PENDAHULUAN
Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah
mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai pengangguran,
inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan
pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks
perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau
pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang
lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
kemajuan pembangunan.
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi mesin
bagi pertumbuhan ( trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas perdagangan
internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-
duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan
pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan yang berupa export promotion.
Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi
pertumbuhan.
1
didasarkan dengan melihat perbandingan antara biaya produksi di negara eksportir ditambah
dengan biaya transportasi dengan biaya yang muncul jika barang tersebut diproduksi di negara
importir. Jika biaya produksi di negara eksportir ditambah biaya transportasi lebih besar dari
biaya produksi di negara importir, maka investor akan memindahkan lokasi produksinya di
negara importir (Appleyard, 2004).
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat
berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu
negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,
perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber
Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa
abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan
transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.
Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri,
perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain
disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat
perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan
lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan,
dan hukum dalam perdagangan. Ada beberapa model perdagangan internasional diantaranya:
A. Model Ricardian
Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan konsep
paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam Sebuah model Ricardian, negara
mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti
model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara akan menjadi
spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model
Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari
buruh dan modal dalam negara.
B. Model Heckscher-Ohlin
Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar kelebihan
komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak
3
membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis
model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga
neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional. Teori ini berpendapat bahwa pola dari
perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini
memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan
intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan
faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai
Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa
Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki
kecukupan modal.
C. Faktor Spesifik
Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah mungkin ketika
modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor spesifik merujuk ke
pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak
secara mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada peningkatan dalam
harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk pada
term sebenarnya. Sebagai tambahan, pemilik dari faktor produksi spesifik berlawanan (seperti
buruh dan modal) cenderung memiliki agenda bertolak belakang ketika melobi untuk
pengednalian atas imigrasi buruh. Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan bagi
pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam pemenuhan
modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi
pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan. Jangan dipercaya,bohong tu.
D. Model Gravitasi
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris dari pola
perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi, pada bentuk
dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara
dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga
memperhitungkan jarak dan ukuran fisik di antara dua benda. Model ini telah terbukti menjadi
kuat secara empiris oleh analisa ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan
diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model
ini.
4
2.1.2 Manfaat Perdagangan Internasional
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-
faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain.
Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang
tidak diproduksi sendiri.
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang
diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang
sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila
negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang
lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.
5
Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk
tersebut.
Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan
jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya
keterbatasan produksi.
Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilatera antara dua negara. Selama
berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan negara memiliki tarif
tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad ke 19, terutama di
Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang terpenting dan pandangan ini
mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal
tersebut membawa mereka ke kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang
Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan usaha
untuk membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan
tersebut kadang-kadang berujung pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari
perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara mutual.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara yang
berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif untuk industri-
industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika
Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh perdagangan bebas
dimana mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan
Jepang merupakan pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India,
Rusia, dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara
ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha non tarif,
termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari
biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan prosedur cukai.
6
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas dan sektor
manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa tahun terakhir,
bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang,
merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada perjanjian internasional
besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang
dan jasa lainnya.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam rangka
memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi Besar membuat
kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.
Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade Organization pada
level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional seperti MerCOSUR di Amerika
Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa anatara 27
negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun 2005 membicarakan pembuatan dari Free
Trade Area of America (FTAA) gagal total karena penolakan dari populasi negara-negara
Amerika Latin. Kesepakatan serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga
gagal pada tahun-tahun belakangan ini.
Dinamika perekonomian Indonesia tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global dan
kawasan serta berbagai kemajuan dalam perbaikan, iklim investasi, infrastruktur, produktivitas
dan daya saing (sisi penawaran) dalam negeri. Ekonomi dunia telah mampu tumbuh diatas 4%
dalam lima tahun terakhir, lebih tinggi dari rata-rata historisnya. Perkembangan ini terutama
didorong oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi di negara berkembang (China dan India) serta
kawasan Eropa. Tingginya pertumbuhan ekonomi dunia tersebut diiringi dengan volume
perdagangan dunia yang juga tumbuh lebih tinggi dari tren jangka panjangnya. Sejalan dengan
perkembangan ekonomi dunia tersebut
Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah
mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai pengangguran,
inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan
pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks
7
perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau
pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang
lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
kemajuan pembangunan.
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah perdagangan
internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi mesin bagi
pertumbuhan ( trade as engine of growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas perdagangan
internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-
duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan
pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan kebijakan yang berupa export promotion.
Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi
pertumbuhan.
Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan modal antar
negara menjadi bagian yang penting juga untuk dipelajari. Sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Vernon, perpindahan modal khususnya untuk investasi langsung, diawali
dengan adanya perdagangan internasional (Appleyard, 2004). Ketika terjadi perdagangan
internasional yang berupa ekspor dan impor, akan memunculkan kemungkinan untuk
memindahkan tempat produksi. Peningkatan ukuran pasar yang semakin besar yang ditandai
dengan peningkatan impor suatu jenis barang pada suatu negara, akan memunculkan
kemungkinan untuk memproduksi barang tersebut di negara importir. Kemungkinan itu
didasarkan dengan melihat perbandingan antara biaya produksi di negara eksportir ditambah
dengan biaya transportasi dengan biaya yang muncul jika barang tersebut diproduksi di negara
importir. Jika biaya produksi di negara eksportir ditambah biaya transportasi lebih besar dari
biaya produksi di negara importir, maka investor akan memindahkan lokasi produksinya di
negara importir (Appleyard, 2004).
Pedagangan luar negeri mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap sector produksi di
dalam negeri. Secara umum kita bisa menyebutkan empat macam pengaruh yang bekerja
melalui adanya:
Spesialisasi produksi.
Kenaikan investasi surplus
8
Vent for Surplus.
Kenaikan produktivitas.
Dampak Positif
a) Kegiatan produksi dalam negeri menjadi meningkat secara kuantitas dan kualitas.
b) Mendorong pertumbuhan ekonomi negara, pemerataan pendapatan masyarakat, dan
stabilitas ekonomi nasional.
c) Menambahkan devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas ekspor dan impor.
d) Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam negeri, terutama dalam
bidang sektor industri dengan munculnya teknologi baru dapat membantu dalam
memproduksi barang lebih banyak dengan waktu yang singkat.
e) Melalui impor, kebutuhan dalam negara dapat terpenuhi.
f) Memperluas lapangan kerja dan kesempatan masyarakat untuk berkeja.
g) Mempererat hubungan persaudaraan dan kerjasama antar negara.
Dampak Negatif
Liberalisasi dalam perdagangan barang, jasa, investasi, dan mobilitas faktor produksi tenaga
kerja akan berdampak pada kondisi ketenagakerjaan. Dampak pada kondisi ketenagakerjaan
ini biasanya menjadi isu yang paling sensitif dalam pembentukan suatu kawasan integrasi
ekonomi, seperti yang misalnya dialami oleh Uni Eropa. Secara teoritis, liberalisasi dalam
keempat faktor di atas akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja, karena akan menciptakan
kondisi yang mendorong perusahaan untuk mengalokasikan sumber-sumber daya secara lebih
efisien (dampak alokasi).
9
6. Gambaran Perekonomian Indonesia
Beberapa dampak perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia antara lain sebagai
berikut :
Dampak Positif
Efisiensi dalam kegiatan produksi mengolah sumber daya untuk menghasilkan suatu barang
yang lebih murah dari negara lain. Biaya produksi yang lebih murah akan menghasilkan
produk dengan harga yang bersaing di pasar internasional. Efisiensi dalam kegiatan produksi
dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi merupakan kegiatan produksi yang menghasilkan barang dan jasa
melalui pengolahan beberapa faktor produksi dengan biaya produksi minimum. Efisiensi
ekonomi lebih ditekankan pada segi ekonomi.
2) Efisiensi Teknologi
Efisiensi teknologi merupakan kegiatan produksi yang menghasilkan barang dan jasa
karena kemampuan mengolah kombinasi beragam faktor produksi. Efisiensi teknologi lebih
ditekankan pada segi kombinasi terbaik berbagai faktor produksi.
10
c. Tantangan Menghasilkan Produk Berkualitas
Tersebarnya produk buatan luar negeri di pasar Indonesia sukar dibendung. Keadaan itu
menjadi tantangan Indonesia untuk juga dapat menghasilkan produk yang mutunya lebih baik.
Adapun langkah-langkah alternatif untuk menghasikan produk-produk yang bermutu antara
lain:
1) Ekspor migas yaitu ekspor barang yang berupa minyak bumi dan gas alam.
2) Ekspor non migas meliputi komoditas primer dan bukan primer. Komoditas primer
merupakan hasil pertanian dan pertambangan. Sedangkan komoditas bukan primer merupakan
hasil industri.
11
g. Meningkatkan Pendapatan Penduduk
Dampak Negatif
12
f. Apabila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian
Indonesia akan semakin rendah dan bertambahnya pengangguran dalam
negeri.
g. Tidak terjaminnya halal bagi makanan dan minuman yang diimpor.
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah
muslim. Namun dari makanan dan minuman yang diimpor tidak
terjamin kehalalannya.
4) Ikut secara aktif dalam forum-forum kerja sama ekonomi dan memanfaatkannya bagi
kepentingan kemajuan bangsa.
5) Melakukan penyempurnaan lebih lanjut dalam rangka deregulasi dan debirokrasi di segala
bidang secara efektif dan efisien.
6) Pembangunan moral bangsa dengan menanamkan solidaritas sosial dan nasionalisme yang
kuat di bidang politik dan ekonomi.
Dalam Forum Pemimpin ASEAN disepakati untuk membentuk sebuah pasar tunggal di
kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Kebijakan ini telah lama dirumuskan
sebagai sebuah program bersama di kawasan ASEAN. Diawali pada KTT ASEAN ke-2 tanggal
15 Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan disepakatinya Visi ASEAN 2020. Para
kepala Negara ASeAN menegaskan bahwa ASEAN akan :
1. Menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan memiliki daya saing
yang tinggi yang ditandai dengan arus lalu lintas barang, jasa dan investasi yang bebas,
pembangunan ekonomi yang merata serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosuial
ekonomi.
13
2. Mempercepat liberalisasi perdagangan di bidang jasa, dan
3. Meningkatkan pergerakan tenaga professional dan jasa lainnya secara bebas di kawasa
ASEAN. Selanjutnya pada beberapa KTT berikutnya (KTT ke 6 dan 7) para pemimpin ASEAN
menyepakati berbagai langkah untuk mewujudkan visi tersebut.
Pada KTT ASEAN yang ke 9 di Bali, Indonesia pada tahun 2003, para Pemimpin ASEAN
menyepakati pembentukan ASEAN Community dalam bidang keamanan politik, ekonomi dan
social budaya yang dikenal dengan Bali Concord II. Untuk pembentukan Asean Economic
Community pada tahun 2015, ASEAN menyepakati perwujudan diarahkan pada integrasi
ekonomi kawasan yang implementasinya mengacu pada MEA 2015.
Masyarakat Ekonomi ASEAN dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta bisa
menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah
ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan
kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi
Asean ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke
negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat
Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015, yaitu:
1. Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah
kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka
akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan tenaga kerja
terlatih menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia
Tenggara.
2. Kedua, Msyarakat Ekonomi ASEAN akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan
tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition
policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce.
3. Ketiga, Msyarakat Ekonomi ASEAN akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki
perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah
(UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi
akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia
dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.
14
4. Keempat, Masyarakat Ekonomi ASEAN akan diintegrasikan secara penuh terhadap
perekonomian global. Dengan dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan
koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-
negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket
bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya
terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif
untuk terintegrasi secara global.
Untuk menghadapi tantangan masyarakat ekonomi ASEAN, Indonesia masih perlu berbenah
secara serius. Dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2013 menyebutkan
bahwa postur tenaga kerja Indonesia adalah pekerja lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah
berjumlah sebesar 52 juta orang (46,93%) atau hampir setengah dari total pekerja sebesar 110,8
juta orang. Kemudian pekerja lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 20,5 juta
orang (18,5%), pekerja lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 17,84 juta orang
(16,1%). Jumlah paling rendah ditemui pada pekerja lulusan universitas dengan jumlah 7,57
juta orang (6,83%) dan lulusan diploma sejumlah 2,92 juta orang (2,63%).
Sebagai perbandingan, menurut data Department of Statistics Malaysia (DOSM) pada tahun
2012, jumlah tenaga kerja Malaysia adalah 13,12 juta orang dengan postur sebesar 7,32 juta
orang (55,79%) adalah lulusan sekolah menengah dan sejumlah 3,19 juta orang (24,37%)
adalah lulusan universitas dan diploma. Negara ASEAN lainnya seperti Singapura, menurut
data World Bank pada tahun 2012 memiliki jumlah tenaga kerja sebesar 3,22 juta orang dengan
pekerja lulusan sekolah menengah sebesar 49,9% dan lulusan universitas dan diploma sebesar
29,4%. Dari data tersebut kita dapat melihat bahwa hampir dari separuh tenaga kerja Indonesia
(46,93%) adalah low skilled labour lulusan SD yang secara kontras dibandingkan dengan
Singapura dan Malaysia yang sekitar 80% tenaga kerjanya adalah lulusan sekolah menengah
dan perguruan tinggi. Hal ini menyiratkan ketidaksiapan Indonesia dalam pasar bebas tenaga
kerja di ASEAN jika AEC (Asean Economy Community) diberlakukan per 31 Desember 2015
nanti
Selama periode 2005-2010, total impor dari China meningkat sebesar 226,32 persen.
Komposisinya mencapai 20,32 persen dari total impor Indonesia. Data tersebut menunjukkan
sepanjang 2006-2008 tercatat 1.650 industri bangkrut karena tidak sanggup bersaing dengan
15
membanjirnya produk China di pasar dalam negeri. Akibatnya, sebanyak 140.584 tenaga kerja
terpaksa kehilangan pekerjaan karena perusahaan gulung tikar.
Bidang Pertanian yang telah terlebih dahulu mengalami liberalisasi juga menunjukkan hasil
serupa. Bahkan di negara agraris ini, usaha bidang pertanian justru tidak memberikan harapan
menjanjikan. Akibatnya banyak petani yang tidak mau lagi bertani. Dalam 10 tahun terakhr
jumlah petani terus menyusut. Menurut data BPS, jumlah petani pada 2003 lalu masih
mencapai 31,17 juta orang. Namun hingga pertengahan tahun 2013 ini, jumlahnya sudah
menurun menjadi 26,13 juta orang. Ini berarti dalam sepuluh tahun terakhir ada penurunan
jumlah petani sebesar 5,04 juta orang atau ada penurunan 1,75 persen per tahun. Penduduk
berusia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan dari 40,61 juta
orang di tahun 2004 menjadi 39,96 juta orang pada 2013. Sementara itu, persentasenya
menurun dari 43,33 persen di 2004 menjadi 35,05 persen di 2013.
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan karena hambatan perdagangan akan
cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain,
muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang
diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang
elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya
barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam
industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal
ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia
sendiri.
Tantangan yang dihadapi Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya bersifat
internal di dalam negeri tetapi dengan sesama Negara ASEAN dan luar ASEAN seperti China
dan India. Berdasarkan kinerja ekspor 2004-2008, Indonesia berada diurutan keempat setelah
Singapura, Malaysia dan Thailand dan importer tertinggi setelah Singapura dan Malaysia.
Sejauh ini, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia berdasarkan rencana strategis
pemerintah untuk menghadapi MEA / AEC, antara lain :
16
1. Penguatan Daya Saing Ekonomi.Pada 27 Mei 2011, Pemerintah meluncurkan Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI merupakan
perwujudan transformasi ekonomi nasional dengan orientasi yang berbasis pada pertumbuhan
ekonomi yang kuat, inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan.
2. Program ACI (Aku Cinta Indonesia).ACI (Aku Cinta Indonesia) merupakan salah satu
gerakan Nation Branding bagian dari pengembangan ekonomi kreatif yang termasuk dalam
Inpres No.6 Tahun 2009 yang berisikan Program Ekonomi Kreatif bagi 27 Kementrian Negara
dan Pemda. Gerakan ini sendiri masih berjalan sampai sekarang dalam bentuk kampanye
nasional yang terus berjalan dalam berbagai produk dalam negeri seperti busana, aksesoris,
entertainment, pariwisata dan lain sebagainya. (dalam Kemendag RI : 2009:17).
