Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SEPSIS


NEONATORUM DIRUANG BAYI
RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh BANJARMASIN

Tanggal 10-15 Juli 2017

Oleh:
Fajar Rizki Rahayu, S. Kep
NIM. 1630913320019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2017
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Fajar Rizki Rahayu, S.Kep

NIM : 1630913320019

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sepsis Neonatorum di


Ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Banjarmasin, Juli 2017

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Fithriyah, S.Kep, Ns Siti Rusmalina, S.Kep, Ns


NIK. 1990.2014.1.176 NIP. 19751104 200803 2 001
LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS NEONATORUM

A. Definisi Sepsis Neonatorum


Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan
tepat (4 minggu atau 28 hari setelah lahir). Sepsis neonatorum adalah infeksi
berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam
darah. Perjalanan penyakit sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali
tidak terpantau tanpa pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat
meninggal dalam waktu 24 sampai 48 hari.
Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik
akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan
protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir.
B. Etiologi
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
sepsis pada bayi baru lahir, diantaranya sebagai berikut:
1) Faktor maternal terdiri dari:
a) Ruptur selaput ketuban yang lama
b) Persalinan prematur
c) Amnionitis klinis
d) Demam maternal
e) Manipulasi berlebihan selama proses persalinan
f) Persalinan yang lama
2) Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang terkena
sepsis, tetapi tidak terbatas pada buruknya praktek cuci tangan dan teknik
perawatan, kateter umbilikus arteri dan vena, selang sentral, berbagai
pemasangan kateter selang trakeaeknologi invasive, dan pemberian susu
formula.
3) Faktor penjamu meliputi jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat badan
lahir rendah, dan kerusakan mekanisme pertahanan dari penjamu.
C. Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa cara yaitu:
1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan
umbilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.
Penyebab infeksi adalah virus yang dapat menembus plasenta antara
lain:virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis. Bakteri
yang melalui jalur ini antara lain: malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2) Pada masa intranatal atau saat persalinan
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan
serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara
lain yaitu pada saat persalinan, kemudian menyebabkan infeksi pada janin
dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat bayi melewati jalan
lahir yang terkontaminasi oleh kuman ( misalnya: herpes genetalia, candida
albicans, gonorrhea).
3) Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi sesudah kelahiran,
terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya
melalui alat-alat penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi, dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial. Infeksi
juga dapat melalui luka umbilikus.
D. Faktor Prediposisi
Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu
maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap
kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor predisposisi itu adalah: Penyakit yang di
derita ibu selama kehamilan, perawatan antenatal yang tidak memadai; Ibu
menderita eklamsia, diabetes mellitus; Pertolongan persalinan yang tidak
higiene, partus lama, partus dengan tindakan; Kelahiran kurang bulan, BBLR,
cacat bawaan. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada
neonatus; Tidak menerapkan rawat gabung. Sarana perawatan yang tidak baik,
bangsal yang penuh sesak. Ketuban pecah dini, amnion kental dan berbau;
Pemberian minum melalui botol, dan pemberian minum buatan.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak
spesifik. Tanda dan gejala umum meliputi hipertermia, menggigil, lelah,
malaise, gelisah, malas minum, syok sepsis, dan tanda-tanda MODS dengan
terjadinya komplikasi seperti gagal ginjal, splenomegali, disfungsi sistem saraf
pusat, gangguan reflex moro, dan gagal jantung.
F. Pencegahan
1) Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan
gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat
menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan
yang memadai bila diperlukan.
2) Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang artinya
dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik.
Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila
benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik
selama proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan
dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
3) Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan
peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri,
perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari perlukaan
selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan
desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan bayi
secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik.
Semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat.
Bayi yang berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara
rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes
resistensi.
G. Pengobatan
Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan
intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E.
Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh, tidak
toksik, dapat menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam otak yang
memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan
obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan
kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain sesuai hasil tes
resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum: Ampisislin 200 mg/kgBB/hari,
dibagi 3 atau 4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2
pemberian; Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 atau 4 kali
pemberian; Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali
pemberian;Eritromisin500 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1) DPL dengan hitung jenis (peningkatan leukosit)
2) Kimia Serum, bilirubin, laktat serum (meningkat), pemeriksaan fungsi hati
(abnormal), dan protein C (menurun)
3) Resistensi insulin dengan peningkatan glukosa darah
4) AGD (hipoksemia, asidosis laktat)
5) Kultur Urin, sputum, luka, darah
PATHWAY SEPSIS NEONATORUM
Penyakit infeksi yang diderita ibu

Bakteri dan virus

Masuk ke neonatus

Masa Antenatal Masa Intranatal Pascanatal

Kuman dan virus dari ibu Kuman dari vagina dan serviks Infeksi nosokomial dari luar
rahim
Melewati plasenta dan umbilikus Naik mencapai kiroin dan amnion

Melalui alat-alat pengisap


Masuk ke dalam tubuh bayi Amnionitis dan korionitis lendir, selang endotrakeal,
selang nasogastrik, botol
Melalui sirkulasi darah janin Kuman melalui umbilikus masuk ke minuman atau dot
janin

Sepsis

Sistem pencernaan, anoreksia, Sistem pernapasan, dispneu, Ante, intra, postnatal, aktivitas
muntah, diare, menyusui buruk, takipneu, apneu, tarikan otot, lemah, tampak sakit, menyusu
hepatomegali pernapasan, sianosis buruk, peningkatan leukosit darah

Gangguan gastrointestinal Pola napas terganggu


Infeksi

Ketidakefektifan Pola Ketidakefektifan Pola


Makan Bayi Napas Inflamasi

Hipertermi/Hipotermia

Risiko Syok
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu
dikaji adalah:
1. Riwayat perawatan antenatal, ada/tidaknya ketuban pecah dini, partus
lama atau sangat cepat.
2. Riwayat persalinan dikamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain.
3. Ada/tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes,
gonorrhea, dll).
4. Riwayat infeksi pada saat kehamilan (rubella, amnionitis, toksoplasma,
dll).
Pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan, sebagai berikut:
1. Letargi khususnya pada 24 jam pertama setelah persalinan
2. Refleks menghisap lemah
3. Pucat atau sianosis
4. Hipotermi/hipertermi
5. Ikterus
6. Berat badan berkurang
7. Pernapasan abnormal
8. Dehidrasi
9. Kulit lembab dan dingin
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah:
1. Kadar gula darah serum
2. Bilirubin
3. Jumlah leukosit
4. Kultur cairan umbilicus, urine, feses, dsb
B. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Makan Bayi (00107)
2. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
3. Hipertermi (00007)
4. Hipotermia (00006)
5. Risiko Syok (00205)
C. Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektidan Respiratory Status Oxygen Therapy
pola nafas b.d. Vital Sign Status - Perhatikan jalan napas paten bayi
hipoventilasi Setelah dilakukan tindakan - Monitor respirasi
keperawatan selama 1 x 60 - Atur peralatan oksigen
menit ketidakefektifan pola - Pertahankan posisi bayi
nafas teratasi denganm - Monitor aliran oksigen
kriteria hasil:
- Tanda tanda vital dalam Vital Sign Monitoring
rentang normal - Monitor TD, nadi, suhu dan RR setiap 1 jam
- Mendemonstrasikan - Catat frekuensi dan irama napas
peningkatan ventilasi dan - Identifikasi sianosis perifer
oksigenasi yang adekuat - Monitor turgor kulit
2. Hipertermi b.d Termoregulation Fever Treatment
penyakit Setelah dilakukan tindakan - Monitor suhu sesering mungkin
keperawatan selama 1 x 60 - Monitor warna dan suhu kulit
menit hipertermi teratasi - Monitor intake dan output
dengan kriteria hasil: - Berikan antipiretik
- Suhu tubuh dalam rentang - Lakukan tapid sponge bed
normal - Selimuti bayi
- Tidak ada perubahan - Monitor tekanan darah. Nadi dan RR
warna dan kelembaban - Monitor WBC, Hb, Hct
kulit - Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
- Nadi dan RR dalam batas - Monitor penurunan tingkat kesadaran
normal - Kompres bayi pada lipat paha dan aksila

Temperature Regulation
- Monitor suhu tiap 2 jam
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Monitor pola pernapasan
3. Hipotermi b/d Termoregulation Perawatan Hipotermia
penurunan laju Setelah dilakukan tindakan 1. Bebaskan pasien dari lingkungan yang dingin
metabolisme keperawatan selama 1 x 60 2. Berikan pemanas pasif (selimut, tutup kepala, pakaian hangat)
menit hipertermi teratasi 3. Berikan pemanas eksternal aktif (lampu radiasi, penghangat udara)
dengan kriteria hasil: 4. Berikan pemanas internal aktif (cairan IV hangat, oksigen humidifire hangat)
5. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermia (takipnea, dysarthria)
- Suhu tubuh dalam rentang
normal
- Tidak ada perubahan
warna dan kelembaban
kulit
- Nadi dan RR dalam batas
normal

4. Ketidakefektifan Breastfeeding Breastfeeding assistance


Pola makan Bayi Establishment: Infant - Berikan ASI secara teratur
b.d gangguan Breastfeeding Maintenance - Hitung kebutuhan minum bayi
neurologis Setelah dilakukan tindakan - Ukur masukan dan keluaran
keperawatan selama 3 x 24 - Monitor kemampuan bayi untuk menghisap
jam ketidakefektifan pola - Diskusikan pemasangan OGT sesuai kebutuhan
makan bayi teratasi dengan - Dorong orang tua untuk lebih sering memberikan ASI 8-10kali/hari
kriteria hasil: - Monitor kemampuan bayi untuk menggapai putting
- Bayi dapat menyusu - Diskusikan untuk penggunaan pompa ASI
dengan efektif - Jelaskan penggunaan susu formula hanya jika diperlukan
- Bayi menandakan
kepuasan menyusu
5. Risiko Syok b/d Keparahan Infeksi: Baru Manajemen Syok
sepsis Lahir 1. Monitor TTV
Setelah dilakukan tindakan 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
keperawatan selama 3 x 24 3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
jam keparahan infeksi 4. Monitor laboratorium darah
berkurang: 5. Pasang OGT untuk memonitor cairan di lambung
- Tidak terjadi hipotermia/
hipertermia
- Tidak terjadi
takipnea/bradipnea
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada kejang
- Leukosit dalam batas
normal
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.

Bulechek G.M., Howard K.B., Joanne M.D. (Eds.). 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.
Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta: EGC.

Depkes. 2007. Buku Acuan Pelayan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta :
Depkes RI.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing


Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.

Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.

Prawihardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Wijayarini. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai