Anda di halaman 1dari 7

REFLEKSI KASUS

Nama : Yanuar Mahatma Hata Sari


NIM : 20120310108
Stase : Ilmu Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul

A. Rangkuman Kasus
Identitas Pasien :
Nama :FDN
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 27- 3- 2017
Anamnesa :
Keluhan utama : Pasien mengeluh perutnya sakit sejak satu minggu ini.
RPS :
Pasien dating ke RSUD Panembahan Senopati dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 1 minggu yang lalu, nyerinya hilang timbul. Pasien juga demam (+),
pusing (-), batuk pilek (-), sesak napas (-), nafsu makan sedikit, mual (+), muntah
(-), BAB (+), BAK (+), tidak ada nyeri saat BAB atau BAK. Keluhan lain tidak
ada. Riwayat nyeri perut seperti ini (-) tidak ada. Riwayat magh (-), riwayat alergi
obat (-), riwayat sesak (-), riwayat MRS (-).
Pemeriksaan Fisik:
- KU : sedang, Compos Mentis
- Vital sign
o Tekanan darah : 110/70 mmHg
o Heart rate : 80x/menit
o Suhu : 360 C
o Respirasi rate : 18x/menit
- Berat badan : 50kg
- Status generalis
o Inspeksi : perut nampak baik, tidak ada jejas, tidak ada
spider-navy, tak tampak darm stiffing atau darm conture. Tinggi
abdomen.
o Auskultasi : suara peristaltic (+) menurun
o Perkusi : timpani
o Palpasi : tidak terdapat masa/benjolan. Defans muscular (-).
Nyeri tekan (-) pada regio Mc. Burney, nyeri pada kanan bawah ketika
abdomen kanan yang sebelah kiri dilepas/ rovsing sign (+).
- Pemeriksaan tambahan
o Psoas sign (+)
o Rovsing sign (+)
o Obturator sign (+)
o Blumberg sign (+)
- Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Nilai
Hasil Satuan
3/01/2017 Rujukan
Hb 13,4 14,0-18.0 g/dl
AL 11,95 4-10 103/uL
AE 5,04 4,50-5,50 106/uL
AT 277 150-450 103/uL
Hmt 42,7 42-52 vol%
Eosinofil 1 2-4 %
Basofil 1 0-1 %
Batang 0 2-5 %
Segmen 70 51-67 %
Limfosit 25 20-35 %
Monosit 4 4-8 %
Fungsi Ginjal
Ureum 21 17-43 mg/dl
Kreatinin 0,57 0,6 1,1 mg/dl
Hemostasis
PTT 12,5 12-16 U/l
APTT 33,6 28-38 U/l
Kontrol PPT 14,9 11-16 g/dl
Kontrol APTT 32,3 28-36,5 g/dl
Diabetes
GDS 105 80-200 mg/dl
Elektrolit
Natrium 140,6 137-145 Mmol/l
Kalium 3,52 3,5-5,10 Mmol/l
Klorida 106,5 98-107 Mmol/l
Imunologi
HBsAg Titer Neg/ Neg <0,13
0,00

- Diagnosa : Appencitis akut


- Terapi
o Pro Appendictomy
o Infus RL 20 tpm
o Inj. Ceftrisxon 1gr/12 jam
o Inj. Ranitidin 1A/12 jam
o Infus Pamol 500mg/8jam
B. Perasaan Terhadap Masalah
Pada pemeriksaan pasien region abdomen, pada palpasi didapatkan nyeri pada
perut kanan bawah saat palpasi ringan ataupun palpasi dalam. Pasien positif nyeri
pada regio abdomen kanan bawah saat dilakukan maneuver psoas sign (+),
obturator (+), dan Blumberg sign (+).
C. Evaluasi
Dilakukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis appendicitis
dengan melakukan maneuver psoas, obturator sign, dan Blumberg sign. Pasien
kemudian diminta untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap (pre-op), pada
pemeriksaan laboraturium didapatkan angka lekosit meningkat dari batas normal,
yang berarti menandakan adanya suatu proses peradangan yang terjadi pada
pasien.
Penatalaksanaan yang diberikan adalah pemberian analgesic dan antibiotik yang
berguna untuk meredakan nyeri dan untuk melawan virus yang ada dalam tubuh.
D. Analisis
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil dengan panjang + 10cm (94 inchi),
melekat pada caecum tepat di bawah katup ileosecal. Appendisitis merupakan
peradangan yang menyebabkan abdomen akut paling sering.
Untuk menegakkan diagnosis pada appendicitis dapat dilakukan juga dengan
menggunakan score Alvarado seperti dibawah ini,

Skor Alvarado
Migrasi nyeri dari abdomen sentral ke fossa iliaka kanan 1
Anoreksia 1
Mual atau Muntah 1
Nyeri di fossa iliaka kanan 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan temperatur (>37,5C) 1
1
Peningkatan jumlah leukosit 10 x 109/L 2
-
Neutrofilia dari 75% 1
4
Total 10

1-4: sangat memungkinkan bukan appendicitis
5-7 : sangat mungkin appendicitis
8-10 : pasti appendisitis
Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis
kronik (Wim De Jong, 2010).
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala apendisitis akut ialah nyeri samar dan
tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus.
Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun.
Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan
lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
Apendisitis akut dibagi menjadi :
a. Apendisitis Akut Sederhana
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan
obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi
peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa
appendiks menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri
di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam ringan
(Rukmono, 2011). appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen
yang mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks menebal, edema, dan
kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual,
muntah, anoreksia, malaise dan demam ringan
b. Apendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan menimbulkan
trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks.
Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding apendiks
menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi
eksudat dan fibrin. Apendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia,
dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan
rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc.
Burney, defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan
defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda
peritonitis umum .
c. Apendisitis Akut Gangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai
terganggu sehingga terjadi infark dan gangren. Selain didapatkan tanda-tanda
supuratif, apendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding
apendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada
apendisitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan
peritoneal yang purulent.
d. Apendisitis Infiltrat
Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat
dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga
membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang
lainnya.
e. Apendisitis Abses
Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus),
biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrosekal, subsekal dan
pelvikal.
f. Apendisitis Perforasi
Apendisitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren yang
menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis
umum. Pada dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh
jaringan nekrotik.
2. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik
adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan adanya sel
inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%. Apendisitis kronik
kadang-kadang dapat menjadi akut lagi dan disebut apendisitis kronik dengan
eksaserbasi akut yang tampak jelas sudah adanya pembentukan jaringan ikat.
E. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan, pasien ini mengalami appendicitis akut
sederhana dengan gejalan mual dan umumnya nafsu makan menurun. Dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney. Dengan gejala gejala yang
ada, dan dengan Alvarado score nilainya 8 (mual, anoreksia, nyeriperut kanan
bawah, nyeri lepas, leukositosis, dan lekosit shift to the left) yang bermakna
pasien pasti menderita apendisitis.
Terapi yang diberikan berupa appendiktomi yang bertujuan diambilnya appendiks
dari perlekatannya dengan caecum guna untuk menghilangkan sumber
peradangannya. Diberikan antibiotic untuk mengeliminasi persebaran bakteri
yang ada, serta analgesic untuk mengurangi keluhan nyeri pada pasien.
F. Daftar Pustaka

R Sjamsuhidajat, W. K. (2010). Payudara. In S. &. Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Wim de
Jong (3 ed., pp. 176-177, 471-497). Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burner & Suddarth. editor,
Suzanne C. Smetlzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyu, dkk; editor
edisi bahasa Indonesia, Monica Ester. Ed. 8. Jakarta: EGC, 2011.

Anda mungkin juga menyukai