Selain itu, persiapan Indonesia dari sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM)
untuk menghadapi MEA 2015 adalah pembentukan Komite Nasional Persiapan MEA 2015,
yang berfungsi merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat
dan KUKM mengenai pemberlakuan MEA pada akhir 2015.
Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan UKM untuk
membantu pelaku KUKM menyongsong era pasar bebas ASEAN itu, antara lain peningkatan
wawasan pelaku KUKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha,
peningkatan daya serap pasar produk KUKM lokal, penciptaan iklim usaha yang kondusif.
Namun, salah satu faktor hambatan utama bagi sektor Koperasi dan UKM untuk bersaing
dalam era pasar bebas adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku KUKM yang secara
umum masih rendah. Oleh karena itu, pihak Kementrian Koperasi dan UKM melakukan
pembinaan dan pemberdayaan KUKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar
produk, agar mampu meningkatkan kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-produk yang
berdaya saing tinggi.
17
Pihak Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan
terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM.
Penguatan IKM berperan penting dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui perluasan
kesempatan kerja dan menghasilkan barang atau jasa untuk dieskpor. Selain itu, koordinasi dan
konsolidasi antar lembaga dan kementerian pun terus ditingkatkan sehingga faktor penghambat
dapat dieliminir.
4. Perbaikan Infrastruktur
Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil, selama tahun 2010 telah berhasil
dicapai peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur seperti prasarana jalan, perkeretaapian,
transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, komunikasi dan informatika, serta
ketenagalistrikan :
Salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui jalur pendidikan. Selain itu,
dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah membangun
sarana dan prasarana pendidikan secara memadai, termasuk rehabilitasi ruang kelas rusak berat.
Data Kemdikbud tahun 2011 menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar 173.344 ruang kelas
jenjang SD dan SMP dalam kondisi rusak berat. (dalam Bappenas RI Buku I, 2011:36).
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagaimana materi yang telah dipaparkan diatas di atas dapat di simpulkan bahwa
perdaganagan internasional adalah perdagangan yang dilakukan lintas negara. Keuntungan
dalam perdagangan yaitu menguntungkan bagi kedua belah pihak. Adapun pengaruh dari
perdagangan internasional terhadap prekonomian salah satunya adalah saling menguntungkan
dan saling melengkapi satu sama lain dimana dengan adanya perdagangan internasional maka
prekonomian negara akan semakin berkembang dan saling bersentuhan serta di setiapnegara-
negara merasakan kesejahteraan. Tindakan bergabung dalam agenda Masyarakat Ekonomi
ASEAN merupakan kebijakan bunuh diri yang dilakukan pemerintah. Selain kondisi
perekonomian Negara yang belum siap untuk bersaing, aktifitas tersebut banyak melanggar
hukum Syara yang mengatur aktifitas perdagangan. Kondisi seperti ini karena disebabkan
Indonesia tidak membangun ekonomi industry dengan shahih. Banyak kebijakan Negara yang
justru kontraproduktif dalam membangun kemandirian ekonomi Industri seperti melakukan
privatisasi pada BUMN-BUMN yang strategis dan system pengelolaan SDA yang terlalu
bergantung pada pihak asing. Dalam kondisi yang seperti itu, sangat sulit untuk mewujudkan
kemandirian ekonomi yang berimplikasi pada ketergantungan terhadap pihak asing yang
semakin menjadi-jadi. Selain itu kedaulatan terancam, karena memungkinkan adanya
intervensi asing dalam pembuatan kebijakan.
3.2 Saran
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-
faktor tersebut diantaranya: kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain.
Dalam era perdagangan global sekarang ini, arus barang masuk dan keluar sangatlah
cepat.Untuk memperlancar urusan bisnisnya, para pengusaha seharusnya memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai prosedur ekspor impor, baik dari segi peraturan yang selalu
diperbarui terutama yang berhubungan dengan perdagangan internasional, kepabeanan,
maupun perbankan, yang semuanya ini saling berkaitan dan selama ini sering terjadi
permasalahan di lapangan.
19
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_perekonomian
http://qyki.blogspot.com/2010/01/peranan-perdagangan-internasional-dalam.html
http://azthreenancy.blogspot.com/2010/01/efek-perdagangan-internasional-terhadap.html
20