Anda di halaman 1dari 3

Menurut Firmansyag (1011) TBC pada seorang di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti status

sosial ekonomi ,status gizi,umur, jenis kelamin dan faktor sosial lainnya

1. Faktor sosial ekonomi sangat erat kaitannya dengan kepadatan rumah dengan adanya rumah

yang padat sangat sulit untuk mendapatkan udara yang baik dan ventilasi yang baik serta

pencahayaan yang baik pula ,serta sanitasi kerja yang buruk dapat memudahkan penularan

virus dengan cepat ,pendapatan juga sangat mempengaruhi dengan tidak layaknya

pendapatan jasa kesehatan .


2. Status gizi keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori atau ,protein,vitamin,zat besi dll,akan

mempengaruhi daya tahan tubuh dan jikalau terjadi kekurangan nutrisi dan tidak ditanganin

dengan baik akan dapat secara mudah terjangkit virus TBC


3. Umur sangat mempengaruhi dan paling sering penyakit TB paru di temukan pada usia

produktif 15-50 tahun dengan terjadi transisi demografi saat ini menyebabkan umur lansia

lebih tinggi . pada usia lanjut lebih dari 55 tahun system imunologis seseorang menurun

,sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-paru


4. Jenis kelamin : penderita TB paru cenderung lebih ,tinggi terjadi pada laik-laki dibandingkan

perempuan .
5. Faktor sarana :
a. Tersedianya obat yang cukup dan kontinu dedikasi petugas kesehatan yang baik

pemberian OAT yang adekuat


b. Faktor penderita :
1) Pengetahuan penderita yang cukup tentang penyakit TB paru,dan tau bagaimana cara

pengobatannya cara menjaga kondisi tubuh yang baik dengan makanan bergizi

,cukup istirahat dan hidup teratur hindari minum alcohol dan merokok 3.jaga

kesehatan diri ,jangan membuang dahak sembarangan dan kalau batuk menutup

mulut dengan saputangan jangan rendah hati jika terkena penyakit TB karena

penyakit ini bisa sembuh jika berobat tepat waktu dan teratur . 5.tekad yang kuat

untuk sembuh.
Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi kesehatan seseorang, sehingga dengan

pengetahuan yang cukup maka seorang tersebut akan berusaha berperilaku hidup

bersih dan sehat. Begitu juga dengan penderita TB paru setelah mengetahui

penyakitnya , mereka akan mengetahui tujuan dari pengobatan, pencegahan

penularan dan sebagainya. Penderita yang memiliki pengetahuan yang kurang akan

cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku sebagai seorang yang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber

penularan bagi orang disekelilingnya (Saryono, 2010).


2) Kepatuhan
Kepatuhan merupakan salah satu sarana untuk membentuk perilaku seseorang dalam

melakukan tindakan. Pada penderita TB paru,kepatuhan minum obat menjadi hal mutlak

yang tidak bisa ditolelir kembali, kepatuhan dapat ditingkatkan melalui edukasi pada

penderita, keluarga dan populasi umum.


Di New York alkohol dan tunawisma berhubungan sangat erat dengan ketidakpatuhan

dan menyebabkan gagalnya terapi walaupun reaksi toksis OAT selalu dianggap berhubungan

dengan ketidakpatuhan, tetapi bukan merupakan penyebab penting. Liam 10 melaporkan

dengan pemberian konseling yang adekuat dan edukasi penderita berperan dalam pengobatan

TB dan meningkatkan kepatuhan. Ketidakpatuhan tidak hanya berpengaruh terhadap

penderita dan keluarganya tetapi juga pada masyarakat akibat peningkatan resistensi obat.

Konseling dapat membantu penderita mengerti penyakit dan pengobatannya juga percaya

bahwa TB dapat disembuhkan bila mereka mengikuti regimen pengobatan yang benar.

Konseling tidak mengurangi keperluan supervisi pengobatan tetapi digunakan sebagai

strategi tambahan dalam pengobatan


3) Sikap
Peranan sikap didalam kehidupan manusia adalah peranan besar sebab apabila sudah

dibentuk pada diri manusia, maka tahap itu akan turut menentukan cara tingkah lakunya

terhadap objek yang disikapinya


4) Tekad yang kuat
Upaya penanganan dan pemberantasan TB paru oleh WHO pada tahun 1990 dengan

strategi yang bernama DOTS. DOTS berperan untuk bertugas menemukan penemuan

dan penyembuhan dengan prioritas pasien TB menular ,strategi ini akan memutuskan

penularan TB dan diharapkan menurunkan insidens TB di masyarakat.menemukan

dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya dalam pencegahan

penularan TB (Depkes,2007).
5) Motivasi
Pada negara berkembang terjadi gagal pengobatan karena hilangnya motivasi penderita,

informasi mengenai penyakitnya, efek samping obat, problem ekonomi, sulitnya

transportasi, faktor sosiopsikologis, alamat yang salah, komunikasi yang kurang baik antara

penderita TB paru dengan petugas kesehatan. Ketidakpatuhan untuk berobat secara teratur

bagi penderita TB paru tetap menjadi hambatan untuk mencapai angka kesembuhan yang

tinggi. Kebanyakan penderita tidak datang selama fase intensif karena tidak adekuatnya

motivasi terhadap kepatuhan berobat dan kebanyakan penderita merasa enak pada akhir fase

intensif dan merasa tidak perlu kembali untuk pengobatan selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai