Anda di halaman 1dari 67

Pemetaan Fotogrametris I-1

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1. Umum
Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi Vertikal dimana sebelumnya
sudah terpasang Premark (Tanda Lapangan) di atas tanah untuk kontrol
Triangulasi Udara dengan ukuran dan interval jarak Premark yang sudah
ditentukan, hasil Foto Udara Stereoskopis skala 1 : 10.000 pankhromatis
hitam putih dengan pertampalan ke muka 60 % dan ke samping 30
%, kamera yang digunakan kamera metrik yang memiliki jarak fokus yang
sudah di kalibrasi antara 151 mm-152 mm, batas daerah pemotretan
udara sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh pemilik pekerjaan dan
negatif film milik Pemilik Pekerjaan.
Foto Udara Stereoskopis digunakan untuk peta Ortofoto atau peta Garis
skala 1 : 5.000 yang kegiatannya meliputi pemasangan Benchmark
(Benchmark) untuk kebutuhan Perencanaan Irigasi dengan ukuran dan
interval jarak Benchmark yang sudah ditentukan. Seluruh Benchmark dan
Premark di ukur langsung di lapangan melalui pengamatan GPS dengan
ketelitian Orde 3 (tiga), pengukuran harus terikat kepada titik tetap
kepunyaan Bakosurtanal. Tahap berikutnya pekerjaan Triangulasi Udara
memperbanyak titik kontrol minor untuk orientasi foto udara yang
dilanjutkan dengan pemrosesan ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 :
20.000.
Pelaksana pekerjaan harus mempergunakan segala peralatan dan
perlengkapan serta bahan-bahan yang memenuhi syarat teknis.

1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan


Pemetaan Ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 : 20.000 meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
1) Pemasangan Premark (Tanda Lapangan)

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I-2

2) Pemotretan Udara Vertikal


3) Pemasangan Benchmark (Benchmark )
4) Pengukuran Titik Kontrol Tanah
5) Pengukuran Titik Rincik Ketinggian
6) Triangulasi Udara
7) Pemrosesan Ortofoto
8) Kontur Fotogrametri
9) Reproduksi Kartografi
10) Hasil Akhir Peta Ortofoto
11) Pemrosesan Peta Garis

1.3. Basis Survei


Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan jalur terbang Peta Rupa Bumi
Skala 1 : 50.000 atau Skala yang lebih besar Bakosurtanal.
Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x,y)
dan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.

2. HASIL-HASIL DAN DATA-DATA YANG HARUS DISERAHKAN


KEPADA PIHAK PEMILIK PEKERJAAN
Seluruh hasil-hasil dan data-data diperiksa oleh pengawas pekerjaan dan
diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan sebagai berikut :
A. Hasil dan data Pemotretan Udara
1. Semua negatif potret udara dalam tabung plastik
2. 1 (satu) set diapositif tiap-tiap negatif foto udara
3. 3 (tiga) set foto udara hitam putih pada kertas double-weight
4. 3 (tiga) set foto indeks berskala 1 : 50.000 diatas kertas transparan,
dimana dijelaskan baik posisi setiap jalur terbang maupun hubungan
foto satu dengan yang lainnya.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I-3

5. 6 (enam) salinan laporan akhir yang isinya menyangkut penerbangan


harian, kemajuan kerja, sertifikat kalibrasi kamera dan laporan
mengenai hasil uji foto udara.
6. 3 (tiga) set daftar beserta keterangan mengenai lokasi dan koordinat
semua titik dengan tanda kenal.

B. Hasil dan data Ortofoto


1) 3 (tiga) set peta digital ortofoto skala 1 : 5.000 dengan kontur selang
0,5 m dan titik-titik tinggi (spot heights) dan softcopy dalam vcd/dvd.
2) 2 (dua) set peta digital ortofoto dengan selang kontur tiap 5 meter,
skala 1 : 20.000.
3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua
benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder.
4) Peta digital ortofoto yang asli dan penggambaran halus kontur dan
overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd.
5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan
dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi
dengan keterangan/referensi.
6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data
pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.
7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya,
koordinat-koordinat dan dua foto dari semua pilar yang digunakan.
8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah
digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.

C. Hasil dan Data Peta Garis Digital


1) 3 (tiga) set peta garis digital skala 1 : 5.000 dengan kontur selang 0,5
m dan titik-titik tinggi (spot heights) dan softcopy dalam vcd/dvd.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I-4

2) 2 (dua) set peta garis digital dengan selang kontur tiap 5 meter, skala
1 : 20.000.
3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua
benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder.
4) Peta garis digital yang asli dan penggambaran halus kontur dan
overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd.
5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan
dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi
dengan keterangan/referensi.
6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data
pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.
7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya,
koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto dari semua benchmark yang
digunakan.
8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah
digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.

3. PEMOTRETAN UDARA
Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi vertikal yang meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Rencana Penerbangan
b. Pemasangan Premark (tanda kenal)
c. Persyaratan Teknis Kamera
d. Daerah Pemotretan dan Penerbangan
e. Mutu Film dan Negative
Ketentuan pemotretan udara harus mengikuti ketentuan dibawah ini :

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I-5

3.1. Rencana Penerbangan


Rencana penerbangan harus dibuat untuk menetapkan jumlah jalur,
jumlah foto udara, dan arah pemotretan sesuai dengan ketentuan
dibawah ini :
1) Arah jalur penerbangan pemotretan udara
Arah jalur terbang yang akan dilakukan yaitu Timur-Barat atau Utara-
Selatan.
Rencana jalur terbang dengan arah jalur penerbangan tersebut di atas
harus dimasukkan dan digambar dalam usulan teknis pada peta rupa
bumi skala 1 : 250.000 atau lebih besar.
2) Pemotretan Pada Satu Jalur
Masing-masing jalur terbang harus dipotret secara berurutan dan
setiap jalur terbang harus tercakup dalam 1 kali penerbangan
/pemotretan.
Terputusnya pemotretan dalam satu strip diperbolehkan apabila
kondisi cuaca memang tidak memungkinkan untuk melanjutkan
pemotretan atau dikarenakan mengubah tinggi terbang untuk
penyesuaian skala.
3) Awal dan Akhir Pemotretan
Setiap awal dan akhir pemotretan untuk masing-masing jalur terbang
harus mencakup minimum 2 exposure di luar batas area yang dipotret.

3.2. Pemasangan Premark (Tanda Kenal)


1) Pemasangan premark untuk kontrol triangulasi udara dengan cara
premarking (signalisasi) atau identifikasi foto hingga kerapatan dan
ketelitiannya cukup untuk dapat mencapai ketelitian yang telah
ditentukan. Lihat pada Gambar 3.4.
2) Pemasangan premark atau signalization harus dipasang sesuai dengan
kebutuhan Triangulasi Udara dengan cara PAT-M atau PAT-B sehingga

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I-6

bayangannya dapat terlihat jelas dalam foto udara dan mudah


mengidentifikasikannya dengan alat Stereo Ploter.
3) Pemasangan Premark mengikuti ketentuan berikut :
Sebelum pemotretan udara dimulai harus dipasang Premark dalam
bentuk Tugu dengan interval 6-8 km yang melingkupi daerah
pemetaan atau dengan interval 4 (empat) sampai dengan 6 (enam)
basis foto udara sepanjang jalur terbang dan pada side lap di awal dan
akhir yang tegak lurus jalur terbang serta ditempatkan minimal pada
tugu yang terdistribusi secara merata di tengah wilayah pemotretan
udara.
Tugu dipasang Premark berbentuk palang dengan ukuran keseluruhan
4 m dan lebar lengan 0,60 m yang sesuai gambar 3.2 dan juga plastik
berwarna putih atau orange.
Premark dipasang sama dengan ketinggian tanah, daerah terbuka,
sehingga keadaan antara premark dan lingkungan menjadi kontras.
Deskripsi Tugu yang menjelaskan lokasi dilapangan dan nomor Tugu
sebanyak 5 (lima) kali dengan posisi 4 (empat) mata angin dan 1
(satu) dari atas.
4) Apabila ternyata premark tidak ditemui didaerah-daerah yang
dimaksud didalam foto udara, maka lakukan identifikasi foto dengan
ketentuan berikut :
Diperlukan 3 (tiga) titik (x,y) dan 2 (dua) titik(z) yang ada di foto,
foto-foto tersebut detail-detailnya harus jelas, kontras yang tinggi,
daerah terbuka datar dengan tekstur yang baik, dan tidak terdapat
gangguan bayangan.
Jika memungkinkan, titik-titik foto akan ditempatkan pada sisi yang
berhimpitan pada jalur-jalur yang berdampingan, asalkan kualitas titik
harus memenuhi syarat, titik-titik tersebut harus jelas terlihat pada
semua foto yang bersangkutan.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I-7

Sketsa serta keterangan yang jelas mengenai titik tersebut dibuat


pada saat identifikasi (lihat Gambar.3.6). Ini meliputi nomor titik foto,
nomor foto udara, hubungan antara titik ke detail sekelilingnya dan ke
titik utama, radius permukaan tanah rata di sekitar titik, arah utara,
tanggal dan juga nama dan tanda tangan juru ukur.
Jika titik-titik tinggi dan denah dipisahkan, hal ini harus dinyatakan
secara jelas pada foto dan penjelasannya.
Titik-titik foto yang bersangkutan ditandai secara jelas pada bagian
belakang foto (dapat dilakukan dengan menggunakan jarum) dan,
diberi nomor titik foto, tanggal identifikasi dan juga nama dan tanda
tangan juru ukur.
5) Apabila titik kontrol foto identifikasi tidak berada dalam jalur
benchmark maka hubungan ke benchmark dapat dilakukan dengan
pengukuran sudut dan jarak antara, sedangkan titik-titik tinggi
digunakan jaringan tertutup sipat datar.
6) Tugu-tugu diukur berdasarkan pengamatan receiver GPS dan harus
dipasang ditempat terbuka yang memungkinkan receiver GPS
menerima langsung signal satelit GPS dengan ketinggian 15 derajat di
atas horizon.

3.3. Persyaratan Teknis Kamera


1) Kamera yang digunakan adalah tipe presisi yang konstruksi lensanya
menghasilkan citra dengan distrosi tidak melebihi 15 mikrometer,
kecuali untuk sudut-sudut format foto. Film selama exposure harus
dalam keadaan posisi mendatar untuk menjaga agar fokus tetap tajam
dan memperkecil distorsi citra.
2) Format negatif harus 230 x 230 mm dan jarak fokus lensa yang dipakai
adalah antara 151,00 mm sampai dengan 155,00 mm.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I-8

3) Panel data-data kamera harus dicatat secara fotografis pada masing-


masing pengambilan foto (exposure), jam harus cocok dengan waktu
setempat dan altimeter harus disetel agar cocok dengan altimeter
yang dikalibrasi.

3.3.1. Kalibrasi
1) Setiap unit optik kamera yang akan digunakan selama survei harus
sudah dikalibrasi tanpa menggunakan filter dan tetap diuji, serta telah
disetujui oleh badan kalibrasi yang ditunjuk oleh pabrik pembuat
kamera tersebut. Sertifikat tersebut harus dianggap mempunyai masa
berlaku satu tahun, dan apabila ada kamera yang dipergunakan di luar
masa berlaku tersebut, hasil fotonya adalah menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan yang bersangkutan.
2) Sertifikat kalibrasi kamera dipegang oleh Pelaksana Pekerjaan dan
sebelum dimulainya pemotretan udara harus diserahkan kepada
pemberi pekerjaan.
3) Sertifikat tersebut memuat data-data sebagai berikut :
a. Surat tanda kalibrasi
Kamera udara yang digunakan sudah dikalibrasi dengan tanda surat
kalibrasi.
b. Informasi kalibrasi kamera udara
Nama pelaksana dan tanggal saat kalibrasi.
Nomer seri lensa.
Kalibrasi panjang fokus kamera dengan toleransi akurasi 0,005 mm.
Distorsi radial kamera udara tidak boleh melebihi 0,005 mm pada
setiap posisi diagonal dari pusat lensa ke masing-masing tepi.
Pembagian posisi dari pusat lensa disetiap tepi adalah selang 5 atau
7.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I-9

Kesalahan jarak antara kedua tanda tepi (fiducial mark) yang bersisian
tidak melebihi 0,010 mm.
Kesalahan sudut antara kedua garis diagonal yang menghubungkan
kedua tanda tepi (fiducial mark) dengan pusat lensa tidak boleh
melebihi 10 busur (10 second of arc).
Kesalahan sudut pusat autocollimation tidak boleh melebihi 10 busur
(10 second of arc).
c. Hasil Test Kamera Udara
Kenampakan resolusi lensa sepanjang garis diagonal baik untuk posisi
radial dan tangensial mempunyai selang 5 atau 7.
Waktu efektif dan efisien untuk kecepatan bukaan lensa, dipasang
(diset) pada posisi nilai maksimum, menengah dan minimum.
Informasi kedataran pelat bidang fokus.
Keseragaman penyinaran sepanjang kedua diagonal bidang negatif
film harus merata (uniform).

3.3.2. Filter
1) Filter optik yang harus dipergunakan hanyalah filter bikinan pabrik
yang bersangkutan, atau yang memenuhi spesifikasi optik yang telah
disetujui.
2) Pemilihan filter yang cocok digunakan untuk mengatur penerangan
relatif dari bagian tengah kebagian tepi-tepi bidang titik api kamera.

3.3.3. Lebar Kamera


1) Sebelum pemotretan setiap lebar kamera (camera window) yang akan
dipakai harus diperiksa oleh lembaga kalibrasi, untuk menjamin bahwa
tidak akan terjadi efek yang merugikan resolusi dan distorsi lensa, dan
bahwa lebar kamera tersebut benar-benar bebas dari guratan-guratan,
goresan-goresan dan ketidakserasian lainnya.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 10

2) Lebar kamera tersebut harus dipasang dalam bahan peredam getaran


untuk menghindari tekanan-tekanan mekanis pada lebar kamera.
3) Kamera harus dipasang dalam suatu bantalan yang meredamkan efek
getaran Pesawat terbang.
Daerah Pemotretan dan Penerbangan
Daerah pemotretan dan penerbangan meliputi ketentuan tinggi dan arah
terbang, luas daerah pemotretan, dan kondisi-kondisi selama pemotretan.

Tinggi dan Arah Terbang


1) Tinggi terbang diatas permukaan tanah rata-rata harus dicapai oleh
Pelaksana Pekerjaan agar dapat mencapai skala foto sekitar 1 :
10.000.
Foto yang menyimpang 5 % dari persyaratan yang telah disepakati,
setelah mempertimbangkan variasi relief, bisa ditolak oleh Pemberi
Pekerjaan.
2) Jalur-jalur arah penerbangan harus dari Timur ke Barat, atau Utara-
Selatan kecuali jika ada persetujuan lain dari Pemberi Pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan harus memberikan salinan rencana
penerbangannya kepada Pemberi Pekerjaan untuk disetujui sebelum
penerbangan dimulai.

3.4.1. Luas Daerah Pemotretan


1) Daerah pemotretan sesuai dengan rencana arah terbang.
2) Pertampalan muka dan samping yaitu antara exposure yang berurutan
dalam setiap strip adalah 60 % dengan toleransi 5 % dan pertampalan
sisi antar strip-strip foto yang berdampingan adalah 30 % dengan
toleransi 5 %.
Jika ketinggian tanah dalam daerah pertampalan menyimpang lebih
dari 10% terhadap ketinggian penerbangan. Maka suatu variasi yang

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 11

wajar masih diizinkan dalam pertampalan-pertampalan yang


disebutkan, asalkan selalu pertampalan muka dan samping tidak
kurang dari 55 % dan pertampalan samping tidak kurang dari 25 %.
3) Jika strip memotong baris pantai pada sudut tegak lurus, atau sudut
miring, maka pertampalan di tambah sampai nominal 90, tergantung
dari hambatan yang berasal dari siklus waktu kamera.
4) Apabila jalur terbang berarah sejajar dengan garis pantai, maka perlu
diatur posisi jalur-jalur tersebut sedemikian sehingga areal potret yang
mencakup muka laut diusahakan sekecil-kecilnya, agar daratan
terpotret sebesar-besarnya, yaitu dengan cara mengatur lebar jalur
terbang tersebut dengan batasan-batasan sampai dengan 10 %.
5) Semua garis-garis foto harus ditempuh dengan jalur terbang yang
tidak terputus-putus. Apabila perlu memutus garis dan kemudian
meneruskannya lain waktu, maka kedua bagian garis itu harus
bertampalan pada titik putus tersebut dengan sekurang-kurangnya
dua model stereoskopis.
6) Gerak sedat (crab) tidak diperkenankan melebihi sudut 5 derajat.
Apabila diukur, dari garis basis yang bersangkutan dengan garis-garis
yang sejajar dengan kerangka negatif, sehingga tidak menimbulkan
kesenjangan stereoskopis dalam hal pemotretannya.
Kemiringan biasanya tidak boleh melebihi 2. Exposure terisolasi
dengan kemiringan sampai 40, diperbolehkan apabila cuaca sangat
buruk.

Kondisi Pemotretan
1) Awan, bayangan awan tebal atau asap tidak boleh terdapat diatas titik
utama foto atau homologusnya pada foto-foto yang berdekatan.
Demikian juga tidak boleh terdapat gumpalan awan, bayangan awan
tebal atau asap menutupi lebih dari 3 % dari daerah negatif

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 12

seluruhnya. Juga tidak boleh terdapat suatu kumpulan awan,


bayangan awan tebal dan asap yang menutupi lebih dari 5 % dari
daerah negatif seluruhnya.
2) Pemotretan udara hanya diadakan dalam keadaan sedemikian rupa
sehingga penglihatan tidak secara fisik merusak intensitas warna
(tone) reproduksi di dalam negatif.
3) Pemotretan dapat diterima jika ketinggian matahari melebihi 25
derajat.

3.5. Mutu Film dan Negative


Mutu Film dan negative meliputi ketentuan kualitas film, kecepatan dan
pergerakkan exposure, tipe filter, kualitas pemrosesan, mutu negative,
kualitas fotogrametris, dokumentasi dan anotasi.

3.5.1. Film Udara


1) Tipe film udara yang harus digunakan di dalam kontrak adalah
Pankromatik hitam putih, khusus untuk pemotretan udara, bahan
dasar yang stabil, dan belum melewati batas masa kadaluarsa. Film
harus dijaga dan disimpan dalam tabung plastik sesuai dengan
anjuran pabrik.
2) Ketebalan dasar tidak boleh kurang dari 0,1 mm dan mempunyai
format lebar 24,1 cm.
3) Stabilitas dimensional dasar harus sedemikian rupa sehingga dalam
suatu negatif panjang dan lebar antara fiducial tidak boleh berada
lebih dari 0,3 % dari ukuran-ukuran yang sama yang diambil pada
kamera, dan bahwa perbedaan antara ukuran-ukuran tersebut tidak
melebihi 0,04 %.
4) Harga bersih kabut tidak boleh melebihi D 0,2 atau D 0,4 diatas
densitas penunjang ketika sepenuhnya diproses di dalam developer D

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 13

19 pada suatu 200 C selama 10 menit, diaduk terus menerus. Densitas


0,4 hanya berlaku untuk film dengan kecepatan lebih dari 250 ASA
(Affective Aerial Film Speed).

3.5.2. Exposure
1) Kecepatan shutter harus memenuhi ketentuan-ketentuan baik gerakan
citra minimal maupun aperture lensa optimal untuk kondisi-kondisi
iluminasi yang berlaku.
2) Gerakan citra biasanya tidak boleh melebihi 30 mikrometer, tetapi jika
kurang terdapatnya cahaya, gerakan citra sampai 90 mikrometer
dapat diterima.
3) Filter yang dipakai harus memberikan tone reproduksi optimal.

3.5.3. Pemrosesan Foto Udara


1) Peralatan yang dipakai pemrosesan adalah alat otomatis harus mampu
mencapai kualitas negative yang disyaratkan tanpa menyebabkan
distrorsi film.
2) Kandungan thiosulphate residual dari film yang telah diproses tidak
boleh melebihi 2,0 mikrogram mikrogram per cm.
3) Pengeringan film dilakukan tanpa mempengaruhi stabilitas dimensinya.
4) Seluruh negatif yang diproses harus bebas dari lepuh-lepuh,
gelembung-gelembung, batasan-batasan, garis-garis lapisan, tekanan
atau tanda-tanda statis bekas-bekas jeruji, lubang-lubang kecil,
goresan-goresan ringan, coretan-coretan ringan, noda-noda dan
tanda-tanda pengeringan.

3.5.4. Mutu Negative


Densitas, kekontrasan warna dan tidak adanya bayangan kabut harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga jenis-jenis kertas yang ada di

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 14

pasaran (termasuk Log, E dari 0,6-1,6) dapat dipakai untuk pencetakan


yang dapat memberikan kejelasan terhadap detail-detail lokasi yang
dibutuhkan baik segi sinarnya maupun segi bayangannya.
2) Tingkat kabut negatif biasanya tidak boleh melebihi densitas D 0,2 jika
diukur didaerah yang bebas dari detail citra. Apabila harga densitas
kabut lebih bebas dari D 0,4 maka hal ini dapat diterima apabila sifat
film-film yang dipakai mempunyai nilai kecepatan nominal lebih dari
250 ASA.
3) Detail bayangan minimum terbaik biasanya tidak boleh kurang dari
densitas bersih D 0,2 diatas base/dasar ditambah harga kabut seperti
yang dijelaskan dalam pasal 4.52 diatas. Bagaimanapun juga densitas
minimum harus berada di bawah D 0,1 dan diatas dasar, ditambah
harga kabut.
4) Densitas maksimum dalam daerah-daerah penting pada negatif tidak
boleh melebihi D 1,5 diatas dasar, lain halnya pada daerah-daerah
berefleksi tinggi dimana densitas maksimum D 2,0 dapat dibenarkan.
5) Semua tanda-tanda tepi (fiducial marks) harus terlihat jelas pada
setiap negatif.
6) Panel peralatan kamera harus terlihat jelas pada setiap negatif yang
sudah diproses seperti nomer foto, nomor kamera, tanda tepi, waktu
pemotretan, tinggi terbang, panjang focus, nivo, dan informasi
lainnya.
7) Semua negative film yang dihasilkan harus terbebas dari noda-noda
bahan kimia, goresan, dan akibat lain yang merusak citra foto itu
sendiri.
Mutu Diapositif Digital
Bahan diapositif yang dipergunakan untuk triangulasi udara dan proses
ortofoto adalah duplicating film yang khusus untuk pembuatan diapositif
dengan ketebalan 0,18 mm dan belum melewati batas kadaluarsa.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 15

Kualitas tone diapositif yang dihasilkan harus uniform dan detail yang
paling terang maupun yang paling gelap terlihat dengan jelas.
Diapositif yang dihasilkan harus bebas dari noda bahan kimia, cacat pada
saat proses, dan goresan-goresan.

Kualitas Fotogrametris
Pemotretan yang diperoleh harus dijamin oleh Pemilik Pekerjaan bahwa
hasilnya secara fotogrametris dapat diterima untuk pemetaan ortofoto.
Uji coba stereo model dan dimensi negative film udara diuraikan sebagai
berikut :
1) Setelah pemrosesan negative film udara pilih satu (1) stereo-model
per lima puluh (50) model dari hasil pemotretan udara yang
mempunyai daerah terbuka yang tanahnya kelihatan disetiap posisi
agar paralaks menjadi jelas.
2) Uji coba stereo-model harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Model dipasang dalam alat restitusi analog.
b. Lakukan orientasi absolut dan relatif dengan tampakan alamiah, isi
data berikut dalam formulir.
Semua informasi yang diperlukan.
Penyetelan seluruh peralatan yang dipakai.
Posisi sejumlah besar paralaks didalam stereo-model.
Mutu resolusi model dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
BAIK
Ulangan bacaan ketinggian konsisten, ketinggiannya, garis besar bentuk
detailnya jelas, kontrasnya baik.
SEDANG
Ulangan bacaan ketinggian terdapat variasi, tapi dapat diterima sejauh
untuk keperluan pemetaan, garis besar bentuk detailnya jelas.
BURUK

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 16

Kesukaran dalam membuat bacaan ketinggian yang konstan, kontras


jelek, detailnya tidak pasti.
SANGAT BURUK
Hampir tidak mungkin membuat catatan pembacaan ketinggian, kontras
tidak jelas, keadaan tidak memungkinkan untuk mendapatkan data yang
dapat digunakan, baik untuk pemetaan garis maupun pemetaan ortofoto.
Posisi dari tanda-tanda yang berlebihan, goresan atau noda.
Hal-hal yang tidak terlihat yang dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan
selama pemrosesan peta selanjutnya termasuk pemrosesan ortofoto.
c. Jika selama diadakannya uji coba terdapat tanda-tanda
penyelesaian yang BURUK atau SANGAT BURUK, maka semua
kerangka/frame negatif film udara dimana uji coba itu dibuat harus
diperiksa dan dibuatkan suatu laporan.
3) Uji coba dimensional mencakup hal sebagai berikut :
Pilih stereo model negatif film yang asli, ukur keempat sisi dan
diagonal negative film sampai ketelitian 0,01 mm untuk
menunjukkan ketepatan fiducial mark.
4) Toleransi dimensional perbedaan antara jarak yang dikalibrasi dan
yang diukur dari setiap satu sisi tidak boleh melebihi 0,12 mm
dan/atau diukur dari setiap dua sisi tidak boleh melebihi 0,20 mm.
5) Jika suatu uji coba menunjukkan salah satu indikasi sebagai berikut :
Sejumlah besar paralaks.
Perbedaan dimensional yang melebihi toleransi.
Resolusi/penyelesaian yang sangat buruk.
Keadaan menunjukkan foto udara tidak diterima untuk pemetaan ortofoto,
jika hasil uji coba foto udara menunjukkan jumlah paralaks nol, data
dimensi masih di dalam batas toleransi, serta hasil tes resolusi
BAIK/SEDANG, maka hasil pemotretan yang telah diuji coba tersebut
dianggap dapat diterima.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 17

Apabila ternyata hasil tes menunjukkan bahwa resolusi jelek, maka pihak
Pemilik Pekerjaan dapat menolak atau menerimanya, hal ini tergantung
dari keadaan yang berlaku.

Dokumentasi dan Anotasi


1) Setiap negative foto udara diberi anotasi tinta yang mempunyai sifat
permanen sehingga tidak mudah hilang (tinta china).
2) Anotasi negative harus mengikuti tata cara anotasi Bakosurtanal
seperti contoh di bawah ini :
Anotasi per jalur terbang.
Anotasi untuk foto udara yang pertama dan yang terakhir dalam satu
jalur ditulis sebagai berikut :

A B C / D-E , FG

H / I J K / LM-N / O

Keterangan :
A : Initial pemilik pekerjaan
B : Tahun Pelaksanaan Pemotretan
C : Nama Daerah Irigasi
D : Material yang digunakan (HP=01,PCIR=02,TC=03,HPIR=04)
E : Penggunaan produksi foto (pemetaan=PEM)
F : Arah jalur terbang (derajat)
G : Tinggi terbang pesawat diatas permukaan referensi (MSL) dalam
satuan meter
H : Provinsi daerah pemotretan
I : Nama pelaksanaan pekerjaan
J : Tanggal pemotretan udara

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 18

K : Skala foto udara


L : Nomor roll film
M : Nomor jalur terbang
O : Nomor jumlah foto dalam satu jalur
Anotasi untuk negative film setelah foto pertama sampai sebelum foto
terakhir cukup ditulis sebagai berikut :

H / A J K / LM-N

Pencetakan dan Foto Indek


Pencetakan Foto Udara ukuran (23 x 23) cm hitam putih.
Pencetakan mini print harus dibuat mosaik untuk keperluan pemeriksaan
pertampalan kesamping dan kemuka.
3) Peta indek dibuat pada peta berskala 1 : 50.000 memuat gambar-
gambar jalur terbang, lokasi dan nomor urut titik utama foto udara
pertama dan terakhir pada setiap jalur, sera posisi setiap 5 (lima) foto
udara sepanjang jalur tersebut. Sumber pembuatan peta, koordinat
geografi dan proyeksi harus ditampilkan.

TITIK KONTROL TANAH


Titik kontrol tanah dalam bentuk Tugu (Benchmark) yang ukurannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku membentuk jaring segitiga meliputi
daerah yang akan dipetakan, kegunaannya untuk kontrol pemetaan dan
perencanaan pembangunan irigasi selanjutnya.
Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan menggunakan
pengamatan receiver GPS sedangkan untuk ketinggian tetap menggunkan
level tidak menggunakan elevasi dari pengamatan receiver GPS karena
ada perbedaan referensi.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 19

Desain Jaringan Titik Kontrol


Pekerjaan desain jaringan meliputi kelengkapan receiver GPS dan rencana
jaringan baseline (jarak antara benchmark) sebagai berikut :

4.1.1. Kelengkapan Receiver GPS


1) Seluruh pengamatan harus mempergunakan receiver GPS type
Geodetik yang mampu mengamati data fase.
2) Receiver GPS yang digunakan single frekuensi (L1) namun demikian
penggunaan dual frekuensi (L1+L2) lebih diharapkan.
3) Kemampuan antena sesuai dengan kemampuan receiver GPS, tidak
boleh diperpanjang melebihi standar pabrik.
4) Hindari pengamatan receiver GPS dilokasi-lokasi pemantulan sinyal
GPS mudah terjadi seperti di pantai, danau, tebing, bangunan
bertingkat atau antena harus dilengkapi dengan Ground plane untuk
mereduksi pengaruh multipath.
5) Komponen receiver GPS harus dari merk yang sama.

4.1.2. Rencana Jaringan


1) Rencana jaringan dibuat di atas peta rupa bumi skala 1 : 50.000 atau
yang lebih besar harus menunjukkan kekuatan jaringan sehingga
syarat ketelitian dapat terpenuhi (strenge of figure).
2) Pembuatan Grid minimal 8 (delapan) titik terdistribusi secara merata
ditempatkan pada wilayah peta Ortofoto atau peta garis.
3) Jumlah baseline yang membentuk jaringan tertutup paling banyak 4
(empat) buah baseline, setiap stasiun dihubungkan dengan minimal 3
(tiga) buah baseline non-trival yang diperoleh dari minimal 2 (dua)
session pengamatan yang berbeda.
4) Tiap baseline sebaiknya terdistribusi secara seragam diseluruh jaringan
daerah pemetaan yang ditunjukkan yang relatif sama.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 20

4.2. Pemasangan Benchmark (Tugu)


1) Benchmark diberi nomor dan ukuran sesuai dengan gambar 3.1, setiap
benchmark mewakili luas area 500 ha atau interval jarak 2-3 km.
2) Benchmark tersebut harus dipasang sesuai dengan kriteria berikut :
(a) Benchmark-benchmark ditempatkan pada tanah keras, hindarkan di
daerah rawa, sawah, tegangan tinggi yang akan mempengaruhi
gelombang/sinyal GPS.
(b) Benchmark-benchmark harus berada pada lokasi terbuka yang bebas
pandangan ke segala arah sehingga alat penerima GPS dapat
menerima satelit kira-kira pada radius clearance 15 derajat di atas
horizon.
(c) Benchmark-benchmark harus ditempatkan direncana saluran jaringan
irigasi
(d) Benchmark tersebut tidak harus saling kelihatan
3) Semua benchmark harus dijelaskan selengkap mungkin seperti
tercantum pada gambar 3.3, antara lain mencakup :
(a) Sketsa ukuran penampang melintang benchmark yang dibuat.
(b) Lima (5) foto benchmark dari arah utara, barat, selatan, timur, dan
atas.
(c) Sketsa lokasi dengan jarak-jarak titik detail yang ada disekitar
benchmark
(d) Sketsa gambaran umum lokasi lengkap dengan deskripsi sekitarnya.
(e) Koordinat-koordinat titik benchmark akan ditambahkan pada deskripsi
apabila perhitungannya sudah selesai.
4) Titik-titik koordinat lainnya dibuat dari patok kayu yang kuat dengan
ukuran panjang sekurang-kurangnya 30 cm dengan penampang
melintang 5 x 5 cm, ditempatkan hampir rata dengan permukaan
tanah, ujungnya diberi paku sehingga mudah ditemukan, untuk tanah

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 21

yang lebih lunak dibutuhkan ukuran panjang yang lebih dari 30 cm,
patok kayu tersebut harus tahan selama pengukuran berlangsung.

4.3. Metoda Pengamatan dan Pengukuran di Lapangan


Untuk menentukan kontrol horizontal (x,y) dilakukan dari pengamatan
receiver GPS Geodetic sedangkan kontrol vertikal (z) di ukur dengan alat
ukur Level biasa atau Level digital.

4.3.1. Pengamatan GPS


1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model
digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1 ppm(H) dan 10 mm + 2
ppm(V).
2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double
Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid
static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)
atau dual frekuensi (L1 + L2).
3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :
Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar.
Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8.
Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari.
Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang.
Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 22

Panjang Metoda Lama Lama Pengamatan(L1+L2)


Baseline(km Pengamatan Pengamatan(L
) 1)
05 Statis 30 menit 15 menit
singkat
5 10 Statik 60 menit 30 menit
singkat
10 30 Statik 90 menit 60 menit

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model penentuan


posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara dua titik,
memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan terhadap
satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan data
dengan kecepatan dan epoh yang sama.
5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin dari
minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4
(empat) epoh dalam 1 (satu) menit, masing-masing 15 (lima belas)
detik.
6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS
yang berbeda dalam satu session.
7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua)
session.
8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15
derajat.
7) Setelah session pengamatan seluruh data harus didownload dan
disimpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 23

4.3.1.1. Reduksi baseline


1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan
persyaratan strenght of figure yaitu :
a. Statistik reduksi baseline
Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari
komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh
software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :
N M
E M
H 2M
dimana M = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline.
b. Baseline yang diamati 2 (dua) kali
- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0.06 m.
- Baseline yang lebih panjang dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda
lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh
berbeda lebih dari 0,10 m
2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan
software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software
atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik.
3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam
reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.
4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
troposfer untuk semua data pengamatan.
5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 24

digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase


single tidak dapat dipecahkan.

4.3.1.2. Perataan Jaring


1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan
dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah
dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah
bereputasi baik.
2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah
perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang
berarti bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model
matematika yang digunakan).
- Daftar koordinat hasil perataan.
- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-
komponen hasil pengamatan.
- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk
jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang
digunakan.
- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

4.3.1.3 Analisa
1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :
- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk menilai
konsistensi data)
- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 25

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis


ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas
3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam
system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.
4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran
undulasi (N) atau di koreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar
lokasi.

4.3.2. Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat ukur level automatic atau
level automatic digital dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan
pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang di
buat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.
2) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu
yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat
sipat datar digital atau non digital.
3) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari
dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara
sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari
perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat
ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat
alat ditempatkan di dekat salah satu titik.
Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan kolimasinya lebih dari
0,05 mm/m. Nivo kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu
di cek secara teratur.
Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai
seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 26

4) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap


pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).
Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar
rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau
carpenters level (penempatannya harus juga dicek).
5) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak
boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.
Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk
menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan
pembidikan silang (intermediate sight).
6) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas
bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.
7) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian
dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu
pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga
rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik
tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.
8) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan
rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,
bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi h (+ dan -) harus
dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka
harus sama dengan hasil beda tinggi (h), hanya merupakan
pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak
terlihat karena data yang tidak benar.
9) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian
pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus
ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.
10) Ketelitian sipat datar sebagai berkut :

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 27

Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup, harus


diukur dua kali yaitu pergi dan pulang. Perbedaan antara kedua harga
untuk masing-masing seksi harus kurang dari 7 k mm, dimana k
adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut.
Jalur sekunder yang umumnya terikat dengan titik-titik jaringan utama
untuk kontrol foto dan titik-titik ikat pengukuran rincikan cukup satu
kali dengan ketelitian 20 k mm, dimana k adalah jarak dalam km
antara benchmark atau di sekitar jalur tertutup.

4.3.3 Pengukuran Titik Rincik


Pada saat melakukan pengukuran rincikan setiap juru ukur harus
membawa foto udara yang sudah dibesarkan skalanya yaitu skala 1 :
5.000 dengan cara men-scan diapositif foto udara hasil pemotretan
dengan menggunakan scanner presisi resolusi 2400 dpl, data digital foto
udara skala 1 : 10.000 diplot menggunakan inkjet plotter pada kertas foto
dengan perbesaran 2 kali skala foto udara sama dengan 1 : 5.000.
1) Metoda Pengukuran Rincikan (titik tinggi)
i. Di daerah pengukuran yang datar titik-titik rincikan harus diperlihatkan
pada interval antara 1 cm dan 2 cm pada peta skala 1 : 5.000 yang
berarti 50 m dan 100 m di lapangan, supaya perbedaan relief dapat
digambarkan lebih teliti, maka kepadatan titik-titik rincik tersebut
harus lebih diperbanyak lagi pada tempat-tempat yang curam, terjal
dan tempat-tempat yang tertutup tumbuh-tumbuhan.
ii. Setiap juru ukur diberi lembaran foto udara daerah yang ditentukan
yang sudah diperbesar mendekati skala peta 1 : 5.000, masing-masing
daerah yang diukur oleh para juru ukur harus saling bertampalan
sebesar 50 m pada daerah yang berbatasan sehingga jumlah
pertampalannya 100 m, penyebaran titik-titik rincik diperlukan kontrol
dari hasil sipat datar utama dengan mengikatkannya pada benchmark

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 28

tersebut.
iii. Jaring-jaring perimeter sekunder perlu diukur untuk memasukkan
benchmark atau titik-titik tinggi sementara yang sudah ditetapkan
selama pengukuran sipat datar utama dan titik-titik ikat umumnya
yang terletak pada keempat sudut dari masing-masing foto perbesaran
dan akan di pindahkan ke foto-foto perbesaran lainnya yang
bersebelahan untuk menjamin kejelasan ketinggian-ketinggian yang
telah didapatkan, selanjutnya diukur garis-garis yang saling
berpotongan dari sipat datar tersebut untuk melengkapi penyebaran
titik-titik rincik.
iv. Apabila mungkin titik rincik ketinggian ditentukan posisinya secara
identifikasi langsung, pada peta pembesaran, jika hal ini tidak mungkin
untuk menentukan lokasi titik rincik digunakan tacheometri.
v. Posisi titik rincik di identifikasi sudut horizontal, jarak, dan tinggi
semuanya di catat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik
rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan, sungai.
vi. Identifikasi titik-titik rincik harus dicocokkan dengan sudut dan jarak
yang sudah diukur, dan apabila sudah pasti maka titik-titik tersebut
akan di anotasi dan di plot pada foto perbesaran, posisi alat dan titik-
titik yang di bidik harus di anotasikan pada foto perbesaran tersebut.
vii. Jarak lihat ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 100 m (2 cm
dipeta).
viii. Untuk daerah yang luas (misalnya : hutan yang mencakup seluruh foto
perbesaran) penentuan tinggi titik rincikan harus dihubungkan dengan
jaringan utama yang secara khusus dianggap sebagai kontrol
perimeter untuk tinggi titik rincikan, panjang maksimum yang
dilakukan dengan cara tacheometri adalah 2 km (memotong satu
lembar foto perbesaran), tinggi titik dengan cara tersebut diplot pada
kertas transparan yang kemudian digabungkan dengan peta ortofoto

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 29

apabila peta tersebut telah mencantumkan titik tinggi dan kontur.


ix. Untuk daerah kecil dimana identifikasi sukar dilakukan, penentuan titik
rincik ketinggian dapat dilakukan dengan cara tacheometri antara titik-
titik yang diidentifikasi pada perbesaran, jaring tersebut diplot pada
kertas transparan, untuk daerah yang datar pengeplotan bisa
dilakukan pada foto perbesaran kemudian dilakukan penelitian ulang
untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan hasil identifikasi atau
detail foto sehingga ketinggian titik rincik boleh dipindahkan ke foto
perbesaran, jika pada medan yang tidak teratur dimana distorsi
ketinggian dalam perbesaran sangat menyolok ketinggian titik rincik
diplot langsung ke peta ortofoto.
x. Pada kedua kasus di atas, hasil pengamatan harus dianotasi pada
lembar pengamatan sebagai Tidak Dapat Diidentifikasi. Jalur poligon
digambarkan secara kasar dan ditandai dengan garis putus-putus pada
foto pembesaran.
xi. Cara tacheometri hanya dapat digunakan untuk penentuan tinggi titik
rincik di daerah curam dan atas persetujuan pemilik pekerjaan.
2) Pengukuran Ketinggian Titik Rincik
i. Pada setiap sawah harus diukur tinggi titik rincik kira-kira jaraknya
lebih dari 50 x 50 m.
ii. Daerah pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik
kira-kira 75 m, daerah sawah yang kering, rambu ukur harus
ditempatkan tepat ditengahnya guna meningkatkan hasil identifikasi
dan anotasi, daerah sawah basah, rambu ukur ditempatkan di tepi
sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur tidak boleh
ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut, tetapi diletakkan setinggi
permukaan tanah sawah.
iii. Lokasi titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan antara
kampung dan sawah, satu pada sawah yang lainnya di kampung,

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 30

apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut harus


ditempatkan satu pada jalan dan titik lainnya pada kedua sisi sawah.
iv. Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar lembah baik yang
memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada punggung bukit
serta pada titik bukit yang teratas, seluruh jalur-jalur yang ada tempat
air mengalir harus diukur (seperti : kanal, sungai, selokan) dan
ditandai pada peta hasil pembesaran dengan tanda panah sesuai arah
alirannya.
Jika sungai dangkal dan kering titik rincik ketinggian ditempatkan di
sepanjang dasar sungai dan bagian atas tebing dengan interval 50
meter, apabila aliran sungai ternyata tidak tampak pada foto
perbesaran, ini akan diamati dengan cara tacheometri untuk
menentukan bentuk sungai, misalnya tikungan, pertemuan dua sungai
kecil.
v. Daerah rawa harus ditentukan juga titik rincik yang meliputi keliling
daerah rawa, pemegang rambu harus masuk ke rawa sampai dengan
setinggi lutut.
vi. Daerah yang berhutan lebat jalur pengukuran akan banyak terputus,
pengukuran dilakukan pada satu jalur tunggal yang diorientasikan oleh
kompas untuk menjaga keseragaman, jalur-jalur paralel berjarak 100
meter, dalam hal ini terserah pada pihak pemilik pekerjaan berhubung
pengukuran susulan bisa saja dilakukan setelah hutan ditebang, garis-
garis jalur harus bermula dan berakhir pada titik kontrol yang sudah di
ketahui, bisa pada titik yang dipakai selama pengukuran jaring-jaring
koordinat kontrol planimetri atau pada titik-titik detail yang dapat
dilihat pada foto.
vii. Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di
lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahan-
perubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 31

dicantumkan dalam foto udara.


viii. Ketelitian Titik Rincik Ketinggian sebagai berikut :
Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa
ketelitiannya sebelum dipindahkan ke foto perbesaran.
Ketinggian relatif untuk tinggi rincikan harus memenuhi ketelitian 5
cm.
Harga tinggi titik rincikan dihitung sampai dengan sentimeter, posisi
titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari harga
ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan tanda
panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor lokasi
sebelumnya.
Semua titik rincikan yang diberi nomor harus jelas sehingga
pemeriksaan yang dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada
tahap berikutnya akan lebih mudah.

4.3.4 Identifikasi Lapangan


Identifikasi lapangan adalah proses pengumpulan data dari lapangan baik
untuk kelengkapan pembuatan peta ortofoto maupun peta garis,
dilaksanakan dengan membawa foto yang sudah dibesarkan skala 1 :
5.000, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Batas Administrasi, garis batas administrasi pemerintahan (batas
provinsi, kabupaten, kecamatan, dan batas desa/kelurahan) harus di
identifikasi dimana letak garis batas harus di konfirmasi dengan
instansi pemerintah terkait, pemerintah setempat.
2) Nama dan fungsi bangunan, semua detail bangunan harus di lengkapi
dengan data yang menyangkut fungsi bangunan/penggunaan dan
namanya antara lain :
Bangunan perkantoran baik pemerintah dan swasta.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 32

Bangunan yang berfungsi sebagai tempat pendidikan seperti TK, SMP,


SMU dan Perguruan Tinggi.
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan masyarakat
seperti kantor pos, Rumah Sakit, Kantor Kecamatan/Kelurahan/Desa,
Pasar, Hotel.
Bangunan yang berfungsi sebagai tempat ibadah seperti Masjid,
Gereja, Vihara dsb.
Bangunan yang merupakan perumahan.
Nama Jalan harus jelas.
Nama Sungai dan Aliran, Danau, Bendung, Bendungan, dsb harus
jelas.
Nama Daerah Irigasi dan Rawa yang sudah ada batas-batasnya harus
jelas termasuk sumber airnya.
Pertanian yang sudah ada harus jelas batas-batasnya, sawah, ladang,
tambak, kelapa, karet, tebu dsb.
Untuk tanaman penduduk sebagai tanaman pelengkap atau tumpang
sari cukup di tulis sebagai ladang.
Kuburan, untuk area kuburan cukup di tulis kuburan tidak perlu di tulis
jenis kuburan.
Titik Kontrol, harus di identifikasi di tandai dan di catat.

4.4 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di


Lapangan
Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di lapangan harus
mengikuti ketentuan di bawah ini.

4.4.1 Pencatatan

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 33

1) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan


dengan menggunakan software dari distribusi alat-alat merk apa saja
dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.
2) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar
pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut
nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan-
penjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan
udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tandatangan
pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.
3) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan
kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang
telah diulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas
sehingga bisa saling dicocokkan.

4.4.2 Reduksi
1) Koordinat (x,y) perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan
diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi
koordinat (x,y) termasuk juga koreksi bias ionosfer, troposfer,
kesalahan titik nol alat, dan koreksi faktor skala dimana dianggap
perlu.
2) Pengamatan di lapangan perlu direduksi setiap harinya lalu
ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana
pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi
nomor referensi agar mudah dicari bilamana diperlukan dikemudian
hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh
dibawa ke lapangan lagi.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 34

4.4.3 Pemrosesan
1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah
pengamatan telah sesuai dengan standar ketepatan.
2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :
Pengecekan hasil penghitungan koordinat.
Pengecekan penutup koordinat tertutup.
Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.
Penyesuaian kesalahan koordinat.
Penghitungan dari x dan y untuk mencek hasil planimetrik.
3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :
Pemeriksaan hasil hitungan dari Bacaan belakang, Bacaan muka,
Perbedaan tinggi (h).
Perhitungan h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark)
dan kontrol foto.
Perhitungan dari tiap loop/kring.
Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar
memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan
rincik ketinggian nantinya.
4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan
batas-batas triangulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
kelambatan pada tahapan selanjutnya.
5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil
pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor
pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.
6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik
triangulasi yang ada di lapangan.
7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti
bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama
dengan:

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 35

salah-penutup dalam simpangan timur


--------------------------------------------------- x jarak akumulasi
jumlah jarak poligon seluruhnya
Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara.
8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang
didaftar di bawah ini harus diserahkan kepada pihak Pemilik pekerjaan
untuk mendapatkan persetujuan sementara.
Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark.
Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol
atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama
dengan jumlah titik dalam setiap seksi.
Kesalahan penutup linier x, y dari setiap loop atau jalur koordinat
antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih
dengan jumlah titik.
Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai
lagi.
9) Setidak-tidaknya dilaksanakan perataan kuadrat terkecil asalkan
kegiatan ini tidak akan menyebabkan tertundanya proses berikutnya,
perataan lebih baik dilakukan sebelum triangulasi udara.

5. TRIANGULASI UDARA
Triangulasi udara adalah untuk menentukan koordinat (x,y,z) titik-titik
kontrol minor melalui fotogrametris yang kegiatannya meliputi persiapan,
pemilihan titik model, pemindahan titik model, pembacaan koordinat
model, proses perataan udara (block adjustment) dan pembuatan indek
model dimana alat yang digunakan harus salah satu jenis dari yang
disebutkan dibawah :
Plotter Analitik.
Comparator.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 36

Alat Plotting Stereo Presisi atau


Soft Copy Photogrametri.

