah:
1. Central Processor Unit
CPU merupakan bagian utama dan merupakan otak dari PLC. CPU
berfungsi untuk melakukan komunikasi dengan PC atau Console, interkoneksi
pada setiap bagian PLC, mengeksekusi program-program, serta mengatur input
dan output system.
2. Memory
Memori merupakan tempat penyimpanan data sementara dan menyimpan
program yang harus dijalankan, dimana program tersebut merupakan hasil
terjemahan dari ladder diagram yang dibuat oleh user. Sistem memori pada
PLC juga mengarah pada teknologi flash memory.
Dengan menggunakan flash memory maka akan sangat mudah bagi
pengguna untuk melakukan programming maupun reprogramming secara
berulang-ulang. Selain itu pada flash memory juga terdapat EPROM yang dapat
dihapus berulang-ulang.
Sistem memori dibagi dalam blok-blok di mana masing-masing blok
memiliki fungsi sendiri-sendiri. Beberapa bagian dari memori digunakan untuk
menyimpan status dari input dan output, sementara bagian memori yang lain
digunakan untuk menyimpan. Variabel yang digunakan pada program seperti
nilai timer dan counter.
3. Catu Daya (Power Supply)
Catu daya (power supply) digunakan untuk memberikan tegangan pada
PLC. Tegangan masukkan pada PLC biasanya sekitar 24VDC atau 220VAC. Pada
PLC yang besar, catu daya biasanya diletakkan terpisah.
21

Catu daya tidak digunakan untuk memberikan daya secara langsung ke input
maupun output, yang berarti input dan output murni merupakan saklar. Maka
pengguna harus menyediakan sendiri catu daya untuk input dan output pada
PLC. Dengan cara ini maka PLC itu tidak akan mudah rusak.
4. Rangkaian input PLC
Kemampuan suatu sistem otomatis tergantung pada kemampuan PLC
dalam membaca sinyal dari berbagai piranti input, contoh sensor. Untuk
mendeteksi suatu proses dibutuhkan sensor yang tepat untuk tiap-tiap kondisi.
Sinyal input dapat berupa logika 0 dan 1 (ON dan OFF) ataupun analog.
Pada Jalur Input terdapat rangkaian antarmuka yang terhubung dengan
CPU. Rangkaian ini digunakan untuk menjaga agar sinyal-sinyal yang tidak
diinginkan tidak langsung masuk ke dalam CPU. Selain itu juga rangkaian ini
berfungsi sebagai tegangan dari sinyal-sinyal input yang memiliki tegangan
kerja yang tidak sama dengan CPU agar menjadi sama. Contoh, jika CPU
menerima input dari sensor yang memiliki tegangan kerja sebesar 24 VDC maka
tegangan tersebut harus dikonversi terlebih dahulu menjadi 5 VDC agar sesuai
dengan tegangan kerja CPU.
Rangkaian ini digunakan untuk menjaga agar sinyal-sinyal yang tidak
diinginkan tidak langsung masuk ke dalam CPU. Selain itu juga rangkaian ini
berfungsi sebagai tegangan dari sinyal-sinyal input yang memiliki tegangan
kerja yang tidak sama dengan CPU agar menjadi sama.
5. Rangkaian output PLC
Suatu sistem otomatis tidak akan lengkap jika sistem tersebut tidak
memiliki jalur output. Output sistem ini dapat berupa analog maupun digital.
Keluaran analog digunakan untuk menghasilkan sinyal analog sedangkan
output digital digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan jalur,
misalnya piranti output yang sering dipakai dalam PLC adalah motor, relai,
selenoid, lampu, dan speaker.
Seperti pada rangkaian input PLC, pada bagian output PLC juga dibutuhkan
suatu antarmuka yang digunakan untuk melindungi CPU dari peralatan
eksternal. Antarmuka output PLC sama dengan antarmuka input PLC.
22

6. Penambahan I/O PLC


Setiap PLC pasti memiliki jumlah I/O yang terbatas, yang ditentukan
berdasarkan tipe PLC. Namun dalam Aplikasi seringkali I/O yang ada pada PLC
tidak mencukupi. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tambahan untuk
menambah jumlah I/O yang tersedia.Penambahan jumlah I/O ini dinamakan
dengan unit ekspansi.

