Anda di halaman 1dari 30

Proses Pembuatan Perda Kawasan Tanpa Rokok Kota Medan

Perda Kawasan Tanpa Rokok kota Medan

PROSES PEMBUATAN PERDA KAWASAN TANPA


ROKOK

Disusun
Oleh :
Nama : Marsaulina A.L.Simanjuntak
NPM : 13230029
Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Saat ini rokok menjadi salah satu produk yang tingkat konsumsinya relatif tinggi di
masyarakat. Masalah rokok juga masih menjadi masalah nasional dan diprioritaskan upaya
penanggulangannya karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu
aspek ekonomi, sosial politik dan terutama aspek kesehatan.
Saat ini terdapat 1,2 miliar perokok di dunia 80% di antaranya tinggal di negara-negara
berpendapatan rendah dan sedang. Tanpa adanya upaya pencegahan dalam pengurangan
konsumsi rokok, maka WHO memprediksi pada tahun 2025 jumlah perokok akan meningkat
menjadi 1,6 miliar. Dinegara maju, perilaku merokok sudah semakin jarang ditemui,hal ini
disebabkan karena adanya kesadaran bahaya merokok bagi kesehatan. Sebaliknya negara
berkembang, jumlah perokok cenderung meningkat. Hal ini merupakan fenomena umum,namun
pertumbuhan perokok di Indonesia termasuk yang sangat tinggi di bandingkan negara manapun
di dunia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Indonesia berada pada posisi ke
lima di dunia dalam konsumsi rokok (setelah Cina,AS,Rusia, dan Jepang), posisi ketiga di dunia
dalam jumlah perokok (setelah Cina dan India) yaitu sebesar 65 juta perokok dan memiliki
jumlah pabrik roko terbanyak di dunia, yaitu 4.575 pabrik rokok (WHO,2008a,
WHO,2008b;Departemen Perindustrian,2009)
Walaupun masalah merokok di Indonesia cukup mengkhawatirkan, namun komitmen
pemerintah terkait regulasi rokok masih lemah, hal ini dilihat dari belum adanya peraturan
ataupun undang-undang yang tegas dan ketat mengatur soal rokok. Regulasi pengendalian rokok
diberbagai negara berhasil melindungi mereka yang bukan perokok, meningkatkan penghentian
merokok dan mengurangi konsumsi rokok.
Pemerintah kota Medan mengeluarkan Rancangan peraturan tentang Kawasan Tanpa
Rokok yang dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang
menyatakan pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat Kesehatan Masyarakat yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan Sumber Daya Manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis, dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai upaya oleh
berbagai pihak baik pemerintah,Swasta serta setiap komponen masyarakat.
Dalam peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang
mengandung zat Adiktifberupa produk tembakau. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakt tersebut, diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dimana salah satu
upaya dimaksud adalah pengamanan Zat Adiktif.
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila di gunakan dapat mengakibatkan
bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat, oleh karena dalam rokok terdapat kurang lebih
4.000(empat Ribu) zat kimia antara lain Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat
Karsinogenik, yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit antara lain Kanker,penyakit Jantung,
Impotensi, Penyakit Darah,Enfisema, Bronkitis Kronik, dan gangguan Kehamilan.
Dalam rangka peningkatan upaya penanggulangan bahaya akibat rokok dan juga
implementasi pelaksanaannya di lapangan lebih efektif,efisien dan terpadu diperlakukannya
suatu aturan yang mengatur Kawasan Tanpa Rokok, Dengan Tujuan:
1. Memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya Asap Rokok
2. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat.
3. Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penetapan kawasan tanpa rokok sebenarnya selama ini telah banyak di upayakan oleh
berbagai pihak baik lembaga/institusi pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Namun pada
kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut jauh tertinggal dibadingkan dengan
penjualan,periklanan/promosi dan/atau pengguaan rokok. Rendahnya kesadaran masyarakat
tentang bahaya merokok pun menjadi alasan sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok yang
selanjutnya disingkat KTR dan pada pelaksanaan kebijakan KTR belum secara tegas
menerapkan sanksi kepada pelanggarnya sehingga akar masalahnya belum bisa teratasi
sepenuhnya.
Saat ini, dari 497 kabupaten/kota yang ada di Indonesia , hanya sebagian kecil yang (22
kabupaten/kota) yang telah menetapkan perda terkait KTR, yaitu antara lain DKI Jakarta, Bogor,
Bandung, Cirebon,Palembang, Surabaya,Yogya, Bangli dan Padang Pajang. Sementara pada
tingkat provinsi antara lain Jakarta, Sumatera Selatan,Sumatera Barat, Bali,Kalimantan Barat,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, NTB dan NTT.
Alasan diberlakukannya KTR dalah (1) setiap orang berhak atas perlindungan terhadap
bahaya rokok,(2) asap tembakau membahayakan dan tidak memiliki batas aman,(3) ruang
khusus untuk merokok dan sistem sirkulasi udara tidak mampu memberikan perlindungan yang
efektif. Sehingga perlindungan hanya efektif apabila 100 persen bebas asap rokok. Penetapan
kawasan tanpa rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman
gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan kawasan tanpa rokok ini
perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar, tempat anak
bermain, tempat Ibadah,angkutan umum, tempat kerja,tempat umum dan tempat lain yang di
tetapkan untuk melindungi masyarakt dari asap rokok.
Pemerintah Kota Medan hingga saat ini belum mempunyai peraturan daerah (Perda)
tentang KTR. Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk
terbesar dan terpadat menjadi sasaran potensial oleh industri rokok. Segmen pasar rokok, tidak
hanya di tujukan pada kelompok dewasa laki-laki,tetapi juga pada kelompok dewasa perempuan
dan kelompok kaum muda.
Pada tahun 2008, WHO mengeluarkan panduan berjudul MPOWER. MPOWER meliputi
enam gerakan. Pertama, monitor pengguaan rokok tembakau dan kebijakan pencegahaannya.
Kedua, perlindungan bagi semua dari paparan asap rokok. Ketiga, mengoptimalkan dukungan
penghentian kebiasaan merokok. Keempat, mewaspadakn akan bahaya rokok bagi masyarakat.
Kelima, penegakan larangan terhadap iklan,promosi, atau sponsor rokok. Keenam, meningkatkan
cukai rokok. Agar tujuan tercapai secara optimal,strategi ini harus dijalankan menyeluruh.
Untuk itu, maka pada tanggal 28 Januari-2 Februari 2011 telah dilakukan survei opini
publik yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang
rokok,kebiasaan merokok,pengalaman paparan asap rokok,dan pendapat publik mengenai
peraturan daerah KTR. Survei dilakukan di delapan kecamatan di kota Medan, Yaitu Kecamatan
Medan Baru, Petisah,Medan Kota, Perjuangan, Medan Area, Johor, Belawan, dan Medan
Tembung. Dari delapan kecamatan akan diambil satu kelurahan di masing-masing kecamatan.
Maka setiap kelurahan, rumah tangga yang akan dijadikan sample diambil secara proporsional.
Jumlah sample sebanyak 400 (empat ratus) responden orang dewasa. Hasil survei pendapat
Masyarakat mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang rokok,kebiasaan merokok ,
pengalaman terpapar asap rokok,dan pendapat masyakat mengenai Perda KTR di Medan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk Tingkat Pengetahuan Responden, didapat hasil sebagai berikut :
78% responden setuju 17,7%, sangat setuju merokok berbahaya bagi kesehatan.
91% responden mengetahui bahwa merokok menyebabkan kanker paru-paru
88% responden mengetahui bahwa merokok menyebkan stroke.
55,8% responden mengetahui bahwa merokok menyebkan kanker mulut dan tenggorokan.
84,2% responden mengetahui bahwa merokok berakibat buruk pada janin.
55% responden tidak mengetahiu bahwa merokok menyebkan kebutaan.
45% responden tidak mengetahui bahwa merokok merusak arteri.
92,2% responden mengetahui bahwa perokok pasif menimbulkan gangguan kesehatan dari
mulai yang serius hingga ringan.
75% responden mengetahui bahwa perokok pasif dapat terkena kanker paru-paru.
73% responden mengetahui bahwa perokok pasif dapat terkena serangan jantung.
74,8% responden mengetahui bahwa prokok pasif wanita hamil akan mengalami gangguan
pertumbuhan janin.
86,4% responden mengetahui bahwa perokok pasif membahayakan kesehatan anak.
Berdasarkan gambaran pengetahuan responden,secara umum pengetahuan responden
tentang bahaya rokok bagi perokok aktif maupun pasif adalah baik. Pengetahuan
responden yang baik, akan mempengaruhi sikap responden yang juga mendukung
terhadap peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok.
2. Berdasar pengalam responden terpapar asap rokok, dapat dilihat dari hasil sebagai berikut:
38,8% responden pernah mengalami sakit kepala atau pusing saat menghirup asap rokok di
tempat makan atau angkot, tempat kerja atau Mall.
50,2% responden pernah mengalami iritasi mata atau berairmata saat menghirup asap rokok di
tempat makan atau angkot,tempat kerja atau mall.
26% responden pernah mengalami iritasi tenggorokan,sakit tenggorokan saat menghirup asap
rokok di tempat makan atau angkot, tempat kerja atau Mall.
64% responden pernah mengalami batuk saat menghirup asap rokok di tempat makan atau
angkot, tempat kerja atau Mall.
6,3% responden pernah mengalami astma atau nafas berbunyi saat menghirup asap rokok di
tempat makan atau angkot, tempat kerja atau Mall.
34% responden pernah mengalami sulit bernafas saat menghirup asap rokok di tempat makan
atau angkot, tempat kerja atau Mall.
Berdasarkan gambaran pengalaman responden terpapar asap rokok, diketahui
gangguan-gangguan kesehatan yang dialami responden akibat terpapar asap rokok.
3. Berdasarkan pendapat responden/sikap/dukungan responden terhadap peraturan daerah kawasan
tanpa rokok, didapat dalam ruangan :
90.7% responden mendukung pemerintah Kota Medan memberlakukan 100% bebas asap rokok
dalam ruangan.
91,2% responden mendukung perda larangan merokok do kantor/tempat kerja.
88,2% responden mendukung perda larangan merokok di tempat makan.
93,7% responden mendukung perda larangan merokok di fasilitas kesehatan.
89,2% responden mendukung perda larangan merokok di tempat umum.
93,4% responden mendukung perda larangan merokok di institusi pendidikan.
93,3% responden mendukung perda larangan merokok di tempat ibadah.
90,7% responden mendukung perda larangan merokok di angkot.
98,5% responden mempunyai pendapat bahwa hak pelanggaran dan pegawai untuk
mendapatkan udara bersih dan bebas asap rokok pada tempat umum,tempat kerja, dan termasuk
tempat makan/restoran adalah lebih penting dari pada hak perokok untuk merokok di dalam
ruangan tempat umum dan tempat kerja, termasuk tempat makan/restoran.
98,7% responden berpendapat bahwa Pemerintah kota Medan bertuajn untuk melindungi
kesehatan warganya dengan memberlakukan perda agar semua tempat umum dan tempat kerja
(seperti tempat makan,bar,pub,hotel,mall,rumah sakit, sekolah,tempat ibadah,tempat
olahraga,kantor pemerintah,bank) menjadi bebas asap rokok.
91% responden mendukung rencana Kota Medan untuk membuat perda dan memberlakukan
larangan merokok di semua tempat tertutuo pada tempat-tempat umum (termasuk
restoran,mall,pusat perbelanjaan) dan tempat kerja (termasuk kantor pemerintah dan swasta) agar
semuanya 100% bebas asap rokok (kawasan tanpa rokok)
Dari hasil survei opini publik tersebut di atas, jelaslah bahawa jumlah responden yang
mendukung/sangat mendukung adanya Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok di kota
Medan lebih besar dibandingkan dengan jumlah responden yang tidak mendukung/sangat tidak
mendukung. Dan apabila jumlah responden tersebut diatas dipresentasikan sebagai suara
masyarakat Kota Medan, maka jelaslah bahwa pembentukan peraturan Daerah Kota Medan
tentang Kawasan Tanpa Rokok selain memiliki dasar hukum dalam berbagai peraturan
perundang-undangan juga mendapat dukungan yang cukup besar dari Masyarakat Kota Medan.
4. Berdasarkan gambaran kebiasaan merokok responden perokok aktif,didapat hasil sebagai berikut
:
52,2% responden merokok, dan dari yang merokok tersebut diketahui 96,1% responden
merokok sedikitnya 1 batang sehari.
79,9% perokok berfikir untuk berhenti merokok bila ada perda 100% bebas asap rokok.
30,6% responden perokok menghisap 12 batang rokok dalam sehari,dan 15,5% responden
perokok menghisap 16 batang rokok dalam sehari, 12% responden menghisap 32 batang rokok
dalam sehari.
82,3% responden memulai pertama kali merokok pada sebaran umur muda dan masih dalam
status pelajar yaitu 12 hingga 20 tahun. Unur 15 tahun merupakan umur pertama kali merokok
yang terbesar yaitu 19,15% responden, selanjutnya umur 17 tahun sebanyak 17,7% responden.
Berdasarkan gambaran kabiasaan merokok di atas, diketahui bahwa responden yang
merokok juga mendukung adanya peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok, selain itu juga
diketahui bahwa kalangan muda/remaja/pelajar menjadi kelompok masyarakat uang menjadi
sasaran yang perlu diberikan intervensi melalui edukasi, baik dari sekolah maupun dalam rumah
tangga.
Peneraoan KTR tidak bisa dilaksanakan secara sekaligus, tetapi memerlukan waktu dan
tahapan. Diperlukan prioritas dalam mengimplementasikannya. Diusulkan pada tahap pertama
diberlakukan di tmpat proses belakar mengajar dan fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat-
tempat ibadah. Kemudian pada tahap berikutnya, di lingkungan kerja,tempat bermain anak dan
lain-lain.

B. Rujukan Yuridis
1) UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2) UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
3) UU No.19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi kesehatan
4) UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia
5) UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
6) UU No.32 tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
7) PP No.41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara
8) Instruksi Menkes Nomor 84/Menkes/Ins/II/2002 tentang penetapan KTR di tempat kerja dan
sarana kesehatan
9) Instruksi Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 4/V?1997 tentang lingkungan sekolah bebas
asap rokok.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan perda kawasan tanpa rokok ?
2. Mengapa Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok Itu penting ?

D. Tujuan
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui Proses Pembuatan Perda Kawasan Tanpa Rokok.
2. Untuk mengetahui bahaya Rokok bagi kesehatan.
3. Memenuhi tugas mata Kuliah Kebijakan Publik

E. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Menambah informasi keilmuan untuk pengembangan kualitas kreatifitas bagi penulis dalam
mengembangkan ilmu tentang implementasi dalam Kawasan Tanpa Rokok.
2. Bagi pembaca
Dapat dijadikan bahan untuk melakukan penelitian tentang perda Kawasan Tanpa Rokok.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Perda
Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah (gubernur atau
bupati/walikota).
Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah
serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan Daerah terdiri atas:
Peraturan Daerah Provinsi, yang berlaku di provinsi tersebut. Peraturan Daerah Provinsi
dibentuk oleh DPRD Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang berlaku di kabupaten/kota tersebut. Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama
Bupati/Walikota. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tidak subordinat terhadap Peraturan Daerah
Provinsi.
Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Peraturan Daerah dikenal dengan istilah Qanun.
Sementara di Provinsi Papua, dikenal istilah Peraturan Daerah Khusus dan Peraturan Daerah
Provinsi.

Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah

Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah
(gubernur, bupati, atau walikota). Raperda yang disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan
kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan
DPRD kepada Kepala Daerah.
Pembahasan Raperd8a di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama gubernur atau
bupati/walikota. Pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat
komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat
paripurna.
Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota
disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk disahkan
menjadi Perda, dalam jangka waktu palinglambat 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama.
Raperda tersebut disahkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dengan menandatangani dalam
jangka waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan Gubernur atau
Bupati/Walikota. Jika dalam waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui bersama tidak
ditandangani oleh Gubernur atau Bupati/Walikota, maka Raperda tersebut sah menjadi Perda dan
wajib diundangkan.

B. Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi
tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat
dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-
bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau
serangan jantung (walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Peraturan Yang Mengatur Tentang Larangan Merokok Ditempat Umum. Sejak tahun
1999, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi
Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang merokok di tempat-tempat
yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah tersebut, memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok
pada bagian enam Pasal 22 25. Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Namun peraturan tersebut belum menerapkan 100%
Kawasan Bebas Asap Rokok karena masih dibolehkan membuat ruang khusus untuk merokok
dengan ventilasi udara di tempat umum dan tempat kerja. Dengan adanya ruang untuk merokok,
kebijakan kawasan tanpa rokok nyaris tanpa resistensi. Pada kenyataannya, ruang merokok dan
ventilasi udara kecuali mahal, kedua hal tersebut secara ilmiah terbukti tidak efektif untuk
melindungi perokok pasif, disamping rawan manipulasi dengan dalih hak azasi bagi perokok.
Selanjutnya Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, juga
mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Bagian Ketujuh Belas, Pengamanan Zat
Adiktif, Pasal 115 ayat ( 1 ) Kawasan tanpa rokok antara lain:
1. Fasilitas pelayanan kesehatan;
2. Tempat proses belajar mengajar;
3. Tempat anak bermain;
4. Tempat ibadah;
5. Angkutan umum;
6. Tempat kerja; dan
7. Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.

C. Kawasan Tanpa Rokok


Paparan asap rokok kepada orang bukan perokok sama bahayanya dengan yang menimpa
perokok itu sendiri. Karena itu sangat penting setiap wilayah dan daerah memiliki kawasan bebas
asap rokok untuk melindung hak bukan perokok tak menghisap udara yang mengandung nikotin.
Kawasan Bebas Asap Rokok
Di beberapa negara banyak studi menyebut pembentukan kawasan bebas merokok
meningkatkan kesehatan publik dan membantu perokok berhenti merokok.
Sebuah studi terhadap lebih dari 1.800 tempat-tempat umum di 32 negara menemukan tingkat
polusi udara di dalam ruangan kawasan besar asarp rokok sebesar 89 persen lebih rendah
dibanding tempat publik yang tak termasuk wilayah bebas asap.
Sebuah meta-analisis oleh Institute of Medicine di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa
peraturan kawasan bebas asap rokok dapat menekan penyakit jantung koroner akut, seperti
miokardial infarkasi (kematian akibat jantung berhenti mendadak).
Sebuah laporan Bank Dunia tentang epidemi global tembakau menyimpulkan bahwa larangan
merokok secara keseluruhan dapat mengurangi konsumsi tembakau sebesar 4-10 persen.
Sembilan bulan setelah Irlandia memberlakukan aturan kawasan bebas asap rokok pada tahun
2004, 59 persen dari perokok melaporkan bahwa mereka telah mengurangi konsumsi tembakau
karena aturan tersebut, 46 persen mengaku bahwa aturan itu membuat mereka punya keinginan
lebih kuat berhenti merokok, dan 79 persen responden yang sudah berhenti merokok mengaku
terbantu oleh aturan kawasan bebas rokok.
Kawasan Bebas Rokok Menguntungkan Secara Ekonomi
Kawasan bebas rokok membuat sebuah daerah atau negara mengurangi biaya pengobatan
penyakit akibat rokok karena jumlah perokok pasif berkurang drastis.
Di Inggris, pengobatan untuk perokok pasif menelan biaya 9,7 juta (Rp 97 triliun) setiap tahun
untuk rawat jalan, pengobatan asma 13,6 juta sebagai biaya rawat inap, dan 4 juta untuk obat-
obatan asma bagi anak-anak hingga usia 16 tahun.
Sebuah kajian komprehensif dari 97 penelitian yang diterbitkan sebelum Agustus 2002 tentang
dampak ekonomi kawasan bebas rokok adalah tidak ada nilai tambah secara benefit bagi restoran
dan bar yang membebaskan pengunjungnya merokok.
Di Argentina, sebuah studi kawasan bebas rokok di Buenos Aires, Cordoba, Santa Fe, dan
Tucuman menyimpulkan tak ada dampak negatif aturan kawasan bebas rokok terhadap bar dan
restoran.Di Buenos Aires bahkan aturan itu meningkatkan pendapatan bar dan restoran sebesar
7-10 persen.
The American Society of Heating, Refrigerating, and Air Conditioning Engineers (ASHRAE)
atau Perkumpulan Insinyur Bidang Pemanasan, Pendinginan dan Penyejuk Ruangan, suatu
asosiasi profesional terkemuka di bidang ventilasi, menyimpulkan satu-satunya cara efektif
untuk menghilangkan resiko kesehatan yang berhubungan dengan paparan di dalam ruangan
tertutup hanya dengan melarang kegiatan merokok. ASHRAE menemukan bahwa tidak ada
satupun pendekatan rekayasa teknis, termasuk teknologi canggih penyempurna ventilasi atau
pembersih udara yang ada saat ini yang dapat menekan resiko kesehatan akibat dari paparan asap
rokok.
Dokumen perusahaan British American Tobacco (BAT) mengakui bahwa ventilasi dan filtrasi
udara tidak efektif dalam menghilangkan asap rokok yang ada di ruangan merokok.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional dengan rancangan


yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dengan variabel tergantung adalah
cross-sectional analitik. Keuntungan dari penggunaan rancangan penelitian ini adalah waktu
yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian lebih singkat dan mengidentifikasi suatu faktor
risiko. Sedangkan kelemahan dari rancangan ini adalah syarat hubungan temporal dalam
mengidentifikasi faktor tidak terpenuhi karena antara variabel bebas dan tergantung diukur pada
waktu yang bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota Medan Di Jalan Kapten Maulana Lubis No. 2 Medan- 20112, pengambilan Risalah
Rapat ini di lakukan pada tanggal 3 Desember 2015.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian kesehatan masyarakat dibidang Kawasan
Tanpa Rokok. Penelitian ini terbatas pada upaya menurunkan dampak buruk merokok terhadap
kesehatan melalui implementasi Peraturan Daerah Kota Medan.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari
sekretariat DPRD Kota Medan. Data yang dikumpulkan melaui observasi adalah data tentang
kepatuhan masing-masing kriteria KTR dan kepatuhan secara umum. Selain itu dikumpulkan
juga data dari Risalah Rapat tersebut Naskah Akademik, pendapat para Fraksi tentang KTR.
Dilihat dari jenis datanya, data faktor pengelola ini merupakan data primer.

E. Populasi dan Sample

Populasi penelitian ini adalah Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan.
Yang meliputi berbagai fraksi, yaitu Fraksi Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (FPDI-Perjuangan), Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Golkar, Faraksi
Partai Amanat Nasional Dewan, Fraksi Partai Damai Sejahtera, Fraksi Patriot Persatuan
Pembangunan (F-PPP), Fraksi Medan Bersatu.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih secara systematic random sampling.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Problem KTR
Kebijakan terkait rokok yang ada saat ini adalah pemerintah lebih mementingkan aspek
ekonomi (pemerintah) dibandingkan aspek kesehatan,cara pandang seperti ini disebut sebagai
kebijakan yang bersifat myopik, tidak melihat jauh kedepan dampak dari kebijakan yang ada saat
ini. Pada jangka pendek, penerimaan dari cukai rokok merupakan sumber devisa pemerintah,
namun untu jangka panjang,konsumsi rokok,akan berdampak pada timbulnya berbagai penyakit
dan akan menjadi beban bagi negara untuk biaya pengobatan.
Selain itu, dalam road map Industri Hasil tembakau,untuk jangka pendek lebih bertumpu
kepada pengembangan kesempatan kerja, penerimaan negara, dan pemeliharaan kesehatan untuk
jangka menengah,prioritas pada penerimaan negara, aspek kesehatan dan penerimaan tenaga
kerja, pada jangka panajng (2015-2010), baru prioritas kesehatan,penyebaran tenaga kerja, dan
penerimaan negara. Perilaku merokok ke sudah menjadi hal yang biasa dan sulit di pisahkan
dalam sendi kehidupan masyarakat, hal ini terutama karena selama ini tidak adanya pengaturan
tentang merokok, sehingga penerapan KTR akan mendapat penolakan (bagi para perokok).
B. Proses Pembuatan Perda Kawasan Tanpa Rokok, Pandangan Umum Para Fraksi Tentang
Kawasan Tanpa Rokok

Fraksi Keadilan Sejahtera Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan

Hidup sehat adalah Hak Asasi Manusia dan keinginan setiap orang menciptakan lingkungan
seperti udara yang bersih merupakan tanggung jawab bersama. Saat ini populasi udara
pencemaran udara sudah sangat mengkhawatirkan. Polutan yang ditimbulkan udara yang
tercemar dapat menyebabkan berbagai macam penyait
Meroko adalah hak setiap orang, namun mendapatkan udara tanpa asap roko juga
merupakan hak bagi mereka yang tidak merokok. Kawasan tanpa rokok merupakan upaya untuk
melindungi mereka yang tidak merokok dan atau mereka yang tidak boleh terpapar oleh asap
rokok. Berbagai penelitian di dunia menunjukkan tentang bahaya merokok dan bahaya mereka
yang terpapar asap rokok. Bahkan prokok pasif (menghirup udara yang terkena asap rokok)
justru lebih bahaya dampaknya dari pada mereka perokok aktif. Oleh karena itu penetapan
kawasan tanpa rokok menjadi penting untuk menjaga kesehatan masyarakat.
Berkenaan dengan perda kawasan tanpa rokok, kami memiliki beberapa catatan yan perlu
menjadi perhatian dalam pembahasan nantinya, yaitu :
1. Pada bagian ketentuan umum pasal 1 ayat 7 tentang defenisi KTR yaitu : kawasan tanpa rokok
adalah tempat atau ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi
penjualan, iklan,promosi, dan atau penggunaan roko. Namun kami tidak menemukan
pembahasannya pada pasal-pasal berikutnya untuk menghindari defenisi KTR tidak menjadi
sumir kami minta dalam pembahasannya agar diperjelas.
2. Pasal 9 yang berbunyi : setiap orang dilarang merokk dikawasan tanpa rokok dan di tempat-
tempat umum lain yang dianggap perlu oleh pemerintah daerah. Kami menilai pasal tersebut
bertentangan dengan pasal 1 ayat 7 yang memuat defenisi KTR. Kami mengusulkan agar
larangan-larangan dalam pasal tersebut di sesuaikan dengan pasal 1 ayat 7 di atas.
3. Padapasal 10 huruf (C), kami mengusulkan agar jarak penjual rokok yang diperbolehkan adalah
dalam radius 100 meter buka 10 meter sebagaimana yang tertulis dalam pasal tersebut. Kami
mempertanyakan alasan pemerintah kotaMedan mengusulkan radius 10 Meter tersebut. Karena
kalau hanya 10 meter tidak ada artinya karena masih sangat mudan di jangkau.
4. Dalam RANPERDA ini belum mengatur tentang mekanisme penetapan sanksi yang diberikan
kepada orang atau badan yang melanggar ketentuan dalam RANPERDA ini.

.Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDI-Perjuangan) Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan

Setelah melakukan pendalaman secara saksama serta menyerap suasana kebatinan rakyat
kota medan sebagai ana telah disampaikan langsung ke fraksi kami maka fraksi PDI-Perjuangan
memandang perlu pemerintah Kota Medan memberikan jawaban yang mendalam, menditail,
komprehensif, trnsparan disertai bukti-bukti pendukung demi terwujudnya akuntabilitas publik
atas rancangan peraturan daerah ini sebagai berikut :
1) Pada pembukaan Ranperda kawasan tanpa merokok ini yaitu pada kosideron mengingat, kami
tidak melihat dicantumkan Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia,
Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, Undang-undang Nomor 36
tahun 2009 tentang kesehatan, peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 109 tahun 2012
tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktifberupa produk tembakau bagi kesehatan
dan peraturan bersama mentri kesehatan dan mentri dalam negeri nomor
188/menkes/pb/I/2011tentang pedoman pelaksanaan kawasa tanpa rokok. Sementara
pengetahuan kami salah satunya rujukan yuridis dari RANPERDA kawasan tanpa rokok ada
kelima hal tersebut
2) Selanjutnya pada bab 2 pasal 2 dimana dijelaskan penetapan kawasan tanpa rokok berdasarkan :
- Keseimbangan kesehatan Manusia dan lingkungan
Kemanfaatan umum
Keterpaduan dan keserasian
Keadilan
Transparansi dan akuntabilitas
Menurut pandangan fraksi kami, dalam penetapan kawasan tanpa rokok faktor parsitifatif
masyarakat harus juga di pertimbangkan dalam penetapan kawasan tanpa rokok, karena hal
tersebut sangat mempengaruhi terselenggaranya dengan baik dan maksimal ranperda kawasan
rokok ini hanya nantinya. Untuk itu, kami mengusulkan agar bunyi bab 2 pasal 2 tersebut
ditambahkan 1 butir yaitu : butir (f) partisipatif. Mohon menjelasan.
Pada bab II yang mengatur tentang hak dan kewajiban, kami meminta supaya ditambah supaya
untuk setiap orang berhak atas informasi setiap orang dan edukasi yang benar mengenai rokok
atau merokok dan bahayanya untuk kesehatan. Selanjutnya kami juga meminta agar pada bab III
pasal 7 butir 3 ditambahkan 1 poin dengan kalimat : meneriman dan menindaklanjuti
pengaduan dari masyarakat dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan
kepatuhan, dan melakukannya tanpa ancaman eksplisit atau inplisit atau tindakan pembalasan
terhadap pengadu.
Dalam bab IV pasal 8 ayat (2) disebutkan kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi : (a) tempat umum, (b) tempat kerja, (c) tempat ibadah, (d) tempat bermain
anak-anak,(e)angkutan umum,(f) lingkungan tempat proses belajar mengajar dan (g) sarana
kesehatan. Kami dari fraksi PDI-perjuangan mengusulkan agar ditambahi 1 poin yaitu butir (h)
fasilitas layanan olahraga, adapun hal ini kami usulkan karena fasilitas olahraga juga sangat
membutuhkan udara yang bersih dan segar, sehingga bagi masyarakat yang sedang melakukan
kegiatan olahraga tidak terganggu kesehatannya saat melakukan kegiatan olahraga.
Selanjutnya pada bab V pasal 10 butir (c) disebutkan : khusus untuk instansi pendidikan,
penjual rokok tidak boleh menjual rokok dengan radius 10 meter. Kami meminta agar bunyi
butir (c) tersebut dirubah menjadi : khusus untuk sarana belajar mengajar dan sarana kesehatan,
dilarang untuk penjualan, iklan, promosi,dan sponsor rokok dengan radius 50 meter. Adapun hal
ini kami ajukan, agar bunyi butie (c) tersebut lebih jelas dan tegas.
Selanjutnya pada bab VII yang mengatur terkait pembinaan,pengendalian dan pengawasan. Pada
pasal 17 butir 2 disebutkan : untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagai mana dimaksud
pada ayat (1) walikota dapat mendelegasikan kewenangannya kepada pejabat dilingkungan
pemerintahan daerah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Menurut kami bunyi butir
(2) ini belum secara jelas terkait pejabat yang akan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
RANPERDA ini. Untuk itu kami meminta supaya bunyi bab VI pasal 17 butir (2) tersebut
dirubah menjadi : untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
walikota mengangkat pengawasan di lingkungan satua kerja perangkat daerah atau (SKPD) atau
yang terkait dengan bidang kesehatan bersama satuan kerja perangkat daerah lainnya yang
berwenang mengawasi pengawasan tanpa rokok sekurang-kurangnya dalam waktu 90 hari sejak
disahkannya peraturan daerah ini.

Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan Kamis, 2
Mei 2013

Perda tentang kawasan tanpa rokok (KTR) adalah merupakan perintah Undang-undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Dalam pasal 115 ayat 2 UU No.36 tahun 2009 telah
ditegaskan bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan KTR diwilayahnya. KTR adalah
keuangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan,iklan,promosi,
ataupun penggunaan rokok. Diberlakukan KTR adalah bertujuan untu agar setiap orang dapat
perlindungan terhadap asap yang ditimbulkannya.
Bahaya rokok bagi kesehatan telah terbukti secara alamiah. Bahkan bahaya rokok akan
terkait kepada bebagai macam penyakit. Oleh karena itulah maka perda tentang KTR patut untuk
diberlakukan agar setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan terhadap bahaya
tersebut.
Kalau dari sisi aspek kesehatan sudah pasti kehadiran perda tentang KTR ini sangat
dibutuhkan. Terlebih rokok telah menjadi fenomena global yang sangat sulit dikendalikan,
namun demikian upaya untuk memberlakukan perda tentang KTR ini kami minta perlu di
pengkajian yang mendalam, dari kita semua. Fraksi partai Demokrat mengharapkan agar seiring
dengan pembahasan ini terlebih dahulu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat, tempat-tempat
yang menjadi ruang lingkup KTR sebagimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Melalui kegiatan sosialisasi yang dilakukan, masyarakat harus diberi penjelasan maksud dan
tujuan dari diberlakukannya perda tentang KTR, para pimpinan ataupun penanggung jawab dari
ruang lingkup KTR benar-benar siap untuk menyediakan tempat-tempat yang bebas dari asap
rokok hingga batas terluar.
Melalui kegiatan sosialisasi juga kita harapkan masyarakat tidak merasa terkejut dan dipaksa
untuk mematuhi perda tentang KTR ini. Perlu kita ketahui bersama bahwa saat ini sudah ada
beberapa daerah baik tingkat provinsi maupun kab/kota yang memberlakukan perda tentang
KTR ini, akan tetapi menurut hasil survey pelaksanaan perda yang ada belum berjalan maksimal.
Oleh karenanya lah kami berharap agar pembahasan perda KTR ini perlu dikaji sejauhmana
kesiapa semua pihak,untuk menyambut penerapan perda tentang KTR ini. Termasuk kesiapan
pemerintah daerah sendiri dalam melaksanakan tugas pengawasan untuk tegaknya peraturan
daerah yang kita berlakukan. Kita tentu tidak ingin kehadiran perda tentang KTR ini saat
diberlakukan tidak dapar terlaksana secara maksimal. Bahkan jangan sampai perda tentang KTR
ini nantinya hanya. Sekedar menambah deretan perda semata. Sebagai contoh perda yang telah
kita putuskan yaitu perda tentang sarang burung walet.
Terkait kepada kesiapan pemerintah daerah kami ingin mendengar penjelsan pemerintah
kota Medan, apakah pemenintah kota Modan sudah pernah melakukan sosialisasi sebagimana
kami uraikan tadi. Dipihak lain, penerapan KTR tidaklah bisa dilaksanakan sekaligus akan tetapi
memerlukan waktu dan tahapan. Untuk itu diperlukan prioritas dalam mengimplementasikannya.
Gunamenyongsong pelaksanaan perda KTR tentu juga telah mempersiapkan rencana, tempat-
tempat yang menjadi prioritas. Terhadap hal ini perlu kami pertanyakan program serta kebijakan
apa yang telah di lakukan pemerintah kota medan terdap tempat-tempat yang menjadi prioritas
dari pelaksanaan perda KTR ini nanti.
Dalam pelaksanaan perda KTR ini tentu akan membutuhkan anggaran untuk mendukung
terhadap sarana dan prasarana yang di butuhkan, apakah pemerintah kota Medan sudah
menyelenggarakannya dalam APBD tahun anggara 2013 ?
Perlu juga kami ingatkan bahawa untuk merumuskan perda KTR ini disamping merujuk
kepada undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan perlujuga dipedomani peraturan
bersama mentri kesehatan dan mentri dalam negeri Nomor : 188/MENKES.PB/I/2011 nomor 7
tahun 2011 tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok untuk di jadikan acuan pada saat
pembahasan nanti.kami yakin dan percaya hal-hal yang kami sampaikan melalui forum yang
terhormat ini akan dapat dijadikan masukan serta pertimbangan bagi anggota dewan yang
nantinya akan ditugaskan sebagai panitia khusus untuk membahas rancangan peraturan daerah
tentang kawasan tanpa rokok ini.

Fraksi Partai Golkar Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan

Tujuan pembanguann kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan


hidup sehat bagi setiap orang,agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, sebagai investasi bagi
pembangunan Sumber Daya Manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi, setiap orang
berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian mendapatkan lingkungan yang
sehat bagi pencapaian derajas kesehatan dan terhindar dari berbagai efek negatif yang di
timbulkan oleh rokok atau zat adiktif. Setiap orang juga berkewajiban
mewujudkan,mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, agar
memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi maupun sosial. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,salah satu upaya untuk ketersediaan lingkungan
yang sehat dan bersih, pemerintah menyelenggarakan upaya kesehatan melalui pengamanan zat
adiktif.
Setelah kami melakukan penelaahan terhadap draft rancangan peraturan daerah tentang
kawasan tanpa rokok yang disampaikan. Kami minta penjelasan, apakah sudah disosialisasikan
kepada masyarakat, dampak merokok bagi kesehatan, perekonomian dan sosial. Karena kami
melihat pemerintah kota medan, hanya melakukan surve opini publik saja, itupun surve
dilakukan didelapan kecamatan serta langkah-langkah apa? Dan sejauh mana kesiapan
pemerintah kota medan dalam menjalankan peraturan daerah tersebut, kita ketahui bahwa masih
banyak perokok aktif di lingkungan pemerintah kota medan.
Pada pasal 10 setiap pemilik, pengelola, manajer, pimpinan dan penanggung jawab kawasan
yang telah ditetapkan sebagai kawasan tanpa rokok, dilarang : A.Menyediakan tempat untuk
merokok. B. Menyediakan asbak dan atau rokok. Konsiderans tersebut sudah termaktub dipasal
7 ayat 1,2 dan 3. Sebaiknya pada pasal 10 diganti dengan khusus untuk instansi pendidikan
penjual rokok tidak boleh merokok dan menjual rokok dengan radius 10 meter.
Selanjutnya, pada BAB VIII Sanksi, pasal 19 ayat 1. Pelanggaran atas peraturan daerah ini,
diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp.
10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah) dan ayat 2. Melihat pentingnya peraturan daerah ini agar
berdaya guna dan berhasil guna di kemudian hari, fraksi partai Golkar menyarankan di bentuk
panitia khusus. Untuk meneliti baik konsiderans, bab, pasal,ayat, dan hal-hal yang mendasar
seperti besarnya tarif dan ketentuan pidana. Supaya peraturan daerah tersebut, benar-benar
optimal diberlakukakan.

Faraksi Partai Amanat Nasional Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan

Mengawali pandangan umum ini, Fraksi PAN DPRD Kota Medan memberikan
apresiasi
positif atas prestasi yang diterima pemerintah kota medan dibawah kepemimpinan
walikota
medan, Drs.Rahudman Harahap MM. Berupa Piala penghargaan penyelenggaraan
pemerintahan kota yang berprestasi dari menteri dalam negeri beberapa hari yang lalu.
prestasi ini menunjukkan bahwa pemerintah kota medan mampu mengelola
pemerintahan
daerah dan pembangunan kota yang lebih partisipatif, transparan dan semakin
berakuntabilitas, baik akuntabilitas dibidang keuangan daerah, maupun akuntabilitas
dibidang
pembangunan kota. Fraksi PAN DPRD Kota Medan berharap dengan prestasi ini
menjadi
stimulus dan inspirasi bagi jajaran pe merintah kota medan untuk bekerja lebih baik dan
optimal didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat, dengan cara bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas.sehingga
kedepan
prestasi dan penghargaan-penghargaan yang diterima pemerintah kota medan semakin
dirasakan langsung oleh masyarakat kota medan.
Kawasan Tanpa Rokok atau yang biasa disingkat KTR Sudah bergulir sejak tahun
2009
silam, ini merupakan amanah dari Undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal
115, peraturan bersama menteri kesehatan dan menteri dalam negeri nomor 7 tahun 2011
tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok yang mengamanatkan pemerintah
daerah
wajib menetapkan dan melaksanakan kawsan tanpa rokok serta peraturan
pemerintah(PP)
nomor 109 tahun 2012 atau dikenal dengan PP tembakau yang akan mencanangkan
kawasan
tanpa rokok (KTR) diberlakukan secara nasional pada tahun 2014. Hingga tahun ini,
masih
85 kabupaten/kota yang memiliki peraturan terkait kawasan tanpa rokok (KTR)
Dalam pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok yang dikeluarkan menteri kesehatan
dan
menteri dlaam negeri, yang dimaksud dengan kawsan tanpa rokok adalah ruangan atau
area
yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan mempromosikan produk tembakau. Kemudian dalam undang-undang
kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 115 dinyatakan bahwa kawasan tanpa rokok antara
lain:
1. Fasilitas Pelayanan kesehatan
2. Tempat proses belajar mengajar
3. Tempat anak bermain
4. Tempat ibadah
5. Angkutan umum
6. Tempat Kerja dan
7. Tempat Umum dan tempat lain yang ditetapkan.
KTR ini bertujuan untuk memberikan perlindungan yang efektif kepada para perokok
Pasif(yang terpaksa menghirup asap rokok dari perokok) dari bahaya asap rokok dan
memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat serta melindungi
kesehehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak
langsung.
Fakta yang ada, Di Indonesia kematian akibat rokok angkanya mencapai lebih dari dari
239 ribu per tahun. Ini lebih besar dibandingkan kematian ibu akibat persalinan serta akibat
penyakit-penyakit berat lainnya. namun agaknya angka itu tidak membuat para perokok jera dan
berniat untuk berhenti atau mengurangi konsumsi rokok. Rokok memang sudah sangat dekat
dengan masyarakat, tidak hanya bapak-bapak, tapi juga kaum ibu, perempuan, remaja hingga
anak-anak pun sudah banyak yang mengkonsumsi barang tersebut. Untuk itu fraksi PAN DPRD
Kota Medan memandang perlu dan mendukung adanya peraturan untuk menyelamatkan
masyarakat dari bahaya rokok yaitu salah satunya dengan menerapkan peraturan daerah kawasan
tanpa rokok.
Tak mudah memang untuk menerapkan peraturan daerah dalam hal rokok ini. Antara lain
seperti pemahaman para pemangku kepentingan yang masih tidak sama tentang pentingnya
KTR. Rokok itu ibarat dua sisi mata uang atau dua belah pisau yang sama tajam. Disatu sisi,
rokok dapat menjadi barang yang berbahaya bagi kesehatan, baik bagi yang merokok maupun
perokok pasif(tidak perokok, tapi orang yang menghirup asapnya) namun disisi lain, rokok
merupakan industri besar yang memberikan banyak pemasukan. Mulai dari market hingga
pedagang kios dan asongan perda rookk disahkan maka setidaknya pedagang asongan yang biasa
berjualan ditempat umum seperti dijalan raya dan bangsa pasar, sopir dan penumpang bus dan
angkot akan lumpuh, sebab tidak diperbolehkan ada orang yang merokok ditempat umum.
Selain itu, penerapan sanksi hukum bagi masyarakat yang melanggar perda ini nantinya,
juga tidaklah mudah dilaksanakan. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan agar ketegasan
dari perda ini nantinya bukan hanya jadi perjanjian diatas kertas.
Akan ada dilemma didalam pelaksanaa perda ini, disatu sisi aka nada penolakan dengan
pernyataan bahwa peraturan ini disinyalir akan menghilangkan hak konstitusi masyarakat yang
mengkonsumsi rokok dan mengkebiri para produsen/penjual rokok untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Ada pula tuntutan untuk menyediakan kawasan khusus merokok untuk para perokok.
Namun demikian, diharapkan komitmen dan sikap saling menghargai satu sama lain. Jika
perokok merasa haknya diambil dengan(nanti) adanya peraturan kawasan tanpa rokok maka
perokok juga harus menghargai para non perokok untuk merasa terbebas dari asap rokok yang
mengepul kemana-mana. Jadi sebagai warga Negara yang baik kita patut untuk menjaga
kenyamanan oranglain, karena asap rokok itu bagi sebagian orang sangat mengganggu.
Pelaksanaan dan penerapan kawasan tanpa rokok bertujuan untuk mengontrol area bagi perokok
sehingga generasi sekarang maupun akan datang dapat terlindungi dari bahaya rokok.
Melalui seminar kesehatan yang digelar oleh LSM Seperti yayasan pustaka Indonesia
bekerjasama dengan forum sadar dalam makalahnya menyatakan bahwa generasi muda dan
anak-anak menjadi perokok pemula dengan sosialisasi iklan, produksi dan sponsor rokok.
Terkait dengan kawasan tanpa rokok bertujuan melindungi kesehatan masyarakat dan bukan
bertujuan mematika perusahaan rokok. Oleh karena itu, kita memberi apresiasi atas kebijakan
pemko medan dengan mengagendakan ranperda kawsan tanpa rokok sebagai prioritas dukungan
berbagai elemen tercermin melalui program survey yang dilakukan oleh yayasan sosial pustaka
terhadap 250 responden, sejumlah 88% responden setuju dan mendukung diberlakukannya
kawsan tanpa rokok dikota medan dan 76% menyatakan agar kota medan selayaknya sudah
memiliki perda tentang kawasan tanpa rokok.
Penetapan kawasan tanpa rokok sebenarnya selama ini telah banyak diupayakan oleh
berbagai pihak baik lembaga/institusi pemerintah maupun swasta dan masyarakat, namun pada
kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut jauh tertinggal dibandingkan dengan
penjualan, periklanan/promosi dan atau penggunaan rokok, rendahnya kesadaran masyarakat
tentang bahaya merokok pun menjadi alasan sulitnya penetapan kawsan tanpa rokok yang alasan
sulitnya penetapan kawasan tanpa rokok yang selanjutnya disingkat KTR belum secara tegas
menerapkan sanksi kepada pelanggarnya sehingga ini terlmbat merespon amanah UU Nomor 36
tahun 2009 yang notabeneperaturan pemerintah nomor 19 tahun 2003 yang lalu, khususnya
dalam konteks pengamanan rokok bagi kesehatan atau kawasan tanpa rokok.
Amanat UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan serta tertibnya peraturan bersama
menteri dalam negeri dan menteri kesehatan nomor 7 tahun 2011 yang mengamanatkan pemda
wajib menetapkan dan melaksanakan kawasan tanpa rokok harus disikapi dengan lebih arif dan
bijaksana.

Fraksi Partai Damai Sejahtera Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan

Apa yang menjadi landasan pertimbangan pemikiran pengajuan RANPERDA


kawasan
tanpan rokok oleh pemko medan pada penyampain nota pengantar kawasan tanpa rokok
pada
hari senin tanggal 18 maret 2013 yang lalu mengacu pada UU No.19 tahun 2003 pasal
25
tentang pengamanan rokok bagi kesehatan serta surat menteri dalam Negeri No.
440/945/SJ
tanggal 17 april 2008 perihal peringatan hari tanpa rokok tembakau sedunia dan larangan
rokok ditempat umum dan ruang kerja. Atas dasar-dasar maka perlu di bentuk peraturan
daerah tentang kawasan tanpa rokok.
Dalam hal ini bahwasanya amanat UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, serta
terbitnya peraturan bersama menteri kesehatan No.7 tahun 2011 yang mengamanatkan
PEMDA wajib menetapkan dan melaksanakan kawasan tanpa rokok harus disikapi
dengan
lebih arif dsn bijaksana.
Kita tidak heran kalau dalam keseharian terdapat keberadaan rokok ada dimana-
mana,
puntung rokok ada dimana-mana, asbak rokok dimana-mana, tetapi yang paling fatal dan
serius ialah asap rokok dimana-mana disemua tempat polusi semakin terasa menyengat
menyesakkan nafas inilah yang menjadi permasalahan bersama dan bagaimana solusi
mengatasinya.
Kita memahami bahwa tidak seorangpun ingin merasakan dampak negatif dari
merokok
seperti penyakit yang ditimbilkannya : Penyakit jantung, kanker paru kelainan darah,
enfisema, bronhitis pronik,dan gangguan kehamilan dan lain-lain. Oleh karena itu
mudah-
mudahan dengan adanya keputusan RAPERDA ini dapat mengelolah kualitas udara dan
lingkungan yang lebih bersih sehingga kinerja paru-paru bekerja lebih maksimal
menyerap
oksigen yang dibutuhkan ole tubuh.
Melalui seminar kesehatan yang di gelar oleh LSM seperti yayasan pustaka indonesia
bekerja sama dengan forum sadar dalam makalahnya menyatakan bahwa generasi mudah
mnjadi sasaran untuk perusahaan rokok, mereka secara sistematis mempuplikasikan
lewat
media dan mengkondisikan generasi mudah dan anak-anak menjadi perokok pemula
dengan
sosialisas iklan produksi dan sponsor rokok terkait dengan RAPERDA kawasan tanpa
rokok
bertujuan untuk melindungi masyarakat bukan bertujuan mematikan perusahaan rokok.
Oleh
karena itu kita memberi apresiasi atas kebijakan PEMKO medan dengan
mengagendakan
RANPERDA kawasan tanpa rokok sebagai prioritas dukungan berbagai eleman yang
tercermin melalui program survei yang dilakukan oleh yayasan sosial pustaka terhadap
250
responden, sejumlah 88 % responden setuju dan mendukung diberlakukannya kawasan
tanpa
rokok di kota medan dan 76 % menyatakan agar kota medan selayaknya sudah memiliki
PERDA tentang kawasan tanpa rokok.
Penetapan kawasan tanpa rokok sebenarnya selama ini telah banyak diupayakan oleh
berbagai pihak baik lembaga / institusi pemerintah maupun swasta dan
masyarakat.Namun
pada kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut jauh tertinggal di bandingkan
dengan
penjualan periklanan/promosi dan / penggunaan rokok rendahnya kesadaran masyarakat
tentang bahaya merokokpun menjadi alasan sulitnya penetapan kawasan tanpa rokok
yang
selanjutnya di singkat KTR belum secara tegas menerapkan sanksikepada pelanggarnya
sehingga akar permasalahannya belum bisa teratasi sepenuhnya setelah ditetapkannya
RANPERDA ini menjadi PERDA sehingga akan membuat kesadaran masyarakat
pengguna
rokok menjadi sadar akan pentingnya kesehstan bagi tubuh dan pemberian sanksi yang
tegas
dapat dilaksanakan jika di langgar.
Untuk itu adanya tempat khusus merokok yang layak dan berprikemanusiaan adalah
jelas
solusi yang tepat dalam menanggapi kawasan tanpa rokok. Tempat khusus merokok
bukan
merupan bentuk penghukuman sosial, tetapi lebih merupakan bentuk memberikan
jaminan
keadilan dan kepastian humum bagi masyarakat yang merokok dan tidak merokok,
karena
adanya tempat khusus yang merokok yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai
yang
disesuaikan dengan kebutuhan para perokok, adalah : Sebagai bentuk pemenuhan hak
konstitusiona Lyang telah di jamin dan lindungi UUD 1945.
Dengan menyesuaikan terhadap UU 19 tahun 2003 tentang kesehatan fraksi PDS
menerima RANPERDA tentang kawasan tanpa rokok ini dengan catatan kawasan tanpa
rokok harus menyadiakan ruang bagi perokok, karena PERDA tidak boleh bertentangan
dengan UU No. 29 pasal 1145 ayat 1 yang oleh mahkamah konstitusi telah diwajibkan
menyediakan uang bagi perokok.
Harapan kita semua tentunya dengan pemberlakuan peraturan daerah tentang KTR ini
maka setiap orang mendapat perlindungan terhadap bahaya rokok, terlebih asap
tembakau
sangat membahayakan karena tidak memiliki batas aman. Kalaupun selama ini di
beberapa
tempat di siapkan ruang khusus untuk merokok namun dalam kenyataannya sistem
sirkulasi
udara tidak mampu memberikan perlindungan yang efektif, perlindungan yang efektif
apabila 100% masyarakat terbebas dari asaap rokok.
Dengan demikian bagi kami fraksi partai demokrat DPRD kota medan berpendapat
guna
meningkatkan kesehatan masyarakat kota medan pada saat ini sesuai amanat undang-
undang
serta untuk memberikan perlindungan bagi setiap orang terhadap bahaya rokok,
pemerintah
kota medan patut didukung untuk memberihasilkan pelaksanaan peraturan daerah
tentang
KTR ini. Sebab dengan pelaksanaan PERDA KTR ini selain merupakan amanat undang-
undang tentang kesehatan melalui PERDA KTR ini juga dapat digunakan untuk
membangun
wajah kota medan sebagai kota metropolitan yang beradab dengan standarlisasi
internasional,
dimana KTR sebagai salah satu indikatornya.
Harapan kita tentu, pelaksanaan PERDA KTR ini harus merupakan tanggungjawab
semua
harus didukung komponen masyarakat, pemerintahan dewan perwakilan rakyat serta
pihak
swasta untuk melindungi masyarakat kita dari bahaya area bebas rokok harus menjadi
norma
yang tumbuh serta berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Masalah kesehatan harus dijadikan investasi dan hak asasi manusia bagi setiap
individu,
namun demikian kami berpendapat untuk pemberlakuan peraturan daerah ini tidaklah
mudah,
butuh waktu dan butuh proses. Dibenak kami masih ada kekhawatiran bahwa PERDA
tentang kawasan tanpa rokok ini agak sulit terlaksana secara maksimal dikarenakan
kurangnya dukungan serta peran aktif masyarakat. Terlebih kemungkinannya dari
sebagian
para perokok aktif ataupun dari mereka-mereka yang mendapatkan keuntungan dari
bisnis
rokok. Kewakhawatiran tersebut tentunya jangan sampai PERDA KTR nantinya hanya
merupakan pajangan diantara sejumlah PERDA. Oleh karena itu guna memaksimalkan
pelaksanaan peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok ini, kami dari fraksi partai
demokrat DPRD kota medan berpendapat sekaligus mengusulkan agar sebelum
pemerintah
kota medan mengundangkan peraturan daerah ini dalam lembaran daerah ataupun
dilaksanakan hendaknya pemerintah kota medan terlebih dahulu melakukan kegiatan
sosalisasi. Kami harapkan dilakukan dalam berbagai kesempatan ataupun kegiatan
temasuk
melalui media massa baik media cetak dan media elektronik. Program sosialisasi ini
selanjutnya ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi secara berkelanjutan dengan
berbagai
pihak yang terkait dalam rangka kesiapan program serta kebijakan terhadap tempat-
tempat
yang ditetapkan sebagai area kawasan tanpa rokok termasuk kesiapan anggaran untuk
mendukung sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Selain dari pada itu untuk
pengambilan
tindakan, pemberian sanksi terhadap pelanggan.
Menciptakan udara yang bersih dan sehat adalah tanggungjawab semua pemerintah,
swasta dan masyarakat itu sendiri. Termasuk menjaga udara yang bersih dari asap
rokok.
Sebagaimana hasil penelitian terkait dengan kandungan rokok yang dapat
membahayakan
mereka yang terpapar asap rokok atau disebut perokok pasif.
Karena sedemikian buruknya dampak yang diakibatkan oleh asap rokok sehingga
pemerintah perlu mengatur tentang ketentuan perokok. Ketentuan tentang kawasan tanpa
rokok bukanlah peraturan yang melarang orang untuk merokok. Namun ketentuan agar
orang
merokok tidak Mengganggu kesehatan orang lain sekitarnya yang tidak merokok di
perkirakan saat ini dua pertiga penduduk indonesia terpapar asap rokok secara pasif.
Sehingga sasaran peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok adalah untuk
melindungi
perokok pasif.
Pemerintah kota mendan selaku regulator harus menjadi contoh berlakunya kawasan
tanpa
rokok dilarang kerja pemerintah kota medan, seluruh sekolah dikota medan. Kemudian
melakukan pengawasan terhadap ruang yang publik yang dikelola swasta seperti pusat
perbelanjaan, perkotaan, hotel dan lain-lain. Kami minta agar memberi sanksi kepada
pihak
swasta yang tidak menjalankan peraturan.

Fraksi Patriot Persatuan Pembangunan (F-PPP) Dewan Perwakilan Rakyat


Daerah Kota Medan

Ketika kita membaca dan mengamati ranperda yang disampaikan pemerintahan kota,
tentang kawsan tanpa rokok, maka sesungguhnya tidak satu inci pun wilayah dikota
medan
ini yang dibenarkan lagi untuk merokok ketika ranprda ini disahkan menjadi perda. Oleh
karena itu, Fraksi PPP Khawatir Perda ini nantinya akan menjadi perda yang sia-sia,
karena
dikota medan ini jumlah masyarakat yang merokok masih sangat dominan dibandingkan
dengan masyarakat yang tidak merokok, hal ini juga didasarkan pada survey Badan
Kesehatan Dunia (WHO) dan pusat pencegahan dan pengawasan penyakit amerika
serikat
yang dirilis secara internasional pada 11 september 2012 lalu, menetapkan Indonesia
keperingkat teratas dunia sebagai Negara dengan jumlah perokok laki-laki terbesar
mencapai
67%. Bahkan yang lebih menyeramkan lagi, penjara akan full atau (Penuh) karena ada
sanksi
pidana kurungan selama 3 bulan bagi masyarakat yang melanggar peraturan daerah ini.
Berdasarkan penjelasan singkat diatas, kami Dari F PPP akan menyampaikan
sejumlah
pertanyaan, kritisi dan saran sebagai bahan masukkan dalam rangka menciptakan
ranperda ini
belum sempurna, hingga pada saatnya akan disepakati menjadi peraturan daerah, dapat
diterima dna dilaksanakan masyarakat sebagaimana mestinya. Kami memulainya dari :
Pada konsideran mengingat, F-PPP menyarankan agar point 7,8,dan 9 tidak perlu dicantumkan
sebagai landasan Yuridis dari ranperda ini.
Kemudian untuk menguatkan landasan ranperda ini dari sisi yuridis, kami F-PPP menyarankan
agar pada konsideran mengingat ditambahkan beberapa undang-undang dan peratura pemerintah,
yakni :
Undang- undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (HAM)
Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Peraturan pemerintah nomor 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat
adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.
Kebijakan terkait dengan kawasan tanpa rokok sebagai diatur dalam Bab 4, Menurut
kajian dan analisis F PPP Pada pasal 8 ayat (3) sangat bertentangan dengan defenisi kawasan
tanpa rokok sebagaimana diatur dalam ketentuan umum. Karena dalam kawasan tanpa rokok
jelas disebutkan, tidak dibenarkan memproduksi, menjual, mengiklankn/promosi dan
menggunakan rokok. Sementara pada pasal 8 ayat (3) tersebut, kawasan tanpa rokok untuk
tempat umum masih diberikan peluang menjual rokok dengan pengecualian bagi yang memiliki
izin Usaha, sehingga kami menilai ranperda ini belum seutuhnya mengatur agar kota medan
terbebas dari asap rokok. Padahal ada 2 point penting yang harus dilakukan pemerintah dalam
upaya melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok ; memotong dan memutus peredaran rokok
dikota medan dengan memberlakukan larangan terhadap beredarnya seluruh produk rokok dikota
medan. Jika rokok tidak ada, tentu masyarakat tidak akan menghisap rokoknya. Kedua,
pemerintah kota berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk membuat aturan ekspor impor
rokok dari dan kekota medan dan atau meninggikan Bea rokok. Bila Bea rokok tinggi, otomatis
harga jual juga akan tinggi, dampak masyarakat yang bisa membeli rokok hanya yang tingkat
ekonominya mapan. Apakah pemerintah kota mau dan berani mengambil kebijakan ini, untuk ini
kami memohon tanggapan. Kami juga menyarankan dalam ranperda ini seharusnya tidak saja
mengatur tentang kawasan tanpa rokok, tetapi juga mengatur tentang kawasan terbatas rokok,
dimana masyarakat masih boleh merokok ditempat khusus yang disediakan.
Pada Bab 5 larangan-larangan, F PPP melihat belum ketentuan yang mengatur larangan menjual
rokok kepada anak-anak dibawah 18 tahun. Larangan seperti itu mnurut F PPP sangat urgen
dalam ranga mmebenrtuk generasi anti rokok. Kami sarankan agar dalam bab larangan-larangan
dicantumkan secara tegas larangan menjual rokok pada anak-anak.
Pada Bab 6 peran masyarakat, pasal 11, 12,13, dan 14 dalam rangka mewujudkan kawasan tanpa
rokok, sangat diharapkan peran serta masyarakat, baik secara perorangan, kelompok, badan
hukum, badan usaha, lembaga dan organisasi. Peran tersebut diarahkan agar masyarakat
menggunakan hak azasi nya untuk trlindung dari paparan asap rokok. Masyarakat juga diminta
ikut memfasilitasi dan membantu pejabat yang berwenang dalam mengawasi terlaksananya
kawsan tanpa rokok. Ketentuan tersebut mengisyaratkan, masyarakat harus berperan melindungi
diri sendiri dari bahaya asap rokok.
Melihat masih banyaknya yang harus diatur dalam rangka menuju kawasan tanpa rokok
belum tercantum dalam ranperda ini, kiranya perlu dilakukan kajian yang lebih serius. Kami
menilai pemerintah kota dalam pengajuan ranperda ini, sesungguhnya belum sungguh-sungguh
dan masih terkesan mengikut daerah lain untuk mnghasilkan perda kawasan tanpa rokok.

Fraksi Medan Bersatu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan


Selanjutnya setelah mencermati peraturan rancangan daerah kota medan tentang
kawasan
tanpa rokokyang telah disampaikan oleh saudara walikota pada tanggal 18 april 2013
yang
lalu izinkan dan perkenankanlah Fraksi Medan bersatu menyampaikan beberapa
pertanyaan
dan saran tehadap peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok :
Pada BAB IV pasal 8 ayat 2 dinyatakan kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud
meliputi:
Tempat Umum
Tampat kerja
Tempat ibadah
Tempat bermain anak-anak
Angkutan umum
Lingkungan tempat proses belajar mengajar dan
Sarana kesehatan
Selanjutnya pasal 10 huruf C dengan khusus untuk instansi pendidikan, rokok tidak boleh
menjual rokok radius 10(Sepuluh) meter. Apakah jarak atau radius yang ditentukan ini tidak
terlalu berdekat.
Pada pasal 16 ayat 1 dinyatakan :
Walikota medan melakukan pembinaan umum atas :
Perlindungan terhadap warga masyarakat dari bahaya rokok
Terwujudnya kawasan tanpa rokok
Selanjutnya BAB VIII Pasal 20 dinyatakan :Setiap pemilik, pengelola, manajer ,
pimpinan dan penanggung jawab kawasan tanpa rokok apabila tidak melarang adanya tempat
untuk merokok didalam gedung dan atau penyediaan rokok sebagaimana dimaksud pada pasal 7
ayat 3 Huruf A, dikenakan denda serendah-rendahnya RP. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan
pembongkaran. Diharapkan dengan perda ini menjadi sebuah alat atau cara yang bisa
mendorong para perokok secara bertahap mengurangi konsumsi rokok dan menghentikan
kebiasaan merokok.

C. Pentingnya Perda Kawasan Tanpa Rokok


Hidup sehat dan hidup di lingkungan yang sehat merupakan idaman semua orang.
Namun kita sadari tidak mudah mewujudkan keadaan tersebut. Upaya untuk hidup sehat harus
diupayakan oleh setiap orang, tidak akan optimal jika dilaksanakan sebagian kecil dari
masyarakat. Masalah yang bukan hanya menjadi masalah kesehatan diri sendiri tetapi juga
mengganggu kesehatan orang lain adalah kebiasaan merokok, apalagi merokok yang dilakukan
di sembarang tempat seperti di tempat-tempat umum atau di tempat bermain anak.
Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah menjadi perhatian
dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO), memprediksi penyakit yang berkaitan dengan rokok
akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang
diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Dari data terakhir WHO di tahun 2004
ditemui sudah mencapai 5 juta kasus kematian setiap tahunnya serta terjadi 70% terjadi di negara
berkembang, termasuk di dalamnya di Asia dan Indonesia. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah
perokok dunia sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian setiap tahunnya.
Indonesia termasuk negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia, nomer 3 setelah
china dan India ( WHO, 2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen
rokok terbesar setelah cina, amerika serikat, rusia dan jepang. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan bahwa penduduk berumur diatas 10 tahun yang merokok
sebesar 29,2 % dan meningkat sebesar 34,7 % pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15
tahun.
Peningkatan prevalensi perokok juga terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun, dari 17,3
% (2007) menjadi 18,6 % (2010) atau naik hampir 10 % dalam kurun waktu 3
tahun. Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 25-34 tahun dari 29,0 %
(2007) menjadi 31,1 % (2010).
Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak usia 0-14 tahun tinggal bersama dengan perokok
dan terpapar asap rokok di lingkungannya dan disebut perokok pasif. Sedangkan kita tahu bahwa
anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami peningkatan terkena bronkitis, Pneumonia,
infeksi telinga tengah, asma dan keterlambatan pertumbuhan paru-paru.Kerusakan kesehatan
secara dini ini dapat menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. Rokok yang
mengandung 4000 bahan kimia berbahaya ini, selain menggangu kesehatan orang yang
memakainya, pada orang dewasa bukan perokok pun terus-menerus terpapar juga akan
mengalami peningkatan resiko terkena lebih dari 25 penyakit yang disebabkan karena asap rokok
seperti emfisema, kanker paru, bronkitis kronis, penyakit jantung koroner, peningkatan kolesterol
darah, impotensi, keguguran, bayi lahir mati dan penyakit lainnya.
Selain berefek besar mengganggu kesehatan, rokok juga menjadi beban ekonomi, Biaya
rata-rata yang dibelanjakan oleh individu perokok untuk membeli tembakau dalam satu bulan
adalah Rp. 216.000,-. Dan jumlah batang rokok yang dikonsumsi oleh orang di pedesaan lebih
besar dari daerah perkotaan. Dimana rumah tangga perokok terkaya menghabiskan 7 %
pendapatannya untuk rokok sementara rumah tangga perokok termiskin menghabiskan 12 %.
Rokok memiliki dampak buruk yaitu :
1. Kesehatan
Bahaya merokok bagi kesehatan telah terbukti secra ilmiah. Dalam sebatang rokok
terkandung 4000 senyaea kimia berbahaya, 200 di antaranya bersifat racun, 43 diantaranya
bersifat karsinogen yang dpar menyebabkan timbulnya kanker. Racun utama pada rokok adalah
tar,nikotin dan karbon monoksida. Tar merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket
dan menempel pada pru-paru. Sementara, nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf
dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogenik dan mampu memicu kanker paru,sedangkan
karbon monoksida adalag zat yang mengikat hemoglobin dalam darah sehingga darah tidak
mampu mengikat oksigen. Berbagai penyakit terkait konsumsi rokok antar lain penyakit
kanker,penyakit jantung,penyakit sistim saluran pernafasan, penyakit gangguan reproduksi dan
kehamilan.
2. Perekonomian
Beban bagi Negara
Dari sudut kajianokok ad ekonomi kesehatan,penyakit yang timbul akibat merokok akan
membebankan biaya tidak saja bagi individu,keluarga,perusahaan, tetapi juga negar. Studi
Konsen di Indonesia mengestimasi biaya akibat konsumsi tembakau sebesar Rp.127,7 triliun
pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp.167,1 Triliun pada tahun 2004. Khusus untuk biaya
pengobatan yang mencakup rawat inap pada sebelas penyakit terkait konsumsi rokok adalah
sebesar Rp.2,6 triliun tahun 2001, tetapi pada tahun 2004 meningkat menjadi Rp.105,5 triliun
(TCSC,2007)
Reformasi sistem pembiayaan kesehatan mengharuskan mengembangkan jaminan sosial
untuk seluruh rakyat. Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) mewajibkan penduduk Indonesia menjadi peserta asuransi kesehatan. Dalam
penyrlenggaraan program jaminan sosial tidak dapat diabaikan peran pemerintah daerah. Untuk
menjamin penyelenggaraan program bagi miskin yang tidak tercakup dan terlayani dalam
program Jamkesda. Pemerintah daerah menyediakan dana bagi penduduk miskin.
Perokok dari rumah tangga miskin lebih beresiko terkena penyakit. Perokok akan
membebani asuransi kesehatan lebih besar daripada mereka yang tidak merokok. Dengan
diberlakukannya sistem jaminan kesehatan yang bersifat menyeluruh,tanpa adanya upaya
pencegahan dan pengendalian kosumsi rokok terutama pada rumah tangga miskin yang
menerima subsidi kesehtan melalui jamkesmas/jamkesda, maka para perokok tentunya ikut
membebankan biaya akibat merokok kepada orang lain yang tidak merokok dan dan
dikahwatirkan dapat mengurus cadangan asuransi, padahal penyakit dan kematian terkait rokok
dapat dicegah.
Rumah Tangga
Pengeluaan rokok dapat berdampak pada tingkat kesejahteraan rumah tangga, terutama
rumah tangga miskin. Bagi rumah tangga kaya , pengeluaran rokok mungkin tidak terlalu
berpengaruh terhadap kebutuhan dasar rumah tangga tetapi berdampak hanya pada kesehatan.
Artinya, pengeluaran rokok tidak cukup menjadi alasan meninggalkan kebiasaan merokok.
Namun, bagi rumah tangga miskin yang masih menghadapi kekurangan pangan,kasus-kasus gizi
buruk, maka pengeluaran rokok dapat memperburuk kemiskinan.
Hasil kajian dari beberapa negara menyimplkan bahwa jika pengeluaran rokok diahlikan
pada makanan, maka dapat meningkatkan kemampuan keluarga untuk memnuhi kebutuhan
pangan dan gizi dan dapat meningkatkan taraf hidup.
Helen Keller Internasional Indonesia bekerjasama dengan Badan Penelitian dan
Pengembangan kesehatan Departemen Kesehatan (2000) menemukan bahwa terjadi penurunan
konsumsi makanan bergizi tinggi dalam masa krisis ekonomi (telur,susu,dan dagung) namun
tidak untuk pengeluaran tembakau. Hal ini semakin mempertegas bahwa kecanduan rokok telah
menghilangkan logika akal sehat agar lebih mementingkan gizi dari pada rokok.
3. Sosial
Kemiskinan merupakan penyakit sosial. Di Indonesia konsumen rokok sebagian besar
adalah masyarakat miskin. Kemiskinan dan merokok merupakan dua hal yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Dengan keterbatasan anggaran rumah tangga, perokok
lebih memilih membeli rokok daripada keburtuhan dasar makanan dan kebutuhan esensial
lainnya. Bagi keluarga miskin,sedikit pengalihan saja dari sumber finansial yang terbatas
mempunyai dampak sangat besar terhadap status kesehatan dan nutrisi mereka, yang dapat
mengakibatkan mengurangi produktivitas (kecacatan,kesakitan bahkan kematian). Timbulnya
penyakit akibat konsumsi rokok juga dapat menyebabkan pengeluaran medis yang tinggi.
Biaya perawatan penyakit yang terkait dengan merokok seperti jantung koroner dan
stroke mempunyai Rp 50 Juta 75 juta perorang. Biaya ini akan sangat membebani rumah
tangga (katastropik) terutama bagi yang belum tercakup asuransi. Sebaliknya apabila sistem
jaminan kesehatan (asuransi) sudah diberlakukan bagi seluruh masyarakat, maka biaya itu akan
menguras cadangan asuransi (Mohamad ,2008)
LAPORAN
HASIL PEMBAHASAN PANITIA KHUSUS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH KOTA MEDAN TERHADAP RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA
MEDAN TENTANG : KAWASAN TANPA ROKOK

Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga local, nasional maupun
internasional maupun local terhadap dampak bahaya dari rokok sangat memprihatinkan. Bahkan
badan kesehatan dunia menganggap perilaku merokok telah menjadi masalah yang penting bagi
seluruh dunia sejak satu dekade ini. Saat ini diperkirakan jumlah perokok dunia sebesar 1,3
Milyar orang dan kematian yang diakibatkan olehnya mencapai 4,9 Juta Orang pertahun. Oleh
karena itu, DPRD Kota Medan bersama pemerintah kota Medan telah merespon kondisi tersebut
dengan menerbitkan regulasi berupa peraturan daerah kota medan untuk melindungi kesehatan
warga kota medan. Dengan tidak berlebihan izinkan kami persembahkan kepada seluruh
masyarakat kota medan sebuah peraturan daerah kawasan tanpa rokok ini sebagai hadiah tahun
baru 2014 untuk menuju msyarakat kota medan lebih sehat dan lebih sejahtera.
Sesuai dengan undnag-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan salah satu uapaya
ketersediaan lingkungan yang sehat dan bersih, pemerintah menyelenggarakan upaya kesehatan
melalui pengamanan zat adiktif yang meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau,
padat, cairan, dan gas.
Penetapan kawasan tanpa rokok akan berdampak pada perlindungan masyrakat usia
produktif, anak, remaja dan perempuan hamil. Pembentukan kawasan tanpa rokok akan
meningkatkan kesadaran dan kewaspadaaan masyarakat terhadap bahaya merokok terlebih lebih
dampak pada perokok pasif.
Berdasarkn hasil rapat internal pansus dan keputusan rapat Badan Musyawarah DPRD kota
Medan, tanggal 16 desember 2013 disepakati bahwa penyampaian hasil pembahasan panitia
khusus terhadap ranperda kota medan tentang kawasan tanpa rokok, ditetapkan tanggal 19
ndesember 2013 pada hari ini.
Dalam melakukan pembahasan, panitia khusus telah melaksanakan rapat-rapat internal
dan rapat dengan SKPD terkait mulai tanggal 9 september 2013, dan melakukan konsultasi ke
Dinas kesehatan DKI Jakarta dan Dinas Kesehatan kota bogor dari tanggal 17-20 September
2013, dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Dinas kesehatan kota tangerang pada
tanggal 19- 23 November 2013.
Merokok dapat menyebabkan kesakitan dan kematian yang dapat dicegah. Bahaya
merokok tidak saja berdampak kepada perokok aktif, tetapi juga bagi orang disekitarnya yang
tidak merokok( perokok pasif) berbagai penyakit terkait konsumsi rokok antara lain : Paru-paru,
saluran pernapasan kronik, kardiovaskuler, ginjal, kanker mulut, tenggorakan, lambung, kandung
kemih, mulut rahim dan sumsum tulang. Perokok telah menjadi Fenomena global yang sangat
sulit dikendalikan. Hal ini disebabkan karena menyangkut berbagai kepentingan sosial, ekonomi,
kesehatan dan politik. Meskipun demikian, berbagai upaya mulai dari membuat kebijakan
sampai kampanye bahaya rokok telah dilakukan, namun semua ini belum dapat menurunkan
jumlah perokok, bahkan menunjukkan kecenderungan meningkat. Ironinya pada aras nasional
tarik menarik kepentingan politik untuk menerbitkan peraturan pemerintah mengenai bahaya
merokok terhadap kesehatan masih terus diperdebatkan sekalipun belum terbit peraturan
pemerintah mengenai bahaya rokok bagi kesehatan, namun bukan berarti tidak ada upaya untuk
mengurangi konsumsi rokok. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan pertimbangan
bahwa kebijakan atau regulasi dapat dimulai dari isntitusi atau pemerintah daerah, yaitu dengan
menetapkan kawasan tanpa rokok. Peraturan terkait merokok pertama kali diterbitkan
pemerintah adalah PP NO 81/1999 tentang pengaman rokok bagi kesehatan. PP ini bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya merokok, membudiyakan hidup sehat, menekan
perokok pemula, serta melindungi perokok pasif.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok
Nomor 3 tahun 2014. Peraturan Daerah kota Medan ini di tetapkan pada tangal 20 Januari 2014,
oleh Walikota Medan, dan Wakil Walikota Medan.
Kebijakan perlindungan yang efektif mensyaratkan eliminasi total dari asap tembakau di
ruangan sehingga mencapai 100% lingkungan tanpa asap rokok. Tidak ada batas aman dari
paparan asap rokok ataupun ambang tingkat keracunan yang bisaditoleransi, karena ini
bertentangan dengan bukti ilmiah. Pendekatan lain untuk peraturan 100% lingkungan tanpa asap
rokok termasuk penggunaan ventilasi, saringan udara dan pembuatan ruang merokok (dengan
ventilasi terpisah ataupun tidak) yang terbukti tidak efektif.Bukti ilmiah menyimpulkan bahwa
pendekatan teknik konstruksi tidak mampu melindungi paparan asap tembakau. Kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok yang efektif adalah yang dapat dilaksanakan dan dipatuhi. Agar
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dapat dilaksanakan dan dipatuhi, perlu dipahami prinsip-
prinsip dasar Kawasan Tanpa Rokok.
1) Semua orang harus terlindung dari paparan asap rokok. Semua tempat kerja tertutup dan tempat
umum harus bebas sepenuhnya dari asap rokok.
2) Peraturan harus dalam bentuk legislasi yang mengikat secara hukum. Kebijakan sukarela yang
tidak memiliki sanksi hukum terbukti tidak efektif untuk memberikan perlindungan yang
memadai. Agar efektif, UU/PERDA harus sederhana, jelas dan dapat dilaksanakan secara
hukum.
3) Perencanaan yang baikdansumberdaya yang
cukupadalahesensialuntukkeberhasilanpelaksanaandanpenegakanhukum.
4) Lembaga-lembaga kemasyarakatan termasuk lembaga swadaya masyarakat dan organisasi
profesi memiliki peransentral untuk membangun dukungan masyarakat umum dan menjamin
kepatuhan terhadap peraturan; karenanya harus dilibatkan sebagai mitra aktif dalam proses
pengembangan, pelaksanaan dan penegakan hukum.
5) Pelaksanaandariperaturan, penegakan hokum dan hasilnya harus dipantau dan dievaluasi terus
menerus. Termasuk di dalamnya merespon upaya industry rokok untuk mengecilkan arti ataupun
melemahkan pelaksanaan peraturan secara langsung maupun tidak langsung dengan
menyebarkan mitos keliru yang menggunakan tangan ketiga (pengusaha restoran, masyarakat
perokok, dsb).
6) Perlindungan terhadap paparan asap rokok perlusenantiasa diperkuat dan dikembangkan, bila
mana perlu dengan amandemen, perbaikan penegakan hukum atau kebijakan lain menampung
perkembangan bukti ilmiah dan pengalaman berdasarkan studi kasus.
B. Saran
Saran Asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan, baik perokok aktif maupun
perokok
pasif. Pemerintah harus lebih tegas dalam menerapkan kawasan tanpa asap rokok,
bekerja
sama dengan berbagai sector, misalnya perusahaan, universitas, rumah sakit, perkantoran
dll.
Memberi sanksi tegas terhadap pelanggaran dan menciptakan lapangan kerja baru bagi
para
penanam tembakau dengan memberikan pinjaman biaya untuk produksi tanaman
pengganti
tembakau.

https://www.google.com/search?q=masalah+upaya+kesehatan+TB+paru&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b
http://text.123dok.com/document/1663-analisis-implementasi-kebijakan-kawasan-tanpa-
rokok-ktr-di-rumah-sakit-umum-daerah-dr-pirngadi-kota-medan-tahun-2015.htm

http://www.starberita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=159254:pel
aksanaan-ktr-di-medan-dioptimalkan-&catid=37:medan&Itemid=457
http://need2bereal.blogspot.co.id/2015/10/analisiskebijakan-kesehatan.html
http://liausimanjuntakblog.blogspot.co.id/2016/01/proses-pembuatan-perda-kawasan-tanpa.html

Anda mungkin juga menyukai