5.1 Persiapan Triangulasi Udara


Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan seleksi foto udara yang paling
cocok dan pembuatan diagram foto untuk triangulasi udara dan
pembuatan ortofoto dengan ketentuan seperti dibawah ini :
1) Foto udara menunjukkan pertampalan, foto udara minimum
pertampalan ke samping 30 % dan pertampalan ke muka 60 %, bebas
dari awan, bebas dari bayangan awan sehingga menutupi detail foto,
pantulan air, hindari pertampalan ke samping dan ke muka jika ada
perbedaan gelap dan terang, hindari kesenjangan di antara foto.
2) Harus dibuat diagram foto udara diatas peta skala 1 : 50.000 dimana
dijelaskan topografi dari daerah yang bersangkutan dan batas
administrasinya.
3) Diagram foto harus menunjukkan secara grafis dan numeris hal-hal
berikut :
Kesenjangan (gap) pada foto udara
Daerah berawan
Pertampalan lebih kecil dari 30 % (ke samping) dan 60 % (ke muka)
Titik utama, nomor foto, dan nomor jalur
Danau, sungai, garis pantai, dan rawa-rawa
Batas pemetaan yang diusulkan
Gambaran topografi lainnya
4) Diagram harus di identifikasi, diberi nomor, skala, tanggal seperti
contoh dibawah ini :

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 37

5.2 Penentuan Titik Model dan Pemberian Tanda


Titik model adalah sembarang titik yang ada di daerah pertampalan ke
muka dan ke samping dimana koordinatnya (x,y,z) didapat dari triangulasi
udara dengan cara fotogrametris, pemilihan titik model mengikuti
ketentuan berikut :
1) Setiap stereo model yang dipersiapkan untuk triangulasi udara
sekurang-kurangnya mempunyai 6 titik model yang tersebar pada
posisi yang lazim, masing-masing diberi tanda lingkaran dengan
diameter 0,75 cm dan nomor pada diapositif digital dan cetakan foto.
Titik-titik ini akan digunakan untuk menghubungkan model-model di
sebelahnya yang terdapat pada jalur yang sama. Jika ada pertampalan
sisi antar jalur yang berdampingan maka titik-titik model harus dipilih
dalam batas pertampalan sehingga terdapat suatu ikatan antara jalur-
jalur tersebut. Titik tersebut boleh dipakai untuk 2 macam keperluan
(sebagai titik penghubung dalam jalur yang bersangkutan dan sebagai
titik pengikat antara jalur-jalur) asal saja saat melakukan pemindahan
titik-titik tersebut sudah tepat.
2) Jika perlu diadakan penyambungan jalur-jalur foto udara arah ke
samping dan ke muka, maka diperlukan pertampalan sekurang-
kurangnya terdiri dari satu stereo-model penuh.
3) Titik kontrol yang ditempatkan pada posisi yang lazim, sebaiknya tidak
digunakan sebagai titik model, jika suatu titik kontrol digunakan
sebagai suatu titik model, maka titik model ini sama sekali tidak boleh
dipindahkan selama dilakukan penyesuaian triangulasi udara.
4) Apabila mungkin titik model akan dipilih pada stereo model di
permukaan tanah pada daerah yang rata dan detailnya cukup terang
sehingga kedudukan titik tersebut dapat lebih jelas dan sebaiknya
hindari bayangan yang bertentangan.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 38

Harus dijamin agar titik pada model yang berdampingan adalah


merupakan titik yang sama dalam penggabungan titik.
5) Jika terdapat pertampalan sisi (lateral overlap) yang berlebihan, maka
diperlukan suatu pola titik-titik model yang zigzag (saling silang)
6) Titik kontrol foto yang telah dipilih pada paper print dipindahkan pada
diapositif film dan dilanjutkan pricking model demi model yang saling
pertampalan ke muka dan ke samping, untuk ketepatan pekerjaan ini
digunakan alat pricking yaitu point transfer device Wild PUG 4 atau
yang setingkat.
7) Djarum pricking maksimum yang diizinkan untuk tanda diapositif
digital tersebut, adalah 60 mikro
8) Penomoran titik-titik model harus uniform.
9) Penomoran model-model di seluruh proyek harus dari 1 (satu) sampai
ke model N dimana N adalah sama dengan jumlah model-model
stereo yang akan diukur selama proses triangulasi udara, atau sistem
penomoran lain yang telah disepakati oleh Pelaksana Pekerjaan
dengan pihak Pemilik Pekerjaan.
10) Jika suatu titik model ditempatkan pada suatu posisi yang tidak ideal,
umpamanya pada ketinggian pohon atau di dalam bayangan awal,
maka harus ada catatan keadaannya ini.
11) Stereo model yang diperlukan untuk pembuatan ortofoto tetapi yang
tidak penting untuk triangulasi udara harus mempunyai sekurang-
kurangnya 6 (enam) koordinat untuk memungkinkan dilakukannya
pemberian skala dengan praktis. Pada umumnya model-model yang
bersebelahan. Model-model tersebut boleh dihilangkan, jika memang
tadinya dipakai, apabila tidak memperjelek blok secara keseluruhan
maupun blok-blok yang bersebelahan.
12) Pemilihan, penandaan dan pemindahan titik-titik model harus
dilakukan dengan amat sangat berhati-hati. Apabila timbul kesulitan

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 39

pada tahap penyesuaian, maka pihak pelaksana pekerjaan harus


bersedia untuk kembali lagi ke tahap permulaan/persiapan dan ke
pemilihan titik kontrol pemindahannya.

5.3 Pemindahan dan Penandaan Titik Kontrol


Pemindahan dan penandaan titik kontrol tujuannya adalah pemindahan
titik kontrol dari cetakan foto ke diapositif dan titik kontrol tersebut diberi
nomor, pemindahan dan penandaan titik kontrol harus mengikuti
ketentuan seperti dibawah ini :
1) Setiap titik kontrol hasil identifikasi lapangan harus dipindahkan dari
cetakan foto ke diapositif digital asli.
2) Suatu titik kontrol tanah harus di tandai pada diapositif digital dengan
menggunakan alat stereoskopis pemindahan titik, yang setingkat
dengan WILD PUG 4 dengan ukuran maksimum yang diizinkan untuk
tanda diapositif digital tersebut adalah diameter 60 mikro.
3) Pemindahan titik dari cetakan foto ke diapositif digital harus teliti
sekali.
4) Pemindahan suatu titik kontrol, maka harus di buat catatan mengenai
keadaannya dan di buat sedemikian rupa agar dapat di lihat setiap
waktu.
5) Penomoran titik kontrol di seluruh proyek sesuai dengan keinginan
pemilik pekerjaan, tetapi jenis-jenis kontrol tersebut seperti : premark,
kontrol horizontal, kontrol vertikal dan sebagainya, harus mudah
diketahui dengan sistem penomoran yang dipakai tersebut.

5.4 Pembuatan Diagram Foto


Pembuatan diagram foto tujuannya adalah sebagai dasar pengamatan
fotogrametris dimana ketentuannya sebagai berikut :

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 40

1) Pelaksana Pekerjaan harus menyusun, suatu Diagram (diagram)


Persiapan (lihat gambar 6.1) setelah selesainya pemilihan titik-titik
model, dengan skala yang memadai, yang merinci hal-hal berikut :
Titik-titik utama pada foto yang digunakan selama proses triangulasi
udara dan pembuatan peta ortofoto, lengkap dengan nomor foto dan
nomor jalur. Titik-titik utama foto udara yang digunakan hanya untuk
produksi ortofoto, harus ditandai dengan simbol yang berbeda dengan
simbol pada diagram seleksi foto udara untuk keperluan triangulasi
udara.
Semua titik-titik kontrol yang sudah di beri nomor dan tanda sesuai
dengan klasifikasinya, dan berada pada posisi yang relatif tepat
dengan titik-titik utama tersebut.
Semua titik-titik diberi nomor dan tanda sesuai dengan klasifikasinya
dan berada pada posisi yang relatif tepat dengan titik utama (agar
lebih jelas nomor titik model dapat dihilangkan)
Setiap batas dan nomor stereo-model yang akan digunakan untuk
proses triangulasi udara.
Batas masing-masing pertampalan (nomor model tidak diperlukan
hanya untuk keperluan produksi ortofoto saja (Hal ini merupakan
suatu pengecualian lihat 6.212).
Batas-batas pemetaan proyek dan blok PAT-B
Danau, sungai besar dan tepi pantai.
2) Diagram foto harus diidentifikasi dengan jelas, mempunyai skala,
bernomor, bertanggal dan dibuat dalam bentuk yang sama,
berdasarkan diagram seleksi foto udara (lihat 5.2 di atas). Diagram
tersebut nantinya dapat berfungsi sebagai Diagram Hubungan
(Connection Diagram), lihat 6.6.15 berikut ini).

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 41

5.5 Pengamatan Fotogrametri


Pengamatan fotogrametri atau triangulasi udara tujuannya adalah
memperbanyak titik kontrol minor dengan fotogrametri dengan cara
triangulasi udara dimana ketentuannya seperti dibawah ini :
1) Penentuan koordinat secara fotogrametri dari semua titik kontrol dan
titik-titik model harus dilaksanakan dengan metode triangulasi udara
yang sudah diakui, dan untuk penyesuaian data digunakan program
PAT-M atau PAT-B (atau program lain yang disetujui oleh Direktorat),
dengan di kontrol horizontal dan vertikal (lihat bagian 3.3, dan 3.4).
2) Semua proses triangulasi udara harus diselesaikan dengan
menggunakan alat restitusi analog yang mempunyai ketelitian tinggi
(First Order) atau analiytical plotter, atau stereo comparator, alat yang
dipilih harus bisa dihubungkan pada suatu alat pencatat data
elektronik untuk memperoleh hasil koordinat-koordinat model
fotogrametri yang teliti.
3) Pelaksana Pekerjaan harus menjelaskan di dalam usulan, mengenai
peralatan dan metode yang akan digunakan, berikut laporan terbaru
mengenai pemeliharaan perbaikan dan kalibrasi.
4) Perlunya pencatatan data yang akurat selama penentuan koordinat
dan dalam perhitungan pusat perspektif jangan terlalu dilebih-
lebihkan, selanjutnya pelaksanaan pekerjaan harus bertanggungjawab
terhadap standar ketelitian yang ditentukan dalam melaksanakan
pekerjaan yang bersangkutan.
5) Pelaksana pekerjaan yang memakai peralatan untuk triangulasi udara
yang memerlukan perhitungan pusat perspektif boleh menghitung
harga-harga itu selama dilakukan pengamatan triangulasi udara atau
menggunakan fasilitas yang disediakan oleh program paket PAT- M
atau PAT-B.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 42

6) Semua catatan dan berkas yang membuat koodinat-koordinat tiap


model hasil triangulasi udara, harus disimpan oleh pelaksana
pekerjaan, untuk pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pemilik
pekerjaan (Direktorat Irigasi).

5.6 Perataan Blok


Penyesuaian blok tujuannya adalah sebagai dasar pembuatan peta
ortofoto dan peta garis dimana ketentuannya seperti dibawah ini :
1) Penyesuaian blok triangulasi udara dapat diselesaikan dengan
menggunakan paket Program PAT-M atau PAT-B atau program yang
setingkat dan disetujui terlebih dahulu oleh pemilik pekerjaan.
Sebelum proses penyesuaian seluruh blok, diajukan agar data-data
yang akan dipakai harus sudah disaring dengan cara melaksanakan
penyesuaian strip-strip atau blok dan memeriksa hasil-hasilnya.
2) Koordinat-koordinat tanah untuk titik-titik kontrol hasil pengamatan di
lapangan akan dimasukkan ke dalam program untuk melakukan
perataan.
3) Untuk keperluan PAT-M atau PAT-B haruslah diyakinkan bahwa titik
kontrol (x,y,z) tidak boleh digunakan sebagai titik ikat, kecuali kalau
semua titik-titik tersebut sudah diseleksi dan sudah diberi tanda, bisa
digunakan sebagai titik ikat (x,y,z).
4) Ketelitian yang diperlukan pada setiap titik kontrol minor dan titik
kontrol tanah setelah dilakukan perataan harus sedemikian rupa agar
harga-sisa (residual value) tidak melampaui harga-harga berikut :
Titik Kontrol Minor
Horizontal (x,y), tidak lebih besar dari 25 mikron.
Tinggi (z), tidak lebih besar dari 0.01 % dari tinggi terbang .
Titik Kontrol Tanah
Horizontal (x,y), tidak lebih besar dari 40 mikron skala foto

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 43

Tinggi (z), tidak lebih besar dari 0.01 % dari tinggi terbang daerah datar
sedangkan untuk daerah curam tidak boleh lebih besar dari 0.03 %
dari tinggi terbang.
5) Pelaksana pekerjaan harus mengadakan penelitian untuk mengetahui
asal/sumber kesalahan jika titik kontrol melebihi apa yang telah
ditentukan, harus dibuat catatan penelitian tersebut, dan disimpan
untuk diperiksa oleh pemilik pekerjaan.
6) Jika pada suatu ketika tidak diperoleh jawaban yang memuaskan dari
kesalahan titik kontrol, maka diadakan pengamatan ulang di lapangan
jika tidak tersedia titik pengganti.
7) Dalam keadaan bagaimana pun, titik-titik kontrol sama sekali tidak
boleh dipindahkan dari perataan tersebut.
8) Pelaksana pekerjaan harus melakukan penelitian untuk mengetahui
sumber-sumber kesalahan sesudah dilakukan perataan, apabila sisa
kesalahan fotogrametri melampaui sebagai berikut (lihat 6.6.5) :
Titik-titik Model
Standar ketelitian kontrol x 1,5
Pusat perspektif
Standar ketelitian kontrol x 3,0
9) Penelitian tersebut mencakup beberapa atau semua hal-hal berikut :
Kebenaran data penomoran titik dan model.
Ketelitian dalam pemindahan titik antar model.
Kemungkinan tidak bersambungnya masing-masing titik-titik yang
membawa akibat serius pada blok.
Pengamatan ulang model sehingga menjadi jelas pada permulaan atau
sesudah dilakukannya pengamatan ulang.
10) Titik-titik model boleh dipisahkan (dengan penomoran kembali pada
satu model atau lebih) dengan mengikuti kriteria sebagai berikut :

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 44

11) Jika terjadi pemberian nomor ulang hendaknya diperhatikan agar


semua dokumen yang bersangkutan dirubah sesuai dengan yang baru.
12) Pemisahan titik model antar strip harus sedikit mungkin, usahakan
tidak lebih dari 5% untuk seluruh blok, pemisahan titik pada model-
model yang berurutan tidak diperkenankan.
13) Tidak diizinkan memisahkan titik pusat perspektip.
14) Walau bagaimanapun, titik-titik model tidak boleh dihapus dari
perhitungan perataan.
a. Jumlah hitungan interasi yang dilakukukan untuk (x,y,z) harus
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang paling pantas (seperti
perbedaan maksimum koordinat titik (x,y) dan (z) dengan koordinat
akhir (x,y) dan z sedangkan interasi tidak boleh lebih dari 0,5 m). Jika
koreksi kelengkungan bumi dan koreksi refraksi pada PAT-M atau PAT-
B digunakan, maka sekurang- kurangnya perlu ditambahkan sepasang
step interasi lagi, sesudah step tersebut digunakan.
b. Ketelitian perataan titik-titik model dalam blok bersebelahan tidak lebih
besar dari :
Horizontal (x dan y)
0,5 mm x denominator (bilangan penyebut) skala akhir peta
Vertikal
Kontur hasil pengukuran lapangan
z x Interval Kontur
Kontur hasil fotogrametri
1 x Interval Kontur
c. Sesudah perataan selesai, maka pelaksana pekerjaan harus
mempersiapkan diagram hubungan (Gambar 6.2) yang merinci :
Semua stereo model (diberi nomor).
Semua titik model dan titik kontrol (diberi nomor), (kecuali pada 6.4.1
(c)).

