Bab- 5
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
akibat mondar-mandirnya kendaraan pada jalan maupun lahan terbuka. Kegiatan ini
akan berlangsung sementara dengan frekuensi mobilitas sedang, sehingga dampak
diklasifikasikan sebagai dampak negatif sedang (-2). Angka ini diperoleh berdasarkan
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dari Kep.Ka. BAPEDAL No. 107 Tahun 1997
diprakirakan antara 200 299, yang berarti apabila salah satu dari parameter kualitas
udara ambien tersebut masuk pada indeks 200 299, berarti kualitas lingkungan = 2
(jelek).
Dengan demikian kondisi kualitas udara yang semula baik (skala 4) dengan ISPU 51-100
akan turun menjadi sedang (skala 3) dengan ISPU 101-199.
Berikut ini diuraikan derajat tingkat kepentingan dampak lingkungan terhadap faktor-
faktor penentu tingkat kepentingan dampak.
a) Jumlah manusia terkena dampak
Pembukaan dan pematangan lahan menyebabkan penurunan kualitas udara
terutama meningkatnya kandungan debu dan PM10 karena debu akan terbawa angin
di sekitar lokasi kegiatan. Jumlah manusia yang akan terkena dampak kecil hanya
yang berada di lokasi kegiatan karena lokasinya telah terlokalisir, maka kriteria
dampaknya tidak penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah yang akan terkena dampak cukup luas namun lokasi telah terlokalisir.
Kriteria ini termasuk tidak penting (TP).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak akan berlangsung sementara dan intensitasnya relatif kecil. Oleh karena itu
maka kriteria ini tidak penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah flora dan fauna darat di
areal pematangan lahan yang cukup luas tersebut. Oleh karena itu kriteria dampak
ini penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak bersifat kumulatif, karena parameter kualitas udara yang tersebar
tidak akan mengalami bioakumulasi maupun biomagnifikasi. Oleh karena itu kriteria
ini tergolong tidak penting (TP).
f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan pematangan lahan selesai, kualitas
udara akan kembali seperti sediakala. Oleh karena itu kriteria ini tidak penting
(TP).
dengan prakiraan kondisi kualitas udara saat kegiatan berlangsung adalah skala 2.
Dasar pertimbangan skala lingkungan skala 2 diuraikan sebagai berikut :
Luasan kegiatan konstruksi BS (3 lokasi) cukup luas, yaitu 45 Ha.
Kualitas udara ambien diprakirakan akan mengalami penurunan antara lain karena
meningkatnya kandungan seperti: PM10 (karena bertambahnya kandungan debu di
udara ambien), SO 2, CO, NO 2, hidrokarbon karena emisi gas buang beberapa
kendaraan berat).
Diprakirakan ISPU dengan adanya kegiatan ini berkisar antara 200 299, yang berarti
kondisi lingkungan jelek (skala 2)
Dengan demikian kondisi kualitas udara yang semula baik (skala 4) dengan ISPU 51-100
akan turun menjadi jelek (skala 2) dengan ISPU 200-299.
Berikut ini diuraikan derajat tingkat kepentingan dampak lingkungan terhadap faktor-
faktor penentu tingkat kepentingan dampak.
a) Jumlah manusia terkena dampak
Pada kegiatan konstruksi BS dan GPF ini dampak tidak mengenai manusia dalam
jumlah yang banyak. Oleh karena itu kriteria dampaknya tidak penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak bersifat tidak penting (TP), karena kegiatan
konstruksi 3 BS menempati areal yang luas sekitar 45 Ha, tetapi telah terlokalisir.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak kegiatan konstruksi kompleks BS dan GPF akan dirasakan oleh manusia
dan makhluk hidup lainnya sejak saat pembangunan sampai beroperasi. Oleh
karena itu maka kriteria ini penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak adalah biota laut. Dengan
demikian dari segi komponen lingkungan terkena dampak adalah penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak akan mengalami kumulatif karena parameter kualitas udara yang
tersebar tidak akan mengalami bioakumulasi maupun biomagnifikasi. Oleh karena
itu kriteria ini tidak penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan konstruksi kompleks kilang LNG
selesai, kualitas udara akan kembali seperti sediakala. Oleh karena itu kriteria ini
tidak penting (TP).
B. Tahap Operasi
1. Pemboran sumur pengembangan
Prakiraan besaran dampak yang terjadi pada kualitas udara akibat kegiatan
pengoperasian pembangkit utama dan pelengkapnya adalah negatif sedang (-2).
Angka ini merupakan selisih antara kualitas lingkungan udara awal (skala 4) dengan
skala kualitas udara saat kegiatan berlangsung (2). Kualitas udara ambien diprakirakan
akan mengalami penurunan antara lain karena meningkatnya kandungan seperti: SO2 ,
CO dan NO2 . Diprakirakan saat ada kegiatan ini ISPU berkisar antara 200-299 yang
berarti kondisi kualitas lingkungan jelek (skala 2). Dengan demikian kondisi kualitas
lingkungan udara yang semula baik (skala 4) dengan ISPU 51-100 akan turun menjadi
kondisi jelek (skala 2) dengan ISPU 200-299 (sesuai Tabel 5.1).
Berikut ini diuraikan derajat tingkat kepentingan dampak lingkungan terhadap faktor-
faktor penentu tingkat kepentingan dampak.
a) Jumlah manusia terkena dampak
Pada kegiatan pemboran sumur pengembangan ini dampak tidak mengenai
manusia dalam jumlah yang banyak, hal ini dikarenakan lokasi sumur berada di
dalam hutan yang jauh dari pemukiman. Oleh karena itu kriteria dampaknya tidak
penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak bersifat tidak penting (TP), karena kegiatan
pemboran sumur pengembangan berlangsung di lokasi pemboran yang sudah
terlokalisir.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak kegiatan pemboran sumur pengembangan akan dirasakan selama operasi
pemboran berlangsung. Oleh karena itu maka kriteria ini penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak hanya fauna di sekitar lokasi
pemboran. Dengan demikian dari segi komponen lingkungan terkena dampak
adalah tidak penting (TP).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak akan mengalami kumulatif karena parameter kualitas udara yang
tersebar tidak akan mengalami bioakumulasi maupun biomagnifikasi. Oleh karena
itu kriteria ini tidak penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan pemboran sumur pengembangan
selesai, kualitas udara akan kembali seperti sediakala. Oleh karena itu kriteria ini
tidak penting (TP).
5.1.1.2. Kebisingan
A. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan
Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki atau bunyi pada tempat
dan waktu yang salah (Canter dan Hill, 1979). Ada tiga jenis kebisingan, yaitu (1) sesaat
pada suatu waktu, (2) sering pada beberapa tempat dan (3) terus menerus pada
beberapa tempat. Skala kualitas lingkungan kebisingan menurut Canter dan Hill, 1979
adalah sebagai berikut.
Kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material meliputi pemindahan peralatan ke dan
dari lokasi proyek, pengangkutan bahan bangunan, dll. Peningkatan lalu lintas
kendaraan berat berpotensi meningkatkan kebisingan ke sekitar daerah proyek, dampak
ini berlangsung sementara, sehingga besaran dampak pada kebisingan akibat kegiatan
mobilisasi peralatan berat dan material diprakirakan negatif kecil (-1).
Angka ini berasal dari pengurangan skala kualitas lingkungan awal baik (skala 4)
terhadap prakiraan skala kualitas lingkungan pada saat ada kegiatan yaitu sedang (skala
3) dengan jenis kebisingan sering pada beberapa tempat. Prakiraan 3 berdasarkan :
Kegiatan ini meliputi pengangkutan pemindahan peralatan ke lokasi proyek,
pengangkutan bahan bangunan. Prakiraan kebisingan ini adalah 90 dB(A), namun
pemukiman terletak 25 meter dari jalan sehingga kebisingan yang diterima adalah
67 dB(A), nilai tersebut adalah berada di skala kualitas lingkungan 3. (perhitungan ada
pada Lampiran 12). Dengan demikian peningkatan kebisingan yang semula 55 db(A)
yang berarti kondisi baik (skala 4) akan mengalami penurunan menjadi sedang (skala 3)
dengan peningkatan kebisingan 67 dB(A). (sesuai Tabel 5.2)
Tingkat kepentingan dampak:
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Mobilitas peralatan dan material mempunyai dampak meningkatkan kebisingan.
Tingkat kebisingan pada jalur mobilisasi alat berat sekitar 80 100 dB(A). Menurut
Owen (1995) kebisingan dump truck 100 dB(A). Apabila digunakan perhitungan line
source noise, tingkat kebisingan akan turun secara logaritmis. Oleh karena itu
kriteria ini tidak penting (TP).
b) Luas wilayah penyebaran dampak
Wilayah yang akan terkena dampak cukup luas meliputi desa-desa yang dilalui oleh
mobilitas peralatan berat dan material ini. Oleh karena wilayah penyebaran dampak
luas, maka kriteria ini penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Jumlah kendaraan yang akan mondar mandir dan mobilitas kendaraan serta alat
berat cukup banyak namun bersifat sementara. Oleh karena itu, kriteria dampak ini
menjadi tidak penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak selain manusia adalah fauna darat.
Oleh karena itu kriteria ini penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak akan terakumulasi karena tidak ada faktor yang menyebabkan
terjadinya biomagnifikasi. Oleh karena itu kategori dampak tidak penting (TP).
f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan selesai, kondisi akan kembali seperti
sediakala. Oleh karena itu kriteria ini tidak penting (TP).
B. Tahap Operasi
1. Operasi produksi di GPF
Kegiatan operasi produksi di GPF menggunakan peralatan utama, seperti kompresor,
genset dan pompa-pompa menggunakan mesin berbahan bakar gas berpotensi
meningkatkan kebisingan ke sekitar area produksi, dampak ini berlangsung selama
operasi produksi, sehingga besaran dampak pada kebisingan akibat kegiatan operasi
produksi di GPF diprakirakan negatif kecil (-1). Angka ini berasal dari pengurangan
skala kualitas lingkungan awal (RLA) baik (skala 4) terhadap prakiraan skala kualitas
lingkungan pada saat ada kegiatan operasi produksi GPF = 3. Peningkatan kebisingan
diprakirakan sekitar 65,04 dB(A), angka ini berada pada skala kualitas lingkungan 3.
Dengan demikian peningkatan kebisingan yang semula 55 dB(A) yang berarti kondisi
baik (skala 4) menjadi kondisi sedang (skala 3) dengan peningkatan kebisingan menjadi
65,04 dB(A). Hasil perhitungan terlampir.
Kepentingan dampaknya adalah sebagai berikut:
a) Jumlah manusia terkena dampak
Kebisingan pada tahap operasional produksi di GPF dari peralatan utama, seperti
kompresor, genset dan pompa-pompa menggunakan mesin berbahan bakar gas,
dan lain-lain terhadap hanya berdampak pada pekerja di GPF. Oleh karena itu
kriteria dampaknya tidak penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak bersifat tidak penting (TP), karena kegiatan
operasioanal produksi di GPF berlangsung di lokasi yang sudah terlokalisir.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak kegiatan akan dirasakan oleh selama operasioanal produksi di GPF
berlangsung. Oleh karena itu maka kriteria ini penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak adalah hanyalah flora dan
fauna di sekitar lokasi operasional GPF. Dengan demikian dari segi komponen
lingkungan terkena dampak adalah tidak penting (TP).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak akan mengalami kumulatif karena parameter kebisingan tidak akan
mengalami bioakumulasi maupun biomagnifikasi. Oleh karena itu kriteria ini tidak
penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan operasional produksi di GPF selesai,
tingkat kebisingan akan kembali seperti sediakala. Oleh karena itu kriteria ini tidak
penting (TP).
Derajat kepentingan dampak erosi akibat pembukaan lahan tersebut baik terhadap
proyek, dampak lokal dan regional, maka mendasarkan pada 6 (enam) kriteria penentu
tingkat kepentingan dampak adalah sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak akibat adanya erosi tanah diprakirakan
adalah cukup banyak, mengingat rencana pemboran untuk setiap lokasi pemboran
2
membutuhkan lahan sekitar 100 x 100 m . dengan jumlah pemilik atau penggarap
kurang lebih 5-10 orang per lokasi. Sebagian besar lahan berupa lahan lahan
berbukit hingga topografi berombak dan bergelombang dengan penutup lahan
hutan, semak dan ladang. Ditempat lokasi pemboran akan diratakan dan
dipadatkan, sehingga meskipun terjadi erosi hanya pada lahan rencana lokasi
pemboran seluas 17 ha (17 sumur pengembangan) tersebut. Lokasi-lokasi sumur
tersebut pada kenyataan jauh dari permukiman penduduk, sehingga cukup banyak
dari aspek manusia terkena dampak akibat erosi. Dengen petimbangan tersebut
maka sifat tingkat kepentingan dampak ditinjau dari manusia terkena dampak
adalah penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Dilihat dari luas wilayah persebaran dampak, dampak akibat kegiatan ini bersifat
2
penting (P) karena dampak terjadi dalam luasan 100 x 100 m per sumur. Jumlah
sumur pengembangan sebanyak 18 buah di 5 lapangan gas yaitu Donggi, Maleo
Raja, Matindok,Minahaki dan Sukamaju. Rencana pengembangan pemboran yang
akan dilakukan wilayah operasional lapangan gas tersebut sebanyak 18 buah,
dengan luas lahan sekitar 18 ha secara kumulatif luas wilayah persebaran
dampaknya cukup luas dan masuk katergori penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dengan dilakukannya pemadatan tanah pada rencana lokasi pemboran yang
memenuhi standard untuk pemasangan alat-alat pemboran kejadian erosi ini akan
kurang intensif dan kemungkinan akan terhenti akibat operaional produksi gas
nanti. Dengan demikian, bobot dampaknya adalah tidak penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Dengan terjadinya erosi ini tanah tidak dapat berfungsi dalam waktu yang lama
sebagai lahan sawah tempat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan. Akan terdapat banyak
komponen lingkungan lain yang terkena dampak akibat adanya erosi tanah, seperti
hidrologi, komponen biologi (vegetasi dan zat renik tanah), kesuburan tanah, dan
sosial ekonomi masyarakat, sehingga bobot dampaknya adalah penting (P).
B. Tahap Operasi
1. Pemboran sumur pengembangan
Material sand blasting (grit) cuttings yang dicuci dan dibuang ke sungai selama
pengeboran, air bekas hidrotest, pembersihan peralatan sebelum komisioning yang
dibuang di sungai akan berpotensi menurunkan kualitas air sungai (air permukaan).
Prakiraan dampak pada kualitas air permukaan ketika kegiatan ini dilakukan = 2.
Angka ini berasal dari tingkat rona lingkungan awal (RLA) = 4 dan pada saat ada
kegiatan pemboran sumur pengembangan, RLA diperkirakan = 2. Angka ini berasal dari
salah satu parameter yang menyebabkan penurunan kualitas air permukaan yaitu
kekeruhan pada saat uji hidrotest. Nilai penurunan kekeruhan menjadi 45-90 NTU yang
berarti kondisi kualitas air permukaan adalah jelek (skala 2). Dengan demikian kondisi
kualitas lingkungan semula baik (skala 4) akan turun menjadi jelek (skala 2).
