Ebola menjadi pusat perhatian dunia karena epidemi yang akhir-akhir ini terjadi. Wabah kali
ini tercatat sebagai yang paling tinggi sepanjang sejarah oleh WHO. Hingga saat ini, belum
ada kasus Ebola yang ditemukan di Indonesia. Tetapi kewaspadaan harus tetap kita
tingkatkan agar dapat terhindar dari penyakit mematikan ini.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan dapat berakibat fatal jika segera tidak ditangani. Ebola
pertama kali ditemukan pada tahun 1976 di Sudan dan Kongo. Para pakar menduga bahwa
virus Ebola sudah hidup dalam tubuh kelelawar pemakan buah atau codot. Virus tersebut
kemudian menyebar ke hewan lain dan kemungkinan menjangkiti manusia melalui darah saat
mereka membersihkan darah hewan buruan yang sudah terkontaminasi.
Lingkungan sekitar yang terkontaminasi virus Ebola juga berisiko menularkan penyakit ini.
Misalnya, pakaian, seprai, dan jarum suntik bekas penderita. Karena itu, petugas medis yang
merawat penderita Ebola perlu meningkatkan kewaspadaan dan memaksimalisasi
perlindungan yang digunakan.
Virus Ebola dapat bertahan di luar tubuh, termasuk pada kulit penderita. Oleh sebab itu,
tradisi pemakaman yang mengharuskan keluarga atau teman dekat untuk memandikan
jenazah juga berpotensi menularkan virus Ebola. Keluarga dan petugas medis disarankan
untuk menangani jenazah penderita Ebola dengan perlindungan maksimal. Proses
pemakaman sebaiknya diserahkan kepada pihak yang terlatih dalam menangani kasus sejenis
ini.
Tidak seperti pada kasus flu atau cacar air ketika air liur yang di udara dapat menularkan
virus ke orang lain, cairan tubuh penderita Ebola perlu kontak langsung untuk menular.
Tetesan air liur atau ingus penderita Ebola yang tidak sengaja bersin atau batuk hanya dapat
menularkan virus jika terkena hidung, mata, mulut, serta luka terbuka seseorang. Oleh karena
itu, penularan Ebola melalui batuk atau bersin tidak umum terjadi.
Walau jarang, penularan Ebola juga dapat terjadi di tempat-tempat umum selain di rumah
sakit seperti bandara, restoran, sekolah, serta kantor.
Gejala-gejala Ebola
Masa inkubasi, yaitu jarak waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga muncul
gejala pertama, penyakit Ebola adalah sekitar 2-21 hari. Tetapi penderita Ebola tidak
menularkan virus sebelum menunjukkan gejala. Penularan virus Ebola hanya akan mulai
terjadi pada saat gejala muncul. Gejala-gejala awal yang mengindikasikan penyakit ini antara
lain:
Sakit kepala.
Merasa sangat lemas.
Nyeri pada otot dan sendi.
Sakit tenggorokan.
Muntah.
Ruam.
Gangguan fungsi hati dan ginjal.
Pendarahan dalam tubuh yang terkadang juga keluar melalui mulut, hidung, mata, atau
telinga.
Virus Ebola dapat menyebar dengan cepat dan sangat mematikan, jadi hindarilah kontak
kontak langsung dengan penderita. Jika Anda menduga Anda atau ada anggota keluarga
Anda tertular virus Ebola, segera temui dokter untuk menjalani pemeriksaan.
Setelah positif didiagnosis menderita Ebola, pasien akan menjalani perawatan intensif di
rumah sakit. Penanganan medis yang cepat dan tepat merupakan kunci dalam utama
meningkatkan kemungkinan keselamatan penderita.
Belum ditemukan obat untuk memberantas virus Ebola. Tetapi penelitian terus dilanjutkan
untuk menemukan vaksin dan obat yang efektif untuk menangani penyakit ini.
Perawatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk mendukung kekebalan tubuh pasien dalam
melawan virus. Pasien umumnya akan menerima cairan melalui infus untuk
mencegah dehidrasi. Selama tubuh memerangi penyakit Ebola, tekanan darah, kadar oksigen
dalam darah, serta fungsi organ-organ tubuh pasien harus dipertahankan semaksimal
mungkin.
Jika ada anggota keluarga atau orang di sekitar Anda yang mungkin tertular Ebola, segera
bawa mereka untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit.
Saat menjenguk penderita di rumah sakit atau berada di sekitar penderita, gunakanlah
perlindungan seaman mungkin. Misalnya dengan mengenakan masker, sarung tangan, serta
pakaian dan kacamata pelindung.
Selalu mencuci tangan, terutama setelah terjadi kontak langsung dengan kulit pasien.
Termasuk juga dengan darah, cairan tubuh, dan benda-benda di sekitar pasien.
