Anda di halaman 1dari 15

PEMBAHASAN

Ebola menjadi pusat perhatian dunia karena epidemi yang akhir-akhir ini terjadi. Wabah kali
ini tercatat sebagai yang paling tinggi sepanjang sejarah oleh WHO. Hingga saat ini, belum
ada kasus Ebola yang ditemukan di Indonesia. Tetapi kewaspadaan harus tetap kita
tingkatkan agar dapat terhindar dari penyakit mematikan ini.

Penyakit ini disebabkan oleh virus dan dapat berakibat fatal jika segera tidak ditangani. Ebola
pertama kali ditemukan pada tahun 1976 di Sudan dan Kongo. Para pakar menduga bahwa
virus Ebola sudah hidup dalam tubuh kelelawar pemakan buah atau codot. Virus tersebut
kemudian menyebar ke hewan lain dan kemungkinan menjangkiti manusia melalui darah saat
mereka membersihkan darah hewan buruan yang sudah terkontaminasi.

Penyebaran Virus Ebola


Ebola adalah penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus dan menyebar melalui kontak
langsung dengan darah atau cairan tubuh penderita seperti urin, tinja, air liur, serta air mani.
Dalam hal ini, kontak langsung berarti darah atau cairan tubuh lain seperti air liur atau ingus
penderita yang langsung menyentuh hidung, mata, mulut, atau luka seseorang yang terbuka.
Kelompok orang yang berisiko tinggi tertular virus ini umumnya adalah keluarga yang
tinggal serumah dengan penderita atau orang yang merawat penderita seperti petugas medis.
Jika ada anggota keluarga Anda yang diduga menderita Ebola, Anda sebaiknya tidak
merawatnya sendiri di rumah dan segera membawanya ke rumah sakit. Selama dirawat,
penderita Ebola akan menjalani pemantauan secara ketat dan pemeriksaan laboratorium
secara rutin karena mereka tetap dapat menularkan penyakit ini selama darah dan cairan
tubuhnya masih mengandung virus.

Lingkungan sekitar yang terkontaminasi virus Ebola juga berisiko menularkan penyakit ini.
Misalnya, pakaian, seprai, dan jarum suntik bekas penderita. Karena itu, petugas medis yang
merawat penderita Ebola perlu meningkatkan kewaspadaan dan memaksimalisasi
perlindungan yang digunakan.

Virus Ebola dapat bertahan di luar tubuh, termasuk pada kulit penderita. Oleh sebab itu,
tradisi pemakaman yang mengharuskan keluarga atau teman dekat untuk memandikan
jenazah juga berpotensi menularkan virus Ebola. Keluarga dan petugas medis disarankan
untuk menangani jenazah penderita Ebola dengan perlindungan maksimal. Proses
pemakaman sebaiknya diserahkan kepada pihak yang terlatih dalam menangani kasus sejenis
ini.

Tidak seperti pada kasus flu atau cacar air ketika air liur yang di udara dapat menularkan
virus ke orang lain, cairan tubuh penderita Ebola perlu kontak langsung untuk menular.
Tetesan air liur atau ingus penderita Ebola yang tidak sengaja bersin atau batuk hanya dapat
menularkan virus jika terkena hidung, mata, mulut, serta luka terbuka seseorang. Oleh karena
itu, penularan Ebola melalui batuk atau bersin tidak umum terjadi.
Walau jarang, penularan Ebola juga dapat terjadi di tempat-tempat umum selain di rumah
sakit seperti bandara, restoran, sekolah, serta kantor.

Gejala-gejala Ebola
Masa inkubasi, yaitu jarak waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga muncul
gejala pertama, penyakit Ebola adalah sekitar 2-21 hari. Tetapi penderita Ebola tidak
menularkan virus sebelum menunjukkan gejala. Penularan virus Ebola hanya akan mulai
terjadi pada saat gejala muncul. Gejala-gejala awal yang mengindikasikan penyakit ini antara
lain:

Serangan demam yang datang secara tiba-tiba.

Sakit kepala.
Merasa sangat lemas.
Nyeri pada otot dan sendi.

Sakit tenggorokan.

Setelah gejala-gejala di atas, akan muncul gejala lanjutan yang meliputi:

Muntah.

Ruam.
Gangguan fungsi hati dan ginjal.

