PENDAHULUAN
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa, di masa sekarang ini kita tidak bisa
terlepas dari peranan energi listrik. Dapat dikatakan bahwa energi listrik adalah sesuatu hal
yang mutlak ada sebagai penunjang keberlangsungan hidup manusia. Tidak dipungkiri
bahwa, energi listrik ini memiliki manfaat yang tak ternilai bagi manuasia khususnya. Pada
faktanya, kebutuhan terhadap energi listrik sebagai penggerak utama pembangunan akan
terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan penduduk dari tahun ke
tahunnya, dimana menurut data yang ada kebutuhan energi di Indonesia meningkat sebesar
18% rata-rata setiap tahun. Akan tetapi, peningkatan kebutuhan terhadap energy listrik tidak
diiringi dengan peningkatan persediaan bahan bakar yang dapat menghasilkan energy listrik.
Pada saat ini, Indonesia masih mengandalkan minyak bumi sebagai pemasok terbesar bahan
bakar yang dapat digunakan untuk menghasilkan energy listrik. Akan tetapi, pada
kenyataannya, minyak bumi tidak akan dapat mempertahankan andil mereka dalam
memasok energy dalam jangka waktu yang begitu jauh di masa depan. Minyak bumi akan
menyumbang secara signifikan paling lama selama 30 tahun pada laju penggunaan sekarang
namun tidak mempunyai prospek ekspansi jangka panjang. Jadi, akan ada suatu keperluan
energi ekstra yang meningkat dan hanya dapat hadir dari batubara, nuklir atau sumber-
sumber energi terbarukan, dan mungkin pula dari percampuran antara ketiganya.
Pada perkembangannya, banyak negara yang telah memanfaatkan energi nuklir
sebagai sumber pembangkit energy listrik. Berdasarkan penelitian, energi nuklir dipercaya
mampu menghasilkan energi yang lebih besar daripada penggunaan minyak bumi sebagai
pemasok energy listrik. Sehingga sudah barang tentu, teknologi nuklir sangat efektif dalam
menyelesaikan permasalahan krisis energy yang terjadi didunia saat ini. Tetapi dampak
negatif dari adanya penggunaan teknologi nuklir tidak bisa dihindari begitu saja, hasil
pembuangannya yang berupa limbah radioaktif pada saat ini, masih membuat kepanikan
bagi negara-negara industri yang menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir. Dimana
limbah radioaktif ini membawa dampak yang buruk untuk lingkungan (pencemaran
lingkungan) baik pada unsur abiotik dan biotik yang ada disekitar sumber nuklir.
Pencemaran ini dinamakan pencemaran zat radioaktif.
Deinococcus radioudurans adalah salah satu bakteri kelompok ekstremofil, yang
dapat hidup dalam suasana ekstrem baik itu dalam suasana lingkungan yang panas dan
radiasi yang tinggi. Berdasarkan data yang ada, jika dibandingkan dengan manusia, bakteri
ini dapat bertahan terhadap tingkat radiasi 300 kali lipat daripada yang dapat dilakukan oleh
manusia. Melihat dari sifatnya yang dapat hidup dalam suasana lingkungan yang memiliki
tingkat radiasi tinggi, maka sudah barang tentu bakteri Deinococcus radiodurans dapat
dijadikan salah satu media yang dapat mengurangi limbah penggunaan teknologi nuklir
yaitu radiasi radioaktif. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk mengangkat judul
Deinococcus Radiodurans dalam upaya mengurangi radiasi radioaktif teknologi nuklir.