Jenazah penderita Ebola harus ditangani dengan perlindungan maksimal dan oleh pihak yang
terlatih dalam menangani kasus sejenis ini.
Hindari bepergian ke daerah dengan kasus Ebola yang tinggi seperti Afrika Barat.
Jika Anda berada di daerah yang berisiko menularkan Ebola, hindari kontak dengan hewan-
hewan yang berpotensi menularkannya. Misalnya kelelawar pemakan buah atau codot serta
monyet.
Khusus untuk petugas medis, ada beberapa langkah pencegahan yang sebaiknya diambil
untuk meminimalisasi risiko tertular Ebola. Antara lain:
Berhati-hati saat menangani darah, cairan tubuh, kateter, serta saat memasang infus pasien.
Senantiasa mencuci tangan, terutama setelah terjadi kontak langsung dengan kulit pasien.
Termasuk darah, cairan tubuh, dan benda-benda di sekitar pasien.
Buang peralatan medis sekali pakai, misalnya alat suntik, secara hati-hati.
Mengisolasi pasien Ebola atau yang diduga menderita Ebola di ruangan khusus dan
membatasi jumlah pengunjung seminimal mungkin.
http://www.alodokter.com/ebola
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berbagai penyakit menular pada manusia yang bersumber dari hewan telah banyak mewabah di
dunia. Istilah zoonosis telah dikenal untuk menggambarkan suatu kejadian penyakit infeksi pada
manusia yang ditularkan dari hewan vertebrata. Hal inilah yang dewasa ini menjadi sorotan publik
dan menjadi objek berbagai studi untuk mengkaji segala aspek yang berkaitan dengan wabah
tersebut yang diharapkan nantinya akan diperoleh suatu sistem terpadu untuk pemberantasan dan
penanggulangannya. Kemunculan dari suatu penyakit zoonosis tidak dapat diprediksi dan dapat
membawa dampak yang menakutkan bagi dunia, terutama bagi komunitas yang bergerak di bidang
kesehatan masyarakat dan veteriner.
Pada negara yang berkembang seperti Indonesia, zoonosis belum mendapatkan perhatian yang
cukup baik pemerintahnya maupun rakyatnya. Bukti konkritnya adalah kasus emerging zoonosis
Avian Influenza di Indonesia dimana sejak Agustus 2003, sebanyak 4,7 juta ayam mati akibat wabah
ini. Sejumlah 62 orang positif terinfeksi AI dan 47 orang diantaranya meninggal dunia. Di samping itu,
masih banyak kasus-kasus zoonosis lainnya yang mewabah di Indonesia seperti antraks dan rabies.
Kesuksesan penanggulangan penyakit zoonosis di negara lain menjadi tantangan bagi Indonesia
untuk keluar dari kungkungan penyakit zoonosis.
Kemunculan kasus-kasus penyakit zoonosis membuka suatu pemahaman baru dari lembaga
kesehatan hewan sedunia atau OIE (Office Internationale des Epizootes) mengenai musuh dunia.
OIE berpendapat bahwa dewasa ini, musuh dunia bukan lagi perang dunia, bom nuklir ataupun
serangan teroris, melainkan alam itu sendiri. Kemunculan yang tak terduga dari suatu penyakit
zoonosis juga memunculkan istilah emerging zoonosis. Istilah ini dapat didefinisikan secara luas
sebagai suatu kejadian penyakit zoonosis dengan (1) agen penyakit yang telah dikenal dan muncul
pada area geografik yang berbeda (2) agen penyakit yang telah dikenal atau kerabat dekatnya dan
menyerang hewan yang sebelumnya tidak rentan (3) agen penyakit yang belum dikenal sebelumnya
dan terdeteksi untuk pertama kalinya. Sedangkan re-emerging zoonosis adalah suatu penyakit
zoonosis yang pernah mewabah dan sudah mengalami penurunan intensitas kejadian namun mulai
menunjukkan peningkatan kembali (Morse 2004).
Setiap era sejarah kehidupan manusia selalu disertai kemunculan dari suatu penyakit yang baru.
Perubahan sosial dan ekologi yang berkaitan dengan penyebaran populasi manusia, perubahan
lingkungan dan globalisasi dapat berimplikasi pada kemunculan suatu penyakit zoonosis.
Peningkatan populasi manusia dan globalisasi menyebabkan perpindahan manusia dari satu benua
ke benua lainnya. Seiring dengan hal tersebut maka juga akan terjadi perpindahan hewan antar
wilayah, bahkan benua, melalui perusakan habitat, perdagangan, permintaan pribadi dan
kepentingan teknologi, dimana mikroorganisme, termasuk mikroorganisme patogen, juga mengalami
perpindahan ke daerah yang baru. Pada dasarnya, penyakit yang ada di dunia juga mengalami
perkembangan yang sejalan dengan perkembangan dunia yang cukup pesat.
Sehingga sampai sekarang belum dapat diketahui dari mana virus itu berasal, atau hewan apa yang
menjadi host awalnya. Berbagai binatang yang dijumpai di sekitar tepian sungai Ebola diteliti, dari
serangga, ular, sampai monyet, tetapi tidak ditemukan indikasi bahwa virus itu dari hewan-hewan
tersebut. Sehingga membuat para peneliti yang melakukan penelitian akan penyebab terjadinya
penyakit ini hingga menyebabkan wabah di daerah kongo dan Uganda belum dapat dipecahkan dan
didapatkan solusi pengobatannya.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui tinjauan umum penyakit ebola
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Umum Penyakit Ebola
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari penyakit
yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit Ebola sangat mematikan. Gejala-gejalanya antara lain
muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar
antara 50% sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo. Penyakit Ebola dapat
ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21
hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari. Saat ini telah dikembangkan vaksin untuk Ebola yang 100%
efektif dalam monyet, namun vaksin untuk manusia belum ditemukan.
Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar Anus, dan
demam. Tingkat kematian sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo. Penyakit
Ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh ataukulit.Virus Ini mulai menular
dari salah satu spesies kera di kongo kemudian mulai menyebar ke manusia, jangka waktu manusia
mulai terjangkit virus ini sampai menemui ajalnya sekitar 1 minggu karena saking ganasnya virus ini.
Semoga Bermanfaat.....!
PENDAHULAUAN
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri
dan struktur virus Ebola, cara mendeteksi virus Ebola, gejala demam Ebola, cara penularan
virus Ebola, upaya pencegahan, upaya pengobatan dan rehabilitasi bagi mantan penderita
demam Ebola.
1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan
pembaca mengenai penyakit demam ebola, mulai dari ciri-ciri dan struktur virus Ebola, cara
mendeteksi virus Ebola, gejala demam Ebola, cara penularan virus Ebola, upaya
pencegahan, upaya pengobatan dan rehabilitasi bagi mantan penderita demam Ebola.
PEMBAHASAN
2.6. Pengobatan
Sampai dengan saat ini, belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus
Ebola. Akan tetapi sekarang sedang di kembangkan pembuatan vaksin yang akan diujikan
kepada manusia untuk pertama kalinya adalah vaksin yang sudah memasuki fase uji-klinis.
Menurut Sanchez, infeksi virus Ebola di dalam tubuh manusia memang bisa sangat
mematikan, tapi monyet berhasil selamat dari infeksi virus tersebut dan ini bisa menjadi
contoh yang sangat bermanfaat bagi uji-coba terhadap binatang. Pengujian vaksin Ebola
dengan menggunakan primata memberikan perkembangan yang menjanjikan bagi hadirnya
vaksin pelindung (www.mediaindonesia.com).
Ada beberapa hal yang menyebabkan penyebaran penyakit Ebola (Demam Berdarah
Ebola) sangat dikhawatirkan, antara lain:
PENUTUP
3.1. Simpulan
Demam Berdarah Ebola ( Demam Hemorrhagic) adalah penyakit disebabkan oleh suatu
virus yang termasuk kedalam genus Ebolavirus, keluarga Filoviridae. Ada empat jenis virus
Ebola, yaitu virus Ebola-Zaire, virus Ebola-Sudan, virus Ebola-Ivory dan virus Ebola Reston.
Untuk mendeteksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian antigen-capture enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA, polymerase chain reaction (PCR).
Gejala demam ebola meliputi: radang sendi, sakit punggung, diare, kelelahan, sakit
kepala, rasa tidak enak badan, kerongkongan terasa sangat sakit, dan muntah-muntah.
Pada gejala akhir, demam ebola dapat menujukkan gejala seperti: gatal-gatal, pendarahan
dari mata, telinga, dan hidung, pendarahan dari mulut dan dubur (pendarahan
gastrointestinal), radang pada mata (conjunctivitis), bengkak pada organ genital (labia dan
kantung buah pelir (scrotum)), keluarnya darah melalui permukaan kulit (hemorrhagic).
Virus Ebola dapat menyebar melalui penggunaan jarum suntik yang tidak disterilkan atau
melakukan kontak dengan seseorang yang terkena infeksi atau mayat orang yang sudah
meningggal karena terserang virus Ebola. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan:
menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak melakukan kontak dengan
pasien atau mayat yang terjangkit virus Ebola. Sampai dengan saat ini, belum ditemukan
vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.
3.2. Saran
Meskipun sampai dengan saat ini belum ada laporang tentang adanya penyakit yang
disebabkan oleh virus Ebola, akan tetapi hendaknya kita selalu waspada terhadap virus
Ebola mengingat virus ini sangat cepat menular, dapat dengan cepat menyebabkan
kematian, dan sampai saat ini masih belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi
oleh virus Ebola.
http://lenkabelajar.blogspot.sg/2012/09/artikel-virus-ebola.html