2414100002
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang, pembangunan dilakukan secara cepat di setiap daerah.
Sehingga, diperlukan lahan untuk melakukan pembangunan tersebut. Hal ini berdampak
pada semakin sempitnya lahan pertanian untuk bercocok tanam. Di sisi lain, sebagian besar
kawasan Indonesia merupakan lahan pertanian yang merupakan sektor penting bagi
masyarakat Indonesia. Pertanian merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat
Indonesia. Saat ini luas areal sawah di Pulau Jawa (sebagai pokok bahasan karya tulis ini)
sebanyak 3,4 juta hektar atau 42,49% dari total nasional, di Pulau Sumatera mencapai 2,3
juta hektar atau 29,59%, Kalimantan 937.606 hektar atau 11,57%, Sulawesi 886.501 hektar
atau 10,94%, Nusa Tenggara 285.852 hektar atau 3,53%, Bali 76.003 hektar atau 0,94%,
Papua 55.840 hektar atau 0,69% dan Maluku 21.763 hektar atau 0,27%. Kesenjangan yang
timbul ini, semakin jauh ketika faktor-faktor lingkungan tidak mendukung aktivitas
bercocok tanam di Pulau Jawa. Faktor lingkungan yang sering kali menjadi permasalahan
utama dalam bercocok tanam adalah cuaca yang kurang mendukung. Perubahan cuaca
lingkungan dapat memengaruhi faktor lain, yaitu temperatur lingkungan, kadar air dalam
tanah , pH tanah, intensitas cahaya matahari, dan kelembaban lingkungan. Sehingga, hal
ini menjadi permasalahan yang kompleks dalam dunia pertanian. Oleh sebab itu, tidak
jarang ditemui terjadi kekosongan lahan pertanian yang mengakibatkan konstruksi
bangunan semakin mudah untuk menempati suatu lokasi. Selain itu, penggantian lahan
pertanian dengan perkebunan juga sering dijumpai, mengingat lebih praktisnya perkebunan
dari segi perawatan tanaman.
Oleh sebab itu, pengendalian komposisi pH pupuk dan air pada budidaya hidroponik berbasis
ARDUINOdengan photovoltaicsebagai sumber tenaga listrik berguna untuk meningkatkan
produksi dan pemanfaatan lahan sempit
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan utama yang menjadi pokok bahasan dalam karya tulis kali
ini adalah:
1.3 Tujuan
Pada karya tulis tentang SMART HIDROPONIK ini, terdapat beberapa
tujuan yang hendak dicapai untuk mengatasi permasalahan di atas, yaitu: a.
mengatasi lahan bercocok tanam yang semakin sempit
b. mengatasi kesulitan dalam hal perawatan tanaman hidroponik
c. mengendalikan komposisi unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman
hidroponik
100 C, sehingga saat temperatur 100 C tegangan keluaran transduser (10mV/C x 100
C) = 1V. Meskipun tegangan sensor temperatur LM35 ini dapat mencapai 30 volt akan
tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan
catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60
A hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari
sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5
C pada temperatur 25 C .
Gambar 2. 3 Sensor Temperatur LM 35
2.3 PH meter
Prinsip kerja utama pH meter adalah terletak pada sensor probe berupa
elektrode kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di
dalam larutan. Ujung elektrode kaca adalah lapisan kaca setebal 0,1 mm
yang berbentuk bulat (bulb). Bulb ini dipasangkan dengan silinder kaca
nonkonduktor atau plastik memanjang, yang selanjutnya diisi dengan larutan
HCl (0,1 mol/dm3). Di dalam larutan HCl, terendam sebuah kawat elektroda
panjang berbahan perak yang pada permukaannya terbentuk senyawa
setimbang AgCl. Konstannya jumlah larutan HCl pada sistem ini membuat
elektrode Ag/AgCl memiliki nilai potensial stabil.
Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau
sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi
seperti dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan
tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan
tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala
milliampere per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai
aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri
membentuk modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel
surya, dan total menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi
penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa digabungkan
secara paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus
outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.
Gambar dibawah menunjukan ilustrasi dari modul surya.
Gambar 2. 6 Ilustrasi Cara Kerja Photovoltaic