Dimana, dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai klasifikasi ilmiah dari
bakteri ini sendiri dan bagaimana hubungan bakteri ini dalam mengurangi radiasi radioaktif
yang dihasilkan oleh penggunaan teknologi nuklir, penulis akan berusaha membahas judul
ini secara detail berdasarkan literature-literature yang ada.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan adanya penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana perkembangan penggunaan teknologi nuklir sebagai pemasok
energi listrik pada saat ini sekaligus mengetahui bagaimana dampak penggunaan
teknologi nuklir bagi lingkungan sekitar
2. Mengetahui apa pengaruh Deinococcus Radiodurans dalam upaya mengatasi radiasi
radioaktif teknologi nuklir
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan yang ada pada point sebelumnya, maka manfaat dari adanya penulisan
makalah ini adalah:
1. Memberikan informasi pada pembaca bahwasnnya teknologi nuklir dapat digunakan
sebagai pemasok energi listrik untuk menunjang kehidupan sekaligus memberikan
pengetahuan pada pembaca bahwasannya penggunaan teknologi nuklir sebagai pengganti
minyak bumi juga memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan.
2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai sifat-sifat bakteri Deinococcus
Radiodurans yang dapat mengatasi radiasi radioaktif teknologi nuklir.
BAB II
Kajian Pustaka
1.1 Pengertian dan klasifikasi Deinococcus Radiodurans
1.1.1 Klasifikasi Ilmiah Deinococcus Radiodurans
Kingdom Bacteria
Filum Deinococci
Ordo Deinococcales
Famili Deinococcuceae
Genus Deinococcus
Spesies Deinococcus radiodurans
1.2 Perkembangan Penggunaan Teknologi Nuklir Beserta Dampak yang Ditimbulkan dari
Penggunaannya.
Seiring dengan kian melambungnya harga minyak dunia setiap tahunnya, memaksa
banyak ahli energy sekaligus ilmuwan mencari suatu alternative yang dapat menggantikan
peranan minyak dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Pada saat saat ini, penggunaan
energi nuklir diyakini mampu menstabilkan pasokan energi listrik dengan lebih aman dan
ekonomis.
Dinegara Indonesia sendiri, Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM), atau energi
fosil umumnya, telah menghadapi tantangan paling berat saat ini. Sekitar 65 persen kebutuhan energi final
Indonesia masih tergantung pada BBM, yang sebagian besar digunakan di sektor transportasi. Di lain
pihak, cadangan minyak bumi Indonesia hanya sembilan miliar barel (DESDM, 2013) yang diperkirakan
habis selama 18 tahun dengan laju produksi rata-rata 500 juta barel per tahun. Hal ini menyebabkan
Indonesia harus beralih dari negara pengekspor minyak menjadi pengimpor netto (net importer) sejak
beberapa tahun terakhir.
Konsumsi energi yang tinggi ini menimbulkan masalah dengan laju pengurangan sumber daya
fosil, seperti minyak dan gas bumi serta batubara, yang lebih cepat jika dibandingkan dengan laju
penemuan cadangan baru. Diperkirakan dalam jangka waktu yang tidak lama lagi, cadangan energi fosil
Indonesia akan habis, sehingga dikemudian harinya kebutuhan energi dalam negeri akan sangat
tergantung pada sumber energi impor. Guna mengatasi persoalan tersebut diperlukan upaya diversifikasi
dan konservasi energi. Diversifikasi energi adalah peng-anekaragaman pemakaian energi dengan
meningkatkan pemanfaatan teknologi seperti; tenaga nuklir, surya, biomassa, angin, energi air dan panas
bumi. Sedangkan konservasi energi adalah meliputi pemanfaatan energi yang efisien dan menerapkan
management energi di semua sektor yaitu sektor industri, transportasi, rumah tangga dan komersial.
Salah satu energy alternative yang dapat dikembangkan untuk mengatasi pemakaian bahan bakar
fosil yang melebihi ambang batas penggunaan adalah penggunaan nuklir, akan tetapi pada kenyataannya
pula Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum
ada satupun PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik yang saat
ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di dunia sudah cukup berkembang
dengan menguasai pangsa sekitar 16% listrik dunia. Hal ini menunjukkan, bahwa energi nuklir adalah
sumber energi potensial, berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis dan berwawasan
lingkungan serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam
Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Pada kenyataannya, Permasalahan pembangunan PLTN masih menjadi perdebatan oleh para ahli.
