Anda di halaman 1dari 17

Kolesistitis Akut

Lisa Sari ( 102015189 )


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta 1150
LISA.2015fk189@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Kolesistitis adalah inflamasi yang terjadi pada kandung empedu dan terbagi menjadi
akut dan kronis. Kolesistitis akut biasanya terjadi akibat adanya sumbatan duktus sistikus
oleh batu. Diagnosis kolesistitis akut biasanya dibuat beradasarkan riwayat yang khas dan
pemeriksaan fisis. Trias yang terdiri dari nyeri akut kuadran kanan atas, demam dan
leukositosis sangat sugestif. Batu empedu di dalam lumen kandung empedu atau sistem bilier
khas tampak sebagai daerah ekogenik yang bergerak, disertai dengan bayangan akustik. Sulit
mendeteksi batu dalam duktus bilier yang mengandung sedikit empedu. Selain nyeri pasien
juga akan terasa mual dan muntah karena kandung empedu tidak berfungsi dengan baik

Kata Kunci : kolesistitis, bayangan acoustic shawdow, duktus bilier

Abstract

Cholecystitis is an inflammation that occurs in the gallbladder and is divided into acute and
chronic. Acute cholecystitis usually results from blockage of the cystic duct by the stone. The
diagnosis of acute cholecystitis is usually made on the basis of a typical history and physical
examination. Triasses consisting of acute upper right quadrant pain, fever and leukocytosis
are highly suggestive. Gallstones in the lumen of the gall bladder or typical biliary system
appear as a moving echogenic region, accompanied by an acoustic shadow. It is difficult to
detect stones in bile ducts that contain a bit of bile. In addition to the patient's pain will also
feel nausea and vomiting because the gallbladder does not work properly

Keywords: cholecystitis, acoustic shawdow shadow, biliary ducts

1|Fakultas Kedokteran UKRIDA


Pendahuluan

Kolesistitis adalah inflamasi yang terjadi pada kandung empedu dan terbagi menjadi
akut dan kronis. Kolesistitis akut biasanya terjadi akibat adanya sumbatan duktus sistikus oleh
batu. Namun terdapat beberapa faktor risiko lain yang dapat meningkatkan insiden berlakunya
kolesistitis yang akan dibahas kemudian. Sekitar 10-20% warga Amerika menderita
kolesistiasis (batu empedu) dan sepertiganya juga menderita kolesistitis akut. Penyakit ini lebih
sering terjadi pada wanita, usia tua dan lebih sering terjadi pada orang kulit putih. Pada wanita,
terutama pada wanita-wanita hamil dan yang mengkonsumsi obat-obatan hormonal, insidensi
kolesistitis akut lebih sering terjadi. Beberapa teori mengatakan hal ini berkaitan dengan kadar
progesteron yang tinggi yang menyebabkan stasis aliran kandung empedu. Di Indonesia,
walaupun belum ada data epidemiologis penduduk, insidens kolesistitis dan kolelithiasis relatif
lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara barat. Meskipun dikatakan bahwa pasien
kolesistitis akut umumnya perempuan, gemuk dan berusia di atas 40 tahun, tetapi hal ini sering
tidak sesuai untuk pasien-pasien di Indonesia.

Anatomi

Kandung empedu (vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak
pada permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus, dan collum.
Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah pinggir inferior hepar, dimana
fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan.
Corpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Corpus bersentuhan dengan
permukaan visceral hati dan arahnya ke atas, belakang, dan kiri. Collum adalah bagian yang
sempit dari kandung empedu. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan
dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis
membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan
sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.1

Pembuluh arteri kandung empedu adalah A. cystica, cabang A. hepatica kanan. V.


cystica mengalirkan darah langsung ke dalam vena porta. Sejumlah arteri yang sangat kecil
dan vena vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.1

Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat
collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici hepaticum

2|Fakultas Kedokteran UKRIDA


sepanjang perjalanan A. hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus. Saraf yang menuju
ke kandung empedu berasal dari plexus coeliacus.1

Variasi anatomik misalnya double folded atau double twisted sangat sering
ditemukan, juga kandung empedu yang besar, non obstruktif, sering dijumpai pada penderita
alkoholisme atau diabetes melitus.1

Gambar 1. Anatomi

Fisiologi

Vesica fellea berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml.
Vesica fellea mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Dan untuk membantu proses
ini, mukosanya mempunyai lipatan lipatan permanen yang satu sama lain saling
berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel - sel thorak yang
membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.2

Empedu dibentuk oleh sel-sel hati yang ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian
disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran
ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya
membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai duodenum terdapat
cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum. 2

3|Fakultas Kedokteran UKRIDA


Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air
dan natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang kedap, yang
terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi volumenya 80-90%.

Menurut Guyton & Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu:

Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak, karena
asam empedu melakukan dua hal antara lain: asam empedu membantu
mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar menjadi partikel yang lebih kecil
dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas. Asam empedu
membantu transpor dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju dan
melalui membran mukosa intestinal.
Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan
yang penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran
hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang di bentuk oleh sel- sel hati.

Anamnesis

Anamnesis yang baik untuk seorang dewasa mencakupi keluhan utama, informasi
mengenai kelainan yang dialami sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga,
riwayat social dan informasi mengenai keadaan tiap sistem tubuh pasien. Biasanya nyeri di
perut kuadran kanan atas, dan biasanya timbul nyeri setelah makan banyak lemak karena
kandung empedu terangsang untuk berkontraksi mengeluarkan empedu. Ada demam dan
muntah.3

Setelah dilakukan anamnesis, biasanya akan didapatkan gejala paling umum dari
kolesistitis akut adalah nyeri perut bagian atas. Tanda-tanda iritasi peritoneal mungkin dapat
ditemukan, dan pada beberapa pasien, nyeri dapat menyebar ke bahu kanan atau tulang belikat
. Seringkali rasa sakit dimulai dari daerah epigastrium dan kemudian terlokalisasi di kuadran
kanan atas. Kolik biliaris meskipun rasa sakit awalnya mungkin digambarkan sebagai kolik
(nyeri yang hilang timbul), pada akhirnya nyeri akan menetap dan konstan di hampir semua
kasus. Mual dan muntah umumnya ditemukan, dan pasien dapat menderita demam. 3

Kebanyakan pasien dengan kolesistitis akut, akan mengutarakan adanya riwayat nyeri
bilier. Beberapa pasien mungkin telah positif dinyatakan menderita batu empedu. Kolik bilier
yang akalkulus (tanpa batu) juga dapat ditemukan, paling sering pada wanita muda hingga

4|Fakultas Kedokteran UKRIDA


paruh baya. Jumlahnya hampir sama dengan kolik bilier kalkulus dengan perbedaan : nilai
laboratorium kolik akalkulus dalam batas normal dan tidak ada temuan kolelitiasis pada USG.
Kolesistitis dapat dibedakan dari kolik bilier oleh nyeri berat yang konstan dan menetap lebih
dari 6 jam.3

Pasien dengan kolesistitis akalkulus mempunyai gejala mirip dengan pasien dengan
kolesistitis kalkulus, tapi kolesistitis akalkulus sering terjadi secara tiba-tiba dan pasien nampak
sakit parah tanpa adanya riwayat kolik bilier sebelumnya. Seringkali, pasien dengan kolesistitis
akalkulus datang dengan keluhan demam dan sepsis saja, tanpa ada riwayat atau temuan
pemeriksaan fisik yang konsisten dengan kolesistitis akut. 3

Kolesistitis pada pasien lansia (terutama pasien dengan diabetes) dapat menampakkan
gejala kolesistitis yang samar-samar dan tanpa banyak temuan baik riwayat maupun fisik.
Nyeri dan demam mungkin tidak ada, dan nyeri tekan (tenderness) lokal mungkin satu-satunya
tanda fisik. Kolesistitis pada pasien lansia dapat berkembang menjadi kolesistitis berat dengan
cepat dan tiba-tiba.3

Kolesistitis pada anak-anak juga dapat terjadi tanpa adanya gejala yang khas. Anak-
anak yang berisiko tinggi untuk menderita kolesistitis mencakup pasien anak dengan penyakit
sel sabit, anak-anak yang sakit parah, anak-anak yang mendapat infus (nutrisi parenteral)
berkepanjangan, mereka dengan kondisi hemolitik, dan mereka dengan anomali empedu
kongenital.3

Pemeriksaan Fisik

Antara pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah:

Memeriksa keadaan umum dan tanda vital.


Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Melakukan pemeriksaan Murphy sign hasil (+).3

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien datang dengan keluhan nyeri di ulu hati terus
menerus sejak 2 minggu, demam tinggi sejak 3 hari, mual-mual terus menerus, mata kuning
tidak disadari, riwayat maag 2 tahun dan diketahui ada batu empedu setahun yang lalu.

5|Fakultas Kedokteran UKRIDA


Diagnosis Kerja
Kolesistitis Akut
Kolesistitis akut (radang kandung empedu) adalah reaksi inflamasi akut dinding
kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam.
Hingga kini patogenesis penyakit yang cukup sering dijumpai ini masih belum jelas.4
Diagnosis kolesistitis akut biasanya dibuat beradasarkan riwayat yang khas dan
pemeriksaan fisis. Trias yang terdiri dari nyeri akut kuadran kanan atas, demam dan
leukositosis sangat sugestif. Biasanya terjadi leukositosis yang berkisar antara 10.000 sampai
dengan 15.000 sel per mikroliter dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis. Bilirubin serum
sedikit meningkat [kurang dari 85,5mol/L (5mg/dl)] pada 45 % pasien, sementara 25 % pasien
mengalami peningkatan amino transferase serum (biasanya kurang dari lima kali lipat).
Pemeriksaan alkali phospatase biasanya meningkat pada 25 % pasien dengan kolesistitis.
Pemeriksaan enzim amilase dan lipase diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
pankreatitis, namun amilase dapat meningkat pada kolesistitis. Urinalisis diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan pielonefritis. Apabila keluhan bertambah berat disertai suhu
tinggi dan menggigil serta leukositosis berat, kemungkinan terjadi empiema dan perforasi
kandung empedu dipertimbangkan.4

Diagnosis Banding

Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut didefinisikan sebagai radang pankreas oleh enzim secara mendadak
dan menyeluruh (difus), yang diduga disebabkan oleh lepasnya enzim-enzim pankreas yang
bersifat litik dan aktif ke dalam parenkim kelenjar pankreas. Penyakit ini paling sering
ditemukan pada usia setengah baya dan seringkali dikaitkan dengan penyakit saluran empedu
dan alkoholisme. Patogenesis yang pasti tidak diketahui, tetapi dapat meliputi udem atau
obstruksi dari ampula/papila Vateri yang mengakibatkan refluks isi duodenum atau cairan
empedu ke dalam saluran pankreas atau trauma langsung pada sel-sel asinar.5

Sumbatan pada duktus pankreatikus (misalnya oleh batu empedu pada sfingter Oddi)
akan menghentikan aliran getah pankreas. Biasanya sumbatan ini bersifat sementara dan
menyebabkan kerusakan kecil yang akan segera diperbaiki. Namun bila sumbatannya
berlanjut, enzim yang teraktivasi akan terkumpul di pankreas, melebihi penghambatnya dan
mulai mencerna sel-sel pankreas, menyebabkan peradangan yang berat. Kerusakan pada

6|Fakultas Kedokteran UKRIDA


pankreas bisa menyebabkan enzim keluar dan masuk ke aliran darah atau rongga perut, dimana
akan terjadi iritasi dan peradangan dari selaput rongga perut (peritonitis) atau organ lainnya.5

Pada pasien pankreatitis akut dengan gejala klinis sedang sampai berat akan tampak
keluhan sebagai berikut: lebih dari 90% pasien mengalami nyeri seperti ditusuk pada
midepigastrium yang menyebar ke punggung dalam beberapa menit atau jam. Rasa nyeri
sangat klasik, yaitu bersifat konstan, terus-menerus, dan bersifat datar. Rasa penuh perut akan
berkurang apabila pasien dalam posisi duduk atau pada posisi melengkung seperti bayi di
dalam kandungan.5

Koledokolitiasis

Koledokolitiasis adalah terdapatnya batu empedu di dalam saluran empedu yaitu di


duktus koledokus komunis. Koledokolitiasis terbagi dua tipe yaitu primer dan sekunder.
Koledokolitiasis primer adalah batu empedu yang terbentuk di dalam saluran empedu
sedangkan koledokolitiasis sekunder merupakan batu kandung empedu yang bermigrasi masuk
ke duktus koledokus melalui duktus sistikus. Koledokolitiasis primer lebih banyak ditemukan
di Asia, sedangkan di negara barat banyak yang sekunder. Biasanya batu ini terbentuk akibat
obstruksi bilier parsial karena batu sisa, striktur traumatik, kolangitis sklerotik, atau kelainan
bilier kongenital. Infeksi dapat merupakan kejadian awal.4

Obstruksi saluran empedu biasanya parsial dan intermitten karena batu tersebut belaku
sebagai ballvalve di ujung distal duktus koledokus. Manisfestasi batu koledokus dapat silent
dan tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada saat pencitraan, kolik bilier disertai
gangguan tes faal hati dengan atau tanpa ikterus paling sering.4

Kelainan laboratorim berupa peningkatan bilirubin serum, peningkatan fosfatase alkali,


gamma GT serta peningkatan transaminase serum. Kadang infeksi timbul lebih akut dan cairan
empedu menjadi purulen. Duktus koledokus menebal dan melebar, dan kolangitis ini dapat
menyebar ke dalam saluran empedu intrahepatik dan menimbulkan abses hati, dan pakreatitis
bilier.4

Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi kandung empedu dan sistem bilier6


Tujuan:
1. Memastikan diagnosis kolelitiasis

7|Fakultas Kedokteran UKRIDA


2. Mendiagnosis kolesistitis akut
3. Membedakan antara ikterus obstruktif dan nonobstruktif.
Temuan abnormal:
Batu empedu di dalam lumen kandung empedu atau sistem bilier khas tampak
sebagai daerah ekogenik yang bergerak, disertai dengan bayangan akustik. Sulit
mendeteksi batu dalam duktus bilier yang mengandung sedikit empedu. Saat kandung
empedu mengecil atau terisi penuh dengan batu empedu, empedu yang sedikit dapat
membuat deteksi batu empedu sulit, dan kandung empedunya sendiri mungkin tidak
dapat dideteksi. Dalam hal ini, bayangan akustik dalam fosa kandung empedu
menunjukkan kolelitiasis.
Kolesistitis akut ditandai dengan pembesaran kandung empedu dengan
penebalan dinding yang bertepi ganda, biasanya dengan batu empedu di dalam
lumennya.
Pada ikterus obstruktif, USG dengan mudah menunjukkan dilatasi sistem bilier
dan biasanya dilatasi kandung empedu.

Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik (ERCP)6


Endoscopic Retrograde Cholangiopancreaticography merupakan pemeriksaan
radiografi duktus pankreatikus serta percabangan hepatobilier setelah penyuntikkan
medium kontras ke dalam papila duodenum. Pemeriksaan ini merupakan indikasi pada
pasien dengan diagnosis pasti penyakit pankreas atau yang masih dicurigai penyakit
pankreas atau ikterus obstruktif dengan etiologi yang tidak diketahui. Komplikasinya
antara lain kolangitis dan pankreatitis.
Temuan abnormal:
Ikterus obstruktif dapat disebabkan oleh berbagai kelainan percabangan
hepatobilier dan duktus pankreatikus. Pemeriksaan percabangan hepatobilier dapat
menunjukkan batu, striktur, atau deviasi tak teratur yang menunjukkan striktur, atau
deviasi tak teratur yang menunjukkan sirosis biliaris, kolangitis sklerotikans primer,
atau karsinoma duktus biliaris.
Kolesistografi Oral6
Kolesistografi oral merupakan pemeriksaan radiologi kandung empedu setelah
pemberian medium kontras. Pemeriksaan ini sekarang sering digantikan oleh scan
99
kedokteran nuklir berlabel tekhnetium, ultrasonografi, dan CT scan. Kolesistografi
oral merupakan indikasi pada pasien dengan gejala penyakit saluran empedu, seperti

8|Fakultas Kedokteran UKRIDA


nyeri epigastrium kuadran kanan atas, intoleransi lemak, dan ikterus, serta paling sering
dilakukan untuk memastikan penyakit kandung empedu.
Tujuan:
1. Mendeteksi batu empedu
2. Membantu diagnosis penyakit peradangan dan tumor kandung empedu.
Temuan abnormal:
Saat kandung empedu mengalami opasifikasi, defek pengisian menunjukkan
adanya batu empedu. Defek yang terfiksasi, sebaliknya, dapat menunjukkan adanya
polip kolesterol atau tumor jinak seperti adenomioma.
Bila kandung empedu tidak mengalami opasifikasi atau bila hanya terjadi
opasifikasi samar, mungkin terdapat penyakit peradangan seperti kolesistitis, dengan
atau tanpa pembentukan batu empedu. Batu empedu dapat menyumbat duktus sistikus
dan mencegah medium kontras memasuki kandung empedu; peradangan dapat
mengganggu kemampuan pemekatan mukosa kandung empedu dan mencegah atau
menghilangkan opasifikasi.
Bila kandung empedu tidak dapat berkontraksi setelah perangsangan oleh
makanan berlemak, kemungkinan terdapat kolesistitis atau obstruksi duktus koledokus.
CT scan abdomen dan MRI6
Pemeriksaan ini dilaporkan mempunyai sensitifitas dan spesifisitas
pemeriksaan lebih besar dari 95% . Pada kolesistitis akut dapat ditemukan cairan
perikolestik, penebalan dinding kandung empedu lebih dari 4mm, edema subserosa
tanpa adanya ascites, gas intramural dan lapisan mukosa yang terlepas. Pemeriksaan
dengan CT scan dapat memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil
yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG.
Sidik HIDA6
Juga dikenal sebagai pencitraan hepatobilier, kolesinsigrafi, atau sidik nuklir
kandung empedu, sidik asam iminodiasetat hepatobilier (HIDA [Hepatobiliary
Iminodiacetic Acid]) menghasilkan citra sistem hepatobilier untuk menentukan patensi
duktus koledokus dan duktus sistikus melalui sidik noninvasif. Uji ini juga
mengevaluasi pengosongan kandung empedu.
Tujuan:
1. Mendiagnosis kelainan kandung empedu dan menentukan derajat patensi
2. Mendiagnosis kolesistitis akut dan kronik

9|Fakultas Kedokteran UKRIDA


3. Mengevaluasi patensi pintas (bypass) usus biliaris
4. Menilai ikterus obstruktif bersama dengan radiografi atau ultrasonografi.
Temuan abnormal:
Citra dapat memperlihatkan kolesistitis akut atau kronik, atau obstruksi duktus
koledokus.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dan hitung jenis
menunjukkan pergeseran ke kiri. Adanya gangguan tes fungsi hati seperti
meningkatnya bilirubin serum, fosfatase alkali / gamma GT dan transaminase serum
mencurigakan adanya obstruksi saluran empedu (batu koledokus).
Kenaikan kadar amilase dan atau lipase serum yang mencolok mencurigakan
adanya pankreatitis akut. Pemeriksaan ultrasonografi akan menunjukkan batu empedu
pada 90 95 % kasus, dinding kandung empedu yang menebal (udem) tanda Murphy
soongrafik dan cairan perikolesistik koleskintigrafi (misalnya HIDA) akan memastikan
diagnosis bila menampakkan saluran empedu tanpa visualisasi kandung empedu yang
merupakan bukti adanya obstruksi duktus sistikus.
Bilirubin6
Uji bilirubin digunakan untuk mengukur kadar bilirubin serum, pigmen
bilirubin utama. Bilirubin merupakan produk utama katabolisme hemoglobin.
Tujuan:
1. Untuk menilai fungsi hati
2. Untuk membantu menentukan diagnosis banding dari ikterik dan memantau
perkembangannya
3. Untuk membantu diagnosis obstruksi biliar dan anemia hemolitik

Nilai rujukan:
a. Bilirubin indirek serum 1,1 mg/dL
b. Bilirubin direk serum < 0,5 mg/dL Temuan abnormal:
Kadar bilirubin indirek serum yang tinggi: kerusakan hati, anemia hemolitik
berat, dan defisiensi enzim kongenital seperti pada penyakit Gilbert. Kadar bilirubin
direk serum yang tinggi: obstruksi bilier. Pada kerusakan hati kronis berat, konsentrasi
bilirubin direk serum mungkin kembali normal atau mendekati normal, tapi kadar
bilirubin indirek serum tetap tinggi.

10 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n U K R I D A
Etiologi

Kolesistitis disebabkan oleh obstruksi dari duktus sistikus, biasanya oleh batu empedu,
yang mengakibatkan distensi dan inflamasi kimia atau bakterial setelahnya dari vesika biliaris.
Pada sebanyak 95% kasus kolesistitis akut, terdapat batu empedu (kolesistitis kalkulus) dan
5% tidak terdapat batu empedu (kolesistitis akalkulus). Kultur positif dari cairan empedu atau
dinding kandung empedu ditemukan pada 50-75% kasus kolesistitis akut. Penyebab kolesistitis
akalkulus belum jelas dan dapat multifaktorial. Kadang suatu infeksi bakteri dapat
menyebabkan terjadinya peradangan.

Faktor risiko untuk kolesistitis kalkulus serupa dengan kolelitiasis yaitu jenis kelamin,
kelompok etnis tertentu, obesitas atau penurunan badan yang cepat, obat-obatan (terutama
terapi hormon pada wanita), kehamilan dan usia yang lebih tua. Kolesistitis akalkulus berkaitan
dengan kondisi yang menyebabkan empedu stasis, yaitu operasi besar atau trauma / luka bakar
parah, sepsis, penyakit yang parah sehingga menyebabkan nutrisi parenteral jangka panjang
dan kasus idiopatik.4

Epidemiologi

Dari mereka yang dirawat di rumah sakit karena penyakit traktus bilier, sebanyak 20%
mengalami kolesistitis akut., dan jumlah kolesistektomi yang dilakukan secara perlahan
meningkat, terutama pada lansia. Distribusi jenis kelamin untuk batu empedu adalah 2-3 kali
lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, sehingga insiden kolesistitis kalkulus juga
lebih tinggi pada wanita. Kadar progesteron yang tinggi selama kehamilan dapat menyebabkan
empedu stasis, sehingga insiden penyakit kandung empedu pada wanita hamil juga tinggi.
Kolesistitis akalkulus dijumpai lebih sering pada pria usia lanjut.

Insidens kolesistitis meningkat seiring dengan usia. Penerangan secara fisiologi untuk
meningkatkatnya kasus penyakit batu empedu dalam populasi orang yang lebih tua kurang
difahami. Meningkatnya kadar insidens untuk laki-laki yang lebih berusia telah dikaitkan
dengan rasio perubahan androgen kepada estrogen.4,5

Patofisiologi

Seperti telah disebutkan sebelumnya, sembilan puluh persen kasus kolesistitis


melibatkan batu di saluran sistikus (kolesistitis kalkulus), dan 10% sisanya merupakan kasus
kolesistitis akalkulus. Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah

11 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n U K R I D A
stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Kolesistitis
kalkulus akut disebabkan oleh tersumbatnya duktus sistikus hingga menyebabkan distensi
kandung empedu.7

Biasanya sumbatan ini adalah disebabkan adanya batu empedu yang mempunyai 2 tipe
yaitu batu kolesterol dan batu pigmen. Pada batu kolesterol, empedu yang disupersaturasi
dengan kolesterol dilarutkan dalam daerah hidrofobik micelle, kemudian terjadinya krstalisasi
dan akhirnya prepitasi lamellar kolesterol dan senyawa lain membentuk matriks batu. Pada
batu pigmen, ada dua bentuk yakni batu pigmen murni dan batu kalsium bilirubinat. Batu
pigmen murni lebih kecil, sangat keras dan penampilannya hijau sampai hitam. Proses
terjadinya batu ini berhubungan dengan sekresi pigmen dalam jumlah yang meningkat atau
pembentukan pigmen abnormal yang mengendap didalam empedu. Sirosis dan statis biliaris
merupakan predisposisi pembentukan batu pigmen. 7
Batu empedu yang mengobstruksi duktus sistikus menyebabkan cairan empedu menjadi
stasis dan kental, kolesterol dan lesitin menjadi pekat dan seterusnya akan merusak mukosa
kandung empedu diikuti reaksi inflamasi atau peradangan dan supurasi. Seiring membesarnya
ukuran kantong empedu, aliran darah dan drainase limfatik menjadi terganggu hingga
menyebabkan terjadinya di dinding kandung empedu iskemia, nekrosis mukosa dan jika lebih
berat terjadinya ruptur. 7

Sementara itu, mekanisme yang akurat dari kolesistitis akalkulus tidaklah jelas, namun
beberapa teori mencoba menjelaskan. Radang mungkin terjadi akibat kondisi
dipertahankannya konsentrat empedu, zat yang sangat berbahaya, di kandung empedu, pada
keadaan tertentu. Misalnya pada kondisi puasa berkepanjangan, kantong empedu tidak pernah
menerima stimulus dari kolesistokinin (CCK) untuk mengosongkan isinya, dengan demikian,
empedu terkonsentrasi dan tetap stagnan di lumen.7

12 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n U K R I D A
Gambar 2. Kolesistitis Akut yang disebabkan oleh batu empedu.

Manifestasi Klinis
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah
kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang rasa sakit
menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda.
Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi ringan
sampai dengan gangren atau perforasi kandung empedu. Penderita kadang mengalami demam,
mual, dan muntah. Pada orang lanjut usia, demam sering kali tidak begitu nyata dan nyeri lebih
terlokalisasi hanya pada perut kanan atas.8
Tanda peradangan peritoneum seperti peningkatan nyeri pada pernafasan dalam
ditemukan anoreksia sering mual, muntah relatif sering dan dapat menimbulkan gejala dan
tanda deplesi volume vaskuler dan ekstraseluler. Sering ditemukan juga distensi abdomen dan
penurunan bising usus akibat ileus paralitik. Ikterus dijumpai pada 20 % kasus umumnya
derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl) apabila konsentrasi bilurubin tinggu perlu dipikirkan
adanya batu disaluran empedu ekstrahepatik. Pada pasien yang sudah tua dan dengan diabetes
millitus tanda dan gejala yang ada tidak terlalu spesifik dan kdang hanya berupa mual saja.
Biasanya kolesistitis akalkulus terjadi pada pasien dengan keadaan inflamasi kandung empedu
akut yang sudah parah walaupun sebelumnya tidak terdapat tanda- tanda kolik kantung
empedu. Biasanya pasien sudah jatuh kedalam kondisi sepsis dan terdapat tanda-tanda
kolesisititis akut yang jelas sebelumnya.3
Gejala umum:
a. Nyeri abdomen
b. Gejala abdomen yang timbul beberapa menit setelah makan

13 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n U K R I D A
c. Nyeri tekan abdomen
d. Feses berwarna dempul
e. Demam dan menggigil
f. Kehilangan nafsu makan
g. Mual dengan atau tanpa muntah
h. Nyeri yang menjalar dari abdomen ke bahu kanan atau punggung
i. Berkeringat
j. Ikterus
Gejala serius:
1. Distensi abdomen
2. Demam tinggi
3. Mual dengan atau tanpa muntah
4. Nyeri abdomen hebat

Komplikasi 9
1. Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan
usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung
empedu.
2. Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke
dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh
batu empedu atau oleh peradangan.
3. Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkin telah
terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan batu
empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).
4. Septikemia
5. Pembentukan abses di dalam lumen vesika biliaris.
6. Fistulisasi ke organ berongga lain : duodenum, lambung atau kolon.
7. Peritonitis empedu.
8. Kolesistitis emfisematosa : proses peradangan akut yang melibatkan organisme virulen
pembentuk gas.
9. Empisema vesika biliaris : berlanjut supurasi (banyak pus dalam vesika biliaris).
Prognosis
Pada kasus kolesistitis akut tanpa komplikasi, perbaikan gejala dapat terlihat dalam 1
4 hari bila dalam penanganan yang tepat. Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus,

14 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n U K R I D A
sekalipun kadang kandung empedu menjadi tebal, fibrotik, penuh dengan batu dan tidak
berfungsi lagi. Tidak jarang pula, menjadi kolesistitis rekuren. Kadang kadang kolesistitis
akut berkembang secara cepat menjadi gangren, empiema dan perforasi kandung empedu,
fistel, abses hati atau peritonitis umum pada 10 15% kasus. Bila hal ini terjadi, angka
kematian dapat mencapai 50 60%. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang
adekuat pada awal serangan. Pasien dengan kolesistitis akut akalkulus memiliki angka
mortalitas sebesar 10 50%. Tindakan bedah pada pasien tua (>75 tahun) mempunyai
prognosis yang jelek di samping kemungkinan banyak timbul komplikasi pasca bedah.8

Penatalaksanaan
Non medika mentosa9
a. Banyak menkonsumsi makanan berserat tinggi seperti agar-agar,sayuran
b. Hindari makanan berkolesterol seperti daging
c. Menkonsumsi protein nabati seperti kedelei
d. Penderita dengan kolesistitis akut diberikan cairan dan elektrolit intravena dan tidak
diperbolehkan makan maupun minum
e. Dipasang pipa nasogastrik untuk menjaga agar lambung tetap kosong sehingga
mengurangi rangsangan terhadap kandung empedu.

Medika Mentosa
Walaupun intervensi bedah tetap merupakan terapi utama untuk kolestasis akut dan
komplikasinya, mungkin diperlukan periode stabilisasi di rumah sakit sebelum kolesistektomi.
Pengobatan umum termasuk istirahat total, perbaiki status hidrasi pasien, pemberian nutrisi
parenteral, diet ringan, koreksi elektrolit, obat penghilang rasa nyeri seperti petidin dan anti
spasmodik. Pemberian antibiotik pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi
seperti peritonitis, kolangitis dan septisemia. Golongan ampisilin, sefalosporin dan
metronidazol cukup memadai untuk mematikan kuman kuman yang umum terdapat pada
kolesistitis akut seperti E. Coli, Strep. Faecalis dan Klebsiela. Namun pada pasien diabetes dan
pada pasien yang memperlihatkan tanda sepsis gram negatif, lebih dianjurkan pemberian
antibiotik.9

Terapi Bedah
Kolesistektomi dini/segera merupakan terapi pilihan bagi sebagian besar pasien
kolesistitis akut pada sebagian besar pasien kolesistitis akut, kolesistektomi laparoskopik harus

15 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n U K R I D A
segera dilakukan (24-48 jam setelah diagnosis ditegakkan). Di sebagian besar sentra kesehatan,
angka mortalitas untuk kolesistektomi darurat mendekati 3 %, sementara resiko mortalitas
untuk kolesistektomi elektif atau dini mendekati 0,5 % pada pasien berusia kurang dari 60
tahun. Tentu saja, resiko operasi meningkat seiring dengan adanya penyakit pada organ lain
akibat usia dan dengan adanya komplikasi jangka pendek atau jangka panjang penyakit
kandung empedu. Pada pasien kolesistitis yang sakit berat atau keadaan umumnya lemah dapat
dilakukan kolesistektomi dan drainase selang terhadap kandung empedu. Kolesistektomi
elektif kemudian dapat dilakukan pada lain waktu.9

Kesimpulan

Peradangan pada kandung empedu akan mengakibatkan nyeri perut bagian kanan atas
dan ulu hati. Selain nyeri pasien juga akan terasa mual dan muntah karena kandung empedu
tidak berfungsi dengan baik. Demam menunjukkan terdapatnya infeksi pada tempat
peradangan. Golongan yang 4F ; Female, Forty, Fatyy dan Fertile mempunyai resiko yang
lebih tinggi untuk mendapat kolesistitis akut. Penanganan yang dini dan tepat amat penting
untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.

Daftar Pustaka

1. Richard S. Snell. Anatomi klinik. Edisi Keenam. Jakarta : EGC;2007.


2. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari sel ke sistem. Edisi Keenam. Jakarta:EGC;2011.
3. Bickley LS, Szylagyi PG. Bates guide to phsical examination and history taking 8th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.

4. Sulaiman HA, Akbar HN, Lesmana LA, Noer HMS. Buku ajar ilmu penyakit hati. Edisi
pertama. Jakarta: Jayabadi; 2010.h.161-225

5. Pridady. Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid I. Ed 5. Jakarta: Interna Publishing; 2010. h 718-20.

6. Kowalak JP, Welsh W, editor. Buku pegangan uji diagnostik. Edisi ketiga. Jakarta:
EGC; 2011.h.251-2, 682-5, 747-50, 754-8, 868-70

7. Emmanuel A, Stephan I. Gastroenterologi dan hepatologi. Jakarta: Erlangga; 2014.

16 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n U K R I D A
8. Kliegman B, Nelson A. Nelson textbook of hepatology. 20th edition. Philadelphia,
Pennsylvania, USA: W.B Saunders company; 2015.h. 287, 889

9. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid I ed V. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2010S.h.718-25

17 | F a k u l t a s K e d o k t e r a n U K R I D A

Anda mungkin juga menyukai