1. IKHTISAR PEKERJAAN
1.1. Umum
Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi Vertikal dimana sebelumnya
sudah terpasang Premark (Tanda Lapangan) di atas tanah untuk kontrol
Triangulasi Udara dengan ukuran dan interval jarak Premark yang sudah
ditentukan, hasil Foto Udara Stereoskopis skala 1 : 10.000 pankhromatis
hitam putih dengan pertampalan ke muka 60 % dan ke samping 30
%, kamera yang digunakan kamera metrik yang memiliki jarak fokus yang
sudah di kalibrasi antara 151 mm-152 mm, batas daerah pemotretan
udara sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh pemilik pekerjaan dan
negatif film milik Pemilik Pekerjaan.
Foto Udara Stereoskopis digunakan untuk peta Ortofoto atau peta Garis
skala 1 : 5.000 yang kegiatannya meliputi pemasangan Benchmark
(Benchmark) untuk kebutuhan Perencanaan Irigasi dengan ukuran dan
interval jarak Benchmark yang sudah ditentukan. Seluruh Benchmark dan
Premark di ukur langsung di lapangan melalui pengamatan GPS dengan
ketelitian Orde 3 (tiga), pengukuran harus terikat kepada titik tetap
kepunyaan Bakosurtanal. Tahap berikutnya pekerjaan Triangulasi Udara
memperbanyak titik kontrol minor untuk orientasi foto udara yang
dilanjutkan dengan pemrosesan ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 :
20.000.
Pelaksana pekerjaan harus mempergunakan segala peralatan dan
perlengkapan serta bahan-bahan yang memenuhi syarat teknis.
2) 2 (dua) set peta garis digital dengan selang kontur tiap 5 meter, skala
1 : 20.000.
3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua
benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder.
4) Peta garis digital yang asli dan penggambaran halus kontur dan
overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd.
5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan
dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi
dengan keterangan/referensi.
6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data
pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.
7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya,
koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto dari semua benchmark yang
digunakan.
8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah
digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.
3. PEMOTRETAN UDARA
Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi vertikal yang meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Rencana Penerbangan
b. Pemasangan Premark (tanda kenal)
c. Persyaratan Teknis Kamera
d. Daerah Pemotretan dan Penerbangan
e. Mutu Film dan Negative
Ketentuan pemotretan udara harus mengikuti ketentuan dibawah ini :
3.3.1. Kalibrasi
1) Setiap unit optik kamera yang akan digunakan selama survei harus
sudah dikalibrasi tanpa menggunakan filter dan tetap diuji, serta telah
disetujui oleh badan kalibrasi yang ditunjuk oleh pabrik pembuat
kamera tersebut. Sertifikat tersebut harus dianggap mempunyai masa
berlaku satu tahun, dan apabila ada kamera yang dipergunakan di luar
masa berlaku tersebut, hasil fotonya adalah menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan yang bersangkutan.
2) Sertifikat kalibrasi kamera dipegang oleh Pelaksana Pekerjaan dan
sebelum dimulainya pemotretan udara harus diserahkan kepada
pemberi pekerjaan.
3) Sertifikat tersebut memuat data-data sebagai berikut :
a. Surat tanda kalibrasi
Kamera udara yang digunakan sudah dikalibrasi dengan tanda surat
kalibrasi.
b. Informasi kalibrasi kamera udara
Nama pelaksana dan tanggal saat kalibrasi.
Nomer seri lensa.
Kalibrasi panjang fokus kamera dengan toleransi akurasi 0,005 mm.
Distorsi radial kamera udara tidak boleh melebihi 0,005 mm pada
setiap posisi diagonal dari pusat lensa ke masing-masing tepi.
Pembagian posisi dari pusat lensa disetiap tepi adalah selang 5 atau
7.
Kesalahan jarak antara kedua tanda tepi (fiducial mark) yang bersisian
tidak melebihi 0,010 mm.
Kesalahan sudut antara kedua garis diagonal yang menghubungkan
kedua tanda tepi (fiducial mark) dengan pusat lensa tidak boleh
melebihi 10 busur (10 second of arc).
Kesalahan sudut pusat autocollimation tidak boleh melebihi 10 busur
(10 second of arc).
c. Hasil Test Kamera Udara
Kenampakan resolusi lensa sepanjang garis diagonal baik untuk posisi
radial dan tangensial mempunyai selang 5 atau 7.
Waktu efektif dan efisien untuk kecepatan bukaan lensa, dipasang
(diset) pada posisi nilai maksimum, menengah dan minimum.
Informasi kedataran pelat bidang fokus.
Keseragaman penyinaran sepanjang kedua diagonal bidang negatif
film harus merata (uniform).
3.3.2. Filter
1) Filter optik yang harus dipergunakan hanyalah filter bikinan pabrik
yang bersangkutan, atau yang memenuhi spesifikasi optik yang telah
disetujui.
2) Pemilihan filter yang cocok digunakan untuk mengatur penerangan
relatif dari bagian tengah kebagian tepi-tepi bidang titik api kamera.
Kondisi Pemotretan
1) Awan, bayangan awan tebal atau asap tidak boleh terdapat diatas titik
utama foto atau homologusnya pada foto-foto yang berdekatan.
Demikian juga tidak boleh terdapat gumpalan awan, bayangan awan
tebal atau asap menutupi lebih dari 3 % dari daerah negatif
3.5.2. Exposure
1) Kecepatan shutter harus memenuhi ketentuan-ketentuan baik gerakan
citra minimal maupun aperture lensa optimal untuk kondisi-kondisi
iluminasi yang berlaku.
2) Gerakan citra biasanya tidak boleh melebihi 30 mikrometer, tetapi jika
kurang terdapatnya cahaya, gerakan citra sampai 90 mikrometer
dapat diterima.
3) Filter yang dipakai harus memberikan tone reproduksi optimal.
Kualitas tone diapositif yang dihasilkan harus uniform dan detail yang
paling terang maupun yang paling gelap terlihat dengan jelas.
Diapositif yang dihasilkan harus bebas dari noda bahan kimia, cacat pada
saat proses, dan goresan-goresan.
Kualitas Fotogrametris
Pemotretan yang diperoleh harus dijamin oleh Pemilik Pekerjaan bahwa
hasilnya secara fotogrametris dapat diterima untuk pemetaan ortofoto.
Uji coba stereo model dan dimensi negative film udara diuraikan sebagai
berikut :
1) Setelah pemrosesan negative film udara pilih satu (1) stereo-model
per lima puluh (50) model dari hasil pemotretan udara yang
mempunyai daerah terbuka yang tanahnya kelihatan disetiap posisi
agar paralaks menjadi jelas.
2) Uji coba stereo-model harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Model dipasang dalam alat restitusi analog.
b. Lakukan orientasi absolut dan relatif dengan tampakan alamiah, isi
data berikut dalam formulir.
Semua informasi yang diperlukan.
Penyetelan seluruh peralatan yang dipakai.
Posisi sejumlah besar paralaks didalam stereo-model.
Mutu resolusi model dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
BAIK
Ulangan bacaan ketinggian konsisten, ketinggiannya, garis besar bentuk
detailnya jelas, kontrasnya baik.
SEDANG
Ulangan bacaan ketinggian terdapat variasi, tapi dapat diterima sejauh
untuk keperluan pemetaan, garis besar bentuk detailnya jelas.
BURUK
Apabila ternyata hasil tes menunjukkan bahwa resolusi jelek, maka pihak
Pemilik Pekerjaan dapat menolak atau menerimanya, hal ini tergantung
dari keadaan yang berlaku.
A B C / D-E , FG
H / I J K / LM-N / O
Keterangan :
A : Initial pemilik pekerjaan
B : Tahun Pelaksanaan Pemotretan
C : Nama Daerah Irigasi
D : Material yang digunakan (HP=01,PCIR=02,TC=03,HPIR=04)
E : Penggunaan produksi foto (pemetaan=PEM)
F : Arah jalur terbang (derajat)
G : Tinggi terbang pesawat diatas permukaan referensi (MSL) dalam
satuan meter
H : Provinsi daerah pemotretan
I : Nama pelaksanaan pekerjaan
J : Tanggal pemotretan udara
H / A J K / LM-N
yang lebih lunak dibutuhkan ukuran panjang yang lebih dari 30 cm,
patok kayu tersebut harus tahan selama pengukuran berlangsung.
4.3.1.3 Analisa
1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :
- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk menilai
konsistensi data)
- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)
tersebut.
iii. Jaring-jaring perimeter sekunder perlu diukur untuk memasukkan
benchmark atau titik-titik tinggi sementara yang sudah ditetapkan
selama pengukuran sipat datar utama dan titik-titik ikat umumnya
yang terletak pada keempat sudut dari masing-masing foto perbesaran
dan akan di pindahkan ke foto-foto perbesaran lainnya yang
bersebelahan untuk menjamin kejelasan ketinggian-ketinggian yang
telah didapatkan, selanjutnya diukur garis-garis yang saling
berpotongan dari sipat datar tersebut untuk melengkapi penyebaran
titik-titik rincik.
iv. Apabila mungkin titik rincik ketinggian ditentukan posisinya secara
identifikasi langsung, pada peta pembesaran, jika hal ini tidak mungkin
untuk menentukan lokasi titik rincik digunakan tacheometri.
v. Posisi titik rincik di identifikasi sudut horizontal, jarak, dan tinggi
semuanya di catat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik
rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan, sungai.
vi. Identifikasi titik-titik rincik harus dicocokkan dengan sudut dan jarak
yang sudah diukur, dan apabila sudah pasti maka titik-titik tersebut
akan di anotasi dan di plot pada foto perbesaran, posisi alat dan titik-
titik yang di bidik harus di anotasikan pada foto perbesaran tersebut.
vii. Jarak lihat ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 100 m (2 cm
dipeta).
viii. Untuk daerah yang luas (misalnya : hutan yang mencakup seluruh foto
perbesaran) penentuan tinggi titik rincikan harus dihubungkan dengan
jaringan utama yang secara khusus dianggap sebagai kontrol
perimeter untuk tinggi titik rincikan, panjang maksimum yang
dilakukan dengan cara tacheometri adalah 2 km (memotong satu
lembar foto perbesaran), tinggi titik dengan cara tersebut diplot pada
kertas transparan yang kemudian digabungkan dengan peta ortofoto
4.4.1 Pencatatan
4.4.2 Reduksi
1) Koordinat (x,y) perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan
diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi
koordinat (x,y) termasuk juga koreksi bias ionosfer, troposfer,
kesalahan titik nol alat, dan koreksi faktor skala dimana dianggap
perlu.
2) Pengamatan di lapangan perlu direduksi setiap harinya lalu
ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana
pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi
nomor referensi agar mudah dicari bilamana diperlukan dikemudian
hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh
dibawa ke lapangan lagi.
4.4.3 Pemrosesan
1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah
pengamatan telah sesuai dengan standar ketepatan.
2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :
Pengecekan hasil penghitungan koordinat.
Pengecekan penutup koordinat tertutup.
Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.
Penyesuaian kesalahan koordinat.
Penghitungan dari x dan y untuk mencek hasil planimetrik.
3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :
Pemeriksaan hasil hitungan dari Bacaan belakang, Bacaan muka,
Perbedaan tinggi (h).
Perhitungan h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark)
dan kontrol foto.
Perhitungan dari tiap loop/kring.
Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar
memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan
rincik ketinggian nantinya.
4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan
batas-batas triangulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
kelambatan pada tahapan selanjutnya.
5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil
pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor
pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.
6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik
triangulasi yang ada di lapangan.
7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti
bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama
dengan:
5. TRIANGULASI UDARA
Triangulasi udara adalah untuk menentukan koordinat (x,y,z) titik-titik
kontrol minor melalui fotogrametris yang kegiatannya meliputi persiapan,
pemilihan titik model, pemindahan titik model, pembacaan koordinat
model, proses perataan udara (block adjustment) dan pembuatan indek
model dimana alat yang digunakan harus salah satu jenis dari yang
disebutkan dibawah :
Plotter Analitik.
Comparator.
Tinggi (z), tidak lebih besar dari 0.01 % dari tinggi terbang daerah datar
sedangkan untuk daerah curam tidak boleh lebih besar dari 0.03 %
dari tinggi terbang.
5) Pelaksana pekerjaan harus mengadakan penelitian untuk mengetahui
asal/sumber kesalahan jika titik kontrol melebihi apa yang telah
ditentukan, harus dibuat catatan penelitian tersebut, dan disimpan
untuk diperiksa oleh pemilik pekerjaan.
6) Jika pada suatu ketika tidak diperoleh jawaban yang memuaskan dari
kesalahan titik kontrol, maka diadakan pengamatan ulang di lapangan
jika tidak tersedia titik pengganti.
7) Dalam keadaan bagaimana pun, titik-titik kontrol sama sekali tidak
boleh dipindahkan dari perataan tersebut.
8) Pelaksana pekerjaan harus melakukan penelitian untuk mengetahui
sumber-sumber kesalahan sesudah dilakukan perataan, apabila sisa
kesalahan fotogrametri melampaui sebagai berikut (lihat 6.6.5) :
Titik-titik Model
Standar ketelitian kontrol x 1,5
Pusat perspektif
Standar ketelitian kontrol x 3,0
9) Penelitian tersebut mencakup beberapa atau semua hal-hal berikut :
Kebenaran data penomoran titik dan model.
Ketelitian dalam pemindahan titik antar model.
Kemungkinan tidak bersambungnya masing-masing titik-titik yang
membawa akibat serius pada blok.
Pengamatan ulang model sehingga menjadi jelas pada permulaan atau
sesudah dilakukannya pengamatan ulang.
10) Titik-titik model boleh dipisahkan (dengan penomoran kembali pada
satu model atau lebih) dengan mengikuti kriteria sebagai berikut :
6.3.1 Geoferencing
Geoferencing adalah suatu metoda atau cara untuk menghubungkan
koordinat dari koordinat foto ke koordinat tanah, ketentuannya sebagai
berikut :
1) Menghubungkan koordinat foto udara digital ke koordinat tanah
menggunakan software PCI.
2) Pada tahapan pekerjaan ini diperlukan data kalibrasi kamera dan
koordinat titik minor dan titik kontrol hasil triangulasi udara.
3) Melakukan pengamatan pada titik kontrol minor yang ada pada foto
udara dan fidusial mark foto udara.
4) Ketelitian titik minor dan fidusial mark tidak lebih besar dari 12
micron.
Foto
udara
digital Proses
Foto udara
Geofere
yg sudah
ncing
dikoreksi
Data
kalibrasi
kamera &
AT
parameter
Foto udara
digital
skala
1:5.000 Proses
ortofoto foto
digital dgn ortofoto
software digital
Data DEM jg PCI
sudah
dirapatkan
Kemiringan Interval
0 2% 0,5 m
2 5% 1,0 m
5 20% 2,0 m
Lebih curam dari 20% 0,0 m
ii. Sungai : Ukuran huruf seimbang dengan lebar sungai; aliran sungai
harus digambarkan dengan tanda panah
(b) Nama tulis dengan huruf besar tiap awal tulisan, contoh Tanah Merah.
3) Benchmark (BM) ditulis dengan cara diatas, ukurannya 2 mm dan
memakai mata pena 0,2 mm , dapat dilihat bentuknya sebagai
berikut :
N o m o r p ila r (B M ) T R 24 2m m
4 2 .7 6 2m m
T in g g i p ila r (B M ) 3m m
9.1 Kartografi
Kartografi adalah etiket peta yang harus ada sesuai kaidah umum yang
dipenuhi sebuah peta dengan ketentuan sebagai berikut :
Simbol harus dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah kartografi
yang sudah ditetapkan.
Data dan informasi harus sesuai dengan informasi lapangan.
Penulisan nama-nama geografik jalan dan bangunan dll, harus sesuai
dengan data lapangan.
Semua detail planimetris di gambar sesuai dengan symbol yang telah
ditentukan.
Semua keterangan dalam bentuk teks dicantumkan sesuai dengan
ketentuan ukuran dan ketebalan teks yang telah ditentukan.
Pemberian symbol pada daerah cukup luas diwakili dengan beberapa
symbol dan di distribusikan merata.
Detail dalam satu lembar harus bersambung pada lembar sebelahnya.
Selain kaidah-kaidah tersebut diatas terdapat pula ketentuan-ketentuan
khusus yang digunakan sebagai berikut :
Pembagian dan penomoran lembar peta skala 1 : 5.000.
Ukuran peta (50x50)cm.
9.2 Tata Letak Peta Garis Digital Skala 1 : 5.000 dan Skala 1 :
20.000
Tata letak peta garis digital skala 1 : 5.000 dan 1 : 20.000 maksudnya
adalah hubungan komponen peta yang disajikan dalam lembar peta,
ketentuannya sebagai berikut :