LANDASAN TEORI
Selain alterasi atau ubahan yang terbentuk dalam suatu sistem hidroterrmal,
Lindgreen (1933; dalam Bateman dan Jensen, 1991) membagi endapan hidrotermal
menjadi 3 tipe endapan berbeda berdasarkan hubungan temperatur, tekanan, dan
kondisi geologi yang tercermin dari mineral-mineral yang terbentuk. Tipe endapan
tersebut, adalah:
1. Endapan hipotermal, terbentuk pada daerah dekat dengan intrusi pada
temperatur berkisar antara 500-6000C dan tekanan sangat tinggi
2. Endapan mesotermal, terbentuk pada jarak tertentu dari intrusi pada
temperatur berkisar antara 200-500 0C dan tekanan tinggi
3. Endapan epitermal, terbentuk jauh dari intrusi pada temperatur berkisar
antara 50-200 0C dan tekanan sedang atau medium
Gambar 3.2 Tipe endapan epitermal sulfida rendah dan sulfida tinggi
(Hedenquist dan White, 1995)
Tabel 3.1 Perbedaan Tipe Endapan Epitermal Sulfida Tinggi dan Sulfida
Rendah (Hedenquist dan White, 1995)
Sulfida Rendah (adularia-serisit) Sulfida Tinggi (acid-sulfate)
3.2 Mineralisasi
Mineralisasi adalah suatu proses introduksi atau masuknya mineral ke dalam
batuan yang kemudian membentuk mineral bijih dan mineral penyertanya (gangue)
sehingga terbentuk endapan mineral (Gary dkk., 1972). Endapan mineral adalah
akumulasi atau konsentrasi dari satu atau beberapa material yang berguna, baik
berupa logam maupun nonlogam, yang terdapat di dalam kerak bumi bagian luar
(Bateman dan Jansen, 1981).
Hal-hal pokok yang mempengaruhi pembentukkan mineral hasil dari proses
mineralisasi (Bateman dan Jansen, 1981), yaitu: adanya larutan hidrotermal sebagai
pembawa mineral dan adanya celah batuan sebagai jalan bagi lewatnya larutan