OSTEOMYELITIS
Oleh :
Preceptor :
1.1. Definisi
Osteomielitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi reaksi radang yang disebabkan
infeksi tulang dan sumsum tulang. Secara umum, osteomyelitis dinyatakan sebagai
peradangan dari seluruh struktur pembentuk tulang yaitu bagian korteks, medulla,
periosteum, pembuluh darah, serabut saraf dan epifise. Infeksi pada tulang dapat terjadi
1.2. Epidemiologi
Penyakit ini terjadi pada semua umur, baik pada anak-anak maupun dewasa.
Insidensi terbanyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Insidensi kasus
osteomyelitis terjadi pada 3-4 per 100.000 orang. Sekitar 20% kejadian osteomyelitis terjadi
akibat penyebaran secara hematogen dan paling banyak diakibatkan karena infeksi
1.3. Klasifikasi
Osteomyelitis spesifik
Osteomyelitis aspesifik
3. Berdasarkan luas daerah yang terkena
Difuse fulminating type, osteomyelitis akut dimana terjadi kerusakan tulang yang
Osteomyelitis intramedulare
Osteomyelitis subperiostal
6. Berdasarkan etiologi
Osteomyelitis odontogenik
7. Klasifikasi khusus
8. Klasifikasi lainnya
Osteomyelitis khemis
Osteomyelitis radiasi
Osteomyelitis Garre
1.4. Faktor Predisposisi
- Virulensi mikroorganisme
- Trauma
- Radiation injury
- Pagets disease
- Osteoporosis
- Alkoholisme kronis
- Fibrous displasia
- Mlaignansi tulang
- Immunosupression
- Diabetes Melitus
- Agranulositosis
- Leukemia
- Anemia
- Malnutrisi
- Usia tua
1.5. Etiologi
epidermis (albus). Dari kultur bakteri akin ditemukan Streptococci hemolitic, Pneumococci,
Thypoid acid, Fast bacilli, Escheria coli dan Actinomycetes. Bakteri anaerob antara lain
Terdapat adanya dua faktor yang berperan dalam terjadinya osteomyelitis, antara lain:
1. Faktor odontogenik
- Infeksi periapikal
- Penyakit periodontal
Secara klinis, osteomielitis merupakan suatu infeksi pada tulang yang berawal dari
kavitas medulla, lalu melibatkan tulang kanselous dan meluas serta menyebar ke tulang
kortikal bahkan terkadang mencapai periosteum. Invasi bakteri ke dalam tulang kanselous,
yang menyebabkan inflamasi dan edema pada rongga sumsum sehingga akan berakibat
terjadinya kompresi pembuluh darah dalam tulang yang menyebabkan aliran darah menjadi
terjadinya osteomielitis, karena area yang terlibat menjadi iskemik dan tulang menjadi
Walaupun maksila juga dapat mengalami osteomielitis, namun kasusnya lebih jarang
dijumpai dibandingkan dengan region mandibula. Penyebab utamanya adalah suplai darah
daerah maksila lebih banyak dan berasal dari beberapa arteri, sehingga menghasilkan jaringan
pembuluh darah yang kompleks. Sedangkan tulang mandibula hanya memiliki aliran
pembuluh darah dari arteri alveolaris inferior dan karena kepadatan tulang yang menutupi
tulang kortikal yang melindungi penetrasi pembuluh darah periosteal, tulang kanselous
Faktor pendukung utama terjadinya osteomielitis pada rahang adalah adanya infeksi
odontogenik yang berasal dari jaringan pulpa atau periapikal. Trauma, khususnya fraktur tipe
compound mandibula yang tidak dirawat merupakan faktor penyebab kedua. Kedua kejadian
tersebut sebenarnya jarang menimbulkan infeksi pada tulang kecuali mekanisme pertahanan
tubuh penderita yang mengalami supresi oleh karena syndrome malnutrisi alcoholism,
diabetes, penyakit-penyakit myeloproliferatif seperti leukemia, penyakit sikle cell dan kanker
yang dikemoterapi.
Infeksi pada osteomyelitis dapat terjadi lokal atau dapat menyebar melalui
periosteum, korteks, sumsum tulang, dan jaringan retikular. Jenis bakteri bevariasi
berdasarkan pada umur pasien dan mekanisme dari infeksi itu sendiri.
hematogenous osteomyelitis, infeksi akut pada tulang disebabkan bekteri yang berasal dari
sumber infeksi lain. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak. Bagian yang sering terkena
infeksi adalah bagian yang sedang bertumbuh pesat dan bagian yang kaya akan vaskularisasi
dari metaphysis. Pembuluh darah yang membelok dengan sudut yang tajam pada distal
metaphysis membuat aliran darah melambat dan menimbulkan endapan dan trombus, tulang
itu sendiri akan mengalami nekrosis lokal dan akan menjadi tempat berkembang biaknya
bakteri. Mula-mula terdapat fokus infeksi didaerah metafisis, lalu terjadi hiperemia dan
udem. Karena tulang bukan jaringan yang bisa berekspansi maka tekanan dalam tulang ini
menjadi selulitis atau menjalar melalui rongga subperiost ke diafisis. Infeksi juga dapat pecah
Penjalaran subperiostal kearah diafisis akan merusak pembuluh darah yang kearah diafisis,
sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut sekuester. Periost akan membentuk
tulang baru yang menyelubungi tulang baru yang disebut involukrum (pembungkus). Tulang
yang sering terkena adalah tulang panjang yaitu tulang femur, diikuti oleh tibia, humerus
jaringan tulang dengan bakteri, biasa terjadi karena trauma terbuka dan tindakan
Kategori tambahan lainnya adalah chronic osteomyelitis dan osteomyelitis sekunder yang
Osteomyelitis sering menyertai penyakit lain seperti diabetes melitus, sickel cell disease,
immunosuppresan dan penyakit sendi yang kronik. Pemakaian prosthetic adalah salah satu
faktor resiko, begitu juga dengan pembedahan ortopedi dan fraktur terbuka.
1.7.Manifestasi klinis
Gejala umumnya sama tetapi osteomyelitis akut timbul nyeri dan bengkak yang lebih
- Nyeri
- Bengkak lokal dan edema (karena pembentukan abses) yang dapat menyebabkan
- Malaise karena pengaruh demam tinggi yang dapat mencapai 390 400
- Limfadenopati
- Paresthesia / anesthesia bibir bawah (indikasi inferior alveolar nerve telah terkena)
- Fistula formation
Osteomyelitis akut :
- umumnya keluhan didahului oleh sakit gigi yang berlanjut dengan pembengkakan pada
- Rasa sakit yang dalam, menyebar sampai ke telinga disertai parestesi bibir,
- Gigi geligi yang terkena goyang dan sakit waktu oklusi, gingival bengkak, pus keluar
Osteomyelitis kronis :
- Dapat terjadi setelah fase akut merteda atau langsung dari infeksi gigi
- Trismus dan parestesi bibir perlahan-lahan berkurang atau menhilang sehingga penderita
- Supurasi dan abses local tetap ada dengan membentuk fistula yang multiple pada mukosa
- Galles osteomyelitis
- Fibrous dysplasia
1.9. Diagnosis
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Penunjang :
baru)
CT Scan, MRI
1.10. Manajemen
Obat harus diberikan secepat mungkin dengan dosis massif secara parenteral.
tidak terbatas, waktu yang definitive biasanya selama 2 minggu dan diteruskan sesuai
b. Drainase
Drainase harus segera dibuat untuk mengeluarkan pus sehinga mengurangi rasa
dapat berupa pencabutan gigi yang terlibat, insisi pada daerah yang tidak bergigi
diikuti dengan pemasangan drain karet untuk memberikan jalan pus. Perawatan
selanjutnya adalah irigasi dengan larutan garam fisiologis hangat dan penggantian
c. Pengobatan Suportif
Sebaiknya penderita dirawat inap agar dapat istirahat cukup, diet makanan tinggi
kalori, protein dan polivitamin yang memadai. Pemberian infuse NaCl dan dektrose
Tindakan ini dilakukan bila sequester telah benar-benar tampak pada gambaran
Pada osteomyelitis supuratif kronis yang menjadi masalah adalah adanya sequester di dalam
tulang yang persisten dan tidak bisa dicapai antibiotik secara sistemik. Karena itu harus
a. Perawatan prabedah
Biasanya keadaan umum penderita sudah jauh lebih baik daripada waktu dalam
b. Prosedur pembedahan
Pada rahang bawah insisi intraoral dapat dilakukan dan cukup memadai bila
penyakit hanya mengenai tulang alveolar saja. Insisi dibuat pada gingival kemudian
gingival dipisahnkan dari tulang, jaringan tulang yang nekrotik diangkat bersama gigi
yang terlibat, bekas luka dibersihkan dan diirigasi kemudian ditutup jahitan. Fistula
yang ada mulai dari muara sampai seluruh salurannya dieksisi. Penutupan luka operasi
bisa dijahit rapat bila sequester kecil dan tidak memerlukan drainase. Bila luka besar
diperlukan drainase dengan karet yang dimasukkan ke dalam bekas sequester untuk
keluarnya pus.
Bila penyakit melibatkan tepi bawah korpus mandibula insisi ekstra oral diperlukan,
diatas kulit, 1 cm dibawah tepi tulang. Jaringan granulasi dan jaringan nekrotik
dibersihkan dengan kuret sampai tulang sehat terasa dan terlihat. Tindakan lainya yang
mungkin adalah sausarisasi yaitu tindakan untuk menghilangkan kavitas yang besar
dengan jalan membuang dinding kavitas bekas sequester yang overhang sehinga pada
penutupan luka, periosteum dan jaringan lunak dapat berkontak dengan tulang untuk
mempercepat penyembuhan. Luka operasi ditutup lapis demi lapis secara anatomis
dengan jahitan primer. Pemasangan drain diperlukan pada luka yang besar dimana
Pemberian antibiotik diteruskan paling sedikit 10 hari sampai 2 mingu atau lebih lama
bila ternyata tanda-tanda infeksi masih ada. Pada pembedahan mandibular ini, rahang
diimobilisasi dengan elastic bandage dan dihindari makanan padat. Bila dipasang drain
karet, drain ini diambil pada hari ke dua jika hanya terdapat cairan serosanguinus.
Tetapi jika cairan pus, drain dipertahankan sampai cairan berhenti keluar.
Pada osteomyelitis tipe ini, gigi yang merupakan sumber infeksi dapat dipertahankan
dengan perawatan endodontik atau dicabut. Pada waktu gigi dicabut,tulang yang sklerotik
biasanya ikut terangkat. Bagian tulang ini tidak perlu diangkat bila tidak ada keluhan dari
penderita.
Pengobatan osteomyelitis jenis ini merupakan maslah sulit. Lesinya terlalu luas untuk
akut. Lesi ini tidak membahayakan karena tidak destruktif dan jarang menimbulkan
komplikasi. Jika pada daerah sklerotik ini terdapat gigi yangharus dicabut, hendaknya
ekstraksi, karena bagian tulang ini avaskuler sertakurang beraksi. Pada kasus dengan
pengambilan tulang yang banyak, defeknya diperbaiki dengan bone grafting.
Pada osteomyelitis tipe ini pengobatan yang terbaik adalah ekstraksi gigi yang menjadi
sumber infeksi. Untuk lesi periosteumnya tidak perlu dilakukan tindakan bedah apapun.
Setelah ekstraksi gigi akan terjadi remodelisasi dari tulang perlahan-lahan, sehingga tulang
1.11. Prognosis
Prognosa osteomyelitis tergantung dari diagnosa yang tepat, daya tahan tubuh
penderita, pemberian antibiotic yang tepat, perawatan yang sempurna serta luasnya
penjalaran penyakit.
1.12. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi karena osteomyelitis rahang bawah antara
lain:
a. Parestesi bibir bawah unilateral karena penyebaran infeksi pada nervus alveolar
inferior
c. Bila penyakit mengenai ramus ascendens dan melibatkan kondilus, akan terjadi
d. Komplikasi yang lebih parah adalah terbentuknya thrombus yang sepsis, sehingga
Carek P.J., Dickerson L.M., dan Sack J.L., 2001, Diagnosis and Management of
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. Edisi 7, Vol. 1. Jakarta : Penerbit
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-4. Alih
Randall W King, MD, FACEP; Chief Editor: Rick Kulkarni. Osteomyelitis in Emergency
overview#showall