Pendarahan dalam tubuh yang terkadang juga keluar melalui mulut, hidung, mata, atau
telinga.

Virus Ebola dapat menyebar dengan cepat dan sangat mematikan, jadi hindarilah kontak
kontak langsung dengan penderita. Jika Anda menduga Anda atau ada anggota keluarga
Anda tertular virus Ebola, segera temui dokter untuk menjalani pemeriksaan.

Diagnosis dan Pengobatan Ebola


Ebola termasuk penyakit yang sulit terdeteksi karena gejala awalnya yang mirip dengan
penyakit lain, seperti meningitis dan malaria. Diagnosis infeksi akibat virus ini hanya dapat
dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan menganjurkan pemeriksaan khusus virus Ebola
melalui darah dan cairan dari tubuh pasien. Selain tes virus, hasil tes darah juga biasanya
menunjukkan jumlah sel darah putih dan trombosit yang rendah, serta peningkatan kadar
enzim hati.

Setelah positif didiagnosis menderita Ebola, pasien akan menjalani perawatan intensif di
rumah sakit. Penanganan medis yang cepat dan tepat merupakan kunci dalam utama
meningkatkan kemungkinan keselamatan penderita.

Belum ditemukan obat untuk memberantas virus Ebola. Tetapi penelitian terus dilanjutkan
untuk menemukan vaksin dan obat yang efektif untuk menangani penyakit ini.

Perawatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk mendukung kekebalan tubuh pasien dalam
melawan virus. Pasien umumnya akan menerima cairan melalui infus untuk
mencegah dehidrasi. Selama tubuh memerangi penyakit Ebola, tekanan darah, kadar oksigen
dalam darah, serta fungsi organ-organ tubuh pasien harus dipertahankan semaksimal
mungkin.

Langkah Pencegahan Penyebaran Virus Ebola


Penularan awal virus Ebola adalah melalui kontak dengan hewan terinfeksi yang
penyebarannya terjadi secara langsung dengan penderita. Ada beberapa langkah yang dapat
kita lakukan untuk mencegah dan membatasi penyebaran virus tersebut.

Mencari tahu tentang virus Ebola sebanyak-banyaknya.

Jika ada anggota keluarga atau orang di sekitar Anda yang mungkin tertular Ebola, segera
bawa mereka untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit.

Saat menjenguk penderita di rumah sakit atau berada di sekitar penderita, gunakanlah
perlindungan seaman mungkin. Misalnya dengan mengenakan masker, sarung tangan, serta
pakaian dan kacamata pelindung.

Selalu mencuci tangan, terutama setelah terjadi kontak langsung dengan kulit pasien.
Termasuk juga dengan darah, cairan tubuh, dan benda-benda di sekitar pasien.

Jenazah penderita Ebola harus ditangani dengan perlindungan maksimal dan oleh pihak yang
terlatih dalam menangani kasus sejenis ini.

Hindari bepergian ke daerah dengan kasus Ebola yang tinggi seperti Afrika Barat.

Jika Anda berada di daerah yang berisiko menularkan Ebola, hindari kontak dengan hewan-
hewan yang berpotensi menularkannya. Misalnya kelelawar pemakan buah atau codot serta
monyet.

Memasak daging hewan sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi.

Khusus untuk petugas medis, ada beberapa langkah pencegahan yang sebaiknya diambil
untuk meminimalisasi risiko tertular Ebola. Antara lain:

Berhati-hati saat menangani darah, cairan tubuh, kateter, serta saat memasang infus pasien.

Gunakanlah perlindungan secara maksimal, misalnya dengan mengenakan masker, sarung


tangan, serta baju dan kacamata pelindung.

Senantiasa mencuci tangan, terutama setelah terjadi kontak langsung dengan kulit pasien.
Termasuk darah, cairan tubuh, dan benda-benda di sekitar pasien.

Sterilkan peralatan medis sebelum digunakan kembali.

Buang peralatan medis sekali pakai, misalnya alat suntik, secara hati-hati.

Mengisolasi pasien Ebola atau yang diduga menderita Ebola di ruangan khusus dan
membatasi jumlah pengunjung seminimal mungkin.
http://www.alodokter.com/ebola

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berbagai penyakit menular pada manusia yang bersumber dari hewan telah banyak mewabah di
dunia. Istilah zoonosis telah dikenal untuk menggambarkan suatu kejadian penyakit infeksi pada
manusia yang ditularkan dari hewan vertebrata. Hal inilah yang dewasa ini menjadi sorotan publik
dan menjadi objek berbagai studi untuk mengkaji segala aspek yang berkaitan dengan wabah
tersebut yang diharapkan nantinya akan diperoleh suatu sistem terpadu untuk pemberantasan dan
penanggulangannya. Kemunculan dari suatu penyakit zoonosis tidak dapat diprediksi dan dapat
membawa dampak yang menakutkan bagi dunia, terutama bagi komunitas yang bergerak di bidang
kesehatan masyarakat dan veteriner.

Pada negara yang berkembang seperti Indonesia, zoonosis belum mendapatkan perhatian yang
cukup baik pemerintahnya maupun rakyatnya. Bukti konkritnya adalah kasus emerging zoonosis
Avian Influenza di Indonesia dimana sejak Agustus 2003, sebanyak 4,7 juta ayam mati akibat wabah
ini. Sejumlah 62 orang positif terinfeksi AI dan 47 orang diantaranya meninggal dunia. Di samping itu,
masih banyak kasus-kasus zoonosis lainnya yang mewabah di Indonesia seperti antraks dan rabies.
Kesuksesan penanggulangan penyakit zoonosis di negara lain menjadi tantangan bagi Indonesia
untuk keluar dari kungkungan penyakit zoonosis.

Kemunculan kasus-kasus penyakit zoonosis membuka suatu pemahaman baru dari lembaga
kesehatan hewan sedunia atau OIE (Office Internationale des Epizootes) mengenai musuh dunia.
OIE berpendapat bahwa dewasa ini, musuh dunia bukan lagi perang dunia, bom nuklir ataupun
serangan teroris, melainkan alam itu sendiri. Kemunculan yang tak terduga dari suatu penyakit
zoonosis juga memunculkan istilah emerging zoonosis. Istilah ini dapat didefinisikan secara luas
sebagai suatu kejadian penyakit zoonosis dengan (1) agen penyakit yang telah dikenal dan muncul
pada area geografik yang berbeda (2) agen penyakit yang telah dikenal atau kerabat dekatnya dan
menyerang hewan yang sebelumnya tidak rentan (3) agen penyakit yang belum dikenal sebelumnya
dan terdeteksi untuk pertama kalinya. Sedangkan re-emerging zoonosis adalah suatu penyakit
zoonosis yang pernah mewabah dan sudah mengalami penurunan intensitas kejadian namun mulai
menunjukkan peningkatan kembali (Morse 2004).

Setiap era sejarah kehidupan manusia selalu disertai kemunculan dari suatu penyakit yang baru.
Perubahan sosial dan ekologi yang berkaitan dengan penyebaran populasi manusia, perubahan
lingkungan dan globalisasi dapat berimplikasi pada kemunculan suatu penyakit zoonosis.
Peningkatan populasi manusia dan globalisasi menyebabkan perpindahan manusia dari satu benua
ke benua lainnya. Seiring dengan hal tersebut maka juga akan terjadi perpindahan hewan antar
wilayah, bahkan benua, melalui perusakan habitat, perdagangan, permintaan pribadi dan
kepentingan teknologi, dimana mikroorganisme, termasuk mikroorganisme patogen, juga mengalami
perpindahan ke daerah yang baru. Pada dasarnya, penyakit yang ada di dunia juga mengalami
perkembangan yang sejalan dengan perkembangan dunia yang cukup pesat.
Sehingga sampai sekarang belum dapat diketahui dari mana virus itu berasal, atau hewan apa yang
menjadi host awalnya. Berbagai binatang yang dijumpai di sekitar tepian sungai Ebola diteliti, dari
serangga, ular, sampai monyet, tetapi tidak ditemukan indikasi bahwa virus itu dari hewan-hewan
tersebut. Sehingga membuat para peneliti yang melakukan penelitian akan penyebab terjadinya
penyakit ini hingga menyebabkan wabah di daerah kongo dan Uganda belum dapat dipecahkan dan
didapatkan solusi pengobatannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1.Bagaimana tinjauan umum penyakit ebola

2. bagaimana epidemiologi penyakit ebola

3. bagaimana etiologi penyakit ebola

4. bagaimana pencegahan penyakit ebola

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui tinjauan umum penyakit ebola

2. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit ebola

3. Untuk mengetahui etiologi penyakit ebola

4. Untuk mengetahui pencegahan penyakit ebola

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Umum Penyakit Ebola
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari penyakit
yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit Ebola sangat mematikan. Gejala-gejalanya antara lain
muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar
antara 50% sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo. Penyakit Ebola dapat
ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21
hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari. Saat ini telah dikembangkan vaksin untuk Ebola yang 100%
efektif dalam monyet, namun vaksin untuk manusia belum ditemukan.
Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar Anus, dan
demam. Tingkat kematian sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo. Penyakit
Ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh ataukulit.Virus Ini mulai menular
dari salah satu spesies kera di kongo kemudian mulai menyebar ke manusia, jangka waktu manusia
mulai terjangkit virus ini sampai menemui ajalnya sekitar 1 minggu karena saking ganasnya virus ini.

Artikel Virus Ebola

Posted by Annas Blog


*Artikel ini dibuat pada 10 April 2008 sebagai salah satu bentuk tugas Mata Kuliah
Kesehatan Masyarakat. Tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan
sarannya sangat penulis harapkan....

Semoga Bermanfaat.....!

Azhadira Crew, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 2008.

PENDAHULAUAN

1.1. Latar Belakang


Negara Zaire menjadi perhatian dunia karena di sana banyak penderita meninggal akibat
serangan Demam Berdarah Ebola (DBE). DBE disebabkan oleh semacam virus ganas yang
relatif baru, yaitu virus Ebola. Virus ini sudah disolasi sejak tahun 1967 dari penderita-
penderita di Jerman dan Yugoslavia, yang kemudian ternyata terinfeksi dari monyet yang
berasal dari Uganda. Nama Ebola diambil dari nama sebuah sungai di Zaire asal virus
tersebut diisolasi pertama kali. Beberapa negara di Afrika juga pernah terserang Demam
Berdarah Ebola. Kekhawatiran muncul bila virus ini menular ke negara lain yang
dimungkinkan oleh sistem transportasi yang serba canggih.
Di Kongo Barat Laut 5000 ekor gorila mati akibat terinfeksi virus Ebola, yang memusnahkan
hampir separuh populasi hewan yang terancam punah. Simpanse juga banyak yang mati
akibat virus ini. Para ahli menyatakan bahwa virus Ebola yang sangat menular ini terutama
tersebar melalui kontak antar kelompok gorila dan simpanse, bahkan manusia juga bisa
terinfeksi oleh virus Ebola. Virus ini pertama kali ditemukan tahun 1976 di Kongo, dan
sejauh ini hanya ditemukan di Afrika saja. Wabah virus Ebola terakhir di Uganda pada
Oktober 2000, ketika 173 orang meninggal dan total 426 orang terdiagnosis mengidap virus
itu di Uganda bagian utara. Penularan virus Ebola hanya terjadi melalui kontak langsung
dengan darah atau cairan tubuh. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus ini akan meninggal
dunia, karena sampai sekarang virus ini belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah
infeksi oleh virus ini.
Di Tiongkok jumlah korban penyakit misterius yang baru-baru ini melanda Propinsi Sichuan,
telah mencapai 163 kasus, dimana 32 korban meninggal dan 27 dalam keadaan kritis.
Gejala-gejala penyakit tersebut telah menimbulkan dugaan di kalangan para ahli, bahwa
virus Ebola merupakan penyebabnya (Yun, Y, www.asianresearch.org).
WHO menyatakan lebih dari 1.000 orang meninggal karena Ebola sejak virus itu pertama
kali teridentifikasi pada 1976 di Sudan dan Kongo. Bisaanya wabah bisa diatasi dengan
cepat karena virus ini membunuh korbannya lebih cepat sebelum menular ke individu lain.
Sampai saat ini, tercatat sekitar 1.500 kasus demam akibat virus Ebola terjadi di seluruh
dunia. Gejala awal sakit akibat virus ini antara lain berupa demam, sakit kepala,
tenggorokan kering, lemas, pilu otot, diare, dan sakit perut.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum ada yang dilaporkan terinfeksi oleh virus
Ebola. Akan tetapi, dengan kemajuan sistem transfortasi pada saat ini, tidak menutup
kemungkinan virus Ebola bisa mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha
pencegahan yang bisa diterapkan untuk mencegah masuknya virus Ebola di Indonesia
mengingat virus ini sangat mudah menular dan sangat mematikan karena sampai sekarang
belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas pada
makalah ini adalah ciri-ciri dan struktur virus Ebola, cara mendeteksi virus Ebola, gejala
demam Ebola, cara penularan virus Ebola, upaya pencegahan, upaya pengobatan dan
rehabilitasi bagi mantan penderita demam Ebola.

1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri
dan struktur virus Ebola, cara mendeteksi virus Ebola, gejala demam Ebola, cara penularan
virus Ebola, upaya pencegahan, upaya pengobatan dan rehabilitasi bagi mantan penderita
demam Ebola.

1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan
pembaca mengenai penyakit demam ebola, mulai dari ciri-ciri dan struktur virus Ebola, cara
mendeteksi virus Ebola, gejala demam Ebola, cara penularan virus Ebola, upaya
pencegahan, upaya pengobatan dan rehabilitasi bagi mantan penderita demam Ebola.

PEMBAHASAN

2.1. Ciri-Ciri dan Struktur Virus Ebola


Demam Berdarah Ebola (Demam Hemorrhagic) adalah penyakit disebabkan oleh suatu
virus yang termasuk kedalam keluarga Filoviridae. Para ilmuwan sudah mengidentifikasi
empat jenis virus Ebola. Tiga telah dilaporkan dapat menyebabkan penyakit pada manusia,
yaitu virus Ebola Zaire, virus Ebola Sudan, dan virus Ebola Ivory. Virus-virus ini telah
menyebabkan penyakit pada manusia di negara-negara Afrika. Jenis keempat dari virus
Ebola ini yaitu virus Ebola Reston, yang ditemukan Reston, Virginia Amerika Serikat.
Ternyata virus ini tidak menyebabkan penyakit pada manusia. Subtipe ini ditemukan pada
sejenis monyet macaca yang didatangkan dari Filipina.
Virus Ebola termasuk kedalam genus Ebolavirus, familia Filoviridae yang merupakan salah
satu daripada dua kumpulan virus RNA benang-negatif. Virus Filo mempunyai bentuk biologi
seperti morfologi, kepadatan, dan profile elektrophoresis gel polyacrylamide. Virus ini telah
dikelaskan kepada virus paramyxo dengan menggunakan kaedah urutan DNA. Familia
Filoviridae memiliki garis tengah 800 nm, dan pajang mecapai 1000 nm.
Virus Ebola mengandung molekul lurus, bebenang RNA negatif, yang tidak bersendi. Semua
genome virus Filo mempunyai ciri-ciri serupa, dan mempunyai banyak sisa adenosine dan
uridine. Gen virus Ebola mengandung transkrip urutan tetap pada 3 dan transkrip urutan
terakhir pada 5. Perbedaan di antara virus Ebola dan virus Marburg adalah, virus Ebola
menunjukkan tiga penumpukan yang berselang di antara turutan antara-gen (intergenetic)
sementara virus Marburg hanya mempunyai satu penumpukan yang kedudukannya berbeda
dengan virus Ebola. Virus Filo secara morfologi menyerupai bentuk virus rhabdo, akan tetapi
virus Filo mempunyai ukuran yang lebih panjang. Apabila dilihat dengan menggunakan
mikroskop elektron, bentuk virus Filo seperti berfilament (berbenang halus), atau kelihatan
bercabang. Terdapat juga virus yang berbentuk "U", "b" dan berbentuk bundar.
Virus Ebola terdiri dari tujuh polypeptida diantaranya RNA genome ca. 19.0 kb, yang
mencakup Glycoprotein (GP), Nucleoprotein (NP), RNA-DEPENDENT RNA Polymerase (L),
VP35, VP30, VP40, dan VP24 (http://biomarker.cdc.go.kr).

2.2. Cara Mendeteksi Virus Ebola


Untuk mendeteksi apakah seseorang terinfeksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian
antigen-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA, polymerase
chain reaction (PCR), dan mengisolasi virus Ebola yang bisa dilakukan untuk mengetahui
adanya virus Ebola dalam tubuh manusia (Olson, www.ualr.edu).
Mendeteksi penyebab penyakit cacar air (small pox), Anthrax, dan Virus Ebola, pada saat ini
bisa dilakukan dengan mudah, dan hasil identifikasinya dapat langsung disebarluaskan
melalui jaringan telepon genggam. Teknologi yang dikembangkan Fraunhofer Institute for
Silicon Teknologi, sebuah perusahaan inovasi teknologi mikrobiologi dan mikrokomputer dari
Jerman ini menyebutnya dengan eBiochipstick. Alat ini cukup mengambil DNA atau bagian
tubuh atau benda yang diduga terinfeksi bakteri, lalu dimasukkan sebuah kotak seukuran tv
10 inc (eBiochip Adaptor). Instrumen yang bekerja dengan bantuan komputer portabel ini,
dengan mudah kemudian mendeteksi kadar virus, racun, bakteri, atau patogen, yang telah
menjangkiti tubuh manusia, atau hewan. Alat ini diberi nama, eBiochip System Portable
Instrument. Alat ini dengan cepat akan mendeteksi jenis spora, dan mendeteksi virus Ebola
lewat perangkat eBiochipstick. Alat untuk mendeteksi dan menganalisis jenis bakteri, virus,
atau racun berbahaya dalam tubuh manusia cukup dengan sebuah chip seukuran disket
HDD yang tebalnya tak lebih dari koin Rp 500,- dan mengurai protein dengan analisis
akurat.
Berdasarkan data departemen ketahanan biologi Amerika, stidaknya ada tujuh jenis
racun, bakteri patogenik yang bisa dideteksi alat ini. Selain bakteri antrax dan smal pox
(cacar air), eBiochip ini juga bisa mendeteksi plague, hepatitis C, tularemia, brucellus, Q-
fever, dan virus Ebola (virale hemorhagic fever). Bahkan bakteri penyakit anthrax yang
sporanya bisa bertahan hingga di atas 40 tahun pun masih bisa dideteksi oleh alat ini. Kadar
infeksi bakteri penyakit yang bisa menular ke manusia ini dengan dini bisa dideteksi dan
diurai kadar racunnya (Sriwijaya Post, Mendeteksi Virus Ebola Lewat Telepon Genggam,
2006).

2.3. Gejala Demam Ebola


Sepanjang masa inkubasi (gejala awal), yang dapat berlangsung selama 1-3 minggu, gejala
demam ebola meliputi: radang sendi, sakit punggung, diare, kelelahan, sakit kepala, rasa
tidak enak badan, kerongkongan terasa sangat sakit, dan muntah-muntah. Sedangkan pada
gejala akhir, demam ebola dapat menujukkan gejala seperti: gatal-gatal, pendarahan dari
mata, telinga, dan hidung, pendarahan dari mulut dan dubur (pendarahan gastrointestinal),
radang pada mata (conjunctivitis), bengkak pada organ genital (labia dan kantung buah pelir
(scrotum)), keluarnya darah melalui permukaan kulit (hemorrhagic), rongga atas mulut
terlihat memerah, pingsan, kegagalan fungsi hati, dan mata menjadi gelap. (Robertus S.W
dan Tony H). Gejala lain yang kerap ditunjukkan oleh orang yang terinfeksi Ebola adalah
bintik-bintik merah di kulit, mata merah, dan mata berdarah.
Tapi dalam wabah terbaru di Uganda, pasien meninggal dengan gejala demam dan muntah.
Gejala yang bisaanya tidak terlihat pada pasien ebola inilah yang membuat WHO menjadi
khawatir. Hal itu menjadi tanda munculnya strain baru virus Ebola yang mematikan. Bentuk
baru virus Ebola itu terdeteksi dalam sebuah wabah di Uganda bagian barat. Dalam waktu
kurun dari sebulan, strain tak dikenal itu telah menewaskan 18 orang (Koran Tempo, 2007).
Sebanyak 90 persen pasien yang terserang virus Ebola meninggal, artinya hanya 10 persen
saja pasien yang terinfeksi virus Ebola yang dapat selamat. Secara umum kematian pasien
yang terinfeksi Ebola disebabkan karena tekanan psikologis, dan sedikit kematian yang
diakibatkan akibat kekurangan darah.

2.4. Cara Penularan Virus Ebola


Virus Ebola adalah virus yang dapat menyebar dengan sangat cepat dan dapat menyebar
melalui penggunaan jarum suntik yang tidak disterilkan atau melakukan kontak dengan
seseorang yang terkena infeksi atau mayat orang yang sudah meningggal karena terserang
Virus Ebola.
Cara infeksi virus Ebola dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut. Pertama, sekitar satu
minggu setelah infeksi atau peradangan, virus mulai menyerang darah dan sel hati. Kedua,
penyakit akan menyebar secara cepat keseluruh tubuh, virus akan menghancurkan organ
atau bagian tubuh yang penting seperti hati dan ginjal. Ketiga, infeksi virus Ebola akan
menyebabkan atau mendorong terjadinya pendarahan internal secara besar-besaran
(masive). Keempat, Virus Ebola akan menghambal kerja sistem pernapasan, yang dapat
menyebabkan kematian seketika pada pasien. Cara penularan atau infeksi virus Ebola pada
manusia, dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Mekanisme Infeksi Virus Ebola


(Sumber: www. images.encarta.msn.com)
2.5. Upaya Pencegahan
Tim peneliti dari Amerika dan Kanada yang dipimpin Dr Anthony Sanchez melaporkan
perkembangan tentang virus Ebola dalam pertemuan ke-162 Komunitas Mikrobiologi Umum
yang digelar di gedung Pusat Konferensi Internasional Edinburgh. Menurut Sanchez,
dengan pola transportasi perjalanan lintas benua dan pariwisata yang berkembang demikian
pesat beberapa waktu terakhir telah membuat virus Ebola menyebar dari tempat paling
terasing ke seluruh belahan di dunia. Utnuk itu diperlukan upaya pencegahan yang bisa
meminimalkan meluasnya wabah penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari agar tidak tertular oleh virus
Ebola, antara lain: menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak melakukan
kontak dengan pasien atau mayat yang terjangkit virus Ebola, dan mengggunakan
perlengkapan khusus seperti baju yang bisaa digunakan di Laboratorium yang fungsinya
menghindari penularan oleh virus Ebola. Dengan demikian, diharapkan kontaminasi yang
bisa disebabkan oleh virus Ebola dapat di hindari. Selain itu, mayat para korban yang
meninggal akibat virus Ebola harus dimusnahkan karena penyebaran utama virus ini melalui
darah, yang menyebabkan para dokter yang terkena darah dari pasien yang terinfeksi, akan
mengalami kematian seperti yang terjadi di Afrika.
Menon-aktifkan virus Ebola dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang bisaa
dilakukan yaitu dengan penggunaan sinar Ultra violet dan radiasi sinar gama, penyemprotan
formalin dengan konsentrasi 1%, beta-propiolactone, dan disinfektan phenolic dan pelarut
lipid-deoxycholate dan ether.

Gambar 6. Penyemprotan Disinfektan di Tempat Isolasi Pasien Demam Ebola


Sumber: www.stanford.edu
Gambar 7. Staf Medis dari Organisasi Dokter Tanpa Batas (MSF) Merawat Seorang Pasien
yang Diduga Terjangkit Virus Ebola di Kongo

2.6. Pengobatan
Sampai dengan saat ini, belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus
Ebola. Akan tetapi sekarang sedang di kembangkan pembuatan vaksin yang akan diujikan
kepada manusia untuk pertama kalinya adalah vaksin yang sudah memasuki fase uji-klinis.
Menurut Sanchez, infeksi virus Ebola di dalam tubuh manusia memang bisa sangat
mematikan, tapi monyet berhasil selamat dari infeksi virus tersebut dan ini bisa menjadi
contoh yang sangat bermanfaat bagi uji-coba terhadap binatang. Pengujian vaksin Ebola
dengan menggunakan primata memberikan perkembangan yang menjanjikan bagi hadirnya
vaksin pelindung (www.mediaindonesia.com).
Ada beberapa hal yang menyebabkan penyebaran penyakit Ebola (Demam Berdarah
Ebola) sangat dikhawatirkan, antara lain:

1. Serangannya muncul secara sangat mendadak


2. Gejala-gejala klinik sangat berat.
3. Menimbulkan kematian dalam waktu yang sangat singkat.
4. Angka kematiannya sangat tinggi yaitu 90-92% dari jumlah penderita.
5. Karena Virus Ebola mampu berpindah dari penderita ke orang lain, sehingga
transportasi sangat mendukung kemungkinan penyebarannya ke berbagai bagian
dunia dalam waktu yang sangat singkat.
6. Belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan Demam Berdarah Ebola.
7. Vaksin Demam Berdarah Ebola (DBE) hingga kini belum dapat dibuat (Sumber:
Halim, M).
2.7. Rehabilitasi
Rehabilitasi bagi mantan penderita akibat terinfeksi virus Ebola bisa dilakukan dengan
tidak mengasingkan para penderita. Karena menurut para ahli, sebagian besar kematian
yang disebabkan oleh virus Ebola di sebabkan oleh adanya tekana secara psikologis.
Apabila kita mengasingkan dan menjauhi para penderita atau mantan penderita virus Ebola,
justru hal ini akan semakin memperburuk kondisi kesehatan penderita tersebut. Untuk itulah
diperlukan upaya rehabilitasi yang intensif terhadap para penderita virus Ebola agar kondisi
fisik dan psikologisnya tetap stabil, sehingga akan memberikan motivasi kepada pasien
tersebut untuk secepatnya bisa sembuh dari penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola.
Akan tetapi, proses rehabilitasi ini tentunya harus dilakukan secara hati-hati dan lebih
waspada, mengingat virus Ebola bisa menular dengan sangat cepat dari penderita kepada
orang lain melalui kontak. Rehabilitasi juga sebaiknya dilakukan di tempat yang benar-benar
steril, atau pada ruang isolasi khusus sehingga bisa mengurangi kontaminasi yang bisa
disebabkan oleh virus Ebola.

PENUTUP

3.1. Simpulan
Demam Berdarah Ebola ( Demam Hemorrhagic) adalah penyakit disebabkan oleh suatu
virus yang termasuk kedalam genus Ebolavirus, keluarga Filoviridae. Ada empat jenis virus
Ebola, yaitu virus Ebola-Zaire, virus Ebola-Sudan, virus Ebola-Ivory dan virus Ebola Reston.
Untuk mendeteksi virus Ebola, dapat dilakukan pengujian antigen-capture enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA), IgG ELISA, polymerase chain reaction (PCR).
Gejala demam ebola meliputi: radang sendi, sakit punggung, diare, kelelahan, sakit
kepala, rasa tidak enak badan, kerongkongan terasa sangat sakit, dan muntah-muntah.
Pada gejala akhir, demam ebola dapat menujukkan gejala seperti: gatal-gatal, pendarahan
dari mata, telinga, dan hidung, pendarahan dari mulut dan dubur (pendarahan
gastrointestinal), radang pada mata (conjunctivitis), bengkak pada organ genital (labia dan
kantung buah pelir (scrotum)), keluarnya darah melalui permukaan kulit (hemorrhagic).
Virus Ebola dapat menyebar melalui penggunaan jarum suntik yang tidak disterilkan atau
melakukan kontak dengan seseorang yang terkena infeksi atau mayat orang yang sudah
meningggal karena terserang virus Ebola. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan:
menghindari area yang terkena serangan virus Ebola, tidak melakukan kontak dengan
pasien atau mayat yang terjangkit virus Ebola. Sampai dengan saat ini, belum ditemukan
vaksin yang bisa mencegah infeksi oleh virus Ebola.

3.2. Saran
Meskipun sampai dengan saat ini belum ada laporang tentang adanya penyakit yang
disebabkan oleh virus Ebola, akan tetapi hendaknya kita selalu waspada terhadap virus
Ebola mengingat virus ini sangat cepat menular, dapat dengan cepat menyebabkan
kematian, dan sampai saat ini masih belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi
oleh virus Ebola.

- See more at: http://lenkabelajar.blogspot.sg/2012/09/artikel-virus-


ebola.html#sthash.tZEgXZqu.dpuf

http://lenkabelajar.blogspot.sg/2012/09/artikel-virus-ebola.html

Anda mungkin juga menyukai