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 45

Garis hubungan untuk memperlihatkan model-model setiap titik


tersebut untuk itu harus dipakai warna yang kontras dan jelas.
Tiap-tiap yang diulangi penomorannya harus dicatat dengan jelas
14) Apabila pelaksana pekerjaan telah yakin bahwa tingkat hasil perataan
memuaskan perbandingan dengan blok di dekatnya, maka dibuat
Diagram Hubungan dua (2) salinan dari hasil hitungan penyesuaian
dan dua (2) salinan dari Diagram Hubungan.
15) Seluruh hasil perataan dan diagram hubungan yang diterima
Direktorat akan dipertimbangkan apakah hasil tersebut dapat diterima
seluruhnya atau sebagian.
16) Apabila pemilik pekerjaan puas karena ketelitian memenuhi syarat
maka perataan dapat disetujui dan dilanjutkan proses fotogrametri,
kecuali untuk blok yang hanya sebagian saja yang disetujui, maka
masing-masing model diklasifikasikan sebagai berikut :
Model yang disetujui untuk pembuatan ortofoto dan kontur.
Model yang disetujui hanya untuk pembuatan ortofoto.
Model yang dihilangkan menggunakan koordinat-koordinat dari blok
sebelahnya.
Model yang ditolak disebabkan hasil perataan tidak memenuhi syarat.
Suatu model yang dianggap tidak cukup pengontrolnya dalam x,y atau
z dan yang bukan bagian dari blok yang bersebelahan, akan diberi
catatan sebagai semi kontrol. (catatan hal tersebut akan ditambahkan
pada referensi lembar peta yang bersangkutan pada waktu diadakan
penyelesaian).
17) Pihak pemilik pekerjaan akan menandai secara jelas pada print-out
blok, blok mana yang sudah sepenuhnya disetujui dan tidak akan
diberi tanda, tidak diizinkan menggunakan salinan (copy) selain salah
satu dari kedua dokumen tersebut.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 46

18) Pelaksana pekerjaan menerima satu salinan print-out perataan dan


diagram hubungan diberi catatan.
19) Hasil perataan sementara (print-out) harus diserahkan kepada pemilik
pekerjaan untuk disimpan sampai hasil akhir perataan disetujui.
Segera setelah hasil seluruh perataan disetujui, maka seluruh laporan
penyusunan sementara tersebut harus dimusnahkan oleh pelaksana
pekerjaan, untuk menghindari penyalahgunaan data yang tidak
disetujui.
20) Tidak ada proses fotogrametri dilakukan sampai keseluruhan perataan
disetujui seluruhnya.

5.7 Digital Elevasi Model (DEM)


Digital Elevasi Model maksudnya adalah melakukan pengeplotan terhadap
titik-titik yang diamati ketinggiannya dan dapat dianggap mewakili bentuk
dari relief permukaan tanah, menggunakan alat stereoplotter yang
dilengkapi komputer dan software dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Proses DEM point dilakukan dari model ke model yang mencakup
seluruh daerah pemetaan.
2) Sebelum dilakukan pengambilan data, DEM terlebih dahulu dilakukan
orientasi baik orientasi dalam, relatif, absolut, dengan memperhatikan
elemen orientasi (kappa, omega, phy, bx, by) dan besarnya
penyimpanan tinggi maupun planimetris untuk setiap model.
3) Pengambilan DEM point dilakukan dengan metoda teratur bentuk grid,
dimana jarak antara titik DEM sekurang-kurangnya 100 m untuk
daerah datar, 50 m untuk daerah yang relatif sedang, 25 m pada
daerah terjal.
4) Selain data tinggi diatas, untuk menghasilkan bentuk permukaan
tanah yang sama dengan bentuk relief, sebenarnya pada foto udara
ambil data tinggi yang dapat mewakili setiap break line yang ada.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 47

5) Teknik pengambilan DEM point untuk break line diuraikan sebagai


berikut :
Sungai, sungai diamati ketinggiannya sepanjang tepi air sungai (kiri-
kanan) dengan kerapatan pengambilan data disesuaikan dengan
kondisi relief.
Punggungan, punggungan bukit diamati sepanjang punggungan
dengan kerapatan disesuaikan dengan topografi punggungan bukit.
Jalan, diamati sepanjang garis tengah jalan.
Selokan besar, selokan besar diamati pada garis tengah selokan.
Garis aliran air, garis aliran air di perbukitan diamati dengan kerapatan
disesuaikan dengan bentuk topografi semakin terjal semakin rapat
pengamatannya.
6) Selesai pengamatan DEM pada model tersebut, lakukan penarikan
kontur dengan interval kontur 1.0 m secara teliti dan di simpan dalam
format interchange drawing sehingga dapat digunakan untuk
keperluan selanjutnya.

6. PEMROSESAN DAN PERAKITAN PETA ORTOFOTO


Proses pembuatan peta ortofoto digital skala 1 : 5.000 adalah dari hasil
pemotretan foto udara yang telah mempunyai titik kontrol koordinat tanah
digitalisasi dengan software Orto Engine (PCI Versi 9.1), dimana
kegiatannya meliputi pekerjaan berikut :
Scanning Foto Udara.
Ortofoto Digital.
Editting dan Entry data.

6.1 Peralatan dan Bahan

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 48

1) Harus dijelaskan pemeliharaan, kalibrasi, servis dan informasi


peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan peta ortofoto
digital.
2) Pembuatan positif dari ortofoto digital harus menggunakan kertas
yang stabil atau menggunakan kertas yang cocok.
3) Screen yang digunakan harus mempunyai 133 dot screen (atau lebih
banyak) artinya 133 dot pada setiap inci membentuk sudut 450
terhadap ujung lembar peta bagian sebelah bawah (sebelah selatan),
dot yang membentuk citra half one ini harus tajam dengan ukuran
maksimum dan minimum 8 % dan 20 % sesuai dengan densitas citra
1,3 dan 0,3 pada ortofoto digital.

6.2 Scanning Foto Udara


Maksud scanning foto udara adalah untuk mendapatkan image foto udara
dalam bentuk digital dari diapositif foto udara skala 1 : 10.000 yang sudah
dilengkapi titik-titik kontrol minor hasil triangulasi udara dengan ketentuan
berikut :
1) Diapositif yang digunakan harus diperiksa dulu agar dapat menjamin
kualitas ortofoto digital, jika ada goresan, noda atau kerusakan maka
diapositif digital harus diganti.
2) Mengganti diapositif akibat kerusakan dan sebagainya harus
diperhatikan agar model dan titik kontrol dipindahkan secara akurat
dengan menggunakan alat stereoskopis yang dilengkapi dengan alat
pemindahan titik, citra kualitas diapositif yang diganti harus sama
dengan sebelumnya.
3) Diapositif yang telah diganti harus disimpan pelaksana pekerjaan
diberi tanda yang jelas untuk menghindari agar tidak terpakai pada
saat proses ortofoto digital.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 49

4) Setiap diapositif yang dihasilkan harus memuat minimal 9 (sembilan)


titik koordinat (x,y,z), sekurang-kurangnya 6 (enam) dari titik-titik
tersebut harus ditandai dan harus kelihatan dengan jelas. Persyaratan
ini berguna untuk mengecek ketepatan ukuran dan membantu selama
tahap perakitan, jika perlu tanda yang dibuat untuk keperluan
triangulasi udara ditambah dan titik-titik tambahan tersebut bisa
dipindahkan dari diapositif sebelahnya dengan menggunakan alat
pemindah stereoskopis, dengan cara ini menggunakan seluruh foto
udara tunggal (bukan dari model stereo).
5) Scanner yang digunakan scanner fotogrametri yang dilengkapi dengan
komputer dan software yang mempunyai resolusi tinggi 2400 dpl.

6.3 Proses Ortofoto Digital


Metoda ortofoto digital merupakan cara ortofoto analistis dengan
menggunakan perangkat lunak tertentu dimana foto yang akan diproses
orto telah berbentuk data digital yang merupakan proses dari scanning
dimana kegiatannya meliputi geoferencing dan proses ortofoto digital.

6.3.1 Geoferencing
Geoferencing adalah suatu metoda atau cara untuk menghubungkan
koordinat dari koordinat foto ke koordinat tanah, ketentuannya sebagai
berikut :
1) Menghubungkan koordinat foto udara digital ke koordinat tanah
menggunakan software PCI.
2) Pada tahapan pekerjaan ini diperlukan data kalibrasi kamera dan
koordinat titik minor dan titik kontrol hasil triangulasi udara.
3) Melakukan pengamatan pada titik kontrol minor yang ada pada foto
udara dan fidusial mark foto udara.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 50

4) Ketelitian titik minor dan fidusial mark tidak lebih besar dari 12
micron.

Foto
udara
digital Proses
Foto udara
Geofere
yg sudah
ncing
dikoreksi
Data
kalibrasi
kamera &
AT

6.3.2 Ortofoto Digital


Proses Ortofoto digital merupakan proses rektifikasi differensial foto udara
digital secara analitis, proses ini full automatic pada komputer dengan
menggunakan perangkat lunak khusus untuk pengolahan ortofoto,
mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1) Data yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini data foto udara digital yang
sudah dikoreksi dan digital elevasi model (DEM point) .
2) Memasukkan data-data (parameter) seperti yang disebut no 1)
sebagai data input, data-data tersebut akan menentukan bentuk,
ukuran, skala, resolusi, dan tone.
3) Pelaksana pekerjaan harus berusaha mengurangi semaksimal mungkin
variasi tone (tonal variations) antara positif-positif ortofoto digital yang
berdekatan agar hasil fotografi tetap baik.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 51

4) Perbedaan tone yang menyolok, ortofoto digital yang berdampingan,


akan ditolak oleh pemilik pekerjaan yang selanjutnya akan
menginstruksikan dilakukannya tinjauan ulang model-model yang tidak
dapat diterima tersebut.
5) Jika tidak dapat dihindarkan adanya variasi tone antara ortofoto digital
yang berdampingan maka usaha untuk memperbaiki keadaan tersebut
dapat dilakukan dengan pengulangan pada tahap produksi selanjutnya
nanti.

parameter
Foto udara
digital
skala
1:5.000 Proses
ortofoto foto
digital dgn ortofoto
software digital
Data DEM jg PCI
sudah
dirapatkan

6.3.3 Mosaik Digital


Pembuatan mosaik pada skala foto udara 1 : 10.000 dengan ketentuan
sebagai berikut :
Edge matching dari image foto ortofoto yang berurutan.
Menyamakan tone dari mosaik tersebut.
Menajamkan image mosaik .
Melakukan pemotongan image sesuai dengan lembar petanya.
Melakukan perbesaran skala image dari skala 1 : 10.000 ke Skala 1 :
5.000.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 52

Catatan : Tahapan edge matching sampai dengan melakukan pemotongan


image dilakukan dengan menggunakan software PCI
sedangkan tahap perbesaran menggunakan software Adobe
Photoshop.

6.4 Editing dan Entry Data


Setelah proses pemotongan image foto selesai, untuk menjadi peta
ortofoto harus dilengkapi dengan informasi hasil identifikasi lapangan dan
memenuhi kaidah peta, ketentuan dan informasi yang harus ada pada
peta ortofoto digital sebagai berikut :
1) Ukuran peta ortofoto digital 50 cm x 50 cm yang mencakup daerah
seluas 2,5 km x 2,5 km dengan skala 1 : 5.000 dan garis-garis grid
UTM setiap interval 500 m.
2) Jaringan garis-garis grid dengan interval jarak tiap 10 cm diberi tanda
garis silang dengan panjang garis 1 cm dan tebal 0.2 mm, setiap garis
diberi notasi yang lengkap, dengan menggunakan harga-harga
koordinat planimetris.
3) Arah utara, skala grafis dan numeris digambarkan secara jelas, grid
tercakup di dalam peta.
4) Setiap peta saling bertampalan sekurang-kurangnya 1 garis grid penuh
sepanjang pertampalan tersebut.
5) Penomoran dan pembagian lembar peta disesuaikan dengan
pembagian dan penomoran peta yang ada di direktorat irigasi.
6) Batas administrasi pemerintahan, benchmark dengan nomor yang
jelas, nama bangunan buatan manusia dan alam harus tercantum
dalam peta dengan jelas.
7) Perbedaannya Intensifikasi atau reduksi suatu positif dapat dicoba
untuk memperbaiki tone yang besar agar sesuai dengan positif-positif
yang lain, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 53

tersebut harus mengikuti instruksi yang diberikan oleh pabrik pembuat


bahan-bahan kimia.
8) Tujuan dari hal tersebut diatas adalah agar supaya sedapat mungkin
dicapai suatu bentuk tone yang bersambungan di seluruh lembar peta
dan juga menghindari perbedaan yang nampak menyolok antara
ortofoto-ortofoto yang bersebelahan.

6.5 Pengecekan Ketelitian Ortofoto Digital


Sebelum ortofoto di edit harus diperiksa dengan ketentuan berikut :
1) Satu persatu ketelitian planimetrisnya di periksa dengan cara
membandingkan dan posisi dari model-model atau titik-titik kontrol
pada ortofoto dengan semua yang ada pada lembar peta.
2) Harus membuat diagram vektor yang memperlihatkan perbedaan
setiap titik model dalam milimeter, jika ada kesalahan yang lebih besar
dari 0,5 mm harus diteliti kembali.
3) Peta ortofoto tidak boleh mempunyai garis-garis scanning yang
menyolok atau variasi tone yang menyolok antara exposure di
sebelahnya
4) Perbandingan garis-garis scanning, garis-garis mosaik atau batas-
batas lembar peta apabila digabungkan dengan penafsiran gambar
muka bumi tidak sesuai, atau tidak sesuai dengan bentuk estetiknya
maka menurut pemilik pekerjaan ada ketidakcocokan keseluruhan
ortofoto yang melebihi 1 (satu) milimeter atau ketidakcocokan pada
suatu tempat tertentu melebihi 2 (dua) milimeter, dalam hal demikian
pemilik pekerjaan tidak dapat menyetujuinya.
5) Kekurangan lain seperti terdapatnya guratan-guratan dan citra dari
guratan-guratan ataupun hal lainnya yang dapat mempengaruhi
kemurnian hasil foto udara, dapat ditolak, terlebih lagi apabila
mempengaruhi hasil estetis foto, sebagaimana selalu terjadi pada

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 54

pemotretan lokasi yang tidak bisa lengkap terselusuri oleh jangkauan


potret.

6. GAMBARAN MENGENAI INFORMASI TITIK TINGGI DAN


KETENTUAN KARTOGRAFI
Gambaran informasi titik tinggi dan ketentuan kartografi tujuannya adalah
ketentuan penarikan garis kontur dan kelengkapan peta sebagai berikut :

7.1 Informasi Titik Tinggi


1) Secara umum kemiringan digambarkan berdasarkan interpolasi kontur
setengah meter, untuk mencegah rapatnya garis kontur yang
mengakibatkan kurang jelasnya detail peta agar kontur digambarkan
dengan memadai. Tabel berikut dapat digunakan sebagai dasar
penentuan interval garis kontur

Kemiringan Interval
0 2% 0,5 m
2 5% 1,0 m
5 20% 2,0 m
Lebih curam dari 20% 0,0 m

2) Indeks kontur digambarkan interval 10 m jika blok pemetaan kontur


digambar 1,0 m dan indeks kontur digambarkan interval 5,0 m jika
blok pemetaan kontur digambar 0,5 m.
3) Kriteria yang diberikan di atas hanya merupakan panduan saja,
tujuannya adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh
lembar peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal). Walaupun
demikian perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 55

hal adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah,


tetapi tidak dalam hal perubahan lokal.
4) Semua garis kontur harus benar-benar sesuai dengan ketentuan dalam
penarikan interval kontur dan sekurang-kurangnya 85 % dari semua
kontur harus mempunyai harga yang sesuai dengan harga
(setengah) interval kontur, apabila dicek berdasarkan hasil
pengukuran lapangan dengan alat ukur sipat datar yang diikatkan
pada kontrol titik tetap Benchmark yang terdekat.
5) Semua kontur tersebut harus masuk toleransi dengan pergeseran
dalam perubahan posisi vertikalnya yang telah diplot tidak lebih dari
0,5 milimeter atau 1/10 jarak mendatar antara kontur tersebut.
6) Daerah sawah pada peta ortofoto, garis-garis kontur bisa diinterpolasi
antara titik rincik ketinggian, bukannya mengikuti batas-batas
golongan sawah.
7) Interpolasi kontur dilakukan dengan mempertimbangkan detail yang
ada pada foto dan kalau memang cocok, akan digunakan stereoskopis
untuk mengecek kebenaran interpretasi.
8) Apabila ada 2 kontur atau lebih, yang berdekatan dan hampir berimpit
(misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran) kontur
digambarkan dengan garis putus-putus untuk menghindari tertutupnya
detail dari ortofoto.
9) Pada daerah yang mempunyai kemiringan tanah lebih besar dari 2 %,
kontur fotogrametri harus diplot untuk membantu interpolasi titik-titik
tinggi hasil pengukuran. Hal tersebut akan di kombinasikan dengan
data-data ukur dan bentuknya didapat dari kontur fotogrametri.
10) Jika keadaan medan terbuka (tidak banyak tumbuh-tumbuhan), tidak
beraturan dan curam, gunakan kontur fotogrametri. Dalam hal ini
kontrol tinggi yaitu kontrol tinggi titik foto akan diamati dengan

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 56

melakukan penyipatan datar pada keempat sudut dari masing-masing


model yang akan dipakai untuk penarikan kontur.
11) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas
dicatumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai
datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai.

7.2 Titik Rincik, Penumpangan Kontur, dan Kontur


Fotogrametris
Titik rincik dan penumpangan kontur maksudnya adalah titik rincik dan
garis kontur digambarkan pada waktu penumpangan kalkir (kertas
transparan) pada hasil rakitan peta ortofoto sedangkan kontur
fotogrametris adalah penarikan kontur dengan cara fotogrametris, harus
mengikuti ketentuan berikut :
1) Harus disiapkan dua lembar kalkir yang berisi titik-titik rincik dan garis
kontur, pensil gambar dan gambar akhir, yang sudah dikerjakan
dengan tinta untuk setiap lembar peta ortofoto dengan menggunakan
bahan gambar transparan. Semua hasil plot, termasuk tanda-tanda
registrasi yang terletak pada sudut setiap lembar dan petunjuk arah
utara, harus jelas indikasinya.
2) Gambar konsep (draft) yang pertama harus digambarkan dengan
pensil, dimana semua koreksi atau perbaikan akan dilakukan pada
konsep tersebut. Sebelum dilakukan interpolasi garis kontur titik-titik
rincikan yang diidentifikasi oleh tim ukur pada foto udara perbesaran
dipindahkan ke detail yang ada pada peta ortofoto. Titik-titik rincik
yang tidak dapat diidentifikasi harus dipindahkan dulu ke transparan
yang stabil. Secara umum lembar dasar (base sheet) yang telah
digunakan untuk memplot titik kontrol digunakan bagi keperluan
scanning, perakitan ortofoto, dan penumpangan draft titik rincikan.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 57

3) Kontur hasil fotogrametri dengan interval 1 atau 2 meter harus diplot


pada kertas transparan yang stabil.
4) Prosedur pekerjaan plotting dijelaskan sebagai berikut :
a. Mesin plotting fotogrametris harus diatur dahulu dengan
menggunakan kontrol hasil triangulasi udara yang selanjutnya
digunakan untuk keperluan orientasi absolut.
b. Tinggi-tinggi model harus dibandingkan dengan sampel rincikan
lapangan yang tersebar dengan baik dari konsep penggambaran
rincikan.
c. Jika perbedaannya kecil (umumnya di bawah 2 meter dengan
beberapa titik mencapai 2 meter), maka orientasi absolut dapat
menggunakan harga tinggi dari harga-harga rincikan lapangan (yang
lebih teliti daripada tinggi triangulasi udara, asal saja harga-harga
tersebut bebas dari kesalahan besar.
d. Perbedaan yang besar akan segera diketahui dengan perbesaran foto
udara, buku lapangan, atau pada print-out triangulasi udara.
e. Prosedur pekerjaan ini akan menunjukkan kontur fotogrametri, yang
diplot langsung, akan memerlukan perbaikan sedikit saja, terutama
jika kontur-kontur dicek dengan rincikan pada intervalnya selama
pekerjaan plotting dan perbedaan-perbedaan harga diteliti dengan
cara seperti di atas.
f. Perlu disiapkan diagram untuk masing-masing model yang
memperlihatkan perbedaan posisi horizontal pada setiap titik model
(lihat gambar 7.1). Titik-titik model dan semua titik rincikan yang
digunakan dalam pekerjaan orientasi absolut perlu juga dibuat
daftarnya dan dengan jelas memperlihatkan perbedaan dengan hasil
triangulasi udara, tinggi-tinggi model yang telah diorientasi dan tinggi
lapangan.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 58

5) Kontur-kontur fotogrametri harus di edit dengan baik agar dapat


dipakai untuk kerapatan dan ketelitian network (kerangka) dari
pekerjaan pengukuran rincikan di lapangan; sedangkan bentuk tanah
yang diperlihatkan dengan cara fotogrametri. Adanya perubahan yang
penting dari persyaratan dalam pekerjaan kontur fotogrametri harus
digambar pada konsep gambar transparan rincikan, bukan pada hasil
asli hasil kontur fotogrametri. Perbedaan-perbedaan yang masih ada
dapat diteliti, jika dituntut oleh persyaratan seperti di atas harus
diinterpolasi pada gambar konsep rincikan.
6) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penarikan kontur :
Di dalam suatu hal tertentu pelaksana pekerjaan dapat diizinkan untuk
melaksanakan kontur fotogrametri tanpa menunggu hasil pindahan
titik rincik lapangan pada kertas transparan.
Titik tinggi (spot height) fotogrametri harus diplot pada semua
punggung medan, lembah dan pada patahan, dan juga pada daerah
datar yang intervalnya cukup wajar, atau bahkan daerah yang miring.
Pencatatan ketinggian pada daerah-daerah tersebut digambarkan
dengan satu angka desimal dalam meter.
Perlu disiapkan diagram untuk memperlihatkan perbedaan pada titik-
titik model setelah dilakukan penyipatan datar (levelling), termasuk
perbedaan antara triangulasi udara dan kontrol lapangan.
Pekerjaan editing dan interpolasi dapat dilaksanakan apabila gambar
konsep (overlay) ukuran rincikan dari lapangan sudah ada, tetapi hal
ini akan memerlukan lebih banyak pekerjaan. Perbedaan-perbedaan
antara tinggi hasil ukuran lapangan dan fotogrametri yang lebih dari 2
meter harus diteliti kembali. Garis kontur hasil editing harus digambar
dengan menggunakan bentuk yang tidak berombak (smooth) dan
tidak diizinkan menggambarkannya dalam bentuk yang bergelung-
gelung (artistic looping).

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 59

7.3 Penggambaran Halus Titik Rincik dan Kontur


1) Setelah gambar draft telah disetujui maka selanjutnya dilakukan
peningkatan pada kertas transparan yang digunakan untuk keperluan
penumpangan pada negatif ortofoto, titik rincik harus dipindahkan
dengan menggunakan tinta ke atas kertas transparan, dilakukan
sebelum penggambaran halus garis kontur yang telah di edit.
2) Rincian harus ditulis dengan menggunakan stensil atau leterring set
ukuran 1,5 mm dengan mata pena 0,1 mm, letak rincikan harus
diindikasikan sampai dengan fraksi desimal; jika bentuk detail
terganggu oleh harga rincikan, maka angkanya dapat ditunjukkan dan
posisinya ditunjukkan dengan tanda panah. Titik desimal tersebut
harus diletakkan relatif terhadap angka-angka, seperti terlihat :
24316 bukan 243.16
3) Rincikan yang ditentukan dengan pengukuran lapangan diperlihatkan
dalam dua angka desimal meter, contoh 243,16 Rincian yang
ditentukan dari hasil fotogrametri diperlihatkan hanya dengan satu
angka desimal, contoh 243.2
4) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan pena yang
berukuran 0,1 mm, kecuali untuk indeks kontur yang digambarkan
pada setiap interval 10 m digunakan pena ukuran 0,3 mm. Harga-
harga garis kontur dituliskan hanya pada garis kontur yang berharga 1
meter dan harga juga pada indeks kontur, dan harus diulang pada
setiap 15 sampai 20 centimeter pada peta. Harga-harga garis kontur
ditulis dengan menggunakan lettering set ukuran 1,5 mm dan mata
pena ukuran 0,2 mm. Harga garis-garis kontur ditulis dengan arah dari
puncak ke lereng, secara kasar untuk pengarahan, diperlihatkan
sebagai berikut :

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 60

Benar Benar salah


29 32 28
30 31 29
indek kontur 31 30 30
0.5m kontur
1m kontur 32 29 31
Benar Benar salah

5) Apabila kontur fotogrametri saja yang ada akan diperlihatkan dengan


menggunakan garis putus-putus. Ukuran garis putus-putus tersebut
diperlihatkan sebagai berikut :
___ ___ ___ ___ ___ ___ ___ ___
1m 5m
6) Garis kontur harus berhenti pada jalan-jalan raya dan sungai-sungai
besar, dalam hal ini garis kontur tidak boleh digambarkan memotong
sungai tetapi harus berhenti pada salah satu tebing sungai dan
selanjutnya bersambung pada tebing sungai yang di seberang lainnya.

7.4 Penulisan Nama, Benchmark, dan Grid


1) Nama-nama sungai, kampung, gunung dsb, ditulis pada rakitan
mosaik positif (sebelum negatifnya diproduksi) atau pada overlay
kontur, sesuai keinginan pemilik pekerjaan. Harus dilakukan
pertimbangan mengenai kerapatan citra detail di sekeliling nama. Jika
detail pada rakitan positif sangat gelap, maka nama harus di tulis pada
kontur overlay sehingga pada peta akhir akan terlihat putih. Jika detail
pada rakitan positif amat terang, maka nama harus ditulis dengan
tinta hitam sebelum negatif dari ortofoto diproduksi sehingga pada
peta akhir akan terlihat hitam.
2) Ketentuan nama kampung dan sungai sebagai berikut :
(a) Semua nama yang ditulis harus menggunakan stensil atau yang
sejenis, ukuran huruf tersebut adalah sebagai berikut :
i. Kampung : Stensil ukuran 3 mm dengan mata pena ukuran 0,3 mm

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 61

ii. Sungai : Ukuran huruf seimbang dengan lebar sungai; aliran sungai
harus digambarkan dengan tanda panah
(b) Nama tulis dengan huruf besar tiap awal tulisan, contoh Tanah Merah.
3) Benchmark (BM) ditulis dengan cara diatas, ukurannya 2 mm dan
memakai mata pena 0,2 mm , dapat dilihat bentuknya sebagai
berikut :

N o m o r p ila r (B M ) T R 24 2m m

4 2 .7 6 2m m
T in g g i p ila r (B M ) 3m m

Posisi benchmark harus dicek pada deskripsi lapangan dari titik


tersebut, untuk memastikan bahwa pengeplotan yang dilakukan sesuai
dengan detail sekelilinya. Titik-titik triangulasi yang ada juga diplot
dengan cara yang sama tetapi simbolnya berbentuk segitiga.
4) Ketentuan penulisan Grid sebagai berikut :
Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis
silangnya sepanjang 5 mm, dengan menggunakan mata pena 0,1 mm.
Koordinat-koordinat garis silang dapat ditulis pada overlay kontur atau
pada perakitan positif mosaik, penggunaan warna hitam atau warna
putih.
Koordinat-koordinat garis silang ditulis di luar lembar peta. Koordinat
tersebut ditulis dengan tinta hitam tiap selang 500 m, sepanjang
keempat sisi dari peta. Angka harus ditulis dengan tinggi tulisan 2,5
mm serta ditulis dengan menggunakan stensil atau lettering set
dengan mata pena ukuran 0,3 mm.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 62

8. TATA LETAK PETA ORTOFOTO SKALA 1 : 5.000 DAN SKALA 1


: 20.000
Tata letak peta ortofoto skala 1 : 5.000 dan 1 : 20.000 maksudnya adalah
hubungan komponen peta yang disajikan dalam lembar peta,
ketentuannya sebagai berikut :

8.1 Peta Ortofoto Skala 1 : 5.000


1) Tata letak (layout) dan penyajian peta ortofoto digital akan mengikuti
contoh tata letak Gambar 8.1, penyampaian diluar ketentuan oleh
pelaksana pekerjaan hanya dapat diperbolehkan dengan persetujuan
pemilik pekerjaan.
2) Adanya hal-hal lainnya yang tidak disebutkan di dalam ketentuan ini
harus disampaikan kepada pihak pemilik pekerjaan untuk dimintakan
penjelasan atau petunjuk mengenai penggunaan simbol.
3) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan kepada pemilik pekerjaan
suatu contoh salinan dari catatan panel (Footnote panel) yang
digunakan selama penyelesaian pembuatan peta ortofoto digital untuk
disetujui.
4) Pada penyajian akhir tiap peta ortofoto digital harus dibuat di atas
kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil.
5) Setiap lembar peta ortofoto digital yang sesuai dengan nomor serinya
masing-masing harus dibuat dalam bentuk VCD atau DVD.

8.2 Peta Ortofoto Skala 1 : 20.000


1) Seri peta ortofoto digital yang dibuat pada skala 1 : 20.000 merupakan
perkecilan dari peta ortofoto digital yang berskala 1 : 5.000.
2) Garis-garis kontur yang diambil dari peta ortofoto digital berskala 1 :
5.000 harus pada interval 5 m dan pada daerah curam interval

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 63

kontur dibuat tiap 10 m atau pada suatu perkalian 10 m yang disetujui


oleh pemilik pekerjaan.
3) Suatu jaringan garis-garis grid lengkap digambarkan pada setiap
lembar peta interval 12,5 cm.
4) Harus dijaga selama perakitan peta gabungan, reduksi tiap peta
ortofoto digital harus berada pada posisi yang tepat terhadap jaringan
garis-garis grid tersebut.
5) Tata letak masing-masing lembar harus sesuai dengan gambar 8.2,
keterangan yang mendetail lembar peta harus disetujui oleh pemilik
pekerjaan
6) Pada tahap penyerahan akhir masing-masing peta gabungan harus
dibuat di atas kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil
7) Masing-masing lembar sesuai dengan susunan serinya harus dibuatkan
dalam bentuk VCD atau DVD.

9. PETA GARIS DIGITAL SKALA 1 : 5.000 DAN SKALA 1 : 20.000


Peta garis digital maksudnya adalah format vektor dari pengambilan data
kartografik (detail planimetrik) dari foto udara dengan menggunakan alat
digital stereoplotting menghasilkan peta garis digital skala 1 : 5.000
dengan ketentuan sebagai berikut :
Kelaikan alat-alat yang digunakan harus dibuktikan dengan hasil
kalibrasi.
Penyimpangan maksimum posisi planimetrik titik yang digambar pada
peta dasar tidak boleh lebih dari 0.2 mm.
Penyimpangan tinggi antara ploter dan titik kontrol tidak boleh lebih
0.03 % dari tinggi terbang rata-rata.
Kelengkapan detail harus diperiksa dengan menggunakan foto udara
yang bersangkutan.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 64

Unsur geografi digambar dalam bentuk yang sebenarnya dengan


simbol-simbol yang sudah ditetapkan.
Obyek penggambaran adalah seluruh obyek detail.
Memplot titik detail yang akan digunakan dan membuat daftar
koordinatnya dengan jumlah minimal 20 (dua puluh) titik untuk setiap
model dan terdistribusi secara merata, dipilih dari titik detail yang
dapat diidentifikasi dengan jelas di foto dan terdefinisi dengan baik di
lapangan.
Interval kontur 0.5 m.

9.1 Kartografi
Kartografi adalah etiket peta yang harus ada sesuai kaidah umum yang
dipenuhi sebuah peta dengan ketentuan sebagai berikut :
Simbol harus dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah kartografi
yang sudah ditetapkan.
Data dan informasi harus sesuai dengan informasi lapangan.
Penulisan nama-nama geografik jalan dan bangunan dll, harus sesuai
dengan data lapangan.
Semua detail planimetris di gambar sesuai dengan symbol yang telah
ditentukan.
Semua keterangan dalam bentuk teks dicantumkan sesuai dengan
ketentuan ukuran dan ketebalan teks yang telah ditentukan.
Pemberian symbol pada daerah cukup luas diwakili dengan beberapa
symbol dan di distribusikan merata.
Detail dalam satu lembar harus bersambung pada lembar sebelahnya.
Selain kaidah-kaidah tersebut diatas terdapat pula ketentuan-ketentuan
khusus yang digunakan sebagai berikut :
Pembagian dan penomoran lembar peta skala 1 : 5.000.
Ukuran peta (50x50)cm.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 65

Interval kontur peta garis 0.5 m.


Jika terdapat dua atau lebih garis batas administrasi pada satu lokasi,
hanya garis batas administrasi yang paling tinggi tingkatannya yang
digambar.
Jika garis batas administrasi berimpit dengan detail bersangkutan dan
jika garis batas terletak pada sungai, saluran air, selokan, atau jalan,
garis tersebut di gambar ditengah-tengah dua garis detail yang
bersangkutan atau sesuai hasil identifikasi lapangan.
Pojok atap bangunan di gambar siku-siku kecuali bangunan yang
arsitekturnya tidak siku-siku.
Areal yang di tumbuhi semak, pepohonan heterogen, digambar
dengan symbol pohon, jika pada areal tersebut terlihat garis batas
yang tidak jelas, misalnya antara semak dan ladang, semak dan hutan,
batas tersebut tidak perlu digambar kecuali jika areal tersebut
termasuk kawasan hutan yang jelas.

9.2 Tata Letak Peta Garis Digital Skala 1 : 5.000 dan Skala 1 :
20.000
Tata letak peta garis digital skala 1 : 5.000 dan 1 : 20.000 maksudnya
adalah hubungan komponen peta yang disajikan dalam lembar peta,
ketentuannya sebagai berikut :

9.2.1 Peta Garis Digital Skala 1 : 5.000


1) Tata letak (layout) dan penyajian peta garis digital akan mengikuti
contoh tata letak Gambar 8.1, penyampaian diluar ketentuan oleh
pelaksana pekerjaan hanya dapat diperbolehkan dengan persetujuan
pemilik pekerjaan.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 66

2) Adanya hal-hal lainnya yang tidak disebutkan di dalam ketentuan ini


harus disampaikan kepada pihak pemilik pekerjaan untuk dimintakan
penjelasan atau petunjuk mengenai penggunaan simbol .
3) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan kepada pemilik pekerjaan
suatu contoh salinan dari catatan panel (Footnote panel) yang
digunakan selama penyelesaian pembuatan peta garis digital untuk
disetujui.
4) Pada penyajian akhir tiap peta garis digital harus dibuat di atas kertas
bromida yang bermutu tinggi dan stabil .
5) Setiap lembar peta garis digital yang sesuai dengan nomor serinya
masing-masing harus dibuat dalam bentuk VCD atau DVD.

9.2.2 Peta Garis Digital Skala 1 : 20.000


1) Seri peta garis digital yang dibuat pada skala 1 : 20.000 merupakan
perkecilan dari peta garis digital yang berskala 1 : 5.000.
2) Garis-garis kontur yang diambil dari peta garis digital berskala 1 :
5.000 harus ada pada interval vertikal 5 m dan pada daerah curam
interval kontur dibuat tiap 10 m atau pada suatu perkalian 10 m yang
disetujui oleh pemilik pekerjaan .
3) Suatu jaringan garis-garis grid lengkap digambarkan pada lembar
setiap interval 12,5 cm.
4) Reduksi tiap peta garis digital harus berada pada posisi yang tepat
terhadap jaringan garis-garis grid lengkap tersebut.
5) Tata letak masing-masing lembar harus sesuai dengan gambar 8.2,
keterangan yang mendetail lembar peta harus disetujui oleh pemilik
pekerjaan.
6) Pada tahap penyerahan akhir masing-masing peta harus di buat di
atas kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi


Pemetaan Fotogrametris I - 67

7) Masing-masing lembar sesuai dengan susunan serinya harus dibuatkan


dalam bentuk VCD atau DVD.

Persyaratan teknis Pemetaan Topografi

Anda mungkin juga menyukai