Wacana tersebut telah berubah tidak hanya menjadi masalah energi, tapi juga masalah sosial. Banyak
pihak yang justru memerangi penggunaan tenaga nuklir sebagai solusi energi, karena resikonya terhadap
lingkungan dan kehidupan yang tidak bisa ditoleransi.
Penggunaan uranium sebagai bahan bakar nuklir masih dianggap memiliki banyak kekurangan.
Dimana, uranium adalah salah satu jenis atom-atom yang besar dan berat di alam dan jenis atom yang
besar dan berat ini merupakan jenis atom yang tidak stabil, karena itu sangat radiatif. Apabila suatu
nucleus dari atom yang tidak stabil menangkap suatu neutron, atom ini akan membelah. Proses ini disebut
fisi. Proses fisi ini menghasilkan suatu reaksi berantai di mana neutron-neutron yang dilepaskan dari
proses fisi akan menambah fisi di dalam, setidaknya terhadap satu nucleus yang lain. Pembelahan ini
menghasilkan radiasi sinar gamma, suatu bentuk radiasi nuklir yang mematikan dan mengandung tingkat
energi yang sangat tinggi. Dalam sebuah reaktor nuklir, reaksi berantai tersebut perlu dikendali supaya
tidak terjadi reaksi berbahaya seperti yang ada dalam ledakan senjata nuklir.
Sebelum uranium bisa dipakai sebagai bahan bakar nuklir, dia perlu melewati beberapa proses
dulu. Uranium alami harus diekstraksi (ditambang) dari dalam bumi sebagaimana layaknya barang
tambang lainnya. Namun, tidak seperti barang tambang lainnya, uranium merupakan elemen radiatif.
Akibatnya, seluruh aspek yang berkaitan dengan produksi bahan bakar uranium, mulai dari
pertambangan, pemrosesan, dan pengayaan, sampai transportasi, memiliki potensi dampak yang merusak
terhadap lingkungan dan kesehatan. Rata-rata setiap bijih uranium mengandung hanya 0,1% uranium.
Sebagian besar materi lainnya yang dipisahkan pada saat penambangan bijih uranium adalah bahan
beracun, berbahaya, dan radiatif.
Secara alami, uranium yang dijumpai di deposit uranium di alam dapat berbentuk Uranium-235
(U-235) yang bersifat radiatif (tidak stabil) dan U-238 yang stabil. Agar bisa digunakan dalam reaktor,
uranium tersebut harus mengalami proses pengayaan, yang artinya sejumlah uranium tersebut
mengalami proses penambahan persentase unsur U-235 yang bersifat radiatif dan U-235 perlu dipisahkan
dari U-238.
Penggunaan teknologi nuklir dapat diibaratkan seperti sebuah mata pisau, Kedengarannya sangat
jinak, tetapi produksi nuklir menghasilkan materi radioaktif pengion yang berbahaya. Radiasi adalah
energi yang berjalan dalam bentuk gelombang. Radiasi pengion menghasilkan reaksi kimia yang tidak
bisa diprediksi, termasuk gelombang elektromagnetik dan juga partikel. Manusia tidak bisa melihat,
merasa, mencium, atau mendengar radiasi pengion. Proses fisi nuklir adalah proses yang amat kompleks
dan penuh resiko. Apabila terjadi masalah atau kerusakan di dalam inti reaktor, kemungkinan besar
reactor akan terlalu panas dan meleleh. Jika sebuah reaktor meleleh akan terjadi pelepasan radiasi besar-
besaran. Karena suhu yang sangat tinggi sekali, ada kemungkinan bahwa bangunan perlindungan inti
reaktor, yang dibuat dari logam dan/atau semen, akan rusak, alhasil radiasi tinggi akan terpancar ke
lingkungan sekitarnya dengan konsekuensi yang amat parah.
Salah satu dampak paling berbahaya, adanya teknologi nuklir adalah radiasi radioaktif, Zat radio
aktif adalah zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktivitas jenis lebih besar daripada 70 kBq/kg
atau 2 nCi/g (tujuh puluh kilobecquerel per kilogram atau dua nanocurie per gram). Angka 70 kBq/kg (2
nCi/g) tersebut merupakan patokan dasar untuk suatu zat dapat disebut zat radioaktif pada umum-nya
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan dari Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic
Energy Agency). Pencemaran zat radioaktif adalah suatu pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
debu radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom serta bom atom. Limbah radioaktif adalah
zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi.
Ada tujuh efek yang berbahaya bila tubuh manusia terkena bocoran radioaktif dari PLTN yaitu :
Rambut.
Efek paparan radioaktif membuat rambut akan menghilang dengan cepat bila terkena radiasi di
200 Rems atau lebih. Rems merupakan satuan dari kekuatan radioaktif.
Otak.
Sel-sel otak tidak akan rusak secara langsung kecuali terkena radiasi berkekuatan 5000 Rems atau
lebih. Seperti halnya jantung, radiasi membunuh sel-sel saraf dan pembuluh darah dan dapat
menyebabkan kejang dan kematian mendadak.
Kelenjar Gondok.
Kelenjar tiroid sangat rentan terhadap yodium radioaktif. Dalam jumlah tertentu, yodium
radioaktif dapat menghancurkan sebagian atau seluruh bagian tiroid.
Sistem Peredaran Darah.
Ketika seseorang terkena radiasi sekitar 100 Rems, jumlah limfosit darah akan berkurang,
sehingga korban lebih rentan terhadap infeksi. Gejala awal mirip seperti penyakit flu.enurut data
saat terjadi ledakan Nagasaki dan Hiroshima, menunjukan gejala dapat bertahan selama sepuluh
tahun dan mungkin memiliki risiko jangka panjang seperti leukimia dan limfoma.
Jantung.
Jika seseorang terkena radiasi berkekuatan 1000 sampai 5000 Rems akan mengakibatkan
kerusakan langsung pada pembuluh darah dan dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian
mendadak.
Saluran Pencernaan.
Radiasi dengan kekuatan 200 Rems akan menyebabkan kerusakan pada lapisan saluran usus dan
dapat menyebabkan mual, muntah dan diare berdarah.
Saluran Reproduksi.
Radiasi akan merusak saluran reproduksi cukup dengan kekuatan di bawah 200 Rems. Dalam
jangka panjang, korban radiasi akan mengalami kemandulan.
1.3 Pengaruh Deinococcus Radiodurans dalam mengatasi radiasi radioaktif dari penggunaan
teknologi nuklir
Ada dua jenis radiasi pengion, baik yang dihasilkan oleh peluruhan unsur radioaktif :
elektromagnetik (radiasi X dan - yang membentuk bagian dari spektrum elektromagnetik mencakup
cahaya tampak dan gelombang radio) dan partikulat partikel -dan (Michael et al, 2005) .
Deinococcus radiodurans dapat bertahan dalam 1,5 juta rads- ribuan kali lebih kuat daripada
semua makhluk hidup yang ada di bumi dan 300 kali lebih kuat daripada ketahanan manusia. Bakteri ini
memiliki ketahanan terhadap radiasi karena memiliki salinan ganda dari genomnya dan mekanisme
perbaikan DNA yang cepat. Tidak seperti organisme lain yang kehilangan DNA karena radiasi, mikroba
ini tidak kehilangan informasi genetik karena fragmen-fragmen DNA yang terputus disimpan di dalam
cincin plasmid yang terkunci rapat. Fragmen-fragmen ini tersusun rapat, pada akhirnya tersusun bersama
menjadi tataan yang original dan benar. Bakteri ini biasanya memperbaiki kerusakan kromosom dalam
12-24 jam melalui proses dua tahap yaitu :
Pertama, D. radiodurans menyambungkan ulang fragmen-fragmen kromosom melalui proses
yang disebut penempelan untai-tunggal. DNA memperbaiki diri di dalam ring (plasmid). Lalu
sang bakteri melakukan aksi yang sangat tidak umum. Bakteri ini terdiri dari empat kompartmen,
masing-masing mengandung satu salinan DNA. Ada dua jalan kecil diantara kompartmen.