Tingkat kepentingan dampak :
a) Jumlah manusia terkena dampak
Material sand blasting (grit) cuttings yang dicuci dan dibuang ke sungai selama
pengeboran, air bekas hydrotest, pembersihan peralatan sebelum komisioning yang
dibuang di sungai akan berpotensi menurunkan kualitas air sungai dan berdampak
terhadap manusia yang menggunakan sungai tersebut. Oleh karena itu kriteria
dampaknya penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak bersifat penting (P), karena aliran sungai akan
terbawa sampai hilir.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak kegiatan pemboran sumur pengembangan akan dirasakan selama operasi
pemboran berlangsung. Oleh karena itu maka kriteria ini tidak penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak adalah biota air disekitar
lokasi pemboran. Dengan demikian dari segi komponen lingkungan terkena dampak
adalah penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak akan mengalami kumulatif karena parameter kualitas air tidak akan
mengalami bioakumulasi maupun biomagnifikasi. Oleh karena itu kriteria ini tidak
penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan pemboran sumur pengembangan
selesai, kualitas air akan kembali seperti sediakala. Oleh karena itu kriteria ini tidak
penting (TP).
B. Tahap Operasi
1. Pemboran sumur pengembangan
Prakiraan dampak pada kualitas air laut ketika kegiatan pemboran sumur
pengembangan ini dilakukan adalah negatif kecil (- 1). Angka ini berasal dari RLA baik
(skala 4) dan pada saat ada kegiatan pemboran sumur pengembangan, diperkirakan
menurun menjadi sedang (skala 3). Dasar pertimbangan skala lingkungan = 3 yaitu
apabila semua sumur telah diselesaikan, maka water-based mud tersebut akan dibuang
ke laut/sungai. Kira-kira 2000 sampai 2500 bbl water-based mud diperkirakan akan
dibuang dari masing-masing sumur, atau total kira-kira 7.500 bbl.
Kepentingan dampak :
a) Jumlah manusia terkena dampak
Pada tahap penghentian operasi gas akan hanya berdampak terhadap manusia
yang bekerja di area produksi gas. Oleh karena itu kriteria dampaknya tidak
penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak bersifat tidak penting (TP), karena kegiatan ini
berlangsung di area yang cukup terlokalisir
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak penghentian operasi gas akan dirasakan selamanya dan kualitas air laut
akan kembali seperti sedia kala. Oleh karena itu maka kriteria ini penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak adalah biota laut di perairan
sekitar lokasi area produksi gas yang cukup luas. Dengan demikian dari segi
komponen lingkungan terkena dampak adalah penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak akan mengalami kumulatif karena parameter kualitas air laut tidak
akan mengalami bioakumulasi maupun biomagnifikasi. Oleh karena itu kriteria ini
tidak penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan operasional produksi gas selesai,
kualitas air laut akan kembali seperti sediakala. Oleh karena itu kriteria ini tidak
penting (TP).
Berdasarkan hasil hitungan dengan metoda MKJI dapat diperkirakan bahwa adanya
tambahan lalulintas kendaraan pengangkut material tidak mengubah skala kualitas
lingkungan pada parameter kelancaraan lalulintas. Dengan demikian besaran
dampaknya adalah nihil (besaran dampak nol).
6
2 x 10
TKR 5,9 (skala 1/sangat rawan kecelakaan )
i 929 x 365
Dengan demikian skala kualitas lingkungan yang semula skala 3 (agak rawan
kecelakaan) menjadi skala 1 (sangat rawan kecelakaan), sehingga besaran
dampaknya menjadi 2 (negatif 2).
Luwuk sampai Toili Barat. Kondisi rona awal sudah pada kategori agak rawan
kecelakaan, sehingga dikhawatirkan adanya kendaraan berat tersebut akan
menambah tingkat kerawanan terhadap kecelakaan, sehingga dampak yang
terjadi dapat dianggap penting (P).
b) Luas wilayah sebaran dampak
Daerah yang akan terkena dampak akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan
dan material adalah seluruh jalan yang dijadikan rute angkutan material,
sehingga dampak yang terjadi dianggap penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Gangguan yang diakibatkan oleh adanya mobilisasi peralatan selama tahap
konstruksi, maka dampak yang terjadi dianggap penting (P).
d) Banyaknya komponen lainnya yang terkena dampak
Adanya mobilisasi peralatan menuju ke lokasi tapak proyek berdampak pada
komponen lain, yaitu keresahan khususnya bagi pengguna jalan lain (gangguan
kenyamanan dan rawan kecelakaan), sehingga dampak negatif ditimbulkan
dianggap penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak lingkungan
Kegiatan transportasi akibat mobilisasi kendaraan pengangkut hanya
berdampak sesaat saja, sehingga dampak yang terjadi dianggap tidak penting
(TP).
f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ditimbulkan oleh adanya intensitas kegiatan angkutan material
yang melakukan manuver di jalan raya hanya bersifat sementara, yaitu pada
saat kendaraan angkutan akan melintas kawasan di sekitar jalan. Dengan
demikian dampak yang terjadi tidak dianggap penting (TP).
Jenis kerusakan jalan yang ada di wilayah studi dapat dibedakan sebagai berikut:
Jalan bergelombang, akibat lemahnya daya dukung tanah dasar (akibat tergenang
air/banjir) atau saluran drainase jalan yang kurang berfungsi serta adanya
lalulintas angkutan barang, seperti truk pengangkut CPO berukuran besar serta
angkutan barang untuk mengangkut hasil bumi.
Erosi pada badan jalan akibat gerusan ombak
Runtuhnya pangkal jembatan ( Abutment),akibat erosi sungai.
Dasar penentuan skala kualitas lingkungan untuk parameter kerusakan jalan adalah
dari selisih nilai ITP (Indeks Tebal Perkerasan ) sebelum ada kegiatan dibandingkan
dengan setelah ada kegiatan. Untuk menentukan ITP masing-masing lokasi ruas
jalan di dasarkan asumsi sebagai berikut.
CBR tanah dasar = 5 %
Curah hujan 900 mm/tahun
Kelandaian: < 6%
Adanya angkutan material dengan menggunakan Dump Truck (DT) selama masa
pelaksanaan pekerjaan.
Kerusakan terjadi bila: ITP1 < ITP2
Prakiraan dampak kerusakan untuk ruas jalan di masing-masing ruas jalan disajikan
pada tabel berikut.
Keterangan:
KR : Kendaraan Ringan LET : Lintas Ekivalen Tengah
TK : Truk Kecil LEA : Lintas Ekivalen Akhir
TS : Truk Sedang LER : Lintas Ekivalen Rencana
TB : Truk Berat LHR : Lalulintas Harian Rata-rata
BB : Bus Besar ITP1: Indeks Tebal Perkerasan sebelum ada kegiatan
LEP : Lintas Ekivalen Permulaan ITP2: Indeks Tebal Perkerasan setelah ada kegiatan
Dengan demikian demikian skala kualitas tingkat kerusakan jalan yang semula skala
3 (sedang) akan turun menjadi skala 1 (sangat jelek), sehingga besaran dampaknya
menjadi 2 (negatif 2).
Rute angkutan material akan melalui jalan lingkungan yang hanya merupakan jalan
tanah diperkeras batu (Makadam), sehingga diprakirakan akan mengalami
kerusakan. Hal ini disebabkan perkerasan jalan tidak mampu mendukung beban
kendaraan yang tinggi (MST > 10 Ton). Berdasarkan tingkat kepentingan dampak
akibat kegiatan mobilisasi peralatan, dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang akan terkena dampak adalah pengguna jalan yang kebetulan
melalui ruas jalan yang digunakan sebagai rute mobilisasi peralatan. Kerusakan
jalan akan mengakibatkan ketidaknyamanan pengguna jalan lain, sehingga
dampak yang terjadi dapat dianggap penting (P).
b) Luas wilayah sebaran dampak
Daerah yang akan terkena dampak berada di wilayah Kintom, sehingga bila
terjadi kerusakan jembatan akan memutuskan jalur transportasi di ruas
tersebut, sehingga dampak yang terjadi dianggap penting ( P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Mobilisasi ini dilakukan selama kegiatan konstruksi, sehingga dampak yang
terjadi dianggap penting (P).
Pemasangan pipa penyalur pipa gas yang meotong ruas jalan, akan mengakibatkan
gangguan kelancaran lalulintas. Berdasarkan tingkat kepentingan dampak, dapat
diuraikan sebagai berikut:
3 x 10 6
TKR 9,9 (skala 1/sangat rawan kecelakaan )
i 829 x 365
B. Tahap Operasi
1. Penyaluran kondesat dan sulfur dengan transportasi darat
(1) Gangguan kelancaran lalulintas
Bangkitan arus lalulintas selama tahap operasii yang diakibatkan oleh lalulintas
angkutan kondensat akan menyebabkan tundaan lalulintas, khususnya di ruas jalan
yang menghubungkan Kintom-Batui-Toili. Diperkirakan lalulintas angkutan tersebut
yang melintas maksimum sebesar 20 kendaraan/jam atau 200 kendaraan/hari,
maka kinerja ruas jalan adalah sebagai berikut:
Dari hasil hitungan di atas dapat diperkirakan bahwa adanya tambahan lalulintas
kendaraan pengangkut kondensat mempunyai pengaruh sangat kecil terhadap
perubahan kinerja ruas jalan atau tidak mengubah skala kualitas lingkungan pada
parameter kelancaraan lalulintas. Dengan demikian besaran dampaknya adalah
nihil (besaran dampak nol).
3 x 10 6
TKR 7,9 (skala 1/sangat rawan kecelakaan )
i 1029 x 365
Proses demobilisasi peralatan pada tahap pasca operasi dilakukan secara bertahap,
sehingga kegiatan tersebut tidak menimbulkan bangkitan arus lalulintas yang besar.
Hal ini ditunjukkan dari hasil hitungan nilai derajat kejenuhan yang merupakan
perbandingan antara volume lalulintas dengan kapasitas ruas jalan sebagai berikut:
Dari hasil hitungan di atas dapat diperkirakan bahwa adanya tambahan lalulintas
kendaraan pada saat demobilisasi peralatan mempunyai pengaruh sangat kecil
terhadap perubahan kinerja ruas jalan atau tidak mengubah skala kualitas
lingkungan pada parameter kelancaraan lalulintas. Dengan demikian besaran
dampaknya adalah nihil (besaran dampak nol).
6
2 x 10
TKR 7,9 (skala 1/sangat rawan kecelakaan )
i 691 x 365
kerusakan jalan yang semula skala 3 (sedang) akan turun menjadi skala 1 (sangat
jelek), sehingga besaran dampaknya menjadi 2 (negatif 2).
Demobilisasi peralatan akan melintasi ruas jalan utama dan jembatan dengan
kondisi yang bervariasi. Bila dilintasi oleh kendaraan yang memiliki MST > 10 ton,
maka dikhawatirkan akan terjadi kerusakan jalan dan jembatan. Berdasarkan
tingkat kepentingan dampak akibat kegiatan demobilisasi peralatan, dapat diuraikan
sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang akan terkena dampak adalah pengguna jalan yang kebetulan
melalui ruas jalan yang digunakan sebagai rute demobilisasi peralatan.
Kerusakan jalan akan mengakibatkan ketidaknyamanan pengguna jalan lain,
sehingga dampak yang terjadi dapat dianggap penting (P).
b) Luas wilayah sebaran dampak
Daerah yang akan terkena dampak berada di wilayah Kintom, sehingga bila
terjadi kerusakan jembatan akan memutuskan jalur transportasi di ruas
tersebut, sehingga dampak yang terjadi dianggap penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Demobilisasi ini dilakukan hanya dalam waktu singkat, sehingga dampak yang
terjadi dianggap tidak penting (TP).
d) Banyaknya komponen lainnya yang terkena dampak
Kegiatan demobilisasi peralatan berdampak pada komponen lain, yaitu
keresahan khususnya bagi pengguna jalan lain (gangguan kenyamanan dan
rawan kecelakaan), sehingga dampak negatif ditimbulkan dianggap penting
(P).
e) Sifat kumulatif dampak lingkungan
Kerusakan jalan/jembatan apabila tidak segera diperbaiki akan bertambah
besar/ bersifat akumulatf, sehingga dampak yang terjadi dianggap penting
(P).
f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kerusakan jalan/jembatan tidak dapat kembali seperti semula sebelum ada
perbaikan jalan, sehingga dampak yang terjadi dianggap penting (P).
Penurunan keanekaragaman flora darat di hutan akan terjadi karena selain hilangnya
pepohonan, pepohonan yang nantinya akan tumbuh di areal yang terbuka tidak
beranekaragam. Bila kemudian areal hutan yang dibuka (dengan ID 1,327) kemudian
dijadikan areal kebun, maka kalau dianalogikan dengan kondisi yang sudah ada akan
menurun menjadi 0,61.
habis dibersihkan. Jumlah manusia yang terkena dampak dari kegiatan ini tidak ada
karena lahan tersebut milik pemrakarsa dan tidak ada yang memanfaatkan lahan ini
sebelumnya sehingga sifat dampak dikategorikan menjadi tidak penting (TP).
(TP).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitasnya kecil namun dampak berlangsung lama sehingga kriteria dampak
vegetasi adalah hilangnya habitat fauna yang menempati area tersebut. Hilangnya
habitat fauna di lokasi kegiatan akan mempengaruhi konsumen atasnya.
Terputusnya rantai makanan menyebabkan ketidakstabilan ekosistem di habitat
tersebut sehingga kategori dampak menjadi penting (P).
Sementara itu kegiatan pemasangan pipa jalur alternatif-3 akan dilakukan melalui jalur
pantai SM Bakiriang dan laut. Pada lokasi SM Bakiriang terdapat beberapa jenis satwa
yang dilindungi. Salah satu diantaranya adalah burung Maleo. Jenis burung ini akan
melakukan migrasi di daerah pantai untuk bertelur. Dengan adanya kegiatan
pemasangan pipa jalur alternatif-3 yang melalui jalur pantai dan laut, maka akan
memberikan dampak yang sangat besar terhadap kelestarian satwa ini (-3). Kondisi
satwa liar yang semula mempunyai kualitas lingkungan skala 4 (terdapat jenis satwa
dilindungi antara lain : burung maleo, raja udang, elang, tarsius) turun menjadi skala 1
(hilangnya satwa dilindungi dari lokasi kegiatan).
B. Tahap Operasi
1. Pemboran sumur pengembangan
Water-based mud yang digunakan untuk pemboran sumur direncanakan sebelum
dibuang ke sungai dan laut akan di cek dulu kualitasnya. Apabila ada unsur-unsur yang
melebihi baku mutu maka akan diolah dahulu, demikian pula limbah cair dari kegiatan
pemboran ini (buangan air uji coba hydrostatik). Apabila pengolahannya berjalan kurang
sempurna maka kegiatan ini diprakirakan akan berdampak langsung pada biota
2
kepemilikan lahan sawah oleh masyarakat adalah antara 2.501 25.000 m dan
kepemilikan ladang serta kebun rata-rata adalah antara 5.001 50.000 Ha. Bila rata-
rata kepemilikan sawah oleh penduduk adalah 1 Ha dan untuk ladang/kebun sekitar 3
Ha, diprakirakan luasan sawah yang ada di wilayah studi dimiliki oleh sekitar 14.528
orang dan untuk ladang/kebun sekitar 5.747 orang. Sementara itu responden yang
memiliki lahan sawah dengan status milik sendiri adalah sekitar 39,17% atau sekitar
0,65% dari total pemilik lahan; dan responden yang memiliki ladang/kebun adalah
73,75% atau sekitar 3,08% dari total pemilik lahan. Jika luas lahan yang akan
dibebaskan untuk kegiatan di hulu adalah 295 Ha, dan bila diasumsikan 25%
diantaranya merupakan lahan sawah dan 75% lainnya berupa lahan kebun, maka akan
terdapat sekitar 74 orang pemilik sawah atau 0,51% dari total pemilik lahan sawah dan
74 orang pemilik lahan kebun atau sekitar 1,28% dari total pemilik lahan kebun yang
akan mengalami perubahan kepemilikan lahan. Dilihat dari persentasenya, jumlah
penduduk yang akan kehilangan lahan memang relatif sangat kecil, namun mengingat
bahwa lahan merupakan sumber mata pencaharian penduduk yang utama, maka
meskipun persentase penduduk yang akan kehilangan lahannya kurang lebih hanya
1,79% dampaknya dikategorikan negatif sedang (-2). Dengan demikian pola
kepemilikan lahan di wilayah studi yang semula kondisinya sedang (3) karena
kepemilikan sawah dan ladang atau kebun oleh masyarakat sekitar 56,46% akan turun
menjadi sangat buruk atau berskala 1.
Derajat kepentingan dampak pembebasan lahan dan tanam tumbuh terhadap pola
kepemilikan lahan adalah sebagai berikut.
a) Jumlah manusia terkena dampak
Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh untuk lokasi sumur pengembangan,
MS, BS-GPF, jalur pipa, dan peningkatan atau pembuatan jalan baru akan
berdampak terhadap pola kepemilikan lahan di sekitar tapak proyek. Lahan yang
dibutuhkan untuk kegiatan ini sekitar 295 Ha, jika rata-rata kepemilikan lahan
sawah dan ladang/kebun di sekitar tapak proyek masing-masing sekitar 1 Ha dan 3
Ha setiap petani, maka terdapat sekitar 74 orang petani padi sawah atau sekitar
0,51% dari total pemilik lahan sawah dan 74 orang pemilik ladang/kebun atau
sekitar 1,28% terhadap total pemilik ladang/kebun yang akan kehilangan status
kepemilikan lahannya. Perubahan kepemilikan lahan yang ada relatif kecil, namun
mengingat bahwa lahan merupakan sumber mata pencaharian penduduk yang
utama, maka perubahan yang ada akan sangat dirasakan oleh penduduk yang
kehilangan lahannya. Oleh karena itu dampaknya dikategorikan sebagai dampak
penting (P).
Kenaikan pendapatan secara tidak langsung juga akan dapat dinikmati oleh penduduk
lokal yang membuka usaha untuk memenuhi keperluan tenaga kerja. Jika diasumkan
setiap jenis usaha yang dibuka oleh penduduk lokal dapat melayani kebutuhan sektiar
15 20 orang, maka dengan adanya tenaga kerja sebanyak 157 orang diprakirakan
akan terdapat sekitar 10 orang penduduk yang akan membuka usaha. Jika rata-rata
penghasilan mereka dari membuka usaha sekitar Rp. 500.000,00/bulan setiap orangnya,
maka diprakirakan di wilayah studi setiap bulannya akan terjadi peningkatan
pendapatan secara langsung maupun tidak langsung sebesar:
tenaga kerja (unskill) = 127 x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 127.000.000,00
penduduk yang membuka usaha = 10 x Rp. 500.000,00 = Rp. 5.000.000,00 +
Rp. 132.000.000,00
Bila kenaikan pendapatan tersebut dirata-ratakan terhadap jumlah total penduduk di
wilayah hulu yang sebanyak 89.002 jiwa, maka setiap bulannya setiap penduduk akan
menerima manfaat dari adanya proyek sebesar Rp. 1.483,11 atau sekitar Rp. 7.415,56
untuk setiap kepala keluarga dengan 5 orang anggota keluarga. Dengan demikian
kenaikan pendapatan ini sebenarnya relatif hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil
penduduk saja dan tidak begitu signifikan terhadap upaya peningkatan kesejahteraan
warga masyarakat di bagian hulu pada umumnya. Besaran dampak yang ditimbulkan
adalah positif kecil (+1) karena kenaikan pendapatan hanya sekitar Rp 7.415,56 per
keluarga per bulan, sehingga tingkat pendapatan masyarakat yang semula buruk (2)
akan meningkat menjadi sedang atau berskala 3.
Tingkat penghasilan dan atau pendapatan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ini
dipastikan mempunyai standar yang lebih tinggi, paling tidak melebihi standar Upah
Minimum Kabupaten yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Banggai, yakni
sekitar Rp. 750.000,00/orang/bulan. Bila diasumsikan tingkat pendapatan untuk tenaga
unskill yang terlibat langsung dalam proyek sekitar Rp. 1.000.000,00/orang/bulan,
sementara untuk tenaga skill bila dirata-ratakan sebesar Rp.3.000.000,00; maka dalam
1 bulan di wilayah studi akan beredar uang sebanyak:
usaha yang ada dengan tingkat pendapatan rata-rata sekitar Rp. 500.000,00/bulan,
maka jumlah total penghasilan warga masyarakat tersebut dari kesempatan usaha
yang ada dalam sebulan adalah Rp. 5.000.000,00. Dengan demikian total kenaikan
pendapatan yang dapat dinikmati warga masyarakat lokal sekitar tapak proyek
adalah sekitar Rp. 89.000.000,00 setiap bulan.
C. Tahap Operasi
1. Pemboran sumur pengembangan
Kegiatan pemboran untuk setiap sumur pengembangan akan melibatkan sekitar 118
orang yang meliputi 108 orang tenaga skill dan unskill hanya 10 orang. Jika diasumsikan
akan terjadi 3 pemboran sumur secara bersamaan, maka akan terdapat tenaga kerja
skill yang terlibat sebanyak 324 orang dan tenaga unskill sebanyak 30 orang yang
umumnya akan diisi oleh penduduk lokal. Kenaikan pendapatan secara langsung ini
dapat dinikmati oleh tenaga kerja yang dapat terekrut oleh proyek yakni sekitar 0,23%
terhadap total pencari kerja atau sekitar 0,005% dari total penduduk usia produktif di
wilayah hulu yang meliputi Toili, Toili Barat dan Batui.
Meskipun tingkat pendapatan rata-rata tenaga kerja yang terlibat dalam operasional
pengembangan gas ini dipastikan lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang
bekerja di luar kegiatan ini, namun mengingat bahwa tenaga kerja lokal yang dapat
terlibat dalam kegiatan ini relatif terbatas, maka peningkatan pendapatan yang ada
dianggap tidak signifikan bagi masyarakat di wilayah studi. Termasuk adanya
kesempatan berusaha yang dapat dibuka pada kegiatan ini juga tidak akan banyak
memberikan peningkatan pendapatan bagi penduduk lokal. Para tenaga skill
diprakirakan umumnya tidak akan bertempat tinggal dan atau membelanjakan
penghasilannya di sekitar tapak proyek. Namun karena aktivitas pemboran cukup
intensif, maka diprakirakan akan terdapat sekitar 50-100 orang yang akan membuka
usaha untuk memenuhi kebutuhan para tenaga kerja, khususnya unskill. Besaran
dampak yang ada adalah positif kecil (+1) karena kenaikan pendapatan hanya
dinikmati oleh sekitar 0,005% penduduk yang terekrut proyek dan 0,11% penduduk
yang berpeluang membuka usaha. Namun bagaimanapun hal ini tetap memberikan
kontribusi positif sehingga tingkat pendapatan masyarakat yang semula buruk (2) akan
meningkat menjadi sedang atau berskala 3.
Derajat kepentingan dampak:
a) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah penduduk lokal yang dapat menikmati manfaat atau dampak positif dari
kegiatan pemboran sumur pengembangan relatif sangat sedikit, karena aktivitas ini
banyak membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus. Meskipun terdapat
juga penduduk lain yang memperoleh manfaat dari jasa penyedia berbagai
kebutuhan para tenaga kerja seperti penginapan/pondokan, usaha warung makan,
dan lain sebagainya, namun diprakirakan jumlahnya tetap sedikit, yakni hanya
sekitar 10 orang saja. Oleh karena itu bobot dampaknya bersifat tidak penting
(TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak dikategorikan tidak penting (TP) karena
dampak relatif hanya dinikmati oleh penduduk di sekitar tapak proyek.
langsung dengan proyek yakni melalui kontraktor-kontraktor lokal yang ada. Tenaga
kerja lokal yang dapat terlibat langsung dalam proyek adalah sekitar 0,10% dan yang
membuka usaha diprakirakan sekitar 0,01% sehingga dampak penurunan pendapatan
termasuk negatif kecil (-1). Tingkat pendapatan masyarakat yang semula buruk (2)
yakni sekitar Rp 500.000,00 per bulan akan menjadi sangat buruk (1) yakni kurang dari
Rp 500.000,00 per bulan.
Derajat kepentingan dampak:
a) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah penduduk lokal yang akan mengalami penurunan pendapatan dari kegiatan
penglepasan tenaga kerja diprakirakan tidak cukup banyak, yakni tenaga kerja yang
selama ini terlibat langsung maupun tidak langsung dengan operasional
pengembangan gas yaitu sekitar 0,11% dari total usia produktif. Oleh karena itu
bobot dampaknya bersifat tidak penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Meskipun dampaknya kecil tetapi ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak
dikategorikan penting (P) karena dampak tidak hanya dialami oleh penduduk yang
tersentral di sekitar tapak proyek saja, tetapi juga penduduk lain di sekitarnya yang
selama ini terlibat dalam proyek.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif kecil dan dampak diprakirakan bersifat sementara. Oleh
karena itu sifat dampak menjadi tidak penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak dari penurunan pendapatan
adalah turunnya kualitas atau kesejahteraan penduduk yang pada akhirnya juga
akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Dengan demikian sifat
dampaknya adalah penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak dari penurunan pendapatan masyarakat tidak bersifat kumulatif mengingat
diprakirakan warga masyarakat akan dapat memperoleh kesempatan kerja dan atau
berusaha kembali. Bobot dampak dikategorikan tidak penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ada dapat berbalik atau dipulihkan, bila suatu saat penduduk lokal
yang telah hilang kesempatan kerja/usahanya dapat kembali bekerja dan atau
berusaha. Dengan demikian bobot dampaknya adalah tidak penting (TP).
Namun mengingat jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ini tidak begitu
banyak, maka diprakirakan hanya akan terdapat sekitar 10 orang saja yang akan
memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka usaha. Sebagian masyarakat yang
terlibat dalam aktivitas informal ini ada yang menjadikannya sebagai sumber
penghasilan utama maupun sampingan. Diharapkan dari setiap warga masyarakat yang
memanfaatkan kesempatan usaha yang ada dapat melibatkan warga di sekitarnya
sebagai rekanan bisnis maupun tenaga kerja. Dengan demikian kesempatan usaha yang
ada dapat dinikmati oleh lebih banyak warga masyarakat.
Selama ini relatif sangat jarang adanya warga masyarakat yang membuka usaha
mengingat di sekitarnya merupakan lahan sawah dan ladang atau kebun. Pada suatu
kawasan permukiman selama ini rata-rata kurang dari 10 orang yang membuka usaha.
Dengan demikian kesempatan berusaha oleh masyarakat selama ini kualitasnya buruk
(2) karena jumlahnya relatif masih terbatas dan jenis usaha yang ada umumnya masih
terkait dengan alam. Dengan adanya kegiatan ini maka kesempatan usaha yang ada
akan dapat meningkat menjadi sedang (3) dengan tumbuhnya sekitar 10 11 unit
usaha yang melayani aktivitas konstruksi pengembangan gas ini. Dengan demikian
kegiatan ini berdampak positif kecil (+1) terhadap kesempatan usaha masyarakat.
Kepentingan dampak :
a) Jumlah manusia terkena dampak
Junlah manusia yang akan membuka usaha sehubungan dengan adanya kegiatan
pembukaan dan pematangan lahan relatif sedikit yakni hanya sekitar 10 orang. Hal
ini terjadi mengingat tenaga kerja konstruksi yang terlibat di sini umumnya adalah
tenaga unskill yang berasal dari sekitar tapak proyek. Oleh karena itu dampaknya
dapat dikategorikan sebagai dampak tidak penting (TP).
Namun mengingat jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ini tidak begitu
banyak dan tenaga skill yang rata-rata tingkat penghasilannya tinggi akan lebih banyak
memanfaatkan fasilitas yang ada di perkotaan, maka diprakirakan hanya akan terdapat
sekitar 10 orang saja yang akan memanfaatkan kesempatan usaha yang ada, inipun
akan lebih banyak dimanfaatkan oleh tenaga kerja lokal. Sebagian masyarakat yang
terlibat dalam aktivitas informal ini ada yang menjadikannya sebagai sumber
penghasilan utama maupun sampingan. Diharapkan dari setiap warga masyarakat yang
memanfaatkan kesempatan usaha yang ada dapat melibatkan warga di sekitarnya
sebagai rekanan bisnis maupun tenaga kerja. Dengan demikian kesempatan usaha yang
ada dapat dinikmati oleh lebih banyak warga masyarakat.
Selama ini relatif sangat jarang adanya warga masyarakat yang membuka usaha
mengingat di sekitarnya merupakan lahan sawah dan ladang atau kebun. Di setiap
wilayah permukiman rata-rata kurang dari 10 orang yang membuka usaha. Dengan
demikian kesempatan berusaha oleh masyarakat selama ini kualitasnya buruk (2)
karena jenis usaha yang ada umumnya masih terkait dengan alam dengan jumlah yang
juga relatif terbatas. Dengan adanya kegiatan ini maka kesempatan usaha yang ada
akan dapat meningkat menjadi sedang (3) dengan tumbuhnya 4 5 unit usaha yang
melayani aktivitas konstruksi pengembangan gas ini. Dengan demikian kegiatan ini
berdampak positif kecil (+1) terhadap kesempatan usaha masyarakat.
Kepentingan dampak :
a) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah manusia yang akan membuka usaha sehubungan dengan adanya kegiatan
pembangunan BS dan GPF relatif sedikit yakni hanya sekitar 10 orang. Hal ini terjadi
mengingat para konsumen yang akan memanfaatkan jasa dari kesempatan usaha
yang dibuka oleh penduduk lokal umumnya adalah tenaga kerja unskill yang berasal
dari sekitar tapak proyek. Oleh karena itu dampaknya dapat dikategorikan sebagai
dampak tidak penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak dinilai tidak penting (TP) mengingat
kesempatan berusaha ini relatif hanya akan dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar
tapak proyek.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif kecil dan dampak hanya bersifat sementara. Dengan
demikian bobot dampaknya adalah tidak penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Akan terdapat beberapa dampak yang menyertai hal ini seperti peningkatan
pendapatan, kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan mobilitas barang-barang
kebutuhan sehari-hari, dan sebagainya. Dengan demikian dampaknya dapat
dikategorikan sebagai dampak penting (P).
Selama ini relatif sangat jarang adanya warga masyarakat yang membuka usaha
mengingat di sekitarnya merupakan lahan sawah dan ladang atau kebun. Di setiap
wilayah permukiman rata-rata kurang dari 10 orang yang membuka usaha. Dengan
demikian kesempatan berusaha oleh masyarakat selama ini kualitasnya buruk (2)
karena jenis usaha yang ada umumnya masih terkait dengan alam dengan jumlah
yang juga relatif terbatas. Dengan adanya kegiatan ini maka kesempatan usaha
yang ada akan dapat meningkat menjadi sedang (3) dengan tumbuhnya sekitar
4 5 orang usaha yang melayani aktivitas konstruksi pengembangan gas ini.
Dengan demikian kegiatan ini berdampak positif kecil (+1) terhadap kesempatan
usaha masyarakat. Kepentingan dampak :
a) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah manusia yang akan membuka usaha sehubungan dengan adanya
kegiatan pemasangan pipa ini relatif sedikit yakni maksimal hanya sekitar 10
orang. Hal ini terjadi mengingat para konsumen yang akan memanfaatkan jasa
dari kesempatan usaha yang dibuka oleh penduduk lokal umumnya adalah
tenaga kerja unskill yang berasal dari sekitar tapak proyek. Oleh karena itu
dampaknya dapat dikategorikan sebagai dampak tidak penting (TP).
Kepentingan dampak :
a) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah manusia yang akan membuka usaha sehubungan dengan adanya
kegiatan pemasangan pipa ini relatif sedikit yakni maksimal hanya sekitar 10
orang. Hal ini terjadi mengingat para konsumen yang akan memanfaatkan jasa
dari kesempatan usaha yang dibuka oleh penduduk lokal umumnya adalah
tenaga kerja unskill yang berasal dari sekitar tapak proyek. Oleh karena itu
dampaknya dapat dikategorikan sebagai dampak tidak penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak dinilai tidak penting (TP) mengingat
kesempatan berusaha ini relatif hanya akan dimanfaatkan oleh penduduk di
sekitar tapak proyek.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif cukup besar dan dampak dapat berlangsung cukup
lama karena pemasangan pipa dengan teknik ini relatif lebih rumit. Dengan
demikian bobot dampaknya adalah penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Akan terdapat beberapa dampak yang menyertai hal ini seperti peningkatan
pendapatan, kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan mobilitas barang-
barang kebutuhan sehari-hari, dan sebagainya. Dengan demikian dampaknya
dapat dikategorikan sebagai dampak penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak yang ada tidak bersifat kumulatif sehingga dinilai tidak penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ada dapat berbalik sehingga kesempatan berusaha menjadi
berkurang kembali, manakala kegiatan ini berakhir. Dengan demikian bobot
dampaknya dikategorikan penting (P).
perkotaan, maka diprakirakan hanya akan terdapat sekitar 5 6 orang saja yang
akan memanfaatkan kesempatan usaha yang ada, inipun akan lebih banyak
dimanfaatkan oleh tenaga kerja lokal. Kesempatan berusaha oleh masyarakat
selama ini kualitasnya buruk (2) karena rata-rata paling banyak hanya terdapat 10
orang yang membuka usaha di suatu wilayah permukiman. Dengan adanya
kegiatan ini maka kesempatan usaha yang ada akan dapat meningkat menjadi
sedang (3). Dengan demikian kegiatan ini berdampak positif kecil (+1) terhadap
kesempatan usaha masyarakat. Meskipun kesempatan usaha yang ada relatif
sedikit, diharapkan akan dapat melibatkan warga di sekitarnya sebagai rekanan
bisnis maupun tenaga kerja. Dengan demikian kesempatan usaha yang ada dapat
dinikmati oleh lebih banyak warga masyarakat.
Kepentingan dampak :
a) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah manusia yang akan membuka usaha sehubungan dengan adanya
kegiatan pemasangan pipa ini relatif sedikit yakni maksimal hanya sekitar 10
orang. Hal ini terjadi mengingat para konsumen yang akan memanfaatkan jasa
dari kesempatan usaha yang dibuka oleh penduduk lokal umumnya adalah
tenaga kerja unskill yang berasal dari sekitar tapak proyek. Oleh karena itu
dampaknya dapat dikategorikan sebagai dampak tidak penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak dinilai tidak penting (TP) mengingat
kesempatan berusaha ini relatif hanya akan dimanfaatkan oleh penduduk di
sekitar tapak proyek.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif cukup besar dan dampak dapat berlangsung cukup
lama karena pemasangan pipa dengan teknik ini relatif lebih rumit dan jalur
pipa menjadi lebih panjang. Dengan demikian bobot dampaknya adalah
penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Akan terdapat beberapa dampak yang menyertai hal ini seperti peningkatan
pendapatan, kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan mobilitas barang-
barang kebutuhan sehari-hari, dan sebagainya. Dengan demikian dampaknya
dapat dikategorikan sebagai dampak penting (P).
B. Tahap Operasi
1. Pemboran sumur pengembangan
Pada kegiatan pemboran sumur pengembangan, kesempatan berusaha juga muncul
diantaranya akibat adanya tenaga kerja yang terlibat di dalamnya. Untuk setiap sumur
pengembangan diprakirakan akan terdapat sekitar 118 orang yang terlibat sebagai
tenaga kerja, yang meliputi tenaga skill sebanyak 108 orang dan unskill 10 orang. Jika
secara paralel akan terdapat 3 sumur yang dibor, maka jumlah tenaga kerja skill yang
terlibat adalah 324 orang dan tenaga unskill sebanyak 30 orang. Disamping para tenaga
kerja tersebut, diprakirakan akan cukup banyak pula para pendatang lainnya yang
berupaya mencari nafkah dari wilayah yang semakin berkembang ini. Kondisi ini
merupakan peluang usaha yang cukup baik bagi penduduk lokal.
Jenis-jenis usaha yang dapat dibuka oleh penduduk lokal adalah upaya pemenuhan
berbagai barang dan jasa yang secara langsung terkait dengan proyek maupun tidak
langsung untuk dapat memenuhi kebutuhan para pekerja proyek dan para pendatang
lainnya, diantaranya adalah penyediaan kebutuhan barang dan jasa, penginapan/
pondokan, usaha cuci pakaian/laundry, warung-warung makan, dan lain sebagainya.
Mengingat kegiatan ini sangat tinggi intensitasnya dan berlangsung terus menerus,
maka diprakirakan akan terdapat lebih dari 50 orang yang akan memanfaatkan
kesempatan ini untuk membuka usaha. Dengan demikian kegiatan ini berdampak
positif sedang (+2) terhadap kesempatan usaha masyarakat. Kesempatan berusaha
oleh masyarakat yang semula kualitasnya buruk (2) karena hanya ada sekitar 10 orang
yang membuka usaha di setiap wilayah, akan meningkat menjadi baik atau mempunyai
skala 4.
Derajat kepentingan dampak:
a) Jumlah manusia terkena dampak
Kegiatan pemboran sumur pengembangan akan lebih banyak melibatkan tenaga
kerja dengan spesifikasi khusus, sehingga jumlah tenaga kerja lokal yang dapat
Jenis-jenis usaha yang dapat dibuka oleh penduduk lokal adalah upaya pemenuhan
berbagai barang dan jasa yang secara langsung terkait dengan proyek maupun tidak
langsung untuk dapat memenuhi kebutuhan para pekerja proyek dan para pendatang
lainnya, diantaranya adalah penyediaan kebutuhan barang dan jasa, penginapan/
pondokan, usaha cuci pakaian/laundry, warung-warung makan, dan lain sebagainya.
Mengingat jangka waktu operasi produksi di GPF relatif panjang, yakni minimal hingga
20 tahun, maka diprakirakan wilayah ini akan cukup ramai dengan banyaknya para
pendatang sehingga kesempatan usaha yang ada juga menjadi semakin besar.
Diprakirakan akan terdapat lebih dari 50 orang yang akan memanfaatkan kesempatan
ini untuk membuka usaha. Dengan demikian kegiatan ini berdampak positif sedang
(+2) terhadap kesempatan usaha masyarakat. Kesempatan berusaha oleh masyarakat
yang semula kualitasnya buruk (2) akan meningkat menjadi baik atau mempunyai
skala 4.
meliputi 111 orang tenaga skill dan 157 orang lainnya sebagai tenaga unskill . Warga
masyarakat yang tidak dapat diterima bekerja pada proyek akan merasa cemburu dan
tidak puas terhadap penduduk yang dapat diterima bekerja, baik yang berasal dari
daerah setempat maupun dari luar daerah. Jika diasumsikan bahwa seluruh tenaga skill
yang tertampung proyek berasal dari luar daerah, maka persentase penduduk lokal
yang dapat diterima bekerja pada proyek sebagai tenaga unskill adalah sekitar 1,22%
terhadap total pencari kerja.
Sementara itu rasa tidak puas dan kecemburuan juga muncul dari penduduk lokal yang
diterima bekerja pada proyek terhadap para tenaga kerja skill yang umumnya berasal
dari luar daerah. Pekerja lokal akan merasa diperlakukan tidak adil karena jumlah
tenaga skill cukup banyak (41,42%) dengan tingkat penghasilan yang jauh lebih tinggi
dibandingkan pekerja lokal. Mereka umumnya masih akan beranggapan bahwa
merekalah yang lebih berhak menikmati semua ini dibandingkan para pendatang.
Kondisi ini pada akhirnya akan memicu terjadinya ketidakharmonisan hubungan sosial
bahkan konflik dalam masyarakat. Pola hubungan sosial dalam masyarakat yang selama
ini terjalin baik (skala 4) akan dapat berubah menjadi tidak harmonis, baik itu antara
warga masyarakat yang tidak dapat diterima bekerja dengan warga masyarakat yang
dapat diterima bekerja, maupun antara para pekerja pendatang dengan pekerja lokal.
Kondisi ini akan menyebabkan munculnya ketidakharmonisan hubungan sosial dalam
masyarakat. Namun mengingat bahwa jumlah total tenaga kerja konstruksi ini memang
relatif sedikit dan relatif proporsional antara tenaga kerja pendatang dengan tenaga
kerja lokal, diprakirakan gangguan proses sosial yang ada relatif kecil yakni kurang dari
20% atau dengan besaran dampak -1, sehingga kondisi proses sosial dalam masyarakat
yang selama ini baik (4) akan berubah menjadi sedang (3).
Derajat kepentingan dampak adalah sebagai berikut.
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Jumlah tenaga kerja yang direkrut untuk berbagai aktivitas konstruksi di bagian hulu
adalah 268 orang, yang meliputi tenaga skill 41,42%, dan unskill 58,58%. Kondisi
ini memunculkan kecemburuan bagi warga masyarakat yang kebetulan tidak dapat
diterima bekerja. Rasa tidak puas dan kecemburuan juga terjadi diantara para
pekerja sendiri yang telah diterima bekerja, yaitu antara tenaga lokal dengan
tenaga pendatang. Namun mengingat proporsi tenaga kerja lokal yang diterima
lebih besar dibandingkan dengan tenaga pendatang, maka diprakirakan gangguan
proses sosial yang ada relatif kecil. Bobot dampaknya tidak penting (TP).
B. Tahap Konstruksi
1. Kegiatan konstruksi BS dan GPF
Kegiatan ini akan melibatkan sebanyak 112 orang tenaga kerja yang meliputi tenaga
skill sebanyak 39 orang dan unskill sebanyak 73 orang. Kondisi ini berdampak terhadap
proses sosial atau pola hubungan sosial dalam masyarakat. Hal ini dapat terjadi sebagai
akibat masih banyaknya penduduk lokal yang menganggur dan tidak tertampung
proyek. Sementara itu tenaga skill yang terlibat juga cukup banyak yakni sekitar 34,82%
dari total tenaga kerja yang dibutuhkan, dan dipastikan tenaga skill tersebut akan
didominasi oleh tenaga kerja dari luar daerah. Para tenaga skill dengan tingkat
penghasilan yang besar diprakirakan akan mempunyai gaya atau pola hidup yang
berbeda dengan penduduk lokal. Kondisi inilah yang diduga akan dapat menyebabkan
munculnya kecemburuan dan kesenjangan sosial yang mengarah terjadinya ketidak-
harmonisan hubungan diantara para tenaga kerja dan bahkan dengan penduduk lokal
pada umumnya. Hubungan sosial yang semula relatif dekat dan erat akan dapat
berubah dengan sering munculnya saling kecurigaan yang pada akhirnya dapat
memunculkan konflik sosial. Diprakirakan terdapat sekitar 40% penduduk, khususnya
para pencari kerja, yang merasakan adanya ketidakharmonisan dalam pola hubungan
sosial antar warga masyarakat. Perubahan pola interaksi sosial ini cukup besar (-2),
sehingga kondisi proses sosial yang semula baik (4) karena keharmonisan hubungan
sosial dialami lebih dari 75% penduduk, akan turun menjadi buruk atau mempunyai
skala 2.
Derajat kepentingan dampaknya adalah sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Tenaga kerja lokal yang terlibat dalam kegiatan ini umumnya adalah sebagai tenaga
unskill dan itupun hanya sekitar 0,57% dari total pencari kerja di wilayah studi.
Kondisi ini memunculkan kecemburuan bagi warga masyarakat yang kebetulan tidak
dapat diterima bekerja. Rasa tidak puas dan kecemburuan juga terjadi diantara para
pekerja sendiri yang telah diterima bekerja, yaitu antara tenaga lokal dengan
tenaga pendatang. Kondisi ini akan memunculkan gangguan proses sosial yang
diprakirakan akan dialami oleh sekitar 40% warga masyarakat. Bobot dampaknya
penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Gangguan proses sosial tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar tapak
proyek saja tetapi juga warga masyarakat di beberapa kecamatan wilayah studi.
Luas persebaran dampak kegiatan ini termask kategori penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak cukup besar karena gangguan proses sosial dirasakan oleh
banyak warga masyarakat dan dampak dapat berlangsung cukup lama sepanjang
masa konstruksi. Bobot dampak termasuk dalam kategori dampak penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak dari terganggunya proses
sosial adalah kemungkinan adanya kerawanan sosial dan gangguan keamanan serta
ketertiban dalam masyarakat. Bobot dampak termasuk kategori penting (P).
tertampung proyek. Sementara itu tenaga skill yang terlibat juga cukup banyak
yakni sekitar 46,15% dari total tenaga kerja yang dibutuhkan, dan dipastikan
tenaga skill tersebut akan didominasi oleh tenaga kerja dari luar daerah. Para
tenaga skill dengan tingkat penghasilan yang besar diprakirakan akan mempunyai
gaya atau pola hidup yang berbeda dengan penduduk lokal. Kondisi inilah yang
diduga akan dapat menyebabkan munculnya kecemburuan dan kesenjangan sosial
yang mengarah terjadinya ketidakharmonisan hubungan diantara para tenaga kerja
dan bahkan dengan penduduk lokal pada umumnya. Hubungan sosial yang semula
relatif dekat dan erat akan dapat berubah dengan sering munculnya saling
kecurigaan yang pada akhirnya dapat memunculkan konflik sosial. Diprakirakan
terdapat lebih dari 40% penduduk, khususnya para pencari kerja, yang merasakan
adanya ketidakharmonisan dalam pola hubungan sosial antar warga masyarakat.
Besaran dampak terhadap pola interaksi sosial adalah negatif sedang (-2), sehingga
kondisi proses sosial yang semula baik (4) karena keharmonisan hubungan sosial
dialami oleh lebih dari 75% penduduk, akan turun menjadi buruk atau mempunyai
skala 2.
Derajat kepentingan dampaknya adalah sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Tenaga kerja lokal yang terlibat dalam kegiatan ini umumnya adalah sebagai
tenaga unskill dan itupun hanya sekitar 0,65% dari total pencari kerja di
wilayah studi. Kondisi ini memunculkan kecemburuan bagi warga masyarakat
yang kebetulan tidak dapat diterima bekerja. Rasa tidak puas dan kecemburuan
juga terjadi diantara para pekerja sendiri yang telah diterima bekerja, yaitu
antara tenaga lokal dengan tenaga pendatang. Kondisi ini akan memunculkan
gangguan proses sosial yang diprakirakan akan dialami oleh sekitar 40% warga
masyarakat. Bobot dampaknya penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Gangguan proses sosial tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar tapak
proyek saja tetapi juga warga masyarakat di beberapa kecamatan wilayah studi.
Luas persebaran dampak kegiatan ini termask kategori penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak cukup besar karena gangguan proses sosial dirasakan oleh
banyak warga masyarakat dan dampak dapat berlangsung cukup lama
sepanjang masa konstruksi. Bobot dampak termasuk dalam kategori dampak
penting (P).
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk berbagai aktivitas operasional akan melibatkan
sebanyak 198 orang yang meliputi tenaga skill sebanyak 152 orang (76,77%) dan
tenaga unskill sebanyak 46 orang atau sekitar 23,23%. Diprakirakan penduduk lokal
hanya akan dapat mengisi kesempatan kerja sebagai tenaga unskill dan inipun hanya
dapat diraih oleh 0,36% pencari kerja yang ada di wilayah hulu. Kondisi ini berdampak
terhadap proses sosial atau pola hubungan sosial dalam masyarakat. Sementara itu
tenaga skill yang terlibat juga lebih banyak dibandingkan dengan tenaga unskill, dan
dipastikan tenaga skill tersebut akan didominasi oleh tenaga kerja dari luar daerah. Para
tenaga skill dengan tingkat penghasilan yang besar diprakirakan akan mempunyai gaya
atau pola hidup yang berbeda dengan penduduk lokal. Kondisi inilah yang diduga akan
dapat menyebabkan munculnya kecemburuan dan kesenjangan sosial yang mengarah
terjadinya ketidakharmonisan hubungan diantara para tenaga kerja dan bahkan dengan
penduduk lokal pada umumnya. Hubungan sosial yang semula relatif dekat dan erat
akan dapat berubah dengan sering munculnya saling kecurigaan yang pada akhirnya
dapat memunculkan konflik sosial. Diprakirakan terdapat sekitar 40% penduduk yang
akan merasakan adanya ketidakharmonisan dalam pola hubungan sosial antar warga
masyarakat atau besaran dampaknya adalah negatif sedang (-2). Dengan demikian
kondisi proses sosial yang semula baik (4) karena keharmonisan hubungan sosial
dialami lebih dari 75% penduduk, akan turun menjadi buruk atau mempunyai skala 2.
membutuhkan sekitar 268 orang tenaga kerja yang meliputi tenaga skill sebanyak 111
orang (41,42%) dan unskill sekitar 157 orang (58,58%). Tenaga unskill dipastikan akan
banyak diisi oleh penduduk lokal dan tenaga skill lebih banyak berasal dari luar daerah.
Jadi tidak banyak penduduk lokal yang dapat terlibat dalam proyek. Para tenaga skill
dengan tingkat penghasilan yang besar diprakirakan akan mempunyai gaya atau pola
hidup yang berbeda dengan penduduk lokal. Kondisi inilah yang diduga akan dapat
menyebabkan munculnya kecemburuan dan kesenjangan sosial yang mengarah
terjadinya ketidakharmonisan hubungan diantara para tenaga kerja dan bahkan dengan
penduduk lokal pada umumnya. Pada gilirannya hal ini akan memunculkan sikap dan
persepsi negatif masyarakat. Namun mengingat bahwa jumlah tenaga kerja lokal yang
terekrut proyek lebih banyak jika dibandingkan dengan tenaga kerja luar daerah, maka
masyarakat yang akan berpersepsi negatif terhadap proyek juga relatif sedikit yakni
hanya sekitar 20% atau mempunyai besaran dampak negatif kecil (-1). Sikap dan
persepsi warga masyarakat terhadap proyek yang sebelumnya berkualitas baik (4)
karena sekitar 21% penduduk yang diprakirakan merasa tidak puas dengan proyek,
akan turun menjadi sedang (3).
Derajat kepentingan dampak adalah sebagai berikut.
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Jumlah manusia yang akan terkena dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja
selain tenaga kerja lokal juga dari luar daerah, yakni sebanyak 268 orang. Tenaga
kerja skill yang direkrut umumnya berasal dari luar daerah dan tenaga unskill akan
banyak berasal dari penduduk lokal. Namun mengingat bahwa jumlah diantara
keduanya relatif berimbang, bahkan lebih banyak yang berasal dari penduduk lokal,
maka sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap pemrakarsa hanya
ditunjukkan oleh sekitar 20% warga masyarakat. Dengan demikian kriteria
dampaknya tidak penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah yang akan terkena dampak cukup luas karena meliputi penduduk baik di
sekitar tapak proyek maupun di luarnya yang meliputi 3 kecamatan di wilayah studi.
Kriteria dampaknya penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif kecil dan dampak tidak akan berlangsung lama, karena
umumnya masyarakat lokal bersifat terbuka dan mudah untuk diajak berdiskusi
sehingga sikap dan persepsi negatif masyarakat yang muncul relatif dapat segera
diatasi. Kategori dampaknya termasuk tidak penting (TP).
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja
Kegiatan ini diprakirakan berdampak negatif pada sikap dan persepsi masyarakat karena
lalulintas kendaraan proyek di jalan sekitar menuju lokasi proyek meningkat. Dampak
ikutannya adalah masalah kebisingan, debu, dan potensi adanya kemacetan dan
kecelakaan lalulintas. Sikap dan persepsi negatif juga muncul terkait adanya mobilisasi
tenaga kerja yang melibatkan sekitar 268 orang, sementara itu masih banyak penduduk
lokal yang menganggur dan tidak tertampung proyek. Pada sisi yang lain dari total
tenaga kerja yang direkrut 41,42% diantaranya merupakan tenaga skill yang dipastikan
akan lebih banyak diisi tenaga kerja dari luar daerah dan tingkat penghasilannya pun
jauh lebih tinggi. Kondisi ini akan memunculkan kecemburuan, kesenjangan sosial dan
ketidakharmonisan hubungan diantara para tenaga kerja dan bahkan dengan penduduk
lokal pada umumnya. Besaran dampak negatif ini adalah sedang (-2) karena sekitar
80% penduduk mengkhawatirkan kemunculan hal-hal yang tidak diharapkan tersebut.
Sikap dan persepsi masyarakat yang semula baik (4) akan turun menjadi buruk (2).
yang dipastikan berasal dari luar daerah dan tingkat penghasilannya jauh lebih
tinggi, kondisi ini akan menyebabkan terjadinya kecemburuan khususnya dari
tenaga kerja lokal sehingga mengganggu proses sosial dalam masyarakat. Berbagai
dampak negatif yang muncul tersebut menyebabkan sekitar 20% penduduk
mempunyai sikap dan persepsi negatif terhadap proyek atau besaran dampaknya
negatif kecil (-1). Sikap dan persepsi masyarakat yang sebelum proyek
berlangsung mempunyai kualitas baik (4) akan turun menjadi sedang (3).
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
Sikap dan persepsi negatif akan muncul terkait adanya penerimaan tenaga kerja yang
melibatkan sekitar 198 orang, sementara itu masih sangat banyak penduduk lokal,
khususnya para pencari kerja (lebih dari 96%) yang tidak tertampung proyek. Pada sisi
yang lain dari total tenaga kerja yang direkrut 76,77% diantaranya merupakan tenaga
skill yang dipastikan akan lebih banyak diisi tenaga kerja dari luar daerah dengan
tingkat pendidikan, ketrampilan dan penghasilan yang jauh lebih tinggi. Kondisi ini akan
memunculkan kecemburuan, kesenjangan sosial dan ketidakharmonisan hubungan
diantara para tenaga kerja dan bahkan dengan penduduk lokal pada umumnya. Besaran
dampak negatif ini adalah sedang (-2) karena sekitar 40% penduduk mengkhawatirkan
kemunculan hal-hal yang tidak diharapkan tersebut. Sikap dan persepsi masyarakat
yang semula baik (4) akan turun menjadi buruk (2).
Derajat kepentingan dampak adalah sebagai berikut.
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Jumlah manusia yang akan terkena dampak akibat adanya sikap dan persepsi
negatif masyarakat terkait kegiatan penerimaan tenaga kerja cukup banyak, yaitu
sekitar 40% penduduk lokal. Dengan demikian kriteria dampaknya penting (P).
yang khawatir dengan kegiatan ini atau besaran dampak yang muncul adalah negatif
kecil (-1). Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan yang selama ini
baik kualitasnya (4) karena hanya sekitar 21% penduduk yang mengkhawatirkan
adanya dampak-dampak negatif dari proyek, akan turun menjadi sedang atau
mempunyai skala 3.
Selama ini kualitas kesehatan masyarakat termasuk dalam kualitas sedang (3)
mengingat kondisi sanitasi lingkungan masih kurang baik, belum semua lapisan
masyarakat mampu menjangkau fasilitas kesehatan dan berperilaku hidup bersih dan
sehat. Dengan adanya kegiatan ini diprakirakan kondisi tingkat kesehatan masyarakat
akan turun menjadi sangat buruk (1) karena intensitas kegiatan ini cukup tinggi dan
akan berlangsung dalam jangka waktu panjang. Dengan demikian besaran dampaknya
adalah negatif sedang (-2).
Tingkat kepentingan dampak:
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak kegiatan ini selain para pekerja adalah
penduduk sekitar lokasi kegiatan dan juga kemungkinan warga masyarakat lainnya.
Dengan demikian maka bobot dampaknya adalah penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah dampak penurunan kesehatan masyarakat disamping di sekitar lokasi
kegiatan juga akan dapat menyebar ke wilayah lain mengingat adanya pola interaksi
yang sekarang relatif terbuka antar wilayah. Bobot dampaknya dapat dikategorikan
penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak dari kegiatan ini berlangsung dalam waktu yang cukup panjang yaitu 20
tahun dengan intensitas yang tinggi, sehingga bobot dampak penting (P).
Selama ini kualitas kesehatan masyarakat termasuk dalam kualitas sedang (3)
mengingat kondisi sanitasi lingkungan masih kurang baik, belum semua lapisan
masyarakat mampu menjangkau fasilitas kesehatan dan berperilaku hidup bersih dan
sehat. Dengan adanya kegiatan ini diprakirakan kondisi tingkat kesehatan masyarakat
akan turun menjadi sangat buruk (1) karena intensitas kegiatan ini cukup tinggi dan
akan berlangsung dalam jangka waktu panjang. Dengan demikian besaran dampaknya
adalah negatif sedang (-2).
Hasil rekapitulasi Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok
Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5.8. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
3. Revegetasi Vegetasi P TP P P P TP 4P
Satwa liar P TP P P P TP 4P
Keterangan:
Angka (1), (2), dan (3) menunjukkan alternatif kegiatan.
B. Tahap Operasi
1. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
Prakiraan besaran dampak yang terjadi pada kualitas udara akibat kegiatan operasional
kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya adalah negatif sedang (-
2). Angka ini merupakan selisih antara kualitas lingkungan udara awal baik (skala 4)
dengan kondisi skala kualitas udara saat kegiatan berlangsung menjadi jelek (skala 2).
Dasar pertimbangan skala lingkungan (2) diuraikan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil pemodelan dengan tinggi stack 20 m, konsentrasi maksimum
penyebaran emisi gas terjadi pada jarak 1665 m dengan konsentrasi SO2 = 0,00929
gr/m3 , NOx = 2,66gr/m3 , dan CO = 0,3755 gr/m 3. Dari hasil pemodelan kondisi
kualitas udara masih di bawah baku mutu. Hasil pemodelan emisi gas disajikan pada
Lampiran 15. Berikut ini diuraikan derajat tingkat kepentingan dampak lingkungan
terhadap faktor-faktor penentu tingkat kepentingan dampak.
Dengan demikian kondisi kualitas lingkungan udara yang semula baik (skala 4) dengan
ISPU 51-100 akan mengalami penurunan menjadi jelek (skala 2) dengan ISPU 200-299
(sesuai Tabel 5.1). Berikut ini diuraikan derajat tingkat kepentingan dampak lingkungan
terhadap faktor-faktor penentu tingkat kepentingan dampak.
a) Jumlah manusia terkena dampak
Pada tahap operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
hanya berdampak terhadap manusia yang bekerja di kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus. Oleh karena itu kriteria dampaknya tidak penting (TP).
Berikut ini dijelaskan tentng derajat kepentingan dampk lingkungan kualitas udara
akibat penghentian operasi kilang LNG.
a) Jumlah manusia terkena dampak
Pada tahap penghentian operasi kilang LNG akan hanya berdampak terhadap
manusia yang bekerja di kilang LNG. Oleh karena itu kriteria dampaknya tidak
penting (TP).
5.2.1.2. Kebisingan
A. Tahap Konstruksi
1. Kegiatan konstruksi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus
Kegiatan konstruksi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus yang akan berlangsung,
diprakirakan akan meningkatkan kebisingan di lokasi proyek dan sekitarnya. Tingkat
kebisingan yang diprakirakan timbul 70 dB(A). Sesuai skala kualitas lingkungan kisaran
tingkat kebisingan ini memiliki skala kualitas lingkungan jelek (skala 2). Berdasarkan
pertimbangan di atas, dampak yang ditimbulkan merupakan dampak negatif sedang
(-2). Skala kualitas lingkungan awal kebisingan akan mengalami penurunan dari kondisi
baik skala 4) menjadi jelek (skala 2). Dengan demikian kondisi lingkungan awal yang
semula baik (skala 4) dengan nilai kebisingan 55 dB(A) mengalami peningkatan menjadi
70 dB(A), yang berarti kondisi lingkungan jelek (skala 2). Hasil perhitungan terlampir.
B. Tahap Operasi
1. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
Prakiraan dampak pada kebisingan ketika kegiatan operasional kilang LNG, Pelabuhan
Khusus dan fasilitas pendukungnya adalah negatif sedang (-2). Angka ini berasal dari
kualitas lingkungan awal baik (skala 4) dan pada saat ada kegiatan operasional, kualitas
lingkungan diprakirakan menjadi jelek (skala 2). Jumlah kompresor yang ditempatkan
di area Kilang LNG sebanyak 3 unit dengan kapasitas 150 MMSCFD berpotensi
menimbulkan kebisingan. Satu unit kompresor mempunyai kebisingan sekitar 80 dB(A),
sehingga apabila digunakan 3 unit kompresor maka kebisingan yang ditimbulkannya
84,77 dB(A) dan diprakirakan terhadap pemukiman sekitar 64-77 dB(A) (skala 2).
Berdasarkan hal tersebut, maka nilai tersebut termasuk dalam skala kualitas lingkungan
jelek (skala 2). Dengan demikian kondisi lingkungan awal yang semula baik (skala 4)
dengan nilai kebisingan 55 dB(A) akan mengalami peningkatan kebisingan saat kegiatan
operasional kilang dan Pelabuhan Khusus yaitu sebesar 64,81 dB(A) dengan kondisi
lingkungan jelek (skala 2) sehingga kondisi kualitas lingkungan mengalami penurunan
dari baik (skala 4) menjadi jelek (skala 2).
Tingkat kepentingan dampaknya adalah sebagai berikut:
a) Jumlah manusia terkena dampak
Pada tahap operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
kebisingan hanya berdampak terhadap manusia yang bekerja di kilang LNG dan
Pelabuhan Khusus. Oleh karena itu kriteria dampaknya tidak penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak bersifat penting (P), karena kegiatan ini
berlangsung di area yang cukup luas sekitar 200 Ha.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak kegiatan operasional kilang LNG dan Pelabuhan Khusus akan dirasakan
oleh selama operasioanal kilang LNG dan Pelabuhan Khusus berlangsung. Oleh
karena itu maka kriteria ini penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak adalah flora dan fauna
disekitar lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus yang cukup luas. Dengan
demikian dari segi komponen lingkungan terkena dampak adalah penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak akan mengalami kumulatif karena parameter kebisingan tidak akan
mengalami bioakumulasi maupun biomagnifikasi. Oleh karena itu kriteria ini tidak
penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan operasional kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus selesai, kebisingan akan kembali seperti sediakala. Oleh karena itu kriteria
ini tidak penting (TP).
kualitas lingkungan air permukaan/sungai awal baik (skala 4) dimana kekeruhan 6-20
NTU, pada saat ada kegiatan konstruksi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus, kualitas air
permukaan turun menjadi jelek (skala 2) yang diakibatkan dari peningkatan kekeruhan
dengan nilai sekitar 45-90 NTU.
Tingkat kepentingan dampaknya adalah sebagai berikut:
a) Jumlah manusia terkena dampak
Pada kegiatan konstruksi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus ini, jumlah manusia
yang akan terkena dampak ini relatif banyak, terdiri dari pekerja konstruksi,
penduduk terdekat dan mereka yang membuka peluang kerja dan berusaha di
sektor informal. Oleh karena itu kriteria dampaknya penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak bersifat penting (P), karena kegiatan kompleks
kilang LNG dan Pelabuhan Khusus menempati areal yang luas sekitar 200 Ha.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak kegiatan konstruksi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus akan dirasakan oleh
manusia dan makhluk hidup lainnya sejak saat pembangunan sampai beroperasi.
Oleh karena itu maka kriteria ini penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah flora dan fauna yang hidup
di sungai serta biota laut sekitar area konstruksi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus.
Oleh karena itu kriteria dampak ini penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak akan mengalami kumulatif karena tidak akan mengalami bio-
akumulasi maupun biomagnifikasi. Oleh karena itu kriteria ini tidak penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan ini selesai, kualitas air permukaan
akan kembali seperti sediakala. Oleh karena itu kriteria ini tidak penting (TP).
terutama konstruksi Pelabuhan Khusus akan menyebabkan penurunan kualitas air laut
terutama peningkatan kekeruhan akibat dari pengerukan. Peningkatan kekeruhan
diprakirakan sebesar 45-90 NTU sedangkan angka ini berada pada skala 2.
B. Tahap Operasi
1. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
Limbah cair berasal dari limbah campur minyak, air berasal dari operasi yang
berhubungan dengan pengolahan, air bekas cucian peralatan, setelah dilakukan
pengolahan di IPAL akan dibuang ke laut. Sedangkan di lokasi Pelabuhan Khusus
kemungkinan ada ceceran minyak dari kapal pengangkut produk. Kegiatan tersebut
akan menurunkan kualitas air laut terutama parameter minyak dan lemak.
Prakiraan dampak pada kualitas air laut ketika kegiatan operasional kilang LNG ini
dilakukan adalah negatif sedang (-2). Angka ini berasal dari kondisi rona lingkungan
awal baik (skala 4) dengan kandungan minyak dan lemak sekitar 1-5 ppm dan pada
saat ada kegiatan operasional kilang LNG diprakirakan turun menjadi kondisi jelek (skala
2). Angka skala 2 berasal dari prakiraan kondisi saat kegiatan, kandungan minyak dan
lemak menjadi sekitar 11-15 ppm. Sedangkan kriteria tersebut berada pada skala
kualitas lingkungan 2 (jelek).
Kepentingan dampak :
a) Jumlah manusia terkena dampak
Pada tahap penghentian operasi kilang LNG akan hanya berdampak terhadap
manusia yang bekerja di kilang LNG. Oleh karena itu kriteria dampaknya tidak
penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak bersifat tidak penting (TP), karena kegiatan ini
berlangsung di area yang cukup luas tapi terlokasir.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak penghentian operasi kilang LNG akan dirasakan selamanya dan kualitas air
laut akan kembali seperti sedia kala. Oleh karena itu maka kriteria ini penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak adalah biota laut di perairan
sekitar lokasi kilang LNG yang cukup luas. Dengan demikian dari segi komponen
lingkungan terkena dampak adalah penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak akan mengalami kumulatif karena parameter kualitas air laut tidak
akan mengalami bioakumulasi maupun biomagnifikasi. Oleh karena itu kriteria ini
tidak penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan operasional kilang LNG selesai,
kualitas air laut akan kembali seperti sediakala. Oleh karena itu kriteria ini tidak
penting (TP).
Berdasarkan hasil hitungan dengan metoda MKJI dapat diperkirakan bahwa adanya
tambahan lalulintas kendaraan pengangkut material tidak mengubah skala kualitas
lingkungan pada parameter kelancaraan lalulintas. Dengan demikian besaran
dampaknya adalah nihil (besaran dampak nol).
2 x 10 6
TKR 5,9 (skala 1/sangat rawan kecelakaan )
i 929 x 365
Dengan demikian skala kualitas lingkungan yang semula skala 3 (agak rawan
kecelakaan) menjadi skala 1 (sangat rawan kecelakaan), sehingga besaran
dampaknya menjadi 2 (negatif 2).
Hal ini disebabkan oleh faktor sebagai berikut:
lebar perkerasan minimal untuk lalulintas hanya 4,5 meter (kurang dari 5,5
meter),
banyaknya hewan ternak yang dibiarkan di pinggir jalan
banyaknya pejalan kaki yang berjalan di badan jalan
kecepatan laju kendaraan rata-rata di jalan lurus berkisar 60-70 km/jam
adanya penyempitan jalan akibat penggunaan parkir di badan jalan (kawasan
perkotaan/perdagangan)
penyempitan lebar jalan di jembatan
Adanya angkutan material dengan menggunakan Dump Truck (DT) selama masa
pelaksanaan pekerjaan.
Kerusakan terjadi bila: ITP1 < ITP2
Prakiraan dampak kerusakan untuk ruas jalan di masing-masing ruas jalan disajikan
pada tabel berikut.
Keterangan:
KR : Kendaraan Ringan LET : Lintas Ekivalen Tengah
TK : Truk Kecil LEA : Lintas Ekivalen Akhir
TS : Truk Sedang LER : Lintas Ekivalen Rencana
TB : Truk Berat LHR : Lalulintas Harian Rata-rata
BB : Bus Besar ITP1: Indeks Tebal Perkerasan sebelum ada kegiatan
LEP: Lintas Ekivalen Permulaan ITP2: Indeks Tebal Perkerasan setelah ada kegiatan
Dengan demikian demikian skala kualitas tingkat kerusakan jalan yang semula skala
3 (sedang) akan turun menjadi skala 1 (sangat jelek), sehingga besaran dampaknya
menjadi 2 (negatif 2).
Rute angkutan material akan melalui jalan lingkungan yang hanya merupakan jalan
tanah diperkeras batu (Makadam), sehingga diprakirakan akan mengalami
kerusakan. Hal ini disebabkan perkerasan jalan tidak mampu mendukung beban
kendaraan yang tinggi (MST > 10 Ton). Berdasarkan tingkat kepentingan dampak
akibat kegiatan mobilisasi peralatan, dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang akan terkena dampak adalah pengguna jalan yang kebetulan
melalui ruas jalan yang digunakan sebagai rute mobilisasi peralatan. Kerusakan
jalan akan mengakibatkan ketidaknyamanan pengguna jalan lain, sehingga
dampak yang terjadi dapat dianggap penting (P).
Kegiatan konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus yang menempati
lahan di wilayah Kintom dan berada pada jalur jalan provinsi, berdampak pada
kelancaran lalulintas di jalur tersebut. Berdasarkan tingkat kepentingan dampak,
dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang akan terkena dampak dapat adalah pengguna jalan yang
kebetulan melintasi jalan utama Batui-Kintom. Mengingat jalur jalan tersebut
merupakan jalan utama menuju ke Luwuk, maka gangguan transportasi akan
berdampak besar pada seluruh pengguna/masyarakat di wilayah tersebut.
Dengan dampak yang terjadi dapat dianggap penting (P).
b) Luas wilayah sebaran dampak
Akibat adanya kegiatan konstruksi fasilitas produksi dan kompleks kilang LNG,
maka akan berdampak pada seluruh wilayah Batui, Toili dan Toili Barat,
sehingga, sehingga dampak yang terjadi dianggap penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Gangguan yang diakibatkan oleh adanya kegiatan pembangunan fasilitas
produksi tersebut akan terjadi selama tahap konstruksi, maka dampak yang
terjadi dianggap penting (P).
d) Banyaknya komponen lainnya yang terkena dampak
Dampak yang diakibatkan oleh adanya kegiatan pembangunan fasilitas produksi
berdampak pada komponen lain, yaitu keresahan khususnya bagi pengguna
jalan lain (gangguan kenyamanan dan rawan kecelakaan), sehingga dampak
negatif ditimbulkan dianggap penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak lingkungan
Dampak terhadap kemacetan sifatnya sementara, setelah jam sibuk dan dengan
pengaturan lalulintas akan kembali normal. Dengan demikian dampak yang
terjadi dianggap tidak penting (TP).
f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kemacetan yang terjadi dapat terbalikkan dengan dilakukan pengaturan
lalulintas, sehingga dampak yang terjadi tidak penting (TP).
Rawan terhadap kecelakaan dapat terjadi pada saat banyak aktivitas pembangunan
yang berdekatan dengan ruas jalan, khususnya pekerja proyek yang melintas jalan
konflik dengan arus lalulintas menerus. Berdasarkan tingkat kepentingan dampak
dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang akan terkena dampak dari adanya manuver kendaraan
pengangkut peralatan dan material adalah pengguna jalan propinsi mulai dari
Luwuk sampai Toili Barat. Kondisi rona awal sudah pada kategori agak rawan
kecelakaan, sehingga dikhawatirkan adanya kendaraan berat tersebut akan
menambah tingkat kerawanan terhadap kecelakaan, sehingga dampak yang
terjadi dapat dianggap penting (P).
b) Luas wilayah sebaran dampak
Daerah yang akan terkena dampak akibat adanya kegiatan fasilitas produksi
dan kompleks kilang LNG akan dirasakan oleh seluruh warga/pengguna jalan
yang bertujuan ke Batui dan sekitarnya, sehingga dampak yang terjadi
dianggap penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Gangguan yang diakibatkan oleh adanya fasilitas produksi dan kompleks kilang
LNG adalah selama tahap konstruksi, maka dampak yang terjadi dianggap
penting (P).
Dari hasil perhitungan prakiraan kinerja ruas jalan yang akan datang setelah ada
kegiatan demobilisasi peralatan, skala kualitas lingkungan masih tetap, yaitu skala 5
(sangat baik), sehingga besaran dampaknya adalah nihil (nol).
6 x 106
TKR 8,9 (skala 1/sangat rawan kecelakaan )
i 1231 x 365
keanekaragaman < 1. Dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan konstruksi kilang
LNG dan Pelabuhan Khusus, terhadap biota air laut adalah negatif kecil (-1). Demikian
halnya dampak turunan kualitas air terhadap ikan juga relatif kecil (-1), sedangkan di
lokasi ini tidak terdapat terumbu karang karena substrat dasar adalah berupa pasir yang
tidak memungkinkan karang dapat tumbuh.
B. Tahap Operasi
1. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas lainnya di Uso
(Alternatif 1)
Kegiatan operasional kilang LNG dan fasilitas pendukungnya di Uso diprakirakan akan
berdampak pada biota air laut. Limbah cair dari kegiatan operasional kilang LNG,
sebelum dialirkan ke laut akan diolah dahulu, sehingga kualitasnya memenuhi baku
mutu. Namun demikian kualitas air yang dibuang tetap akan lebih buruk dibandingkan
dengan keadaan awal. Kondisi populasi plankton, benthos yang semula skala 3 dengan
indeks keanekaragaman sebesar 1,13 diprakirakan akan turun menjadi skala 2 dengan
indeks keanekaragaman < 1. Dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan operasi
kilang LNG, terhadap biota air laut adalah negatif kecil (-1). Demikian halnya dampak
turunan kualitas air terhadap ikan juga relatif kecil (-1), sedangkan kondisi terumbu
karang yang semula mempunyai persentase penutupan karang sebesar 10% (skala 2)
diprakirakan akan turun menjadi skala 1 yaitu terjadi penurunan < 5% dari penutupan
yang ada. Kategori dampak negatif kecil.
Tingkat kepentingan dampaknya adalah sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
Limbah cair dari kegiatan operasional kilang LNG dan fasilitas pendukungnya yang
dibuang ke laut bebas menyebabkan dampak pada kualitas air laut dan berdampak
turunan pada biota laut. Kelimpahan dan keanekaragaman plankton sebagai
produsen utama maupun benthos akan berkurang. Berkurang kelimpahan plankton,
benthos dan penurunan persentase penutupan karang hidup ,akan mempengaruhi
kelimpahan dan keanekaragaman ikan, sehingga akan berdampak langsung pada
masyarakat yang biasa mencari ikan di perairan sekitar kegiatan. Oleh karena itu
kategori dampak dari kegiatan ini menjadi penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Persebaran dampak terjadi pada wilayah yang relatif luas, sehingga dampak
menjadi penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif kecil namun berlangsung lama selama operasional,
sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini sifatnya menjadi penting (P).
d) Banyaknya komponen lain yang terkena dampak
Terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme perairan lain (benthos)
yang merupakan satu mata rantai makanan. Dengan demikian dampak kegiatan
pada komponen lingkungan lain cukup banyak, dan oleh karenanya dampak ini
sifatnya menjadi penting (P).
Derajat kepentingan dampak pembebasan lahan dan tanam tumbuh terhadap pola
kepemilikan lahan adalah sebagai berikut.
a) Jumlah manusia terkena dampak
Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh untuk lokasi kilang LNG dan
pelabuhan/Pelabuhan Khusus besera fasilitas pendukungnya berdampak terhadap
pola kepemilikan lahan di sekitar tapak proyek. Lahan yang dibutuhkan untuk
kegiatan ini sekitar 300 Ha, jika rata-rata kepemilikan lahan ladang/kebun di
sekitar tapak proyek sekitar 3 Ha setiap petani, maka terdapat sekitar 100 orang
petani kebun atau sekitar 0,57% dari total pemilik lahan kebun yang akan
kehilangan status kepemilikan lahannya. Perubahan kepemilikan lahan yang ada
relatif kecil, namun mengingat bahwa lahan merupakan sumber mata pencaharian
penduduk yang utama, maka perubahan yang ada akan sangat dirasakan oleh
penduduk yang kehilangan lahannya. Oleh karena itu dampaknya dikategorikan
sebagai dampak penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak dinilai penting (P), karena meliputi 2 kecamatan
di wilayah studi.
Kenaikan pendapatan secara tidak langsung juga akan dapat dinikmati oleh penduduk
lokal yang membuka usaha untuk memenuhi keperluan tenaga kerja. Jika diasumsikan
setiap jenis usaha yang dibuka oleh penduduk lokal dapat melayani kebutuhan sekitar
15 20 orang maka dengan adanya tenaga kerja sebanyak 157 orang diprakirakan
akan terdapat sekitar 10 orang yang akan membuka usaha. Jika rata-rata penghasilan
mereka dari membuka usaha sekitar Rp. 500.000,00/bulan setiap orangnya, maka
diprakirakan di wilayah studi setiap bulannya akan terjadi peningkatan pendapatan
secara langsung maupun tidak langsung sebesar:
tenaga kerja (unskill) = 127 x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 127.000.000,00
penduduk yang membuka usaha = 10 x Rp. 500.000,00 = Rp. 5.000.000,00 +
Rp. 132.000.000,00
C. Tahap Operasi
1. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya akan melibatkan
sekitar 300 orang tenaga kerja yang meliputi tenaga skill sebanyak 35 orang (11,67%)
dan unskill sebanyak 265 orang atau 88,33%. Tingkat pendapatan rata-rata tenaga
kerja yang terlibat dalam operasional pengembangan gas ini dipastikan lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja yang bekerja di luar kegiatan ini.
Mengingat bahwa jangka waktu operasional cukup panjang yakni sekitar 20 tahun,
maka diprakirakan akan terdapat banyak kesempatan usaha yang dapat diraih
penduduk lokal, baik yang secara langsung terlibat dengan proyek maupun secara tidak
langsung dengan berbagai jenis usaha untuk memenuhi keperluan hidup para tenaga
kerja yang terlibat proyek. Dengan berkembangnya wilayah, dipastikan bahwa di
wilayah studi dan sekitarnya akan menjadi tempat tujuan para pendatang untuk
mengadu nasib. Jika setiap tahun terjadi migrasi masuk sekitar 1000 orang yang
meliputi tenaga kerja operasional kilang LNG dan kegiatan lain di sekitarnya, maka
diprakirakan setidaknya akan terdapat sekitar 100 orang penduduk lokal yang akan
Jika uang yang beredar di wilayah studi tersebut dibagi merata dengan jumlah
penduduk wilayah studi, maka setiap orang akan mendapatkan tambahan pendapatan
sebesar Rp. 28.575,00 atau sekitar Rp. 142.875,00 untuk setiap kepala keluarga dengan
5 orang anggota keluarga. Kenaikan pendapatan ini relatif cukup dapat menutupi
kebutuhan harian warga masyarakat. Mengingat bahwa operasional kilang LNG akan
berjalan dalam kurun waktu yang panjang diprakirakan berbagai aktivitas ekonomi
lainnya akan terus bertambah sehingga tingkat pendapatan masyarakat akan dapat
terus meningkat pula. Besaran dampak yang ada adalah positif sedang (+2) sehingga
tingkat pendapatan masyarakat yang semula buruk (2) akan meningkat menjadi baik
atau berskala 4.
Derajat kepentingan dampak:
a) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah penduduk lokal yang dapat menikmati manfaat atau dampak positif secara
langsung dari kegiatan pengoperasian kilang LNG dan Pelabuhan Khusus adalah
sekitar 265 orang. Selain itu terdapat juga penduduk lain yang memperoleh manfaat
dari jasa penyedia berbagai kebutuhan para tenaga kerja seperti
penginapan/pondokan, usaha warung makan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
bobot dampaknya bersifat penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak dikategorikan penting (P) karena dampak tidak
hanya dinikmati oleh penduduk di sekitar tapak proyek saja tetapi oleh warga
masyarakat lainnya.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak akan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang dengan
intensitas sedang. Oleh karena itu sifat dampak menjadi penting (P).
Namun mengingat jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ini tidak begitu
banyak, maka diprakirakan hanya akan terdapat sekitar 10 orang saja yang akan
memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka usaha. Diharapkan dari setiap warga
masyarakat yang memanfaatkan kesempatan usaha yang ada dapat melibatkan warga
di sekitarnya sebagai rekanan bisnis maupun tenaga kerja. Dengan demikian
kesempatan usaha yang ada dapat dinikmati oleh lebih banyak warga masyarakat.
Selama ini relatif sangat jarang adanya warga masyarakat yang membuka usaha
mengingat di sekitarnya merupakan ladang atau kebun. Kesempatan berusaha oleh
masyarakat selama ini kualitasnya buruk (2) karena jenis usaha yang ada umumnya
masih terkait dengan alam dengan jumlah yang juga relatif terbatas yakni rata-rata
kurang dari 10 orang yang membuka usaha pada suatu kawasan permukiman. Dengan
adanya kegiatan ini maka kesempatan usaha yang ada akan dapat meningkat menjadi
sedang (3) dengan tumbuhnya berbagai usaha yaitu sekitar 10 11 unit yang melayani
aktivitas konstruksi pengembangan gas ini. Dengan demikian kegiatan ini berdampak
positif kecil (+1) terhadap kesempatan usaha masyarakat.
Kepentingan dampak :
a) Jumlah manusia terkena dampak
Junlah manusia yang akan membuka usaha sehubungan dengan adanya kegiatan
pembukaan dan pematangan lahan relatif sedikit yakni hanya sekitar 10 orang. Hal
ini terjadi mengingat tenaga kerja konstruksi yang terlibat di sini umumnya adalah
tenaga unskill yang berasal dari sekitar tapak proyek. Oleh karena itu dampaknya
dapat dikategorikan sebagai dampak tidak penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak dinilai tidak penting (TP) mengingat
kesempatan berusaha ini relatif hanya akan dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar
tapak proyek.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif kecil dan dampak hanya bersifat sementara. Dengan
demikian bobot dampaknya adalah tidak penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Akan terdapat beberapa dampak yang menyertai hal ini seperti peningkatan
pendapatan, kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan mobilitas barang-barang
kebutuhan sehari-hari dan sebagainya. Dengan demikian dampaknya dapat
dikategorikan sebagai dampak penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak yang ada tidak bersifat kumulatif sehingga dinilai tidak penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ada dapat berbalik sehingga kesempatan berusaha menjadi
berkurang kembali, manakala kegiatan ini berakhir. Dengan demikian bobot
dampaknya dikategorikan penting (P).
C. Tahap Operasi
1. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
Pada kegiatan ini, kesempatan berusaha juga muncul diantaranya akibat adanya tenaga
kerja yang terlibat di dalamnya, semakin banyaknya pendatang dan semakin maju dan
berkembangnya lokasi kilang LNG dan sekitarnya. Jenis-jenis usaha yang dapat dibuka
adalah upaya pemenuhan berbagai barang dan jasa yang secara langsung terkait
dengan proyek maupun secara tidak langsung yaitu untuk dapat memenuhi kebutuhan
para pekerja proyek, khususnya tenaga kerja lokal, karena para tenaga skill akan lebih
banyak memanfaatkan fasilitas untuk pemenuhan berbagai keperluan hidupnya di
daerah perkotaan.
Mengingat jangka waktu operasional pengembangan gas ini cukup panjang yakni sekitar
20 tahun, maka diprakirakan dalam perjalanannya akan terdapat banyak pendatang
yang masuk ke wilayah ini untuk dapat bekerja. Jika setiap tahun akan terdapat 1000
orang yang masuk ke wilayah ini, maka akan terdapat lebih dari 50 orang yang akan
memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka usaha. Diharapkan dari setiap warga
masyarakat yang memanfaatkan kesempatan usaha yang ada dapat melibatkan warga
di sekitarnya sebagai rekanan bisnis maupun tenaga kerja. Dengan demikian
kesempatan usaha yang ada dapat dinikmati oleh lebih banyak warga masyarakat.
Bobot dampak kegiatan ini adalah positif sedang (+2), sehingga kesempatan
berusaha oleh masyarakat yang semula kualitasnya buruk (2) karena rata-rata di setiap
wilayah permukiman maksimal hanya terdapat 10 orang yang membuka usaha, akan
meningkat menjadi baik atau mempunyai skala 4.
khususnya yang telah berkembang baik, meskipun tenaga kerja selama operasi produksi
gas diberhentikan. Diprakirakan hanya sekitar 10% jenis usaha khususnya yang selama
ini menyediakan makan minum karyawan yang akan tutup. Dampak yang ditimbulkan
kegiatan ini adalah negatif kecil (-1), sehingga kesempatan berusaha masyarakat
yang semula buruk (2) karena di setiap wilayah rata-rata hanya terdapat sekitar 10-15
orang yang membuka usaha, akan menjadi sangat buruk (1).
Sementara itu rasa tidak puas dan kecemburuan juga muncul dari penduduk lokal yang
diterima bekerja pada proyek terhadap para tenaga kerja skill yang umumnya berasal
dari luar daerah. Pekerja lokal akan merasa diperlakukan tidak adil karena jumlah
tenaga skill cukup banyak (33,83%) dengan tingkat penghasilan yang jauh lebih tinggi
dibandingkan pekerja lokal. Mereka umumnya masih akan beranggapan bahwa
merekalah yang lebih berhak menikmati semua ini dibandingkan para pendatang.
Kondisi ini pada akhirnya akan memicu terjadinya ketidakharmonisan hubungan sosial
bahkan konflik dalam masyarakat. Pola hubungan sosial dalam masyarakat yang selama
ini terjalin baik (skala 4) akan dapat berubah menjadi tidak harmonis, baik itu antara
warga masyarakat yang tidak dapat diterima bekerja dengan warga masyarakat yang
dapat diterima bekerja, maupun antara para pekerja pendatang dengan pekerja lokal.
Diprakirakan terdapat sekitar 40% penduduk yang akan mengalami ketidakharmonisan
dalam berinteraksi atau besaran dampaknya negatif sedang (-2), sehingga kondisi
proses sosial akan berubah menjadi buruk (2). Derajat kepentingan dampak adalah
sebagai berikut.
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Jumlah tenaga kerja yang direkrut untuk berbagai aktivitas konstruksi di bagian hilir
adalah sekitar 3000 orang, yang meliputi tenaga skill 33,83%, dan unskill 66,17%.
Kondisi ini memunculkan kecemburuan bagi warga masyarakat yang kebetulan tidak
dapat diterima bekerja. Rasa tidak puas dan kecemburuan juga terjadi diantara para
pekerja sendiri yang telah diterima bekerja, yaitu antara tenaga lokal dengan
tenaga pendatang. Diprakirakan gangguan proses sosial yang ada besarannya
sedang, bbot dampaknya penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Dalam kegiatan ini dampaknya meluas tidak hanya terkonsentrasi di tapak proyek.
Bobot dampaknya tidak penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak cukup besar dan akan berlangsung lama, namun karena
umumnya masyarakat lokal bersifat terbuka terhadap pendatang maka gangguan
proses sosial yang ada mudah dipulihkan. Kategori dampaknya termasuk tidak
penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak dari adanya ketidakharmonisan
hubungan sosial dalam masyarakat akibat kegiatan penerimaan tenaga kerja adalah
kemungkinan munculnya kerawanan sosial dan ganguan keamanan serta ketertiban
dalam masyarakat. Bobot dampaknya penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak kegiatan ini terhadap proses sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat
tidak bersifat kumulatif karena hubungan sosial dalam masyarakat ini dapat
diperbaiki melalui komunikasi yang intensif, baik diantara para pekerja pendatang
dengan penduduk lokal maupun antara penduduk lokal yang terekrut sebagai
tenaga kerja dengan penduduk lain yang tidak terekrut. Oleh karena itu bobot
dampaknya tidak penting (TP).
f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak gangguan proses sosial dalam masyarakat akibat dari kegiatan penerimaan
tenaga kerja ini bila dlihat dari sifat berbalik atau tidak berbalik dampak dapat
dikategorikan tidak penting (TP) karena gangguan proses sosial yang terjadi
dapat dipulihkan.
B. Tahap Konstruksi
1. Kegiatan konstruksi komplek kilang LNG dan Pelabuhan Khusus (alternatif-1
dan 2)
Kegiatan ini akan melibatkan sekitar 3000 orang tenaga kerja yang meliputi tenaga
kerja unskill sebanyak 1.950 orang atau sekitar 66,17% dan tenaga skill sebanyak
1.015 orang atau 33,83%. Kondisi ini berdampak terhadap proses sosial atau pola
hubungan sosial dalam masyarakat. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat masih
banyaknya penduduk lokal yang menganggur yakni sekitar 84,82% dari total pencari
kerja dan tidak tertampung proyek. Sementara itu tenaga skill yang terlibat juga cukup
banyak, dan dipastikan tenaga skill tersebut akan didominasi oleh tenaga kerja dari luar
daerah. Para tenaga skill dengan tingkat penghasilan yang besar diprakirakan akan
mempunyai gaya atau pola hidup yang berbeda dengan penduduk lokal. Kondisi inilah
yang diduga akan dapat menyebabkan munculnya kecemburuan dan kesenjangan sosial
yang mengarah terjadinya ketidakharmonisan hubungan diantara para tenaga kerja dan
bahkan dengan penduduk lokal pada umumnya. Hubungan sosial yang semula relatif
dekat dan erat akan dapat berubah dengan sering munculnya saling kecurigaan yang
pada akhirnya dapat memunculkan konflik sosial. Diprakirakan terdapat sekitar 40%
penduduk, khususnya para pencari kerja, yang merasakan adalah ketidakharmonisan
dalam pola hubungan sosial antarwarga masyarakat. Perubahan pola interaksi sosial ini
termasuk dalam kriteria negatif sedang (-2), sehingga kondisi proses sosial yang
semula baik (4) karena keharmonisan hubungan sosial dialami lebih dari 75%
penduduk, akan turun menjadi buruk atau mempunyai skala 2.
Derajat kepentingan dampaknya adalah sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Tenaga kerja lokal yang terlibat dalam kegiatan ini umumnya adalah sebagai tenaga
unskill dengan jumlah sekitar 15,18% dari total pencari kerja di wilayah studi.
Kondisi ini memunculkan kecemburuan bagi warga masyarakat yang kebetulan tidak
dapat diterima bekerja. Rasa tidak puas dan kecemburuan juga terjadi diantara para
pekerja sendiri yang telah diterima bekerja, yaitu antara tenaga lokal dengan
tenaga pendatang. Kondisi ini akan memunculkan gangguan proses sosial yang
diprakirakan akan dialami oleh sekitar 40% warga masyarakat. Bobot dampaknya
penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Gangguan proses sosial tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar tapak
proyek saja tetapi juga warga masyarakat di beberapa kecamatan wilayah studi.
Luas persebaran dampak kegiatan ini termask kategori penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak cukup besar karena gangguan proses sosial dirasakan oleh
banyak warga masyarakat dan dampak dapat berlangsung cukup lama sepanjang
masa konstruksi. Bobot dampak termasuk dalam kategori penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak dari terganggunya proses
sosial adalah kemungkinan adanya kerawanan sosial dan gangguan keamanan serta
ketertiban dalam masyarakat. Bobot dampak termasuk kategori penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Mengingat masyarakat lokal pada dasarnya bersifat terbuka terhadap pendatang
dan mudah untuk diajak diskusi/komunikasi, maka dampak ini tidak akan
terakumulasi. Oleh karena itu bobot dampaknya termasuk tidak penting (TP).
f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak gangguan proses sosial yang ada dapat dipulihkan, sehingga dampak
termasuk dalam kategori tidak penting (TP).
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk berbagai aktivitas operasional di bagian hilir
akan melibatkan sebanyak 300 orang yang meliputi tenaga skill sebanyak 35 orang
(11,67%) dan tenaga unskill sebanyak 265 orang atau sekitar 88,33%. Diprakirakan
penduduk lokal hanya akan dapat mengisi kesempatan kerja sebagai tenaga unskill dan
inipun hanya dapat diraih oleh 2,06% pencari kerja yang ada di wilayah hilir. Kondisi ini
berdampak terhadap proses sosial atau pola hubungan sosial dalam masyarakat.
Sementara itu tenaga skill akan didominasi oleh tenaga kerja dari luar daerah. Para
tenaga skill dengan tingkat pendidikan, ketrampilan dan penghasilan yang tinggi
diprakirakan akan mempunyai gaya atau pola hidup yang berbeda dengan penduduk
lokal. Kondisi inilah yang diduga akan dapat menyebabkan munculnya rasa tidak puas,
rasa iri atau kecemburuan dan kesenjangan sosial yang mengarah terjadinya
ketidakharmonisan hubungan diantara para tenaga kerja dan bahkan dengan penduduk
lokal pada umumnya. Hubungan sosial yang semula relatif dekat dan erat akan dapat
berubah dengan sering munculnya saling kecurigaan yang pada akhirnya dapat
memunculkan konflik sosial. Diprakirakan hanya akan terdapat sekitar 26,95%
penduduk yang merasakan adanya keharmonisan dalam pola hubungan sosial antar
warga masyarakat. Perubahan pola interaksi sosial ini termasuk negatif sedang (-2),
sehingga kondisi proses sosial yang semula baik (4) karena keharmonisan hubungan
sosial dirasakan lebih dari 75% penduduk, akan turun menjadi buruk atau mempunyai
skala 2. Derajat kepentingan dampak adalah sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Jumlah tenaga kerja yang diterima untuk berbagai aktivitas operasional adalah 300
orang, yang pada umumnya (88,33%) merupakan tenaga unskill yang dapat diisi
oleh penduduk lokal. Kondisi ini memunculkan kecemburuan bagi warga masyarakat
yang kebetulan tidak dapat diterima bekerja. Rasa tidak puas dan kecemburuan
juga terjadi diantara para pekerja sendiri yang telah diterima bekerja, yaitu antara
tenaga lokal dengan tenaga pendatang. Kondisi ini akan memunculkan gangguan
proses sosial yang dirasakan cukup banyak (sekitar 73,05%) oleh warga
masyarakat. Bobot dampaknya penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Dalam kegiatan ini dampaknya meluas tidak hanya terkonsentrasi di tapak proyek.
Bobot dampaknya penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak cukup besar dan dampak akan berlangsung lama, sehingga
bobot dampaknya termasuk kategori penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak akibat terganggunya proses sosial
adalah kemungkinan adanya kerawanan sosial dan gangguan keamanan serta
ketertiban dalam masyarakat. Bobot dampaknya penting (P).
Diprakirakan perubahan pelapisan sosial yang ada cukup mencolok dari kondisi sosial
masyarakat yang semula umumnya bermatapencaharian dalam bidang pertanian
dengan tingkat penghasilan rendah. Setidaknya akan terjadi perubahan kelas-kelas
sosial yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan dan ekonomi masyarakat dengan
persentase sekitar 60% atau besaran dampaknya adalah negatif sedang (-2).
Pelapisan sosial dalam masyarakat pada awalnya hampir tidak ada atau kualitasnya baik
(4), karena hanya sekitar 12% penduduk yang menyatakan bahwa sebenarnya ada
penduduk dengan tingkat ekonomi kuat dan berpengaruh terhadap terbentuknya
pelapisan sosial dalam masyarakat, pertanian dengan tingkat pendidikan dan
penghasilan yang relatif sama, akan turun menjadi buruk (2).
bahkan dengan penduduk lokal pada umumnya. Pada gilirannya hal ini akan
memunculkan sikap dan persepsi negatif masyarakat. Tenaga kerja lokal yang terekrut
proyek baru sekitar 15,18% dari total pencari kerja di wilayah studi, dengan demikian
rasa iri, cemburu dan ketidakpuasan dalam proses penerimaan tenaga kerja akan
dirasakan oleh banyak pencari kerja yang tidak terekrut proyek. Diprakirakan akan
terdapat 40% warga masyarakat yang berpersepsi negatif terhadap kegiatan ini atau
besaran dampaknya negatif sedang (-2). Sikap dan persepsi warga masyarakat
terhadap proyek yang sebelumnya berkualitas baik (4) karena hanya sekitar 21%
penduduk yang diprakirakan merasa tidak puas dengan proyek, akan turun menjadi
buruk (2). Derajat kepentingan dampak adalah sebagai berikut.
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Jumlah manusia yang akan terkena dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja
selain tenaga kerja lokal juga dari luar daerah, yakni sebanyak 3000 orang. Tenaga
kerja skill yang direkrut umumnya berasal dari luar daerah dan tenaga unskill akan
banyak berasal dari penduduk lokal. Namun mengingat bahwa jumlah pencari kerja
di wilayah studi cukup banyak dan baru sekitar 15,18% yang tertampung proyek,
diprakirakan sikap dan persepsi negatif ditunjukkan tidak kurang dari 40% warga
masyarakat khususnya dari tenaga lokal yang tidak tertampung proyek. Dengan
demikian kriteria dampaknya adalah penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah yang akan terkena dampak cukup luas karena meliputi penduduk baik di
sekitar tapak proyek maupun di luarnya yang meliputi 2 kecamatan di wilayah studi.
Kriteria dampaknya penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif besar dan dampak dapat berlangsung lama, namun karena
umumnya masyarakat lokal bersifat terbuka dan mudah untuk diajak berdiskusi
maka sikap dan persepsi negatif masyarakat yang muncul relatif dapat segera
diatasi. Kategori dampaknya termasuk tidak penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak adanya sikap dan persepsi negatif
masyarakat adalah kemungkinan munculnya kerawanan sosial yang dapat
mengarah pada gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Bobot dampaknya
penting (P).
B. Tahap Konstruksi
1. Konstruksi komplek kilang LNG dan Pelabuhan Khusus (alternatif-1 dan 2)
Kegiatan ini berdampak negatif terhadap sikap dan persepsi masyarakat sebagai akibat
turunnya kualitas udara, meningkatnya kebisingan, turunnya kualitas air laut,
terganggunya biota air laut dan gangguan proses sosial khususnya rasa iri dan cemburu
penduduk lokal terhadap para tenaga kerja pendatang. Sikap dan persepsi negatif
terhadap proyek dirasakan oleh sekitar 50% warga masyarakat, khususnya para pencari
kerja, sehingga kondisi sikap dan persepsi masyarakat terhadap proyek yang semula
baik (4) karena hanya sekitar 21% penduduk yang merasa khawatir adanya dampak
negatif proyek akan turun menjadi buruk (2). Besaran dampaknya adalah negatif
sedang (-2). Derajat kepentingan dampaknya adalah sebagai berikut.
a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Manusia yang terkena dampak kegiatan ini cukup banyak, diprakirakan lebih dari
50% penduduk di sekitar tapak proyek. Dampak termasuk kategori penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah persebaran dampak cukup luas, tidak hanya di sekitar tapak proyek saja
tetapi juga di daerah-daerah lain sekitarnya yang meliputi 2 kecamatan dalam
wilayah studi. Bobot dampaknya menjadi penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak cukup besar karena kegiatan ini cukup kompleks dan intensif
dengan jangka waktu cukup lama. Bobot dampaknya termasuk penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Komponen lain yang terkena dampak dari adanya sikap dan persepsi negatif
masyarakat adalah kemungkinan munculnya kerawanan sosial dan terganggunya
keamanan serta ketertiban dalam masyarakat. Bobot dampaknya dikategorikan
penting (P).
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan tenaga kerja
Sikap dan persepsi negatif akan muncul terkait adanya penerimaan tenaga kerja yang
melibatkan sekitar 300 orang, sementara itu masih sangat banyak penduduk lokal,
khususnya para pencari kerja (lebih dari 97%) yang tidak tertampung proyek. Pada sisi
yang lain dari total tenaga kerja yang direkrut sekitar 11,67% diantaranya merupakan
tenaga skill yang dipastikan akan lebih banyak diisi tenaga kerja dari luar daerah
dengan tingkat pendidikan, ketrampilan dan penghasilan yang jauh lebih tinggi. Kondisi
ini akan memunculkan kecemburuan, kesenjangan sosial dan ketidakharmonisan
hubungan diantara para tenaga kerja dan bahkan dengan penduduk lokal pada
umumnya. Besaran dampak negatif ini adalah negatif sedang (-2) karena sekitar
40% penduduk mengkhawatirkan kemunculan hal-hal yang tidak diharapkan tersebut.
Sikap dan persepsi masyarakat yang semula baik (4) akan turun menjadi buruk (2).
ditunjukkan oleh sekitar 21% warga masyarakat akan turun menjadi sedang dengan
skala 3. Derajat kepentingan dampaknya adalah sebagai berikut.
a) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah penduduk lokal yang akan terkena dampak kegiatan demobilisasi peralatan
diprakirakan tidak banyak yakni kurang lebih 8% karena aktivitas demobilisasi akan
dilakukan melalui jalur transportasi yang selama ini relatif jarang terdapat
permukiman di kanan-kirinya. Oleh karena itu bobot dampaknya bersifat tidak
penting (TP).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak dikategorikan tidak penting (TP) karena sentra
permukiman yang berada di sepanjang jalur demobilisasi relatif sangat sedikit.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif kecil dan dampak akan berlangsung dalam kurun waktu
tertentu atau bersifat sementara. Oleh karena itu sifat dampak menjadi tidak
penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak dari adanya sikap dan persepsi
negatif masyarakat adalah kemungkinan adanya konflik dan renggangnya hubungan
sosial dalam masyarakat. Dengan demikian sifat dampaknya adalah penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak dari adanya sikap dan persepsi negatif masyarakat tidak bersifat kumulatif
mengingat diprakirakan akan terdapat berbagai upaya pengelolaan dampak. Bobot
dampak dikategorikan tidak penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ada dapat berbalik atau dipulihkan, bilamana berbagai upaya
pengelolaan dapat dilaksanakan sehingga dapat mengurangi sikap dan persepsi
negatif masyarakat yang ada. Dengan demikian bobot dampaknya adalah tidak
penting (TP).
berbagai jasa yang selama ini mendapat peluang berusaha, seperti warung makan, toko
kelontong, cleaning service, dan lain sebagainya. Sikap dan persepsi masyarakat yang
semula baik (4) karena hanya sekitar 21% penduduk yang mengkhawatirkan adanya
dampak negatif proyek, akan turun menjadi buruk (2) dengan meningkatnya persentase
kekhawatiran menjadi sekitar 74% saat penglepasan tenaga kerja diterapkan. Dengan
demikian perubahan dampak yang ditimbulkan adalah sekitar 53% atau besaran
dampaknya adalah negatif sedang (-2). Derajat kepentingan dampak:
a) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah penduduk lokal yang akan kehilangan kesempatan kerja sebagai akibat
adanya kegiatan penglepasan tenaga kerja cukup banyak, yakni sekitar 53% yang
meliputi para tenaga kerja yang selama ini terlibat langsung maupun tidak langsung
dalam proyek melalui kontraktor-kontraktor yang ada. Oleh karena itu bobot
dampaknya bersifat penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak dikategorikan penting (P) karena dampak relatif
tidak hanya dialami oleh penduduk di sekitar tapak proyek saja, tetapi juga
penduduk lain di sekitarnya.
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif kecil dan dampak bersifat sementara atau berlangsung
dalam kurun waktu tertentu saja sampai penduduk lokal mendapatkan kembali
kesempatan kerja. Oleh karena itu sifat dampak menjadi tidak penting (TP).
d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak dengan adanya sikap dan persepsi
negatif masyarakat adalah kemungkinan munculnya kerawanan sosial dan
gangguan kamtibmas. Dengan demikian sifat dampaknya adalah penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak sikap dan persepsi negatif masyarakat tidak bersifat kumulatif mengingat
diprakirakan warga masyarakat akan dapat memperoleh kesempatan kerja kembali.
Bobot dampak dikategorikan tidak penting (TP).
f) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ada dapat berbalik atau dipulihkan, bila suatu saat penduduk lokal
yang telah hilang kesempatan kerjanya dapat kembali bekerja. Dengan demikian
bobot dampaknya adalah tidak penting (TP).
Selama ini kualitas kesehatan masyarakat termasuk dalam kualitas sedang (3)
mengingat kondisi sanitasi lingkungan masih kurang baik, belum semua lapisan
masyarakat mampu menjangkau fasilitas kesehatan dan berperilaku hidup bersih dan
sehat. Dengan adanya kegiatan ini diprakirakan kondisi tingkat kesehatan masyarakat
akan turun menjadi sangat buruk (1) karena intensitas kegiatan ini cukup tinggi dan
akan berlangsung dalam jangka waktu panjang sehingga diprakirakan lebih dari 20%
penduduk yang menderita jenis-jenis penyakit baru. Dengan demikian besaran
dampaknya adalah negatif sedang (-2).
Tingkat kepentingan dampak:
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak kegiatan ini selain para pekerja adalah
penduduk sekitar lokasi kegiatan dan juga kemungkinan warga masyarakat lainnya.
Dengan demikian maka bobot dampaknya adalah penting (P).
b) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah dampak penurunan kesehatan masyarakat disamping di sekitar lokasi
kegiatan juga akan dapat menyebar ke wilayah lain mengingat adanya pola interaksi
yang sekarang relatif terbuka antar wilayah. Bobot dampaknya dapat dikategorikan
penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak dari kegiatan ini berlangsung dalam waktu yang cukup panjang yaitu 20
tahun dengan intensitas yang tinggi, sehingga bobot dampak penting (P).
d) Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak akibat turunnya kesehatan
masyarakat adalah kehidupan sosial ekonomi dan sosial budaya. Dengan demikian
dampaknya menjadi penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak
Dampak penurunan tingkat kesehatan masyarakat tidak akan bersifat kumulatif,
manakala upaya pengelolaan selalu dilaksanakan. Dengan demikian bobot
dampaknya adalah tidak penting (TP).
f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Penurunan tingkat kesehatan masyarakat bersifat berbalik atau dapat diperbaiki
dengan berbagai upaya pengelolaan. Dengan demikian bobot dampaknya menjadi
tidak penting (TP).
Hasil rekapitulasi Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok
Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5.13. Matriks Sifat Penting Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan
Gas Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
3. Revegetasi Vegetasi TP TP P P P TP 3P
Satwa liar P TP P P P TP 4P