3.3.3 Kelebihan PLC


Beberapa kelebihan PLC dibanding pengendali lain:
1. Solusi ekonomis, PLC merupakan solusi yang lebih ekonomis jika
dibandingkan dengan sistem kendali.
2. Fleksibel, PLC sangat mudah untuk dimodifikasi jika diperlukan adanya
perubahan pada sistem kendali suatu sistem.
3. Kemudahan desain dan pemasangan, PLC dirancang untuk memudahkan
pengontrolan suatu proses maupun mesin tanpa mengurangi kemampuannya.
4. Keandalan dalam pengendalian sistem yang rumit.
5. Bentuk yang kompak, PLC membutuhkan ruang yang sangat kecil jika
dibandingkan dengan sistem relai konvensional.
6. Kemudahan dalam pelacakan dan diagnosa kesalahan.

3.3.4 Kekurangan PLC


PLC juga mempunyai kekurangan yaitu:
1. Teknologi yang masih baru.
2. Buruk untuk aplikasi program yang tetap.
3. Pertimbangan lingkungan.
4. Operasi dengan rangkaian yang tetap.
3.4 Simatic Manager Ladder Logic untuk Pemograman S7-300
Programmable logic controller menyediakan berbagai macam type block
yang mana user program berhubungan dengan data yang dapat disimpan.
Tergantung pada keperluan proses, program dapat disusun didalam blok-blok
yang berbeda. Berikut ini adalah tipe dari program blok:
23

1. Organization Block (OB) adalah bentuk interface diantara sistem operasi


dan pengguna program. Seluruh program dapat disimpan didalam OB1 yang
secara siklus dikenal oleh operating system (program linear) atau program
dapat dipisah dan disimpan dalam beberapa blok (program terstruktur).
Itulah sebabnya organization block dikenal sebagai operating system.
2. Function chart (FC) berisi actual user program yang fungsional. Itulah yang
memungkinkan untuk membuat program fungsi yang kompleks sehingga
dengan begitu dapat ditugaskan oleh parameter. Sebagai hasilnya, fungsi
juga cocok untuk pemrograman terulang, pemrograman fungsional yang
komplek seperti kalkulasi.
3. System Function chart (SFC) adalah integrasi fungsi parameter-assignable
didalam sistem operasi CPU.
4. Function Block (FB).Secara mendasar function block (FB) menawarkan
kemampuan yang sama seperti fungsi. Sebagai tambahan, function block
mempunyai area memori tersendiri dalam bentuk data blok. Function block
cocok untuk pemrograman terulang dan pemrograman fungsional yang
komplek seperti closed-loop control.
5. System Function Block (SFB) adalah integrasi fungsi parameter-assignable
didalam sistem operasi CPU. Fungsi dan kemampuannya telah ditetapkan.
6. Data Block (DB) adalah area data dari user program dimana data user diatur
secara terstruktur.

Gambar 3.9 Tipe Blok Pemograman PLC pada Simatic Manager


24

Ada beberapa pilihan bahasa pemrograman yang dapat digunakan didalam


STEP 7 yaitu:
1. Ladder Diagram (LAD), yaitu bahasa pemrograman yang serupa dengan
diagram rangkaian. Bahasa pemrograman ini sering menjadi daya tarik bagi
pemrogram yang mempunyai background sebagai drafting dan teknik, karena
menggunakan simbol-simbol seperti coil, contact,dan lain lain.
2. Statment List (STL), yang terdiri dari kumpulan statment instruksi STEP 7.
Bahasa pemrograman ini lebih disukai oleh programer yang familiar
menggunakan berbagai bahasa pemrograman.
3. Function Block Diagram (FBD), yaitu bahasa pemrograman yang
menggunakan berbagai macam box fungsi. FBD memberi keuntungan dapat
digunakan oleh non-programmer karena setiap kotak telah mengindikasikan
fungsi tertentu seperti opersai fungsi logika.

Gambar 3.10 Bahasa Pemograman PLC


BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Prinsip Kerja Transfer Bench


Transfer bench adalah suatu alat pemindah baja dari stand 4 ke stand 5 cara
kerjanya yaitu roll table akan bergerak dan dog transfer berfungsi untuk mendorong
baja. Mengaktifkan transfer bench atau transfer motor harus memenuhi syarat
sebagai berikut, untuk digital inputnya yaitu: drive pada motor sudah terhubung
dengan baik atau on, maka drive sudah siap digunakan, lalu emergency stop dalam
keadaan tidak ditekan atau dalam keadaan normally close, roll table dalam keadaan
diam atau zero speed, posisi dog transfer berada pada approach maksimal depan
dan approach maksimal belakang, karena jika dog transfer dalam keadaan
maksimal depan atau belakang maka tidak dapat bergerak sesuai keinginan.
Sedangkan untuk digital output, jika digital input telah dimasukkan maka keluaran
digitalnya yaitu, transfer motor forward dan Transfer Motor backward aktif, lalu
lampu indikasi untuk maju dan mundur menyala, analog output reference speed
untuk transfer bench berkisar 0V sampai 10V, setelah itu maka sistem pengereman
aktif atau on.
Prinsip kerja pada Transfer Bench yaitu Motor akan bekerja secara aktif jika
digital input dan output telah terpenuhi. Maka motor akan bekerja sesuai kehendak
operator. Batangan baja akan terdorong menuju roll table backward setelah itu
batangan baja akan menuju ke stand 5. Dog transfer bergerak mundur setelah
mendorong batangan baja ke roll table backward. Mengatur transfer bench terdapat
beberapa tombol yaitu auto 1 cycle, dan auto manual. Pada auto 1 cycle, dog
transfer bergerak secara satu putaran, mendorong lalu mundur kembali. Sedangkan
untuk auto manual cara pengoperasiannya dengan cara menekan tombol satu
persatu, jika ingin operasi mendorong batangan baja dilakukan maka tekan tombol
forward, untuk memberikan perintah maju pada Transfer Bench dan rem akan
terbuka jika tombol maju dilepaskan, sedangkan jika ingin mengembalikan dog
transfer maka tekan tombol backward. Kecepatan pada transfer motor dapat
ditentukan menggunakan PLC. Misalkan jika kecepatan tertingginya 300 rpm untuk

25
26

mendorong baja dari approach maksimal depan ke approach maksimal belakang


maka selanjutnya jika sudah mencapai approach maka motor akan mengurangi
kecepatannya yaitu berkisar 50 rpm.

Power Supply PLC S7-300 Driver


+ Motor

Panel Lampu
Kendali Indikator

Gambar 4.1 Diagram Blok Sistem Transfer Motor

Approach Maximum

Dog Transfer
Roll Table

Gambar 4.2 Ilustrasi Gambar dari Transfer Motor


27

4.2 Program PLC


Dalam program pengendalian transfer bench menggunakan satu Function Chart
(FC). Berisi tentang actual user program yang fungsional. Memungkinkan untuk
membuat program fungsi yang kompleks sehingga dapat ditugaskan dari
parameternya. Sebagai hasilnya, fungsi juga cocok untuk pemrograman terulang,
pemrograman fungsional yang komplek seperti kalkulasi.

1. Network 1

Gambar 4.3 Network 1 pada FB 2 untuk Pengaturan Auto Manual

Pada network 1 merupakan pengaktifan pertama pada mesin transfer bench


untuk mode manual. Pulse S5 timer digunakan untuk menentukan timer jika ada
positive edge pada masukkan awal. Kondisi awalan pada meja transfer forward dan
motor spare dalam keadaan terbuka. Jika motor forward di push button maka timer
maka akan ter-reset atau jika motor spare di push button maka akan ter-reset. EN
Digunakan untuk start input, timer run selama keadaan sinyal masukkan adalah 1,
dengan periode terpanjang adalah nilai time value pada masukkan IN_BIT. Keadaan
sinyal pada keluaran OUT_BIT status timer bernilai 1 selama timer running. Jika
ada perubahan dari 1 ke 0 pada masukkan S sebelum time interval terlewatkan,
maka timer akan dihentikan. Hal ini menyebabkan keadaan sinyal keluaran
OUT_BIT bernilai 0. Timer di-reset ketika masukkan timer reset (R) berubah dari
0 ke 1 saat timer running. Time current dan time base juga diset nol. Logika 1 pada
28

input timer reset (R) tidak mempunyai efek jika timer tidak dalam kondisi running.
Nilai time current adalah nilai TV awal dikurangi time ellapse sejak timer di-start.

2. Network 2

Gambar 4.4 Network 2 pada FB 2 untuk Pengaturan Auto Manual

Untuk network 2 digunakan untuk kondisi pada transfer forward, keadaan


awalnya yaitu stand roll table dalam keadaan berhenti atau zero speed dengan
kondisi NC (Normally Close). Drive connect dalam keadaan normally open maka
aux_transfer forward tidak aktif. Selanjutnya jika drive connect maka aux_transfer
forward aktif.

3. Network 3

Gambar 4.5 Network 3 pada FB 2 untuk Pengaturan Auto Manual

Selanjutnya yaitu untuk mengaktifkan kondisi permanen pada transfer bench.


Untuk kondisi awalnya yaitu main desk emergency stop, transfer motor no failure,
tandem transfer motor brake press oke semuanya dalam keadaan normally open.
Jika emergency stop dalam keadaan normally close dan transfer motor tidak dalam
keadaan rusak atau failure maka akan menjadi normally close lalu sistem
29

pengereman pada transfer bench dalam keadaan siap dan dalam keadaan normally
close maka permanent transfer motor akan aktif.

4. Network 4

Gambar 4.6 Network 4 pada FB 2 untuk Pengaturan Auto Manual

Pada network 4 digunakan untuk mengaktifkan kodisi transfer forward. Untuk


kondisi awalnya yaitu permanent conditional transfer motor dalam keadaan
normally open dan auxiliary transfer forward pada network 2 dalam keadaan
normally close. Jika di tekan tombol permanen transfer motor maka akan aktif atau
dalam keadaan normally close dan aux_transfer forward pada network 2 ditekan
dan dalam keadaan normally close maka kondisi transfer forward aktif.

5. Network 5

Gambar 4.7 Network 5 pada FB 2 untuk Pengaturan Auto Manual

Pada network 5 digunakan untuk mengaktifkan transfer motor backward, maka


dibutuhkan kondisi permanen pada transfer motor untuk mengaktifkan transfer
motor backward. maka jika permanent transfer motor dalam keadaan normally
close maka kondisi transfer backward akan aktif.
30

6. Network 6

Gambar 4.8 Network 6 pada FC 2 untuk Pengaturan Auto 1 Cycle Sequence

Selanjutnya untuk Transfer Motor 1 cycle sequence menggunakan function


block 2 dengan kotak pulsa timer untuk awalannya. Fungsi dari pulsa waktu yaitu
untuk mengatur input timer. Time run yang digunakan yaitu 1 second. IN_BIT
masukkan dari motor transfer 1 cycle bernilai bit 1 sedangkan OUT_BIT
keluarannya yaitu transfer 1 cycle executing. Keluaran dari kotak pulsa yaitu
transfer 1 cycle executing.

7. Network 7

Gambar 4.9 Network 7 pada FC 2 untuk Pengaturan Auto 1 Cycle Sequence

Network 7 digunakan untuk start 1 cycle transfer forward. Dalam keadaan awal
transfer 1 cycle executing dalam keadaan normally open dan jika transfer 1 cycle
31

executing aktif dalam keadaan normally close maka positive edge mendeteksi
perubahan yang terjadi dari bit 0 menjadi bit 1 maka transfer 1 cycle untuk forward
menjadi set dengan bit yang terbaca yaitu 1 sedangkan backward menjadi reset
dengan bit yang terbaca dari 1 menjadi 0.

8. Network 8

Gambar 4.10 Network 8 pada FC 2 untuk Pengaturan Auto 1 Cycle Sequence

Untuk network 8 digunakan untuk mengkatifkan start 1 cycle transfer forward.


Pada kondisi awal start 1 cycle transfer forward dalam keadaan normally open
transfer berada diposisi depan dalam keadaan normally close, transfer motor
forward dalam keadaan normally open dan spare motor transfer dalam keadaan
32

normally open. Jika start pada 1 cycle transfer forward telah aktif atau dalam
keadaan normally close dengan bit 1 dan transfer dalam posisi didepan dalam
keadaan normally close karena kondisi awalya yaitu normally close maka transfer
motor forward akan ter-reset bit yang terbaca dari 1 menjadi bit 0 dan selanjutnya
Transfer Motor backward akan di-set menjadi bit 1 dari bit sebelumnya yaitu 0.

9. Network 9

Gambar 4.11 Network 9 pada FC 2 untuk Pengaturan Auto 1 Cycle Sequence

Pada network 9 yaitu pengaturan untuk start 1 cycle transfer forward. Dengan
kondisi awalnya yaitu start 1 cycle transfer backward dalam keadaan normally
open, dog transfer dengan posisi di belakang dengan keadaan normally close,
transfer 1 cycle executing dalam keadaan normally close selanjutnya permanent
33

conditional dalam keadaan normally close dan auto mode transfer motor dalam
keadaan normally open. Jika start 1 cycle backward aktif atau dalam keadaan
normally close, dog transfer dalam keadaan di belakang dengan keadaan normally
close, transfer 1 cycle executing dan permanent condition dalam keadaan normally
close dan yang terakhir auto mode transfer motor dalam keadaan normally close
maka start 1 cycle transfer forward akan ter-reset, transfer backward akan ter-reset
dan temp2 akan ter-reset dengan bit yang terbaca dari 1 menjadi 0.

10. Network 10

Gambar 4.12 Network 10 pada FC 2 untuk Pengaturan Auto 1 Cycle Sequence

Pada network 10 digunakan untuk forward order untuk transfer forward yaitu
pada kondisi awal interger condition transfer forwad dalam keadaan normally open
auto mode dalam keadaan normally close, motor desk forward dalam keadaan
normally open, dog transfer dalam posisi depan dengan keadaan normally open,
34

transfer motor backward dalam keadaan normally close, dan start 1 cycle transfer
forward dalam keadaan normally open. Jika kondisi transfer forward di push
button, meja transfer forward di push button atau start 1 cycle transfer forward
dalam keadaan normally close dan posisi dog transfer dalam keadaan di depan maka
start transfer forward akan aktif.

11. Network 11

Gambar 4.13 Network 11 Pada FC 2 untuk Pengaturan Auto 1 Cycle Sequence

Pada network 11 digunakan untuk mengaktifkan format order pada transfer


backward kondisi untuk transfer backward aktif lalu motor desk transfer backward
aktif dan posisi dog transfer berada di belakang dan transfer motor forward dalam
keadaan NC maka transfer backward akan aktif.
35

12. Network 12 dan 13

(a)

(b)

Gambar 4.14 FC 2 untuk Pengaturan Auto 1 Cycle Sequence pada (a) Start
Transfer, (b) Brake
36

Selanjutnya network 12 digunakan untuk meghubungkan resistansi dan sistem


pengereman pada transfer motor. Dalam kondisi awal aux_start transfer forward
dan aux_start transfer backward dalam keadaan normally open, atau start transfer
backward dalam keadaan normally open. Jika start forward di push button maka
start transfer motor akan aktif atau jika start transfer backward di push button
maka start transfer motor akan aktif. Jika transfer backward atau forward
dilepaskan maka start transfer motor akan berhenti. Sedangkan untuk network 13
yaitu sistem pengereman jika start transfer dalam keadaan normally close maka
sistem pengereman akan aktif.

13. Network 14

Gambar 4.15 Network 14 pada FC 2 untuk Pengaturan Auto 1 Cycle Sequence

Untuk network 14 digunakan untuk mengaktifkan transfer brake retired. Ketika


sistem pengereman telah aktif atau dalam keadaan normally close maka bit 1 akan
masuk ke kotak On-Delay S5 Timer yang digunakan untuk menentukan timer jika
ada positive edge pada awal masukkan. Pada masukkan time value untuk timer
delay yang diinputkan sebesar 500ms lalu keluaran dari on delay S5 timer maka
sistem pengereman berhenti akan aktif.
37

14. Network 15

Gambar 4.16 Network 15 pada FC 2 untuk Pengaturan Auto 1 Cycle Sequence

Network 15 digunakan untuk start order pada transfer motor forward. Pada
kondisi awal brake retired dalam keadaan normally open dan start transfer forward
dalam keadaan normally open. Jika brake retired di push button atau telah aktif dan
start transfer forward di push button maka transfer motor forward akan aktif.

15. Network 16

Gambar 4.17 Network 16 pada FC 2 untuk Pengaturan Auto 1 Cycle Sequence

Sedangkan pada network 16 digunakan untuk start order pada transfer motor
backward. Pada kondisi awal pengereman dalam keadaan normally open dan start
backward dalam keadaan normally open. Jika transfer pengereman berhenti dalam
keadaan normally close dan start transfer backward dalam keadaan normally close
maka transfer motor backward akan aktif.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari proses kerja praktik yang dilaksanakan selama 1 bulan di PT. Krakatau
Wajatama, Pabrik Section mill, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Section mill yaitu pabrik baja profil yang mencetak batang baja. Produk yang
dihasilkan yaitu Equal Angels (L), H beam (H), I beam (I), Wide flange (WF),
dan Channel (U).
2. Transfer bench salah satu alat yang ada di pabrik baja profil, digunakan untuk
mentransfer baja dari stand 4 ke stand 5 dikarenakan tempat yang terbatas.
3. Proses kerja dari transfer bench yaitu drive pada motor harus dalam keadaan on
atau sudah diaktifkan, drive motor akan aktif, setelah drive motor aktif maka
tombol emergency stop tidak ditekan atau tidak dalam keadaan open, sistem
break sudah siap. Setelah motor aktif maka dog transfer akan bekerja
mendorong batangan baja ke roll table backward.
4. Untuk pengoperasian transfer bench masih menggunakan PLC Ingelectric atau
PLC bahasa M, namun untuk memudahkan peremajaannya di hubungkan
menggunakan PLC Siemens S7-300. Agar lebih mudah mengendalikan PLC
Siemen S7-300 maka digunakan software PLC Simatic Manager.

5.2 Saran
1. Perlu adanya pemahaman yang mendasar baik teori maupun praktik dalam
melakukan perawatan dan perbaikan pada transfer bench, hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah pelacakan kesalahan atau kerusakan yang ada.
2. Dalam melaksanakan maintenance atau perawatan sebaiknya dilakukan secara
berkala sehingga kedepannya dapat mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan
alat yang tidak diinginkan.
3. Penguasaan teknik perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
mutlak diperlukan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

38
DAFTAR PUSTAKA

D. Bailey dan E. Wright, Practical SCADA for industry, Oxford: Newnes, 2003.
I. Setiawan. 2005. Programmable Logic Controller (PLC) dan Teknik Perancangan
Sistem Kendali. Yogyakarta: Penerbit Andi.
M. Ali Setyo. 2015. Sistem Kendali Recycle Valve Pada Gas Compressor Dengan
Menggunakan PLC Di CCP 120 MW PT. Krakatau Daya Listrik. Laporan
Kerja Praktik : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
R. Regata. 2013. Pengendaliaan Slab Extractor Pada Reheating Furnace Tipe
Walking Beam Dengan PLC Simatic S7-300. Laporan Praktik Insdustri :
Universitas Negeri Yogyakarta.

39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

Anda mungkin juga menyukai