Setelah sekitar satu setengah jam perbaikan di dalam cincin, DNA membuka lipatan dan
bermigrasi ke kompartmen yang berdekatandimana terjadi saling baur dengan DNA yang telah
ada disana.
Pada tahap kedua, protein memperbaiki kerusakan untai-ganda melalui rekombinasi homolog.
Proses ini tidak melibatkan mutasi apapun dari replikasi normal yang biasa. Mesin perbaikan
reguler, umum di manusia dan juga bakteri, melaksanakan tugasnyamemperbaiki enzim
diantara dua salinan DNA, memakai templete untuk memperbaiki yang lain.
Dari empat salinan DNA, selalu ada dua atau tiga yang terkemas rapat di dalam cincin sementara
yang lain dapat bergerak bebas. Sehingga kapanpun, selalu ada salinan DNA yang mengatur produksi
produksi protein dan lain-lain yang tidak aktif namun terlindungi terus menerus.
Michael Daly mengusulkan bahwa bakteri ini menggunakan mangan sebagai antioksidan untuk
melindungi diri terhadap bahaya radiasi. Pada tahun 2007 timnya menunjukkan bahwa level mangan(II)
intrasel yang tinggi pada D. radiodurans melindungi protein dari oksidasi radiasi, dan mengemukakan
ide bahwa protein, bukan DNA, adalah target pelaku dari aksi biologis pada bakteri sensitif, dan
ketahanan ekstrim pada bakteri yang mengandung mangan didasar perlindungan protein. Deinococcus
radiodurans melindungi protein, bukan DNA, sehingga memungkinkan untuk memperbaiki DNA yang
rusak.
Hasil penelitian Michael et al (2005) mengungkapkan bahwa perbaikan substansial kromosom
terjadi selama 1,5 jam pertama setelah D. radiodurans mengalami radiasi pengion dosis
tinggi melalui proses perbaikan RecA-independen. D. radiodurans memiliki mekanisme yang sangat
efisien dalam memperbaiki DNA yang rusak. Ada beberapa jenis enzim untuk perbaikan DNA di dalam
sel organisme ini. Selain enzim RecA, yang umumnya ada di organisme untuk perbaikan kerusakan DNA
dalam tingkat rendah, D. radiodurans juga memiliki beberapa RecA-independen sistem DNA yang
memungkinkan bakteri ini memperbaiki DNA, utas tunggal maupun utas ganda, dengan sistem
penghancuran DNA yang rusak disertai penggantian dengan DNA baru. Sel D. radiodurans yang
berbentuk tetrad juga dianggap memberikan kontribusi terhadap ketahannya terhadap radiasi dan senyawa
mutagenik, karena DNA yang rusak terkumpul rapi membentuk struktur cincin toroidal. Mekanisme
perbaikan kemudian difasilitasi oleh nukleoid dari bagian sel yang berdekatan, sehingga tetap
memungkinkan rekombinasi homolog. Rekombinasi homolog tersebut menyebabkan sel yang
kromosomnya sudah diperbaiki dapat kembali tumbuh dan membelah.
Bakteri D. radiodurans digunakan untuk pengolahan limbah nuklir yang mengandung senyawa
radioaktif. Galur murni dari bakteri ini diketahui dapat mengurangi uranium dengan adanya asam humat
pada kondisi anaerob. D. radiodurans R1 hasil rekayasa genetik telah digunakan untuk melaksanakan
aktivitas bioremediasi terhadap limbah radioaktif campuran, terutama untuk detoksifikasi senyawa
merkuri dan toluena di dalam limbah. Metode ini efektif dan lebih murah untuk menangani limbah global
akibat senjata nuklir (Apukuttan, 2006).
Pada kenyataannya, Bakteri D. radiodurans digunakan sebagai agen bioremediasi.Bioremediasi
adalah proses yang menggunakan mikroba, fungi, tanaman atau enzim untuk membersihkan limbah-
limbah yang terdapat di lingkungan, dan mengembalikan lingkungan tersebut ke keadaan
awal. Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN