Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai
peningkatan tekanan intraokular. Tekanan bola mata umumnya berada antara 10 21
mmHg dengan rat-rata 16 mmHg. Tekanan bola mata dalam sehari dapat bervariasi yang
disebut dengan variasi diurnal. Pada orang tertentu tekanan bola mata dapat lebih dari 21
mmHg yang tidak pernah disertai kerusakan serabut saraf optik (hipertensi okuli).

Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan dengan tekanan darah.
Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah retina
sehingga mengganggu metabolisme retina, yang disusul kematian saraf mata. Pada
kerusakan serat saraf retina akan mengakibatkaan gangguan pada fungsi retina. Bila proses
berjalan terus, maka lama kelamaan penderita akan buta total. Pada glaukoma akut akan
terjadi penurunan penglihatan mendadak disertai dengan rasa sakit dan mata yang sangat
merah.

Glaukoma kongenital adalah gloukoma yang terjadi pada beberapa tahun pertama
kehiduan. Masalah utama pada glaukoma kongenital adalah aliran humor akuos dari bilik
mata depan yang terjadi akibat kelainan bentuk jaringan trabekula, jalan utama aliran
humor akuos. Hal ini akan meningkatkan tekanan intraokuler : pada glaukoma kongenital
(40 % dari kasus), terjadi selama kehidupan intrauterine dan glaukoma infantil atau primer
(55 % dari kasus), peningkatan terjadi sebelum anak berusia 3 tahun. Dan selebihnya
menjadi glaukoma juvenil yang bermanifestasi setelah 3 tahun tetapi sebelum berusia 16
tahun.

Walaupun penyakit ini jarang, pengaruh perkembangan penglihatan sangat ekstrim.


Penegakan diagnosis dan terapi secara dini terhadap glaukoma secara signifikan dapat
meningkatkan penglihatan anak untuk jangka panjang.

1
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Glaukoma

Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai
peningkatan tekanan intraokular. Pada sebagian besar khasus, glaukoma tidak disertai
dengan penyakit mata lainnya (glaukoma primer). Mekanisme peningkatan tekanan
intraokular pada glaukoma dalah gangguan aliran keluar aqueous humor akibat kelainan
sistem drainase sudut bilik depan (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses agueous
humor ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup).

Klasifikasi glaukoma :

a. Glaukoma primer
1. Glaukoma sudut terbuka
2. Glaukoma sudut tertutup
b. Glaukoma kongenital
1. Glaukoma kongenital primer
2. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lainnya
a. Sindrom-sindrom pembelahan bilik mata depan
Sindrom axenfeld
Sindrom reiger
Sindrom peter
b. Anirida
3. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular
a. Sindrom sturge-weber
b. Sindrom marfan
c. Neurofibromatosis 1
d. Sindrom lowe
e. Rubela kongenital

2
c. Glaukoma sekunder
1. Glaukoma pigmentasi
2. Sindrom eksfoliasi
3. Akibat kelainan lensa (fakogenik)
4. Akibat kelainan traktus uvea
5. Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
6. Trauma
7. Pascaoperasi
8. Glaukoma neovaskular
9. Peningkatan tekanan vena episklera
10. Akibat steroid

Fisiologi aqueous humor :

Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humor dan


tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Aqueous humor adalah cairan jernih yang
mengisi bilik mata depan dan belakang. Diproduksi oleh corpus ciliare. Ultrafiltrat plasma
yang dihasilkan di stroma processus ciliares dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus
sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke bilik mata depan, aqueous humor mengalir
melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan.
Selama itu, terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen aqueous dengan darah di
iris.

Anyaman trabekular terdiri atas berkas-berkas jaringan kolagen dan elastis yang
dibungkus oleh sel-sel trabekular, membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori
yang semakin mengecil sewaktu mendekati kanal Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui
insersinya ke dalam anyaman trabekular memperbesar ukuran pori-pori di anyaman
tersebut sehingga kecepatan drainase aqueous humor juga meningkat. Aliran aqueos
humor kedalam kanal Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transeluler
siklik di lapisan endotel. Sejumlah kecil aqueous humor keluar dari mata antara berkas otot
siliaris ke ruang supracoroid dan kedalam sistm vena corpus ciliare, koroid, dan sklera.

3
Penilaian glaukoma secara klinis

`Tonometri

Tonometri adalah pengukuran tekanan intraokular. Instrumen yang paling luas


digunakan adalah tonometer aplanasi Goldmann, yang dilekatkan ke slitlamp dan
mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu. Ketebalan
kornea berpengaruh terhadap keakurata pengukuran. Tekanan intaokular mata yang
korneanya tebal, akan ditaksir terlalu tinggi; yang korneanya tipis, ditaksir terlalu rendah.
Kesulitan ini dapat diatasi dengan tonometer kontur dinamik pascal. Tonometer-tonometer
aplanasi lainnya, yaitu tonometer Perkins, dan TonoPen, keduanya portabel;
pneumatotonometer yang dapat digunakan walaupun terdapat lensa kontak lunak di
permukaan kornea yang ireguler.Tonometer Schiotz adalah tonometer portabel; tonometer
ini mengukur indentasi kornea yanng ditimbulkan oleh beban yang diketahui sebelumnya

Rentang tekanan intraokular normal adalah 10-21 mmHg. Penyebaran didasarkan


pada distribusi Gauss, tetapi dengan kurva miring ke kanan. Pada usia lanjut, rerata
tekanan intraokularnya lebih tinggi sehingga batas atasnya adalah 24 mmHg. Pada
glaukoma sudut terbuka primer, 32-50% individu yang terkena memperlihatkan tekanan
intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa. Apabila tekanan intraokular terus
menerus meninggi sementara diskus optikus dan lapangan pandang normal (hipertensi
okular), pasien dapat diobservasi secara berkala sebagai tersangka glaukoma.

4
Goniostomi

Sudut bilik mata depan dibentuk oleh pertemuan kornea perifer dengan iris, yang
diantaranya terdapat anyaman trabekular. Konfigurasi sudut ini-yakni lebar ( terbuka ),
sempit, atau tertutup- memberi dampak penting pada lairan keluar aquoeus humor. Lebar
sudut bilik mata depan dapat diperkiraan dengan sebuah senter atau dengan pengamatan
kedalaman bilik mata depan perifer menggunakan slitlamp. Akan tetapi, sudut bilik mata
depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi, yang memungkinkan visualisasi langsung
struktur-struktur sudut. Apabila keseluruhan anyaman trabekular, taji sklera, dan processus
iris dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis Schwalbe atau sebagian
kecil dari anyaman trabekula yang dapat terlihat, sudut dinyatakan tertutup.

Mata miopia yang besar memiliki sudut lebar, dan mata hiperopia kecil memiliki
sudut sempit. Pembesaran lensa seiring dengan usia mempersempit sudut ini dan berperan
pada beberapa kasus glaukoma sudut tertutup.

Penilaian diskus optikus

Diskus optikus normal memiliki cekungan dibagian di tengahnya (depresi sentral)-


cawan fisiologik yang ukurannya tergantung pada jumlah relatif serat penyusun nervus
opticus terhadap ukuran lubang sklera yang harus dilewati oleh serat-serat tersebut. Pada
mata hipermetropia, lubang skleranya kecil sehingga cawan optik juga kecil; Pada mata
miopia hal yang sebaliknya terjadi. Atrofi optikus akibat glaukoma menimbulkan kelainan-
kelainan diskus khas yang terutama yang ditandai oleh berkurangnya substansi diskus yang
terdeteksi sebagai pembesaran cawan diskus optikus disertai dengan pemucatan diskus di
daerah cawan.

2.2.Definisi Glaukoma Kongenital

Glaukoma kongenital adalah suatu keadaan dimana terdapat tekanan bola mata
yang meninggi, yang akan menimbulkan kerusakan pada mata dan memburuknya tajam
penglihatan pada waktu permulaan masa bayi atau pada masa kanak-kanak. Glaukoma
kongenital adalah gloukoma yang terjadi pada beberapa tahun pertama kehiduan. 3
Masalah utama pada glaukoma kongenital adalah aliran humor akuos dari bilik mata depan
yang terjadi akibat kelainan bentuk jaringan trabekula, jalan utama aliran humor akuos.

5
Glaukoma infantil atau kongenital primer tampak jelas pada saat lahir atau dalam
tahun pertama kehidupan. Keduanya disebabkan oleh displasia sudut bilik anterior tanpa
kelainan sistemik okular lainnya. Glaukoma infantil sekunder berhubungan dengan
inflamasi, neoplastik, hamartomatous, metabolik atau kelainan lainnya pada mata.
Glaukoma juvenil belakangan ditemukan pada anak-anak sesudah umur 3 tahun atau pada
dewasa muda. Istilah glaukoma developmental termasuk glaukoma kongenital primer dan
glaukoma yang berhubungan dengan anomali perkembangan lainnya, baik okular maupun
sistemik. Glaukoma yang berhubungan dengan abnormalitas sistemik atau okular bisa
bersifat herediter atau didapat. Istilah buphtalmos (Cows eye) mengarah pada pembesaran
bola mata. Kondisi ini terlihat pada onset peningkatan IOP yang terjadi sebelum umur 2
tahun pada glaukoma atau pada glaukoma pediatrik berhubungan dengan kelainan okular
dan atau sistemik lainnya.

2.3.Temuan Klinis

Lima puluh persen kasus glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir, 70%
kasus di diagnosis dalam 6 bulan pertama, dan 80% kasus didiagnosis di akhir tahun
pertama. Gejala paling dini dan paling sering adalah epifora. Dapat dijumpai fotofobia dan
berkurangnya kilau kornea. Tanda utamanya adalah peningkatan tekanan intra okular.
Pencekungan diskus optikus akibat glaukoma merupakan kelainan yang terjadi relatif dini
dan yang terpenting. Temuan-temuan lanjut meliputi peningkatan diameter kornea (
melebihi 11,5 mm dianggap bermakna), edema epitel, robekan membran descemet, dan
peningkatan kedalaman bilik mata depan ( yang disertai pembesaran generalisata segmen
anterior mata), serta edema dan kekeruhan stroma kornea.

6
Angka kejadian glaukoma kongenital primer merupakan glaukoma kongenital yang
sering terjadi, walaupun kasusnya masih sangat jarang, yaitu 1 dari 10.000 kelahiran.
Pasien laki-laki ditemukan memiliki insidensi tertinggi pada penyakit ini, kira-kira 65 %.
Pada kebanyakan kasus (75%) bilateral dan rata-rata asimetris. 4, 5 Setengah dari pasien
memiliki tajam penglihatan lebih dari 20/50. Tetapi 2 15 % pasien mengalami kebutaan.

2.4.Patogenesis

Belum diketahui dengan jelas. Dikemukakan beberapa pendapat :

1. Anderson : menemukan pada pemeriksaan histologis :

a. adanya jaringan mesenkim embrional yang persisten, di bagian perifer bilik mata
depan, menutupi trabekula.

b. Kanal Schlemn tak terbentuk.

2. Scefelder menemukan bahwa insersi daripada iris terletak pada garis Schwalbe (akhir
dari membran Descement) atau 1/3 bagian anterior trabekula.

3. W. B Clark : histologis menemukan bahwa M. Siliaris longitudinal berjalan kemuka dan


brinsersi pada trabekula, sehingga bila serat-serat ini berkonstraksi, menyebabkan kanal
Schlemn tertutup.

Glaukoma kongenital primer disebabkan oleh tidak berkembangnya saluran


drainase (jaringan trabekula) pada mata. Banyak cairan (humor akuos) terus menerus
diproduksi tetapi tidak bisa didrainase karena tidak berfungsinya saluran drainase secara
tepat. Oleh karena itu, jumlah cairan di dalam mata meningkat dan meningkatkan tekanan
intraokular.

Anomali Perkembangan Segmen Anterior

Kelompok penyakit yang jarang ini mencerminkan suatu spektrum gangguan


perkembangan segmen anterior, yang mengenai sudut, iris, kornea, dan kadang-kadang
lensa. Biasanya terdapat sedikit hipoplasia stroma anterior iris, disertai adanya jembatan-
jembatan filamen yang menghubungkan stroma iris dengan kornea. Apabila jembatan
filamen terbentuk di perifer dan berhubungan dengan garis Schwalbe yang mencolok dan

7
tergeser secara aksial (embriotokson posterior), penyakit yang timbul dikenal sebagai
sindrom Axenfeld. Hal ini mirip dengan trabekulodisgenesis pada glaukoma kongenital
primer. Apabila perlekatan iridokorneanya lebih luas yang disertai oleh disrupsi iris,
dengan polikoria serta anomali tulang dan gigi, timbul apa yang disebut sindrom Reiger
(suatu contoh disgenesis iridotrabekula). Apabila perlekatannya adalah iris sentral dan
permukaan posterior sentral kornea, penyakit yang timbul disebut anomali Peter (suatu
contoh trabekulodisgenesis iridokornea). Penyakit-penyakit ini biasanya diwariskan secara
dominan, walaupun dilaporkan ada kasus-kasus sporadik. Glaukoma timbul pada sekitar
50% dari mata dengan kelainan tersebut dan sering belum muncul sampai usia anak lebih
tua atau dewasa muda. Angka keberhasilan goniotomi jauh labih rendah pada kasus-kasus
ini, dan mungkin dianjurkan trabekulotomi atau trabekulektomi. Banyak pasien
memerlukan terapi glaukoma medis jangka panjang, dan prognosis pasien untuk
mempertahankan fungsi penglihatan yang baik meragukan.

Aniridia
Gambaran khas aniridia, seperti yang diisyaratkan oleh namanya, adalah iris tidak
berkembang (vestigial). Kadang-kadang hanya ditemukan tidak lebih dari akar iris atau
suatu bahan iris yang tipis. Dapat ditemukan deformitas mata yang lain, misalnya katarak
kongenital, distrofi kornea, dan hipoplasia fovea. Penglihatan biasanya buruk. Sering
timbul glaukoma sebelum masa remaja dan glaukoma tersebut biasanya refrakter terhadap
penatalaksanaan medis atau bedah.

Sindrom yang jarang ini biasanya diwariskan secara genetik. Pernah dilaporkan kasus-
kasus dominan autosom dan resesif autosom.

Apabila terapi medis tidak efektif, goniotomi atau trabekulotomi kadang-kadang dapat
menormalkan tekanan intraokular. Sering diperlukan tindakan operasi filtrasi, tetapi
prognosis penglihatan jangka panjang buruk.

2.5.Gejala dan Tanda Klinis

Tiga gejala klinis glaukoma kongenital primer pada bayi atau anak :

1. airmata yang berlebihan (epifora)

2. sensitif terhadap cahaya (fotopobia)

8
3. spasme palpebra (blefarospasme)

Tanda klinis yang ditemukan pada penyakit ini adalah :

1. buftalmos
2. diameter kornea : diameter horizontal > 12 mm (megalokornea) sebelum tahun
pertama kehidupan sangat mendukung.
3. abnormalitas pada salah satu lapisan kornea (membran Descement) yang bisa
robek sehinggga menyebabkan edema kornea.
4. peningkatan tekanan intaokular
5. abnormalitas pada pemeriksaan jaringan trabekula
6. cup diskus optik
7. perubahan refraksi terutama sekali miopia (penglihatan pendek)

2.6.Diagnosis

Diagnosa pada glaukoma kongenital tergantung pada evaluasi klinis yang baik,
termasuk pengukuran tekanan intra okuler (IOP), pengukuran diameter kornea,
gonioskopi, pengukuran panjang axial dengan ultrasonografi dan retinoskopi, dan
ophtalmoskopi.

Fotografi nervus optikus berguna untuk follow-up. Pemeriksaan mata luar akan
ditemukan buphtalmos yaitu pembesaran diameter kornea lebih dari 12 mm pada tahun
pertama kelahiran. Diameter kornea normal adalah 9,5-10,5 mm pada bayi cukup bulan
dan lebih kecil pada bayi prematur. Edema kornea dapat terjadi mulai dari agak kabur
sampai keruh pada stroma kornea karena kenaikan IOP. Edema kornea terjadi pada 25%
bayi baru lahir dan lebih dari 60% pada umur 6 bulan. Robekan pada membrane Descemet
disebut Haabs striae dapat terjadi karena regangan kornea.

Tajam penglihatan dapat berkurang karena atrofi nervus optikus, kekeruhan kornea,
astigmat, ambliopia, katarak, dislokasi lensa, atau ablasio retina. Ambliopia dapat
disebabkan oleh kekeruhan kornea atau kesalahan refraktif. Pembesaran mata dapat
menyebabkan myopia, dimana robekan pada membran Descemet dapat menyebabkan

9
astigmat yang besar. Penilaian yang tepat dapat mencegah atau mengobati ambliopia
seharusnya dilakukan sedini mungkin.

Mungkin saja bagi seorang ahli klinik untuk mengukur IOP pada beberapa bayi
berumur di bawah 6 bulan tanpa menggunakan anastesi umum atau sedatif dengan
melakukan pengukuran ketika bayi itu tidur atau makan. Bagaimanapun evaluasi yang
kritis pada bayi memerlukan pemeriksaan dalam anastesi. Banyak bahan anastesi umum
dan sedative yang dapat menurunkan IOP, kecuali ketamin yang menaikkan IOP. Sebagai
tambahan, bayi dapat mengalami dehidrasi dalam persiapan untuk anastesi umum, yang
juga menurunkan IOP. Semakin dalam anastesi, semakin turun IOP. Nilai normal IOP
pada bayi dalam anastesi sekitar 10-15 mmHg, tergantung dari tonometernya.

Gonioskopi sebaiknya dilakukan dalam anastesi. Pada glaukoma kongenital primer,


bilik anteriornya dalam dengan struktur iris yang normal, insersi iris yang tinggi dan datar,
kehilangan sudut, hipoplasia iris perifer, epitel pigmen iris perifer yang tenting, penebalan
uveal trabekula meshwork. Sudut biasanya terbuka, dengan insersi yang tinggi dari akar
iris seperti garis yang berlekuk sebagai hasil dari jaringan yang abnormal dengan
penampilan yang berkilauan. Jaringan ini menahan iris perifer anterior. Sudut ini biasanya
avaskular, tapi putaran pembuluh dari lingkaran arteri mayor dapat dilihat di atas akar iris.
Visualisasi dari optic disk dapat difasilitasi dengan menggunakan optalmoskop direk dan
gonioskop direk atau fundus lensa pada kornea. Papil nervus optikus pada bayi berwarna
pink dengan cup kecil yang fisiologis. Cupping glaucoma pada masa kanak-kanak
menyerupai cupping pada dewasa, dengan hilangnya jaringan neural pada kutub anterior
dan posterior. Pada masa kanak-kanak, kanal sklera membesar sebagai respon kenaikan
IOP, menyebabkan pembesaran dari cup. Cupping dapat reversibel bila IOP rendah, dan
cupping yang progresif menunjukkan kontrol yang jelek terhadap IOP.
Perlu dilakukan fotografik pada disc optic. Ultrasonografi dapat berguna dalam
pemantauan progresivitas glaukoma dengan merekam peningkatan panjang axial.
Peningkatan panjang axial dapat reversibel seiring penurunan IOP, tapi pembesaran kornea
tidak dapat menurun seiring penurunan IOP.

10
2.7.Diagnosa banding

Di bawah ini terdapat beberapa diagnosa banding menurut tanda dan gejala
glaukoma infantile:

air mata yang banyak


obstruksi duktus nasolakrimal
defek epitel kornea
konjungtivitis
pembesaran kornea
x-linked megalokornea
myopia tinggi
eksoftalmos
kekeruhan kornea
trauma waktu lahir
penyakit inflamasi kornea
distrofi herediter kornea kongenital
malformasi kornea (tumor dermoid, sklerokornea, Peter anomaly)
keratomalasia
gangguan metabolic yang dihubungkan dengan abnormalitas kornea
(mucopolisakaridosis, liposis kornea, cystinosis, penyakit von Glerke)
gangguan kulit yang mempengaruhi kornea (ichthyosis congenital dan
diskeratosis congenital)
abnormalitas nervus optikus
lubang pada nervus optikus
coloboma nervus optikus
hipoplasia nervus optikus
malformasi nervus optikus
cupping fisiologis

11
2.8.Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah untuk mempertahankan tajam penglihatan. Peninggian


tekanan bola mata yang menetap akan menjurus ke arah rusaknya N. Optikus dan
perubahan-perubahan permanent dari kornea yang akan mengganggu penglihatan.
Pengontrolan tekanan bola mata adalah tujuan utama dari pengobatan. Bayi atau anak yang
dicurigai mempunyai glaucoma congenital harus dilakukan pemeriksaan sesegera mungkin
dengan narkose, terhadap besarnya kornea, tekanan bola mata, cup/disk ratio dari N.
Optikus, dan sudut COA dengan gonioskopi.

Pengobatan glauloma kongenital primer yang essensial adalah dengan


pembedahan. Goniotomi direkomendasikan pada anak lebih kecil dari 2-3 tahun dengan
kornea jernih. Trabekulotomi direkomendasikan anak lebih dari 2-3 tahun dan pada semua
umur dengan kornea berkabut yang menghalangi visualisasi adekuat. Jika kedua cara ini
gagal, kombinasikan trabekulotomi dengan trabekulektomi dan antimetabolik, atau dapat
dicoba glaucoma valve-shunt. Jika cara ini juga gagal, dapat dilakukan cyclodestruktif
dengan laser.

Pembedahan lebih dipilih karena masalah dalam penggunaan obat, kurangnya


pengetahuan tentang kumulatif dan efek sistemik obat pada bayi, dan respon yang jelek
dari obat.5 Obat-obat seperti antagonis beta adrenergic atau carbonic anhidrase inhibitor
dapat digunakan dahulu sebelum pembedahan untuk mengontrol IOP dan menjernihkan
kornea yang berkabut. Obat-obat ini harus digunakan dengan hati-hati dan dosis menurut
berat badan anak untuk mencegah efek samping obat seperti apneu dan hipotensi.
Pembedahan mempunyai angka kesuksesan yang tinggi dan rendahnya insiden komplikasi.
Pembedahan secepat mungkin itu penting. Kenaikan IOP yang lama akan menyebabkan
kerusakan yang berat. Dengan pembedahan yang tepat dan cepat dapat meningkatkan
peluang keberhasilan menurunkan IOP sebelum tekanan yang tinggi menimbulkan tekanan
yang permanen dan adhesi trabekula. Pembedahan dianjurkan secepat mungkin setelah
diagnosa ditegakkan dan sering dilakukan pada hari kedua atau ketiga pada pasien baru
lahir dengan glaukoma.

Goniotomi dan trabekulotomi sebaiknya dilakukan oleh ahli bedah berpengalaman


saja. Keduanya memerlukan tehnik yang tepat supaya berhasil dan mengurangi
komplikasi. Operasi yang pertama mempunyai peluang sukses yang besar. Jika terjadi

12
komplikasi, seperti hemoragi dan bilik sempit, kesempatan untuk mengobati anak dapat
hilang.

2.9.Follow Up dan Prognosis

Pasien biasanya diperiksa lagi 4-6 minggu setelah operasi. Bila terkontrol dengan
baik, gejala pada pasien seperti epifora, fotofobia, dan blefarospame dapat berkurang,
tetapi gejala lain dapt menetap sampai beberapa bulan. Pada pemeriksaan akan tampak
diameter kornea dan disk cupping yang tidak meningkat. Pada kenyataannya, disk cupping
sering menurun.

Jika keadaan anak membaik, pemeriksaan ulangan dilakukan 3-4 bulan kemudian,
lalu setiap 6 bulan dan kemudian tiap tahun. Pada kebanyakan anak-anak, pemeriksaan
dilakukan di kantor dimulai kira-kira sewaktu umur 3 tahun.

Hal penting dalam penatalaksanaan pasien adalah pengobatan ambliopia yang


diakibatkan oleh robekan membrane descemet meliputi visual axis dan anisometropia.
Walaupun myopia yang disebabkan oleh regangan bola mata bayi dapat dinetralkan
dengan pendataran kornea, myopia ini sering signifikan. Astigmat irregular juga muncul
pada banyak kasus. Sikloplegi refraksi dapat terjadi sesegera mungkin dan seharusnya
diikuti oleh penambahan kekuatan lensa sebagai perubahan anisometropia. Terapi yang
tepat harus segera dimulai secepat mungkin begitu ambliopia ditemukan. Dalam waktu
singkat perkabutan kornea dapat menyebabkan ambliopia deprivasi.

Pasien dengan glaukoma kongenital primer pemeriksaan yang teratur seumur


hidupnya. Peningkatan IOP, edema cornea, dan ablasio retina dapat terjadi kapan saja dan
harus dideteksi sedini mungkin dan pengobatan yang tepat. Prognosis jangka panjang pada
control IOP yang diobati dengan baik pada glaukoma kongenital primer adalah sangat
baik, walaupun dapat terjadi relaps lebih dari 15 tahun kemudian. Kebanyakan pasien
dengan glaukoma kongenital primer yang diobati dengan baik waktu bayi, tekanan bola
mata dapat terkontrol dengan baik dengan nervus optikus yang stabil, dan lapangan
pandangan yang baik pada waktu dewasa.

13
BAB III

KESIMPULAN

Glaukoma merupakan penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa,


kerusakan serat optik (neuropati optik), serta kerusakan lapang pandang yang khas dan
biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf optik.
Glaukoma dapat diklasifikasikan : glaukoma primer, glaukoma sekunder, dan glaukoma
kongenital.

Glaukoma kongenital adalah gloukoma yang terjadi pada beberapa tahun pertama
kehiduan. Masalah utama pada glaukoma kongenital adalah aliran humor akuos dari bilik
mata depan yang terjadi akibat kelainan bentuk jaringan trabekula, jalan utama aliran
humor akuos. Hal ini akan meningkatkan tekanan intraokuler : pada glaukoma kongenital
(40 % dari kasus), terjadi selama kehidupan intrauterine dan glaukoma infantil atau primer
(55 % dari kasus), peningkatan terjadi sebelum anak berusia 3 tahun. Dan selebihnya
menjadi glaukoma juvenil yang bermanifestasi setelah 3 tahun tetapi sebelum berusia 16
tahun.

Walaupun penyakit ini jarang, pengaruh perkembangan penglihatan sangat ekstrim.


Penegakan diagnosis dan terapi secara dini terhadap glaukoma secara signifikan dapat
meningkatkan penglihatan anak untuk jangka panjang.

14
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Asbury, Vaughan. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC

Ilyas, Sidarta. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. 2005. Jakarta : Balai penerbit
FKUI

James, Bruce dkk. Lecture Notes Oftalmologi Edisi Kesembilan. Erlangga

Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua. 2003. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga. 2010. Jakarta : Balai Pnerbit FKUI

15

Anda mungkin juga menyukai